Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

JUDUL PRAKTIKUM 1 : FORMULASI PARACETAMOL

NAMA MAHASISWA:
PETRUS YENDI SAPUTRA ( 181148201053 )

DOSEN PEMBIMBING:
SUMARTI BINTI AMRIN, M.Si.,Apt

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Laporan : Formulasi Paracetamol
Nama Mahasiswa : Petrus Yendi Saputra NIM : 181148201053
Telah mengumpulkan laporan pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

NAMA MAHASISWA DOSEN PEMBIMBING

PETRUS YENDI SAPUTRA SUMARTI BINTI AMRIN, M.Si., Apt

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karuniaNya sehingga saya dapat menyusun laporan ini dengan baik dan benar
serta tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami akan membahas mengenai
“FORMULASI PARACETAMOL “
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran-saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Samarinda 15 Juni 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Tujuan........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................4


A. Definisi Tablet............................................................................4
B. Syarat Tablet..............................................................................4
C. Komponen Tablet.......................................................................4
D. Cara Pembuatan Tablet..............................................................5
E. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet.................7

BAB III METODOLOGI...............................................................................8


A. Formulasi....................................................................................8
B. Uraian Bahan..............................................................................8
C. Alat dan Bahan……………………………………………….13
D. Perhitungan Formula Sediaan dan Penimbangan……….……13
E. Cara Kerja……………………………………………………14
F. Pembahasan…………………………………………………..15

BAB IV PENUTUP……………………………………………………….21
A. Kesimpulan…………………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka
diperlukan lebih banyak lagi studi teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan
studi ini akan didapatkan produk yang lebih baik dan efisien.
Tablet bida digunakan untuk tujuan lokal ataupun sistemik. Cara
pembuatan tablet biasanya dilakukan secara granulasi basah, granulasi kering
ataupun kempa langsung.
Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka
bentuk kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan.
Keduanya efektif memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan,
pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk
sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk
sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal.
244)
Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat
yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral.
Tablet mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan
sediaan yang tahan terhadap pemasukan (temperproof)
Hal – hal berikut merupakan keunngulan jutama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
1
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah
; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk
produksi besar – besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling
baik
(Lachman, hlm 645)
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat
jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap
kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan
bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan
udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa
2
(bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu.
(Lachman, 647-648)

A. Tujuan
- Mahasiswa memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang
formulasi sediaan tablet.
- Mahasiswa dapat membuat sediaan tablet dengan metode granulasi
basah dan evaluasinya
- Mahasiswa mengetahui dan memahami pengaruh eksipien terhadap
karakteristik fisik tablet

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tablet
Menurut FI edisi III,tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat,
dengan atau bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul,pada umumnya disebut
kaplet.Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk hewan besar
(Syamsuni,2006)
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel
hal. 244)

B. Syarat Tablet
Menurut FI III persyaratan tablet yang harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
 Memenuhi keseragaman ukuran
 Memenuhi keseragaman bobot
 Memenuhi waktu hancur
 Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
 Memenuhi waktu hancur (dissolution test)

A. Komponen Tablet
Komponen/formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi,
bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan
pewarna dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan
pemanis.
1) Zat aktif, harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope
2) Bahan excipient / bahan tambahan

4
Bahan pengisi (diulent) berfungsi untuk memperbesar volume massa
agar mudah dicetak atau dibuat. Contoh : laktosa, pati, kalsium fosfat
base dan selulosa mikrokrista
Bahan pengikat (binder) berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan
pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, providon, metil selulosa,
cmc, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misaknya pati, pati dan selulosa yang
termodifikasi secara kimia, asam alginat
Bahan pelicin (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan
selama proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan. Misalnya asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk.
Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya
serbuk, misalnya silika pirogenik koloidal.
Bahan penyalut (coating agent)
3) Ajuvans
Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika
atau untuk identitas produk.
Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat
yang tidak enak, biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya
lama dimulut
Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai
berikut:
1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan
memasukkan granul yang akan dicetak
2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
5
5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan
granul dari hopper ke dalam die.
(Lachman ,halaman 662)

A. Cara Pembuatan Tablet


Pembuatan sediaan tablet memiliki 3 metode yaitu :
- Metode granulasi basah
Metode granulasi basah merupakan metode pembuatan sediaan tablet
yang biasa digunakan untuk bahan obat atau zat aktif yang tahan
terhadap pemanasan dan kelembaban.
Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :
 Masing-masing bahan ditimbang sesuai yang dibutuhkan
 Zat aktif, zat pengisi dan zat penghancur dicampur
 Dibuat larutan bahan pengikat
 Kemudian basahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu
ditambah bahan pewarna.
 Campuran dihomogenkan hingga terbentuk granul yang sesuai
 Granul diayak dengan ukuran mesh 14 mesh
 Granul dikeringkan dengan oven atau FBD
 Setelah kering diayak lagi dengan mesh berukuran 12 mesh
 Diuji sifat alirnya, jika sudah sesuai tambahkan bahan pelicin
dan penghancur, kemudian dihomogenkan
 Lalu dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet
- Metode granulasi kering
Metode granulasi kering merupakan metode pembuatan sediaan tablet
yang biasa digunakan untuk bahan obat atau zat aktif yang tidak tahan
terhadap adanya pemanasan dan kelembaban.
Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :
 Bahan bahan yang diperlukan ditimbang sesuai kebutuhan

6
 Zat aktif dan zat tambahan (zat pengisi, zat penghancur, bila
perlu zat pengikat dan zat pelicin) dicampur hingga homogen
 Dislugging dengan mesin heavy duty atau dibuat lembaran
 Diayak menjadi butiran-butiran granul
 Dicampur dengan bahan pelincir dan penghancur
 Dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet
- Metode kempa langsung
Metode kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang
dilakukan dengan cara langsung dicetak dengan persyaratan zat aktif
atau bahan obat tersebut mempunyai sifat alir yang baik,
kompressibilitas dan kompresibilitas tinggi serta mempunyai efek
lubrikan yang baik.
Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :
 Ditimbang semua bahan yang diperlukan
 Dicampur zat aktif dan zat tambahan kemudian lakukan
pengayakan
 Lakukan pencampuran akhir
 Dicetak menjadi tablet menggunakan mesin cetak tablet
A. Macam- Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
Adapun kerusakan pada pembuatan tablet antara lain adalah:
- Binding. Kerusakan tablet yang disebabkan karena massa yang akan
dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
- Sticking/Picking. Kerusakan ini terjadi karena pelekatan tablet pada
punch atas dan bawah yang disebabkan permukaan punch tidak licin,
pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang, atau massanya basah.
- Whiskering. Kerusakan ini terjadi karena pencetak tidak pas dengan
ruang cetakan dan terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada
tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol-botol, sisi-
sisi yang berlebih akan lepas menghasilkan serbuk/bubuk.

7
- Splitting/Capping. Splitting merupakan peristiwa lepasnya lapisan tipis
dari permukaan tablet terutama pad bagian tengah, sedangkan Capping
adalah membelahnya bagian atas tablet.
- Motling. Terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan
tablet..
- Crumbling, Tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah karena
kurangnya tekanan pada saat pencetakan tablet dan zat pengikatnya
kurang.

8
BAB III
METODOLOGI
A. Formulasi
Paracetamol 250 mg
Nama zat aktif : Paracetamol
Kekuatan sediaan : 250 mg
Jumlah sediaan :-
Alasan pemilihan formulasi :
Metode : metode yang dilakukan adalah granulasi
basah dikarenakan dilihat dari kompaktibilitas paracetamol buruk dan sifat
alirnya baik serta stabilitas terhadap suhu dan air baik.

B. Uraian Bahan
Paracetamol 250 mg ( FI III Hal 37 )
Nama kimia : N-asetil-4-aminofenol
Rumus kimia : C8H9NO2
Sinonim : Acetaminophen
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Analgetikum (pereda nyeri ringan) dan antipiretikum
(menurunkan suhu tubuh atau penurun demam) / zat aktif
Konsentrasi : 0,25 % - 5%

9
Dosis penggunaan : Dosis maksimal per hari parasetamol tidak
dicantumkan, tetapi normalnya 3 - 4x sehari. Apabila parasetamol diberikan
secara terus menerus akan menyebabkan hepatotoksik (Kerusakan hati).
pH stabil : antara 5,3 dan 6,5
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas terhadap permukaan nylon dan
rayon
Alasan pemilihan bahan :
Laktosa ( FI III Hal 338 )
Nama kimia : Laktosa
Rumus kimia : C12H22O11.H2O
Sinonim : Saccharum lactis
Pemerian : Serbuk atau partikel kristalin; putih sampai agak putih;
tidak berbau; rasa manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air; 1 bagian
air mendidih ; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan ( bahan pengisi )
Konsentrasi : 65% - 85%
Dosis penggunaan : -
pH stabil :-
Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator
kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan amin primer dan sekunder
bila disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.
Alasan pemilihan bahan : Karena laktosa umumnya dalam formulasi
memakai laktosa menunjukkan laju penglepasan obat yang baik, granulnya
cepat kering, dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan
pada kekerasan tablet (Lachman, 1994)

10
Avicel (Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 129-
132)
Nama kimia : -
Rumus kimia : -
Sinonim : Mikrokristalin Selulosa , Selulosa
Pemerian : Digunakan dalam ukuran partikel yang berbeda-beda,
tingkat kelembaban berbeda, serbuk warna putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam 5% b/v larutan hidroksida praktis tidak
larut dalam air, larutan asam dan beberapa pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pengisi dan Pengikat, karena menunjukkan kekerasan yang
baik dan friabilitas serta sifat alir yang baik.
Konsentrasi : 6% , 5% , 4%
Dosis penggunaan : -
pH stabil : 5,0 – 7,5
Inkompatibilitas : dengan Fe
Alasan pemilihan bahan : Karena sebagai pengisi dan pengikat dipilih
karena avicel banyak digunakan dalam formulasi obat-obatan oral baik
tablet ataupun kapsul, avicel dalam granulasi basah dapat memperbaiki
ikatan pengempaan, mengurangi capping dan friabilitas tablet

Gelatin (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 199 )


Nama kimia : Gelatin
Rumus kimia : C76H124O29N24
Sinonim : Gelatinum
Pemerian : Lembaran , kepingan, serbuk atau butiran; tidak berwarna
atau kekuningan ucat; bau dan rasa lemah
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila
dicelupkan dalam air panas dan dalam asam asetat dan dalam campuran
gliserin dan air serta tidak larut dalam etanol.
11
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan (bahan pengikat)
Konsentrasi : 20%
Dosis penggunaan : -
pH stabil :-
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan asam dan basa, aldehid dan gula
aldehid, polimer anionik dan kationik, elektrolit, ion logam, plasticizer,
pengawet dan surfaktan. Mengendap dengan adanya alkohol, kloroform,
eter, garam merkuri dan asam tanat
Alasan pemilihan bahan : Karena gelatin merupakan pengikat yang baik dan
memberikan tablet dengan kekerasan mirip dari yang dihasilkan akasia dan
tragakan.

Aerosil (Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI, hal 185-188)


Nama kimia : Silkon koloid dioksida
Rumus kimia : SiO2
Sinonim : Silkon koloid dioksida
Pemerian : Dioksida silikon koloid dioksida berwarna kebiruan-putih,
tidak berbau, hambar, bubuk amorf.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan asam,
kecuali asam hidrofluorat; Larut dalam larutan alkali yang panas hidroksida.
Membentuk dispersi koloid dengan air. Bagi Aerosil, kelarutan dalam air
adalah 150 mg / L pada 258oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan (Aerosil)
Konsentrasi : 1 – 3%
Dosis penggunaan : -
pH stabil : 3,8-4,2
Inkompatibilitas : Sediaan dietilstilbestrol

12
Alasan pemilihan bahan : karena berfungsi sebagai Glidan pada konsentrasi
1-3% digunakan 2 persen nilai tengah konsentrasi aerosol bersifaat
hidrofilik ditakutkan jika konsentrasi terlalu tinggi glidan terlalu tebal
melapisi tablet akan dengan cepat menyerap air dan tablet mudah hancur
(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI, hal 185-188)

Talk ( FI III Hal 591 )


Nama kimia :-
Rumus kimia : -
Sinonim : Talcum
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan ( bahan pelicin )
Konsentrasi : 1% - 10%
Dosis penggunaan : -
pH stabil :-
Inkompatibilitas :-
Alasan pemilihan bahan : Talk digunakan untuk memperbaiki sifat alir dari
paracetamol dan laktosa yang buruk. Talk 2% dipilih dengan alasan apabila
digunakan dengan konsentrasi terlalu besar maka akan mengakibatkan tablet
menjadi keras dan susah terdisintegrasi.

Mg Stearat ( FI III Hal 354 )


Nama kimia : Magnesium stearat
Rumus kimia : C36H70MgO4
Sinonim : Magnesium Stearat
Pemerian : Serbuk halus; putih;licin; dan mudah melekat pada kulit;
bau lemah khas
13
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam , dalam etanol (95%) P dan dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antasidum, Zat tambahan ( bahan pelicin )
Konsentrasi : 0,25% - 5,0%
Dosis penggunaan : -
pH stabil :-
Inkompatibilitas : Magnesium stearat kompatibel dengan asam kuat,
alkali dan garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi
kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin beberapa vitamin dan paling alkaloid garam.
Alasan pemilihan bahan : Karena Mg Stearat sangat cocok digunakan
dalam formulasi farmasetik dan memiliki fungsi sebagai bahan pelicin pada
pembuatan kapsul dan tablet dengan konsentrasi antara 0,25%-5,0% serta
digunakan sebagai bahan pembawa dalam krim. (Kuncahyo, 2010)

C. Alat dan Bahan


Bahan :
- Paracetamol 250 mg
- Avicel 101 5%
- Gelatin 10%
- Zat warna 0,1%
- Aerosil 0,5%
- Talk 2%
- Mg.stearat 1%
- Laktosa qs
Alat :

A. Perhitungan Formula Sediaan dan Penimbangan Bahan


14
Formulasi yang digunakan :
Paracetamol 250 mg
Avicel 101 5%
Gelatin 10%
Zat warna 0,1%
Aerosil 0,5%
Talk 2%
Mg stearat 1%
Laktosa qs

Perhitungan formulasi sediaan :


Dibuat 250 tablet dalam 400 mg dengan berat total yang didapatkan yaitu
100 gram
Komponen dalam = 92,25% x 100 g = 92,25 g
Komponen luar = 7,75% x 100 g = 7,75 g
Paracetamol = 250 mg x 250 = 62,5 g
Avicel 101 = 5% x 100 g =5g
Gelatin = 30 ml
= 10   g x

100   ml 30   m l

= 10  g   x  30  ml = 3 g
100   ml
Zat warna = 0,1% x 100 g = 0,1 g
Aerosil = 0,5% x 100 g = 0,5 g
Talk = 2% x 100 g =2g
Mg. stearate = 1% x 100 g =1g
Laktosa = 100 – (62,5 + 5 + 3 + 0,1 + 0,5 + 2 + 1)
= 100 – 74,1

15
= 25,9 gr
B. Cara Kerja
1) Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula
2) Buat larutan pengikat gelatin dengan menambahkan sejumlah tertentu
(qs) air panas, aduk hingga bening / jernih di atas water bath.
3) Paracetamol ditambahkan laktosa, aduk homogen, tambahkan larutan
pengikat sedikit demi sedikit, aduk hingga menjadi massa yang baik,
(tambahkan air jika perlu).
4) Ayak massa 3 dengan ayakan mesh 12 keringkan di dalam oven suhu
600C hingga kadar air 2 – 4 % (± menit atau lebih tergantung
kebasahan granul).
5) Timbang granul kering. Ayak granul kering dengan ayakan mesh 20,
tambahkan LHPC-LHll, dan Aerosol melalui ayakan 40 dan
tambahkan bahan penghancur, aduk homogen 10 menit.
6) Lakukan evaluasi terhadap granul, meliputi uji aliran granul dan uji
kompresibilitas.
7) Cetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata tablet
650 mg dan diameter 12 mm
8) Lakukan evaluasi terhadap tablet, meliputi uji kekerasan, kerenyahan,
waktu hancur keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter)
9) Buat desain kemasan.

A. Pembahasan
Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Pada praktikum
kali ini akan dibuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan aktif yaitu
parasetamol atau asetominofen. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai
analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat Penting , hlm :
318)Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi
tidak memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui
16
tindakan langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol
diindikasikan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan
demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan demam setelah vaksinasi
profilaksis. (A to Z Drug fact)
Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh
kodein dan kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan
praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit – metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat –
glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain
mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol
dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi
pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis
biasa tidak interaktif.
Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g,
maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd
10 mg/kg, yakni rata – rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg,
4 – 5x sehari. (Obat – Obat Penting ed IV, hlm 318-319). Dalam pembuatan
tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka ditambahkan juga
bahan eksipien yaitu Avicel 101, Gelatin, Zat warna, Aerosil, Talk, Mg.
stearate, dan Laktosa.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan
metode granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel
dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk
ukuran yang lebih besar . Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu
metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Metode yang digunakan
pada praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan metode
granulasi basah. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan prinsip
granulasi basah pada prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu
17
dicampur dengan pengencer atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya
pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya air.(Goeswin Agoes
halaman : 306)Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet
lebih besar dari 5 % .
Prosedur kerja yang dilakukan yaitu Ditimbang semua bahan sesuai
formula, berikutnya buat larutan pengikat gelatin dengan menambahkan
sejumlah tertentu (qs) air panas, aduk hingga bening/jernih diatas water bath.
Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi
yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam
bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Bahan pengikat secara umum
dapat dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer sintetik/semisintetik
dan gula. Berikutnya Paracetamol ditambahkan laktosa, aduk homogeny,
tambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit, aduk hingga menjadi massa
yang baik. Zat-zat yangdigunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam
stearat. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali
bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak
mengisi cetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi free flowing,
mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi capping
(retak) (Anief,1987). Berikutnya ayak massa 3 dengan ayakan mesh 12
keringkan di dalam oven suhu 600C hingga kadar air 2-4 %. Pengayakan pada
metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan
oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu
campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi normal dan
diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi seragam. Dan untuk
melakukan pengeringan dengan suhu yang tinggi digunakan lemari pengering
(oven). Jenis bangunnya sangat bervariasi dan dapat dipanaskan secara eliktri,
memiliki alat pengatur suhu udara panas akan bergerak keruang sebelah dalam
diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan. Berikutnya lakukan
evaluasi terhadap granul, meliputi uji aliran granul dan uji kompresibilitas.
18
Dan berikutnya cetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata
tablet 650 mg dan diameter 12 mm.
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam
bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga
ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan
digranul baru ditambahkan pelarut.Pada proses granulasi, dengan adanya
bahan pengikat dalam bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi
permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar
partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga
terjadi pertumbuhan/ pembesaran granul. Setelah proses pengayakan
dilakukan proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya jembatan
padat antara partikel yang saling mengikat membentuk granul. Banyaknya
larutan pengikat yang dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung
pada: jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan,
porositas, hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode
penggranulan. Pada tabel IV terlihat perkiraan volume larutan pengikat yang
dibutuhkan untuk menggranul berbagai bahan pengisi.
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna
ditambahkan kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg
kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih
menarik (aesthetic appearance and brand image in the market). Akan tetapi
penggunaan pewarna yang tidak tepat/salah akan mempengaruhi mutu produk.
Pewarna yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh undang-
undang untuk digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat.Bahan pewarna
ada yang larut dalam air dan ada tidak larut. Pewarna ditambahkan dalam
bentuk larutan atau suspensi dalam granulasi basah, tergantung apakah
pewarna tersebut larut atau tidak. Penggunaan pewarna yang larut
kemungkinan dapat terjadi migrasi zat warna selama proses pengeringan yang
dapat mengakibatkan tidak meratanya warna. Penggunaan pewarna yang tidak
19
larut dapat mengurangi resiko interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat
aktif dan bahan tambahan yang lain. Terhadap tablet yang telah diberi
pewarna, sangat penting untuk dilakukan pengukuran keseragaman warna
pengkilapan, serta perubahan warna karena pengaruh cahaya pada permukaan
tablet. Pengukuran dapat dilakukan dengan Reflectance Spectrophotometry,
Tristimulus Colourimetric Measurements dan Microreflectance Photometer.
Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan
pemisah hasil cetakan. Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga
cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena
itu kadarpelicinyang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa
digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam
stearat, asam palmitat, dan pati (Siregar, 2010).
Flavors digunakan untuk memberi rasa atau meningkatkan rasa pada
tablet-tablet yang dikehendaki larut atau hancur dimulut sehingga lebih dapat
diterima oleh konsumen. Flavors dapat ditambahkan dalam bentuk padat
(spray dried flavors) atau dalam bentuk minyak atau larutan (water soluble)
flavors. Dalam bentuk padat lebih mudah penanganannya dan secara umum
lebih stabil dari pad bentuk minyak. Minyak biasanya ditambahkan pada tahap
lubrikasi sebab minyak sensitif terhadap moisture dan bertendensi menguap
ketika dipanaskan pada pengeringan. Jadi yang paling mungkin adalah
diadsorbsikan ke dalam eksipien dan ditambahkan pada proses lubrikasi.
Maksimum penambahan minyak yang ditambahkan pada granul tanpa
mempengaruhi karakter tablet atau proses penabletan adalah 0,5-0,75.
Aqueous flavors tidak banyak digunakan sebab tidak stabil because pada
penyimpanan.
Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut
dengan filler-binders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus
memiliki kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa
tablet. Filler binders digunakan dalam kempa langsung. Persyaratan suatu
20
material dapat berfungsi sebagai filler-binders adalah mempunyai fluiditas dan
kompaktibilitas yang baik. Material yang mempunyai sifat demikian biasanya
mempunyai ukuran partikel yang relatif besar (bukan fines) dengan bentuk
yang sferis. Bahan pengisi yang dapat berfungsi sebagai filler-binders
biasanya hasil modifikasi, termasuk co-processed diluents. Co-processed
diluents merupakan material hasil modifikasi dan kombinasi 2 atau lebih
material dengan proses yang sesuai. Material co-processed diluents lebih baik
untuk kempa langsung dibandingkan hasil modifikasi 1 macam diluents saja.
uji Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan
tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan
menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode corong,
Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk
terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara
bebas melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut
istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 15gr serbuk ke dalam corong
yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta
tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan.
Uji kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density.
Sebanyak 15gr granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat,
kemudian dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 4
menit dan kemudian volume akhir nya dicatat.suatu granul yang baik memiliki
nilai % kompresibilitas dibawah 20 %.
Uji kekerasan tablet untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan
pengikat terhadap tablet. uji ini ditujukan untuk mengukur kekuatan tablet
dalam menghadapi benturan pada saat distribusi ataupun penyimpanan. Tablet
yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan yang optimum sehingga tidak
mudah hancur dan lebih tahan dengan segala kondisi. Hasil yang didapat
adalah dari rata-rata hasil pengukuran dengan menggunakan Stokes Monsanto
Hardness Tester. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan tablet pada
21
ujung alat dengan posisi vertikal kemudian tablet ditekan hingga pecah dan
dilakukan sebanyak 5 kali.
Uji waktu hancur yang mana dapat memberikan gambaran waktu yang
dibutuhkan tablet untuk hancur. Waktu hancur ini dapat dianalogikan sebagai
kecapatan obat hancur di dalam tubuh. Kecepatan waktu hancur berpengaruh
pada kecepatan efek yang ditimbulkan dari obat, semakin cepat hancur maka
obat akan lebih cepat diabsorsi dan kemungkinan akan semakin cepat pula
menimbulakan efek terapinya. Dalam pengujian ini digunakan alat
disintegrator tester dengan cara 5 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan
pengaturan suhu sebesar 37oC. Pesyaratan waktu hancur tablet tidak bersalut
adalah kurang dari 15 menit tetapi hasil tablet uji kami diperoleh waktu
hancurnya lebih dari 15 menit. Hal ini dikarenakan banyaknya bahan pengikat
yang digunakan sehingga ikatan antar partikel komponen lebih merekat satu
sama lain sehingga tablet uji membutuhkan waktu yang lebih untuk hancur.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk
padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa,
sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa
jenis,ukuran serta bentuk partikel.

22
- Percobaan ini yaitu dibuat 250 tablet PCT dalam 400 mg dengan berat total yang
didapatkan yaitu 100 g. Hasil perhitungan yang kita dapat yaitu komponen dalam
yaitu 92,25 g dan komponen luar yaitu 7,75 g. Lalu PCT dikalikan dengan jumlah
yang dibuat sedangkan Bahan tambahan dikalikan dengan berat total semua
sedangkan untuk Laktosa yaitu berat total dikurangkan dengan seluruh bahan
dengan menghasilkan 100g – 74,1 g = 25,9 g
- Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari
massa cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam
yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi
debu, dan memperbaiki penampakan tablet.
- Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk
atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan

pengadukan yang akan menghasilkan granul. Metode ini dapat digunakan

untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau pelarut yang digunakan tahan
terhadap pemanasan dan kelembaban. Umumnya digunakan untuk zat aktif yang
sulit dicetak karena mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang jelek.

DAFTAR PUSTAKA

23
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia , Edisi III , Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Moh,Anief, 2007, Farmasetika, Ghalia Indonesia, Jakarta
Moh,Anief, 1998. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Wade and Paul.J.Weller, 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient, London.
Kuncahyo,Ilham, 2010, Petunjuk Praktikum dan Teknologi Sediaan Padat,
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi, Surakarta
Lachman,Leon; Lieberman; et all, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Ketiga, UI Press: Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai