Anda di halaman 1dari 8

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Login/Register

 Beranda
 Cari Dokter
 Proteksi Alodokter
 Penyakit A - Z
 Obat A - Z
 Tanya Dokter

 Privasi
 Syarat & Ketentuan
 Kontak
 Tentang Alodokter

Ranitidin
       

Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Produksi asam lambung
yang berlebihan dapat membuat memicu iritasi dan peradangan pada dinding lambung
dan saluran pencernaan.

Ranitidin akan menghambat sekresi asam lambung berlebih. Beberapa kondisi yang dapat
ditangani dengan ranitidin adalah tukak lambung, sakit maag, penyakit refluks asam lambung
(GERD), dan sindrom Zollinger-Ellison.
Beberapa waktu belakangan, beberapa produk yang mengandung ranitidin terbukti
terkontaminasi oleh N-Nitrosodimethylamine (NDMA), yaitu zat yang berpotensi
menimbulkan kanker jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan dan dalam waktu yang
lama. Karena alasan itu, BPOM sementara ini memutuskan untuk menarik beberapa produk
ranitidin dari peredaran.

Merek dagang ranitidin: Ranitidin, Ranitidine, Ranitidine Hydrochloride, Ranitidine HCL.

Apa Itu Ranitidin?
Golongan Histamin H2- receptor antagonist

Kategori Obat resep

Manfaat Menurunkan sekresi asam lambung berlebih

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan


adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
Ranitidin untuk ibu hamil wanita hamil.
dan menyusui
Ranitidin terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui,
jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan
dokter.
Bentuk obat Tablet, kaplet, injeksi.
Peringatan Sebelum Menggunakan Ranitidin:

 Jangan menggunakan ranitidine jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini dan obat lain
yang memiliki golongan yang sama dengan ranitidin, seperti cimetidine dan famotidine.
 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita porfiria, fenilketonuria, diabetes,
gangguan sistem imun, gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan paru, dan intoleransi
terdapat gula.
 Harap berhati-hati dalam menggunakan ranitidin jika Anda yang sedang mengalami kesulitan
menelan.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lainnya, termasuk obat herbal
dan suplemen.
 Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis dan Aturan Pakai Ranitidin

Pembagian dosis ranitidin ditentukan berdasarkan usia, kondisi yang ditangani, keparahan
kondisi, obat lainnya yang sedang digunakan, serta respons tubuh terhadap obat. Berikut
adalah pembagiannya dosis ranitidin tablet dan kaplet:

 Dispepsia
Dewasa: Untuk dispepsia kronis, dosis 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari, selama
6 minggu. Untuk dispepsia akut, dosis 75 mg bisa sampai 4 kali sehari, selama maksimal 2
minggu.

 Infeksi Helicobacter pylori
Dewasa: 300 mg sebagai dosis tunggal atau 150 mg 2 kali sehari, dikombinasikan dengan
amoxicillin 750 mg dan metronidazole 550 mg selama 2 minggu.

 Ulkus gastris dan ulkus duodenum jinak


Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Dosis pemeliharaan dosis 150 mg
sekali sehari.
Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 2-4 mg/kgBB 2 kali sehari. Dosis maksimal 300 mg per
hari. Untuk dosis pemeliharaan, 2-4 mg/kgBB per hari. Dosis maksimal 150 mg.

 Kelainan Hipersekresi
Dewasa: 150 mg 2-3 kali sehari. Dosis maksimal 6 gram per hari.

 Penyakit asam lambung atau GERD


Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari, dikonsumsi selama 8 minggu. Pada
kasus GERD berat, dapat diberikan dosis 150 mg 4 kali sehari selama 12 minggu.
Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 5-10 mg/kgBB per hari, dibagi 2 kali pemberian. Dosis
maksimal 300 mg per hari.

 Radang esofagus erosif


Dewasa: 150 mg 4 kali sehari. Untuk dosis pemeliharaan, 150 mg 2 kali sehari.
Anak-anak (1 bulan – 16 tahun): 5-10 mg/kgBB per hari, dibagi 2 kali pemberian. Dosis
maksimum 600 mg per hari.

 Ulkus yang berkaitan dengan penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)


Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari, dikonsumsi selama 8-12 minggu.
Untuk dosis pencegahan, 150 mg 2 kali sehari.
Khusus untuk ranitidin dalam bentuk suntik (intravena atau parenetral), dosis akan ditentukan
oleh dokter di rumah sakit berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan tingkat keparahan
penyakit. Suntikan hanya boleh diberikan oleh dokter atau oleh tenaga medis di bawah
pengawasan dokter.

Cara Menggunakan Ranitidin dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan selalu ingat untuk membaca keterangan pada kemasan sebelum
menggunakan ranitidin. Jangan menggandakan atau mengurangi dosis, serta jangan
memperpanjang waktu penggunaan obat.

Ranitidin dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Usahakan untuk mengonsumsi
ranitdin pada jam yang sama setiap hari agar obat dapat bekerja dengan lebih efektif.

Jika Anda lupa mengonsumsi ranitidin, disarankan untuk segera melakukannya jika jeda
dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
menggandakan dosis.

Simpan ranitidin dalam suhu ruangan, serta terhindar dari hawa panas dan lembap. Jauhkan
ranitidin dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Ranitidin dengan Obat

Ranitidin dapat menimbulkan beberapa interaksi saat digunakan bersamaan dengan obat-
obatan lainnya. Interaksi tersebut antara lain:

 Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi ranitidin oleh saluran


pencernaan, jika digunakan bersama propantheline bromide.
 Menghambat metabolisme teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ hati.
 Mengganggu penyerapan obat-obatan yang tingkat penyerapannya dipengaruhi oleh pH,
seperti ketoconazol dan midazolam.
 Menurukan bioavailabilitas ranitidin, jika digunakan bersama dengan obat antasida.

Efek Samping dan Bahaya Ranitidin

Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah menggunakan ranitidin adalah:

 Mual dan muntah.


 Sakit kepala.
 Insomnia.
 Vertigo.
 Ruam.
 Konstipasi.
 Diare.

Segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

 Nyeri perut.
 Tidak nafsu makan.
 Urine tampak keruh.
 Kulit mudah memar atau terluka.
 Detak jantung meningkat atau menurun.
 Rambut rontok.
 Kebingungan.
 Halusinasi.
 Penyakit kuning.

Lihat lebih lanjut mengenai:

 Sakit Maag

Terakhir diperbarui: 19 Desember 2019


Ditinjau oleh : dr. Merry Dame Cristy Pane
Referensi

Diskusi Terkait

Mengatasi hidung tidak bisa mencium bau pasca sembuh dari flu

Oleh: Diana

Dijawab oleh dr. Iranita Dyantika

Dok,saya mau tanya..udh 2 hari belakangan sy gk bisa cium aroma mknan baubauan /wangi2an😥
awalnya sy flu biasa bahaya gk dok?bagaimana mengatasinya agar...

 1 Balasan

S
Demam disertai hidung tidak bisa mencium bau pada perokok yang tidak kunjung sembuh selama 1 minggu

Oleh: Subak

Dijawab oleh dr. Riza Marlina

Dok saya mau tanya kemarin saya merokok dan badan saya agak demam trus ke esokan harinya indra
penciuman dan perasa saya gak...

 1 Balasan

Perut bergemuruh dan feses berwarna hitam

Oleh: Kirana

Dijawab oleh dr. Amadeo Drian Basfiansa

Saya selama tiga hari ini mengalami perut bergemuruh secara terus menerus terkadang nyeri sedikit
tetapi hilang dengan sendirinya nanti muncul lagi nyerinya....

 1 Balasan

Selanjutnya

Artikel Terkait

Kesehatan

Makanan untuk Penderita Maag yang Harus Dijauhi


Kesehatan

Berikut Daftar Obat Maag yang Perlu Anda Ketahui

Kesehatan

Memahami Penyebab Sakit Ulu Hati dan Sesak Napas


Selanjutnya

Chat dengan ribuan dokter di Aplikasi Alodokter!


Respons Cepat, Jawaban Akurat!
Mitra resmi dari
Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Alodokter

Lainnya

Bagian dari Alodokter


Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.


Hak Cipta © 2020 Alodokter

Anda mungkin juga menyukai