I. PENDAHULUAN
A. Definisi
· FI IV hlm. 17 : Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau
yang direkonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal.
· BP 2002 hal. 1181-1184 : Serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi oral : Serbuk oral adalah
preparat yang mengandung zat padat longgar (loose), partikel kering yang bervariasi dalam
derajat kehalusannya. Dapat mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan
pembantu, dan jika perlu, zat warna yang diizinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam
air atau pembawa lain sebelum diberikan oral.
· Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hal 243: Suatu suspensi rekonstitusi adalah
campuran kering yang didispersikan dengan air pada saat akan digunakan, dan harus
mencantumkan “ ... untuk suspensi oral” sesuai USP. Bentuk suspensi ini digunakan terutama
untuk obat yang mempunyai stabilitas terbatas di dalam pelarut air, dan memiliki waktu simpan
maksimal 14 hari setelah direkonstitusi.
1
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
Suspensi rekonsitusi memiliki keuntungan lebih stabil secara kimia selama penyimpanan, selain itu juga
stabil secara fisik karena permasalahan seperti kelarutan, pH stabilitas dan inkompatibilitas dengan
eksipien lain bisa ditekan karena merupakan suspensi keringa tanpa pelarut.
Untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena
kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam
medium pendispersi pada saat akan digunakan. Karena bobot suspensi rekons lebih ringan daripada
suspensi biasa karena tidak ada pelarutnya, ongkos transportasi juga jadi lebih murah.
E. Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 251)
Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi, yaitu :
1. Campuran serbuk
Formulasi berupa campuran serbuk merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Proses
pencampuran dilakukan secara bertahap bila ada komponen dengan jumlah kecil dalam campuran.
Penting untuk diperhatikan, alat pencampur untuk mendapatkan campuran yang homogen.
Keuntungan formulasi bentuk campuran serbuk :
• Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi, dan tidak banyak
• Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia karena tidak digunakannya pelarut dan pemanasan
saat proses pencampuran.
• Dapat dicapai keadaan kelembaban yang rendah
2. Granulasi
2
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
Pembuatan biasanya dengan granulasi basah, terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat aliran serbuk
dan mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam wadah.
Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga digunakan
pelarut non-air untuk bahan yang terhidrolisis.
3
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
1. Gunakan pengaduk yang efisien. Evaluasi performance proses dari batch pada alat skala pilot.
Jadi, bukan menggunakan peralatan laboratorium.
2. Tentukan waktu pengadukan yang sesuai.
3. Hindari pengumpulan panas dan kelembaban selama pengadukan.
4. Batasi variasi suhu dan kelembaban. Umumnya adalah 70oC dengan RH ≤ 40%.
5. Batch yang sudah selesai diolah harus terlindung dari kelembaban. Simpan dalam wadah tertutup
rapat yang dilengkapi dengan kantong pengering silika gel.
6. Untuk menguji keseragaman batch, sampel diambil pada bagian atas, tengah, dan bawah dari
campuran kering.
Masalah potensial akibat terjadinya perubahan sifat aliran dari campuran bahan kering, yaitu dapat
menyebabkan demixing, segregasi, dan penyerapan kelembaban selama pengolahan atau pada produk
jadi. Aliran yang tidak baik atau caking sering terjadi apabila individu partikel bergabung. Penyebabnya
antara lain :
− Tidak stabil terhadap suhu tinggi
− Muatan permukaan
− Variasi kelembaban relatif
− Kristalisasi
− Pemampatan karena berat serbuk
II. FORMULA
A. FORMULASI UMUM SUSPENSI REKONSTITUSI
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 255)
4
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
Aspek formulasi yang harus diperhatikan dalam merancang bentuk sediaan suspensi:
ukuran partikel
pemakaian zat pembasah (jika diperlukan)
suspensi yang akan dibentuk (flokulasi/deflokulasi)
Kriteria pemilihan komponen didasarkan pada kesesuaian untuk rekonstitusi dan jenis bentuk fisik
campuran serbuk yang diinginkan.
Di dalam mengembangkan formulasi, bahan yang digunakan sebaiknya seminimal mungkin karena makin
banyak bahan akan makin menimbulkan masalah seperti masalah inkompatibilitas akan meningkat atau
energi yang lebih besar dengan makin banyaknya bahan yang dicampurkan. Oleh karena itu, sedapat
mungkin eksipien yang digunakan adalah yang benar-benar dibutuhkan dalam formulasi. Sangat
dianjurkan menggunakan eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam saja. Semua eksipien harus
sesegera mungkin terdispersi pada saat direkonstitusi.
Bahan pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi antara lain
Nama Zat Muatan Listrik
5
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
Akasia -
CMC Na -
Iota karagen -
Mikrokristalin selulosa dengan CMC Na -
Povidon 0
Propilenglikol alginat -
Silikon dioksida, koloidal 0
Na starch glycolate -
Tragakan -
Xanthan gum -
Campuran mikrokristalin selulosa dengan CMC Na adalah suspending agent yang umum, dimana
dengan konsentrasi total > 1% akan menghasilkan aliran tiksotropik.
Tragakan akan menghasilkan campuran yang kental dan digunakan untuk mensuspensikan partikel
yang dense. Alginat akan menghasilkan larutan yang kental. Iota-karagenan akan menghasilkan
dispersi tiksotropik. Tetapi, kelemahan penggunaan ketiga zat tersebut yang merupakan gum alam
adalah terjadinya variasi antarbatch seperti perbedaan dalam warna, kekentalan, kekuatan gel, dan
kecepatan hidrasi.
Xantan gum umum digunakan untuk suspensi rekonstitusi karena memiliki keseragaman baik batch-
to-batch dan tidak rentan kontaminasi mikroba. Kekentalannya tidak bergantung pada pH dan suhu.
4. Wetting agent (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 248.)
Untuk mempermudah pembasahan ZA yang bersifat hidrofob, digunakan wetting agent pada
konsentrasi efektif terkecil. Wetting agent yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan busa
dan rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah Tween 80, merupakan surfaktan
non ionik dan secara kimia kompatibel dengan eksipien/ZA kationik dan anionik. Konsentrasi yang
biasa digunakan adalah ≤ 0,1%. Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril sulfat, merupakan
surfaktan anionik dan inkompatibel dengan ZA kationik.
5. Bahan Lain
6
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
e Anti caking (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)
Digunakan amorphous silica gel. Masalah umum yang terjadi dalam campuran kering adalah
aliran yang jelek dan caking,yang disebabkan oleh aglomerasi serbuk akibat uptake lembab.
Bahan ini dapat menarik kelembaban dari campuran kering untuk mempermudah aliran serbuk
dan mencegah caking. Selain itu bahan ini akan memisahkan partikel kering untuk mencegah
penyatuan, juga berfungsi sebagai isolator termal, menghalangi dan mengisolasi kondisi muatan
statis dan secara kimia bersifat inert.
7
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
2. Cara granulasi :
· Botol ditara sesuai dengan volume yang akan dibuat dan dikeringkan.
· Masing-masing zat ditimbang sejumlah yang dibutuhkan.
· Masing-masing zat dihaluskan (jika perlu).
· Campurkan massa yang akan digranulasi dalam alat pencampur (mixer) sampai homogen (5-
10menit). (ZA dapat dicampur dengan bahan lainnya sebelum dibasahi dengan cairan pengikat
atau ZA dilarutkan/ disuspensikan dalam cairan pengikat)
· Tambahkan larutan pengikat atau pelarut pengikat (bila pengikat sudah dicampurkan dalam
keadaan kering) sedikit demi sedikit, aduk sehingga diperoleh massa yang dapat digranulasi
· Masa granulasi diayak untuk mendapatkan granul lalu dikeringkan di lemari pengering 60-70o C
atau di angin-anginkan di ruangan (ket: PILIH, disesuaikan dengan cairan pengikat yang
digunakan. Kalo air di lemari pengering, kalo alkohol dianginkan)
· Dilakukan penentuan kandungan lembab granul menggunakan alat moisture balance (syarat :
kadar air kurang 3%).
· Masa granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
· Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder
· Evaluasi sediaan
8
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
3. Cara gabungan
· Tahapan awal sama seperti diatas, dilanjutkan penambahan fines ke dalam masa granul yang
telah dikeringkan, yaitu zat aktif (jika tidak tahan panas), dan atau suspending agent, dan atau
adsorban (bila campuran granul higroskopis), lalu dihomogenkan dengan alat pencampur sekitar
5-10 menit
· Bila diperlukan pembasah untuk zat yang hidrofob, maka ditambahkan bahan pembasah dengan
cara disemprotkan ke dalam masa granul.
· Campuran masa granul dan fines ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
· Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder
· Evaluasi sediaan
Untuk keperluan pengujian mutu dibutuhkan tambahan beberapa botol. Dari seluruh uji, terdapat uji yang
membutuhkan 30 botol dan tidak destruktif (volume terpindahkan) sehingga bisa digunakan untuk uji
evaluasi yang lain. Jadi jumlah suspensi kering yang akan dibuat adalah X + 30 = Y botol
Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari botol.
Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044.
Volume sediaan tiap botol = a ml + (3 % x a ml) = b ml
Total volume sediaan yang akan dibuat : Y botol x b ml/botol = c ml
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % , sehingga volume
total yang dibuat = c ml + (10% x c) ml = d ml.
→ bukan merupakan sesuatu yang pasti, hanya panduan umum saja (menurut bu Jessie).Tetapi menurut
Bu Ninet hal tsb tidak perlu. Sebaiknya memang tidak dilebihkan tapi dibulatkan saja.
2. Penimbangan
Formula yang akan dibuat : Tiap 5 ml mengandung :
R/ zat aktif m mg
Zat tambahan 1 n%
Dll
Sukrosa 20 %
Nipagin 0,18 %
Nipasol 0,02 %
Flavour 0.02 %
PVP 1%
Etanol Qs
Aerosil 0,8 %
CMC Na FSH 0,5 %
Aquadest untuk rekonstitusi Ad 5 ml
*)
BM eritromisin stearat = 1018,4
BM eritromisin = 733,9
250 mg eritromisin ~ (1018,4/733,9) x 250 mg = 346,91 mg eritromisin stearat
Misalkan akan dibuat sediaan sirup kering eritromisin stearat dengan kekuatan sediaan yang setara
dengan eritromisin 250 mg/ 5ml, dengan volume per botol 60 ml.
Jumlah yang akan dibuat 45 botol (sudah termasuk jumlah yang diserahkan dan jumlah untuk evaluasi).
Maka :
Volume tiap botol = 60 ml + (60 x 3%) = 61,8 ml
10
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % sehingga volume
total yang dibuat = 2781 ml + (10% x 2781) ml = 3059,1 ml dibulatkan 3060 ml.
Jumlah sediaan yang akan dibuat adalah : 3060 ml / 61,8 ml/botol = 49,51 botol (teoretis)
Penimbangan
Bahan Formula Untuk 5 ml Untuk 3060 ml
Eritromisin stearat 346,91 mg 346,91 mg 212,31 g
Sukrosa 20 % 1g 612 g
Nipagin 0,18 % 0,009 g 5,51 g
Nipasol 0,02 % 0,001 g 0,612 g
Flavour 0.02 % 0,001 g 0,612 g
Etanol Qs Qs Qs
Aquadest untuk Ad 5 ml Ad 5 ml 3060 ml
rekonstitusi
Fasa Luar :
CMC Na FSH 0,5 %
Aerosil 0,8 %
Bahan-bahan yang akan digranulasi adalah eritromisin stearat, sukrosa, nipagin, nipasol, flavour. Jadi
jumlahnya:
(212.31+612 + 5,51 + 0,612 + 0,612) g = 831,044g
Maka jumlah PVP yang digunakan :
1% x 831,044 g = 8,31 g
Total massa yang digranulasi : (831,044 g + 8,31 g) = 839,354 g (bobot teoretis)
Misal : Setelah granul dikeringkan, diperoleh bobot granul menjadi 810 g (bobot nyata) dengan kadar
air 1%. Maka dengan memperhitungkan kadar air (100%-1%) = 99% 0,99 :
0,99 × 810× 49,51
jumlah botol suspensi yang diperoleh= =47,30 botol
839,354
11
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
ZA + EXIPIEN
Masing-masing diayak mesh 30 dan di timbang sesuai resep
Cek IPC =
Pencampuran dlm mixer sifat aliran
± 10 menit homogenitas
distribusi ukuran
partikel
1. Homogenitas
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
3. Kecepatan aliran [The theory and practice of Industrial Pharmacy, 3 ed, 317]
Tujuan : menjamin keseragaman pengisian ke dalam wadah yang dapat mempengaruhi variasi
isi/bobot serbuk/granul dalam botol dan dosis.
Prinsip : penetapan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu (metode
corong)
Prosedur : sejumlah granul dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran tertentu& corong
digetarkan. Baca waktu yg diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong.
Penafsiran hasil : aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 4 g granul
adalah 1 detik.
12
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
+ fines
+ pembasah bila perlu Pencampuran dlm mixer massa sediaan
(dengan cara ± 10 menit (granul +fine)
disemprotkan)
Evaluasi akhir=
homogenitas
Distribusi ukuran partikel
alat akan menentukan secara otomatis persentase massa yang hilang (air, komponen yang mudah
menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu (70°C)
Prosedur : sejumlah granul ditimbang lalu dimasukkan dalam alat moisture balance yang akan
memanaskan granul pada suhu 60-70 oC. Alat tersebut akan membaca kandungan lembab dari bobot
yang berubah setelah pemanasan.
Penafsiran Hasil : Kadar lembab yang baik <2% (1-3%)
NB : kadar air tetap dibutuhkan jangan < 1% (susah dicetak) tapi maximum 3%
2. Distribusi ukuran partikel
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
3. Homogenitas
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
4. Kecepatan aliran
(merujuk ke IPC granulasi)
Tujuan: Memeriksa kesesuaian warna, bau, rasa dan melihat pemisahan fase pada suspensi di mana
sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.
Prinsip: pemeriksaan bau, rasa, warna dan pemisahan fase menggunakan panca indera.
Penafsiran hasil: warna, bau dan rasa memenuhi spesifikasi formulasi yaitu ……. (SESUAIKAN
DENGAN Spec. Sediaan yang dibuat)
2. Penentuan volume sedimentasi
Tujuan : Melihat kestabilan suspensi yang dihasilkan
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (V o) sebelum terjadi
pengendapan
Prosedur :
a. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.
b. Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi. Volume
terakhir tersebut diukur (Vu).
d. Hitung volume sedimentasi (F)
e. Buat kurva/grafik antara F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X)
Vo F= Vu/Vo
Vu
Penafsiran Hasil : Semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1, semakin baik
suspendibilitasnya dan kurva yang terbentuk antara F terhadap waktu membentuk garis yang
horisontal atau sedikit curam. Bila F>1 terjadi flok sangat longgar sehingga volume akhir lebih besar
dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
F terbaik
baik
jelek(terjadi caking)
14
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
15
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka
angka pembacaan tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang
terdapat pada brosur alat.
Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk
memutar spindel. Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala
dengan 7,187 dyne cm (untuk viskometer Brookfield tipe RV)
Penafsiran hasil : Dibuat kurva antara kecepatan geser (rpm) dan usaha (dyne cm) yang dibutuhkan
untuk memutar spindel.Usaha dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan
7,187 dyne cm
5. Penentuan homogenitas
Tujuan : Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen
Prinsip : Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan
mikroskop untuk hasil yang lebih akurat).
Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara
visual, prosedurnya adalah sebagai berikut :
Sampel diambil pada bagian atas, tengah, atau bawah setelah suspensi dikocok terlebih dahulu.
Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga
terbentuk lapisan tipis.
Susunan partikel yang terbentuk atau ketidakhomogenan diamati secara visual.
Penafsiran hasil : suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.
6. Penentuan pH
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu ...... (Sesuaikan!!)
16
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
- suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada slide (semacam objek
glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas.
- Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga diperoleh kurva
distribusi ukuran partikel.
- Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara 300-500
partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga diperoleh data yang
representatif. British standard bahkan menetapkan pengukuran terhadap 625 partikel.
- Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel dengan jumlah
yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel sempit, 200 partikel sudah
mencukupi.
- Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan pemotretan.
Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup lama. Jika partikel yang
ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak digunakan metode ini.
Penafsiran hasil : Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva distribusi normal
F
_________________ Z
8. Penentuan redispersibilitas
Tujuan : Untuk menentukan kemampuan partikel untuk di disperse ulang setelah membentuk suatu
masa caking akibat masa partikel yang ter deflokulasi
Prinsip : mengocok sediaan dalam wadah atau dengan pengocok mekanik (pengocokan mekanik
hasilnya lebih reprodusibel). Suspensi yang sudah terdapat sedimen ditempatkan dalam tabung 100
mL, pengocokan diputar 360o dengan kecepatan 20 rpm, titik akhir pengocokan jika pada dasar
tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil : Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan
pengocokan tangan maksimum 30 detik.
Penafsiran hasil:
Volume rata-rata campuran larutan atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100%, dan
Tidak satupun volume wadah kurang dari 95% dari volume pada etiket.
Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi
tidak satu wadah pun volumenya kurang dari 95% atau B adalah tidak lebih dari 1 wadah, volume
kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% volume tertera pada etiket dilakukan uji
tambahan terhadap 20 wadah tambahan.
Persyaratan: Volume rata-rata larutan atau sirup yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari
100% dari yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari 1 dari 30 wadah volume kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% dari yang tertera di etiket
18
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
B. Evaluasi Kimia
1. Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)
2. Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)
C. Evaluasi Biologi
1. Penetapan potensi antibiotika (untuk zat aktif antibiotik)
Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan laruta dan
menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan yang
ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan mikroba berdasarkan metode
lempeng atau metode turbidimetri.
Penafsiran hasil :
Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan
prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,hal 899). Harga KHM yang makin
rendah, makin kuat potensinya. Pada Umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM
yang rendah dan diameter hambat yang besar
19
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari
bilangan yang disebut pada a dan b.
b. ERITROMISIN STEARAT
R/ Eritromisin stearat 6,94 %
Sukrosa 60 %
Na alginat 1,5 %
Na benzoat 0,2 %
Tween 80 0,12 %
c. TETRASIKLIN HCl
R/ Tetrasiklin HCl 5.41 %
Sukrosa 60 %
Sterculia gum 1%
Na bikarbonat 0.76 %
Na benzoat 0.2 %
Tween 80 0.8%
20