Anda di halaman 1dari 20

TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

SUSPENSI KERING (REKONSTITUSI)

I. PENDAHULUAN
A. Definisi
· FI IV hlm. 17 : Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau
yang direkonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal.
· BP 2002 hal. 1181-1184 : Serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi oral : Serbuk oral adalah
preparat yang mengandung zat padat longgar (loose), partikel kering yang bervariasi dalam
derajat kehalusannya. Dapat mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan
pembantu, dan jika perlu, zat warna yang diizinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam
air atau pembawa lain sebelum diberikan oral.
· Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hal 243: Suatu suspensi rekonstitusi adalah
campuran kering yang didispersikan dengan air pada saat akan digunakan, dan harus
mencantumkan “ ... untuk suspensi oral” sesuai USP. Bentuk suspensi ini digunakan terutama
untuk obat yang mempunyai stabilitas terbatas di dalam pelarut air, dan memiliki waktu simpan
maksimal 14 hari setelah direkonstitusi.

B. Alasan Pembuatan Suspensi Kering


(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 244)
Umumnya, sediaan ini dibuat karena stabilitas zat aktif di dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia
atau stabilitas fisik dan juga menghindarkan masalah yang mungkin terjadi pada suspensi biasa.
Umumnya, antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air dan juga penggunaan
antibiotik suspensi ditujukan untuk anak-anak, karena itu dibuat menjadi suspensi rekonstitusi.

C. Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi


(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hal 244)
1. Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang homogen, sehingga
konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.
2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat dan sempurna dalam
medium pembawa.
3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah diredispersikan kembali dan dituang
oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat dan homogen.
4. Produk akhir haruslah memiliki penampilan, rasa, dan aroma yang sesuai/dapat diterima.

D. Keuntungan Sediaan Suspensi Rekonstitusi

1
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Suspensi rekonsitusi memiliki keuntungan lebih stabil secara kimia selama penyimpanan, selain itu juga
stabil secara fisik karena permasalahan seperti kelarutan, pH stabilitas dan inkompatibilitas dengan
eksipien lain bisa ditekan karena merupakan suspensi keringa tanpa pelarut.
Untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena
kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam
medium pendispersi pada saat akan digunakan. Karena bobot suspensi rekons lebih ringan daripada
suspensi biasa karena tidak ada pelarutnya, ongkos transportasi juga jadi lebih murah.

E. Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 251)
Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi, yaitu :
1. Campuran serbuk
Formulasi berupa campuran serbuk merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Proses
pencampuran dilakukan secara bertahap bila ada komponen dengan jumlah kecil dalam campuran.
Penting untuk diperhatikan, alat pencampur untuk mendapatkan campuran yang homogen.
Keuntungan formulasi bentuk campuran serbuk :
• Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi, dan tidak banyak
• Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia karena tidak digunakannya pelarut dan pemanasan
saat proses pencampuran.
• Dapat dicapai keadaan kelembaban yang rendah

Kerugian formulasi bentuk campuran serbuk :


• Sulit untuk menjamin distribusi obat yang homogen ke dalam campuran.
• Kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran partikel antara zat aktif dengan eksipien (seperti
suspending agent dan pemanis yan ukurannya lebih besar). Variasi ukuran partikel yang terlalu jauh
berbeda dapat menyebabkan pemisahan dalam bentuk lapisan dengan berbagai ukuran.
• Aliran serbuk kurang baik. Aliran yang tidak baik dapat menimbulkan pemisahan.
• Terjadi kehilangan zat aktif selama proses pencampuran. Selama pencampuan, terjadi penurunan
bobot campuran bulk sehingga ditambahkan eksipien untuk mencapai bobot yang diinginkan.
Karena itu, kandungan zat aktif dalam campuran bulk berkurang.

2. Granulasi

2
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Pembuatan biasanya dengan granulasi basah, terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat aliran serbuk
dan mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam wadah.
Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga digunakan
pelarut non-air untuk bahan yang terhidrolisis.

Keuntungan cara granulasi :


a. Memiliki penampilan yang lebih baik daripada campuran serbuk.
b. Memiliki sifat aliran yang lebih baik.
c. Tidak terjadi pemisahan/segregasi ukuran partikel.
d. Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengisian.

Kerugian cara granulasi :


a. Melibatkan proses yang lebih panjang, peralatan yang lebih banyak dan energi lebih besar.
b. Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan terjadinya resiko instabilitas ZA
c. Sulit untuk menghilangkan sesepora cairan penggranulasi dari bagian dalam granul dimana dengan
adanya sisa tersebut kemungkinan dapat menurunkan stabilitas produk.
d. Eksipien yang ditambahkan harus stabil terhadap proses granulasi.
e. Keseragaman granulasi adalah penting karena jika fines atau partikel ukuran kecil terlalu banyak
akan memicu segregasi.

3. Campuran antara granul dan serbuk


Metode ini untuk mengatasi kerugian cara granulasi. Pada tahap awal dibuat granul dari beberapa
komponen, kemudian setelah dikeringkan dicampur dengan komponen sisa yang berupa serbuk.
Keuntungan cara ini :
a. Dibutuhkan energi dan peralatan yang lebih sedikit untuk graulasi .
b. Komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif atau flavor, dapat ditambahkan sesudah
pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas.

Kerugian dari cara ini :


a. Meningkatnya resiko ketidak seragaman/homogen.
b. Campuran granul dengan non-granul harus dipastikan tidak terpisah menjadi beberapa lapisan yang
berbeda ukuran partikel
c. Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel dari setiap komponen harus dikendalikan.
F. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pengolahan Campuran Kering
(Pharm.Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 251)

3
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

1. Gunakan pengaduk yang efisien. Evaluasi performance proses dari batch pada alat skala pilot.
Jadi, bukan menggunakan peralatan laboratorium.
2. Tentukan waktu pengadukan yang sesuai.
3. Hindari pengumpulan panas dan kelembaban selama pengadukan.
4. Batasi variasi suhu dan kelembaban. Umumnya adalah 70oC dengan RH ≤ 40%.
5. Batch yang sudah selesai diolah harus terlindung dari kelembaban. Simpan dalam wadah tertutup
rapat yang dilengkapi dengan kantong pengering silika gel.
6. Untuk menguji keseragaman batch, sampel diambil pada bagian atas, tengah, dan bawah dari
campuran kering.

Masalah potensial akibat terjadinya perubahan sifat aliran dari campuran bahan kering, yaitu dapat
menyebabkan demixing, segregasi, dan penyerapan kelembaban selama pengolahan atau pada produk
jadi. Aliran yang tidak baik atau caking sering terjadi apabila individu partikel bergabung. Penyebabnya
antara lain :
− Tidak stabil terhadap suhu tinggi
− Muatan permukaan
− Variasi kelembaban relatif
− Kristalisasi
− Pemampatan karena berat serbuk

Dari slide Bu Ninet (Teknologi Sediaan Farmasi)


Titik kritis pembuatan suspensi rekonstitusi
1. Bahan pensuspensi mudah dikembangkan pada saat nanti direkonsitusi
2. Proses pencampuran serbuk
3. Proses penambahan bahan pewarna, odoris
4. Kadar air granul atau serbuk
5. Pemilihan metode pencampuran kering

II. FORMULA
A. FORMULASI UMUM SUSPENSI REKONSTITUSI
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 255)

4
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Aspek formulasi yang harus diperhatikan dalam merancang bentuk sediaan suspensi:
 ukuran partikel
 pemakaian zat pembasah (jika diperlukan)
 suspensi yang akan dibentuk (flokulasi/deflokulasi)
Kriteria pemilihan komponen didasarkan pada kesesuaian untuk rekonstitusi dan jenis bentuk fisik
campuran serbuk yang diinginkan.

Di dalam mengembangkan formulasi, bahan yang digunakan sebaiknya seminimal mungkin karena makin
banyak bahan akan makin menimbulkan masalah seperti masalah inkompatibilitas akan meningkat atau
energi yang lebih besar dengan makin banyaknya bahan yang dicampurkan. Oleh karena itu, sedapat
mungkin eksipien yang digunakan adalah yang benar-benar dibutuhkan dalam formulasi. Sangat
dianjurkan menggunakan eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam saja. Semua eksipien harus
sesegera mungkin terdispersi pada saat direkonstitusi.

B. KOMPONEN YANG TERDAPAT DALAM SUSPENSI REKONSITUSI TERDIRI DARI :


1. Zat aktif
Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam fasa pendispersi. Sifat partikel yang harus
diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat permukaan padat-cair (hidrofob/hidrofil). Biasanya ZA
berupa antibiotik untuk penggunaan pada anak-anak.

2. Bahan Pensuspensi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm.247)


Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat yang tidak larut dalam
medium pendispersi. Bahan pensuspensi yang digunakan harus mudah terdispersi dan mengembang
dengan pengocokan secara manual selama rekonstitusi. Jika ia membutuhkan hidrasi, suhu tinggi
atau pengadukan dengan kecepatan tinggi untuk pengembangannya maka tidak dapat digunakan,
misalnya agar, karbomer, metilselulosa.
Bahan pensuspensi berupa polimer menghasilkan viskositas yang sangat baik pada pH optimum
kelarutannya. Bahan ini juga harus stabil terhadap pH sistem selama waktu simpan produk.

Bahan pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi antara lain
Nama Zat Muatan Listrik

5
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Akasia -
CMC Na -
Iota karagen -
Mikrokristalin selulosa dengan CMC Na -
Povidon 0
Propilenglikol alginat -
Silikon dioksida, koloidal 0
Na starch glycolate -
Tragakan -
Xanthan gum -

Campuran mikrokristalin selulosa dengan CMC Na adalah suspending agent yang umum, dimana
dengan konsentrasi total > 1% akan menghasilkan aliran tiksotropik.
Tragakan akan menghasilkan campuran yang kental dan digunakan untuk mensuspensikan partikel
yang dense. Alginat akan menghasilkan larutan yang kental. Iota-karagenan akan menghasilkan
dispersi tiksotropik. Tetapi, kelemahan penggunaan ketiga zat tersebut yang merupakan gum alam
adalah terjadinya variasi antarbatch seperti perbedaan dalam warna, kekentalan, kekuatan gel, dan
kecepatan hidrasi.
Xantan gum umum digunakan untuk suspensi rekonstitusi karena memiliki keseragaman baik batch-
to-batch dan tidak rentan kontaminasi mikroba. Kekentalannya tidak bergantung pada pH dan suhu.

3. Pemanis (Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)


Obat umumnya pahit dan rasanya tidak enak. Untuk mengatasi hal ini sukrosa selain digunakan
sebagai pemanis, berperan pula sebagai peningkat viskositas dan diluent pada campuran kering.
Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas permukaan dan dapat pula digunakan
sebagai pembawa untuk komponen fasa cair misalnya minyak atsiri. Pemanis lain yang dapat
digunakan: manitol, aspartam, dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil tetapi tidak tahan
panas. Sakarin memiliki potensi karsinogenik.

4. Wetting agent (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 248.)
Untuk mempermudah pembasahan ZA yang bersifat hidrofob, digunakan wetting agent pada
konsentrasi efektif terkecil. Wetting agent yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan busa
dan rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah Tween 80, merupakan surfaktan
non ionik dan secara kimia kompatibel dengan eksipien/ZA kationik dan anionik. Konsentrasi yang
biasa digunakan adalah ≤ 0,1%. Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril sulfat, merupakan
surfaktan anionik dan inkompatibel dengan ZA kationik.

5. Bahan Lain

6
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

a Dapar (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)


Untuk mencapai pH yang optimum dari semua bahan yang ditambahkan. pH suspensi diatur
untuk memastikan bahwa obat tetap berada dalam keadaan tidak larut. Dapar yang lazim
digunakan adalah dapar sitrat

b Pengawet (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)


Suspending agent dan pemanis adalah media petumbuhan mikroba yang baik, karena itu
dibutuhkan pengawet. Tetapi pengawet dengan kelarutan rendah pada suhu kamar seperti asam
sorbat dan senyawa paraben tidak boleh digunakan. Pengawet yang umum digunakan adalah
sukrosa (konsentrasi 60% w/w), natrium benzoat, natrium propionat. Natrium benzoat cukup
efektif dalam pH asam dimana molekul tidak mengalami ionisasi.

c Flavour (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)


Digunakan secukupnya untuk meningkatkan penerimaan pasien, penting sekali untuk anak-anak.
Harus dilihat peraturan Menkes terutama zat yang boleh digunakan.

d Pewarna (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)


Pewarna digunakan untuk meningkatkan estetika. Penggunaan pewarna ini harus diperhatikan,
karena dapat terjadi inkompatibilitas dengan zat lain karena faktor muatan ion, misalnya FD&C
Red No.3 yang merupakan garam dinatrium, merupakan senyawa anionik dan inkompatibel
dengan wetting agent kationik.

e Anti caking (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)
Digunakan amorphous silica gel. Masalah umum yang terjadi dalam campuran kering adalah
aliran yang jelek dan caking,yang disebabkan oleh aglomerasi serbuk akibat uptake lembab.
Bahan ini dapat menarik kelembaban dari campuran kering untuk mempermudah aliran serbuk
dan mencegah caking. Selain itu bahan ini akan memisahkan partikel kering untuk mencegah
penyatuan, juga berfungsi sebagai isolator termal, menghalangi dan mengisolasi kondisi muatan
statis dan secara kimia bersifat inert.

Eksipien yang Biasa Eksipien yang Tidak Biasa


Ditambahkan Ditambahkan

7
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Suspending agent Anticaking


Wetting agent Flocculating agent
Pemanis Solid diluent
Pengawet Antibusa
Flavor Desintegran granul
Dapar Antioksidan
Pewarna Lubrikan

III. PEMBUATAN SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI


A. Prosedur Lengkap Pembuatan Suspensi Rekonstitusi
(Modul praktikum Tek. Sediaan Likuid & Semisolid, 2007, hal 26)
1. Cara tanpa granulasi :
· Botol dicuci, dikeringkan, dan ditara sesuai dengan volume sediaan yang akan dibuat
· Zat aktif dan eksipien yang diperlukan ditimbang dan diayak dengan mesh 30
· Dilakukan pencampuran bahan hingga homogen dengan mixing selama kurang kebih 10 menit
· Dilakukan pengisian botol/kemasan primer sesuai hasil perhitungan
· Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok, dan kemasan sekunder
· Evaluasi sediaan

2. Cara granulasi :
· Botol ditara sesuai dengan volume yang akan dibuat dan dikeringkan.
· Masing-masing zat ditimbang sejumlah yang dibutuhkan.
· Masing-masing zat dihaluskan (jika perlu).
· Campurkan massa yang akan digranulasi dalam alat pencampur (mixer) sampai homogen (5-
10menit). (ZA dapat dicampur dengan bahan lainnya sebelum dibasahi dengan cairan pengikat
atau ZA dilarutkan/ disuspensikan dalam cairan pengikat)
· Tambahkan larutan pengikat atau pelarut pengikat (bila pengikat sudah dicampurkan dalam
keadaan kering) sedikit demi sedikit, aduk sehingga diperoleh massa yang dapat digranulasi
· Masa granulasi diayak untuk mendapatkan granul lalu dikeringkan di lemari pengering 60-70o C
atau di angin-anginkan di ruangan (ket: PILIH, disesuaikan dengan cairan pengikat yang
digunakan. Kalo air di lemari pengering, kalo alkohol dianginkan)
· Dilakukan penentuan kandungan lembab granul menggunakan alat moisture balance (syarat :
kadar air kurang 3%).
· Masa granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
· Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder
· Evaluasi sediaan

8
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

3. Cara gabungan
· Tahapan awal sama seperti diatas, dilanjutkan penambahan fines ke dalam masa granul yang
telah dikeringkan, yaitu zat aktif (jika tidak tahan panas), dan atau suspending agent, dan atau
adsorban (bila campuran granul higroskopis), lalu dihomogenkan dengan alat pencampur sekitar
5-10 menit
· Bila diperlukan pembasah untuk zat yang hidrofob, maka ditambahkan bahan pembasah dengan
cara disemprotkan ke dalam masa granul.
· Campuran masa granul dan fines ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
· Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder
· Evaluasi sediaan

B. Perhitungan dan Penimbangan


1. Perhitungan
Akan dibuat sediaan suspensi kering …… dengan volume a mL per botol. Kekuatan sediaan yang dibuat
adalah m mg/5mL, dengan jumlah X botol, dengan metoda ……..
Jumlah sediaan yang akan dibuat X botol @ a mL.

Untuk keperluan pengujian mutu dibutuhkan tambahan beberapa botol. Dari seluruh uji, terdapat uji yang
membutuhkan 30 botol dan tidak destruktif (volume terpindahkan) sehingga bisa digunakan untuk uji
evaluasi yang lain. Jadi jumlah suspensi kering yang akan dibuat adalah X + 30 = Y botol

Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari botol.
Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044.
Volume sediaan tiap botol = a ml + (3 % x a ml) = b ml
Total volume sediaan yang akan dibuat : Y botol x b ml/botol = c ml

Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % , sehingga volume
total yang dibuat = c ml + (10% x c) ml = d ml.
→ bukan merupakan sesuatu yang pasti, hanya panduan umum saja (menurut bu Jessie).Tetapi menurut
Bu Ninet hal tsb tidak perlu. Sebaiknya memang tidak dilebihkan tapi dibulatkan saja.

NB : pembuatan dengan metode tanpa granulasi, tidak perlu dilebihkan 10%


(tapi tetap diserahkan kepada masing-masing orang sesuai interpretasi masing-masing untuk melebihkan
atau tidak)

Jumlah botol final secara teoritis :


9
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Jika melebihkan 10% maka : d ml / b ml/botol = Z botol,


Jika tidak maka cukup Y botol

2. Penimbangan
Formula yang akan dibuat : Tiap 5 ml mengandung :
R/ zat aktif m mg
Zat tambahan 1 n%
Dll

Penimbangan : (untuk mudahnya, diurutkan berdasarkan formula sediaan)


No. Bahan yang ditimbang Untuk volume 5 ml Untuk volume b ml Untuk volume d ml
m mg x b ml m mg x d ml
1. Zat aktif m mg
5 ml 5 ml
2. Zat tambahan 1 n % x 5 ml n % x b ml n % x d ml
3. Dll

Contoh bila menggunakan metoda semi granulasi,


Formula :
Eritromisin stearat
(setara dengan eritromisin 250 346,91 mg*)
mg)

Sukrosa 20 %
Nipagin 0,18 %
Nipasol 0,02 %
Flavour 0.02 %
PVP 1%
Etanol Qs
Aerosil 0,8 %
CMC Na FSH 0,5 %
Aquadest untuk rekonstitusi Ad 5 ml
*)
BM eritromisin stearat = 1018,4
BM eritromisin = 733,9
250 mg eritromisin ~ (1018,4/733,9) x 250 mg = 346,91 mg eritromisin stearat

Misalkan akan dibuat sediaan sirup kering eritromisin stearat dengan kekuatan sediaan yang setara
dengan eritromisin 250 mg/ 5ml, dengan volume per botol 60 ml.
Jumlah yang akan dibuat 45 botol (sudah termasuk jumlah yang diserahkan dan jumlah untuk evaluasi).
Maka :
Volume tiap botol = 60 ml + (60 x 3%) = 61,8 ml
10
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Untuk 45 botol = 45 x 61,8 ml = 2781 ml

Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % sehingga volume
total yang dibuat = 2781 ml + (10% x 2781) ml = 3059,1 ml dibulatkan 3060 ml.
Jumlah sediaan yang akan dibuat adalah : 3060 ml / 61,8 ml/botol = 49,51 botol (teoretis)

Penimbangan
Bahan Formula Untuk 5 ml Untuk 3060 ml
Eritromisin stearat 346,91 mg 346,91 mg 212,31 g
Sukrosa 20 % 1g 612 g
Nipagin 0,18 % 0,009 g 5,51 g
Nipasol 0,02 % 0,001 g 0,612 g
Flavour 0.02 % 0,001 g 0,612 g
Etanol Qs Qs Qs
Aquadest untuk Ad 5 ml Ad 5 ml 3060 ml
rekonstitusi
Fasa Luar :
CMC Na FSH 0,5 %
Aerosil 0,8 %

Bahan-bahan yang akan digranulasi adalah eritromisin stearat, sukrosa, nipagin, nipasol, flavour. Jadi
jumlahnya:
(212.31+612 + 5,51 + 0,612 + 0,612) g = 831,044g
Maka jumlah PVP yang digunakan :
1% x 831,044 g = 8,31 g
Total massa yang digranulasi : (831,044 g + 8,31 g) = 839,354 g (bobot teoretis)
Misal : Setelah granul dikeringkan, diperoleh bobot granul menjadi 810 g (bobot nyata) dengan kadar
air 1%. Maka dengan memperhitungkan kadar air (100%-1%) = 99% 0,99 :
0,99 × 810× 49,51
jumlah botol suspensi yang diperoleh= =47,30 botol
839,354

Perhitungan jumlah fines yang ditambahkan :


(bobot CMC Na FSH di ambil dari VOLUME sejumlah botol yang akan dibuat, volume dihitung dari
jumlah botol suspensi yang diperoleh, BUKAN dari jumlah botol teoritis)
CMC Na FSH (0,5%) dari total volume sediaan = 0,5% x (61.8 mL x 47,30 botol) = 14.62 g
Aerosil (0,8%) dari massa granul yang dihasilkan = 0,8 % x 810 g = 6,48 g
Total bobot = granul + fines = 810 g + 14,62 g + 6,48 g = 831,1 g
Bobot sediaan yg dimasukkan pada tiap botol = 831,78 / 47,30 botol = 17,57 g

11
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

C. Catatan Untuk Suspensi Rekonstitusi


Pada etiket serbuk untuk suspensi jadi harus juga tertera : (Fornas ed. 2, Th.1978 hal 333) Pada etiket
suspensi harus tertera “KOCOK DAHULU SEBELUM DIGUNAKAN”
1. Volume cairan pembawa yang diperlukan
2. Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan pembawa yang tertera pada etiket.

I V . EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI


Evaluasi dalam Proses (IPC) untuk suspensi kering tanpa granulasi

ZA + EXIPIEN
Masing-masing diayak mesh 30 dan di timbang sesuai resep

Cek IPC =
Pencampuran dlm mixer sifat aliran
± 10 menit homogenitas
distribusi ukuran
partikel

timbang dan masukkan ke dalam botol sediaan

1. Homogenitas
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)

2. Distribusi ukuran partikel


(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)

3. Kecepatan aliran [The theory and practice of Industrial Pharmacy, 3 ed, 317]
Tujuan : menjamin keseragaman pengisian ke dalam wadah yang dapat mempengaruhi variasi
isi/bobot serbuk/granul dalam botol dan dosis.

Prinsip : penetapan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu (metode
corong)
Prosedur : sejumlah granul dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran tertentu& corong
digetarkan. Baca waktu yg diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong.
Penafsiran hasil : aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 4 g granul
adalah 1 detik.

Evaluasi dalam proses (IPC) untuk suspensi kering dengan granulasi

12
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

ZA + EXIPIEN Pencampuran dlm mixer


Masing-masing diayak mesh 30 dan
di timbang sesuai perhitungan
± 10 menit

IPC Keringkan dengan 60- Add pengikat lalu


Kadar Air 700C atau dianginkan granulasi dengan mesh
10

+ fines
+ pembasah bila perlu Pencampuran dlm mixer massa sediaan
(dengan cara ± 10 menit (granul +fine)
disemprotkan)

Evaluasi akhir=
homogenitas
Distribusi ukuran partikel

1. Penetapan kandungan lembab / kadar air


Tujuan : Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang terjadi
selama proses pembuatan suspensi.
Prinsip : kelembaban granul diukur dengan pemanasan (gravimetri)

alat akan menentukan secara otomatis persentase massa yang hilang (air, komponen yang mudah
menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu (70°C)
Prosedur : sejumlah granul ditimbang lalu dimasukkan dalam alat moisture balance yang akan
memanaskan granul pada suhu 60-70 oC. Alat tersebut akan membaca kandungan lembab dari bobot
yang berubah setelah pemanasan.
Penafsiran Hasil : Kadar lembab yang baik <2% (1-3%)
NB : kadar air tetap dibutuhkan jangan < 1% (susah dicetak) tapi maximum 3%
2. Distribusi ukuran partikel
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
3. Homogenitas
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
4. Kecepatan aliran
(merujuk ke IPC granulasi)

Evaluasi Sediaan Akhir


A. Evaluasi Fisika
Berdasarkan Pharm Dosage Form, Disperse System vol II 1989, hal 255 dan 303 yang harus dilakukan
adalah :
1. Organoleptik
13
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

Tujuan: Memeriksa kesesuaian warna, bau, rasa dan melihat pemisahan fase pada suspensi di mana
sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.
Prinsip: pemeriksaan bau, rasa, warna dan pemisahan fase menggunakan panca indera.
Penafsiran hasil: warna, bau dan rasa memenuhi spesifikasi formulasi yaitu ……. (SESUAIKAN
DENGAN Spec. Sediaan yang dibuat)
2. Penentuan volume sedimentasi
Tujuan : Melihat kestabilan suspensi yang dihasilkan
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (V o) sebelum terjadi
pengendapan
Prosedur :
a. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.
b. Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi. Volume
terakhir tersebut diukur (Vu).
d. Hitung volume sedimentasi (F)
e. Buat kurva/grafik antara F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X)

Vo F= Vu/Vo

Vu

Penafsiran Hasil : Semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1, semakin baik
suspendibilitasnya dan kurva yang terbentuk antara F terhadap waktu membentuk garis yang
horisontal atau sedikit curam. Bila F>1 terjadi flok sangat longgar sehingga volume akhir lebih besar
dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.

F terbaik

baik

jelek(terjadi caking)

14
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

3. Penentuan waktu rekonstitusi


Tujuan : menjamin sediaan mudah direkonstitusikan dengan pengocokan sedang
Prinsip : menentukanwaktu yang diperlukan sejak air dimasukkan dalam botol sampai serbuk
terdispersi sempurna
Penafsiran Hasil : waktu rekonstitusi yang baik kurang dari 30 detik

4. Penentuan viskositas dan sifat aliran


Tujuan : menentukan viskositas dan rheologi cairan newton maupun non newton
Prinsip : menggunakan viskosimeter Brookfield RV pada beberapa harga kecepatan geser untuk
mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan. Sifat aliran diketahui dengan memplot kurva ppm
terhadap usaha yg digunakan untuk memutar spindel.
Prosedur :
a. Penyiapan sampel
Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan permukaan rata (sedapat
mungkin penuh) dan tidak boleh ada gelembung udara didalamnya
b. Orientasi spindel
Jenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar sampai yang kecil). Semakin
kental sampel yang akan diuji, gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih,
dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu 0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika masing-masing RPM
memberikan harga diantara 30-80 maka spindel dapat digunakan, jika diluar rentang harga
tersebut maka spindel diganti dengan yang lain
c. Pengukuran
 Dilakukan pada suhu kamar
 Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu misalnya 2 menit. Setiap formula
dapat dilakukan 2-3 x pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel
dan kecepatan putarnya
d. Cara kerja :
 Suspensi dikocok lalu dimasukkan ke dalam beker gelas sebanyak + 400-500 ml.
 Spindel dipasang pada gantungan spindel.
 Spindel diturunkan sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya.
 Stop kontak dipasang.
 Motor dinyalakan sambil menekan tombol.
 Spindel dibiarkan berputar dan dilihat jarum merah pada skala.

15
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

 Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka
angka pembacaan tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang
terdapat pada brosur alat.
 Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
 Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk
memutar spindel. Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala
dengan 7,187 dyne cm (untuk viskometer Brookfield tipe RV)

Penafsiran hasil : Dibuat kurva antara kecepatan geser (rpm) dan usaha (dyne cm) yang dibutuhkan
untuk memutar spindel.Usaha dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan
7,187 dyne cm

5. Penentuan homogenitas
Tujuan : Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen
Prinsip : Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan
mikroskop untuk hasil yang lebih akurat).
Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara
visual, prosedurnya adalah sebagai berikut :
 Sampel diambil pada bagian atas, tengah, atau bawah setelah suspensi dikocok terlebih dahulu.
 Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga
terbentuk lapisan tipis.
 Susunan partikel yang terbentuk atau ketidakhomogenan diamati secara visual.
Penafsiran hasil : suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.

6. Penentuan pH
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu ...... (Sesuaikan!!)

7. Distribusi ukuran partikel zat yang terdispersi


Tujuan : menentukan distribusi ukuran partikel
Prinsip: Menghitung frekuensi ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop dan membuat plot
antara frekuensi ukuran terhadap range ukuran partikel
Prosedur :

16
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

- suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada slide (semacam objek
glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas.
- Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga diperoleh kurva
distribusi ukuran partikel.
- Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara 300-500
partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga diperoleh data yang
representatif. British standard bahkan menetapkan pengukuran terhadap 625 partikel.
- Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel dengan jumlah
yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel sempit, 200 partikel sudah
mencukupi.
- Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan pemotretan.
Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup lama. Jika partikel yang
ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak digunakan metode ini.
Penafsiran hasil : Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva distribusi normal
F

_________________ Z

Ket: F = frekuensi, Z = ukuran partikel

8. Penentuan redispersibilitas
Tujuan : Untuk menentukan kemampuan partikel untuk di disperse ulang setelah membentuk suatu
masa caking akibat masa partikel yang ter deflokulasi
Prinsip : mengocok sediaan dalam wadah atau dengan pengocok mekanik (pengocokan mekanik
hasilnya lebih reprodusibel). Suspensi yang sudah terdapat sedimen ditempatkan dalam tabung 100
mL, pengocokan diputar 360o dengan kecepatan 20 rpm, titik akhir pengocokan jika pada dasar
tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil : Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan
pengocokan tangan maksimum 30 detik.

9. Berat jenis sediaan


Tujuan :menjamin sediaan memiliki bobot jenis untuk spesifikasi produk yang akan dibuat
Prinsip: Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama
Prosedur dan Penafsiran Hasil :
17
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

1. Piknometer bersih dan kering yg telah dikalibrasi ditimbang bobotnya sebagai W0


2. Piknometer yg telah diisi air pd suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W1
3. Piknometer yg telah diisi larutan uji/sediaan pada suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W2
4. Bobot jenis larutan uji/sediaan dapat dihitung dg rumus :
dt = w3 – w1
w2 – w1
Keterangan : dt = bobot jenis pada suhu t
w1 = bobot piknometer kosong
w2 = bobot piknometer + air suling
w3 = bobot piknometer + cairan(Panduan Praktikum DSSO, hal.10)

10. Penentuan volume terpindahkan


Tujuan: Sebagai jaminan bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan
volume yang tertera di etiket tidak lebih dari 250 ml, jika dipindahkan dari wadah asli akan
memberikan volume sediaan seperti tertera di etiket.
Prinsip : mengukur kesesuaian volume sediaan dengan yang tertulis pada etiket jika dipindahkan dari
wadah asli
Prosedur :
- Dipilih tidak kurang dari 30 wadah/botol
- Perlakuan awal : 10 botol dipilih dan dikocok satu per satu
- Isi botol dituang perlahan untuk menghindari pembentukan gelembung udara ke dalam gelas ukur
berkapasitas tidak lebih dari 2,5 kali volume yg diukur dan telah dikalibrasi.
- Didiamkan selama  30 menit, jika telah bebas gelembung udara, volume dapat diukur

Penafsiran hasil:
 Volume rata-rata campuran larutan atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100%, dan
 Tidak satupun volume wadah kurang dari 95% dari volume pada etiket.
 Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi
tidak satu wadah pun volumenya kurang dari 95% atau B adalah tidak lebih dari 1 wadah, volume
kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% volume tertera pada etiket  dilakukan uji
tambahan terhadap 20 wadah tambahan.
Persyaratan: Volume rata-rata larutan atau sirup yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari
100% dari yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari 1 dari 30 wadah volume kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% dari yang tertera di etiket

18
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

B. Evaluasi Kimia
1. Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)
2. Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)

C. Evaluasi Biologi
1. Penetapan potensi antibiotika (untuk zat aktif antibiotik)
Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan laruta dan
menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan yang
ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan mikroba berdasarkan metode
lempeng atau metode turbidimetri.
Penafsiran hasil :
Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan
prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,hal 899). Harga KHM yang makin
rendah, makin kuat potensinya. Pada Umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM
yang rendah dan diameter hambat yang besar

2. Pengujian efektivitas pengawet antimikroba


Tujuan: Menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda
yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk parenteral, telinga, hidung, dan
mata yang dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan.
Prinsip: Pengurangan jumlah mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang mengandung
pengawet dalam selang waktu tertentu dapat digunakan sebagai parameter efektifitas pengawet dalam
sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan dengan cara menginkubasi tabung bakteri biologik (Candida
Albicans, Aspergillus Niger, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus)
yang berisi sampel dari inokula pada suhu 20-25C dalam media Soybean-Casein Digest Agar.
Prosedur : Inokulasi menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet secara aseptik ke dalam 5
wadah asli sediaan. Jika wadah tidak dapat ditembus secara aseptik maka dipindahkan 20ml sampel
masing2 ke dalam 5 tabung bakteriologik bertutup steril lalu diinokulasi menggunakan perbandingan
0,10 ml inokula setara dg 20 ml sediaan lalu dicampur, kemudian diinkubasi pd suhu 20˚C atau 25˚C
lalu amati.
Syarat/penafsiran hasil:
Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika:
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah
awal.

19
TEORI SEDIAAN SUSPENSI REKONS

c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari
bilangan yang disebut pada a dan b.

V . CONTOH FORMULA SUSPENSI REKONSTITUSI


(Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 331-332)
a. SULFAMETHAZIN
R/ Sulfamethazine 5%
Sukrosa 60 %
Na Alginat 1,75 %
Na sitrat 0,88 %
Asam sitrat 0,4 %
Na benzoat 0,2 %
Tween 80 0,08 %
Keterangan :
· Dosis sulfamethazine setelah direkonstitusi = 250 mg/5 mL.
· Sukrosa sebagai pemanis dan solid diluent
· Na alginat sebagai suspending agent. Na benzoat sebagai pengawet.
· Asam sitrat dan Na sitrat sebagai dapar agar suspensi setelah direkontitusi pH=5.
· Tween 80 sebagai wetting agent, yang membantu dispersi dari sulfametazin.
Volume sedimentasi suspensi ini setelah 10 hari pada suhu 30 oC adalah 0,95.

b. ERITROMISIN STEARAT
R/ Eritromisin stearat 6,94 %
Sukrosa 60 %
Na alginat 1,5 %
Na benzoat 0,2 %
Tween 80 0,12 %

c. TETRASIKLIN HCl
R/ Tetrasiklin HCl 5.41 %
Sukrosa 60 %
Sterculia gum 1%
Na bikarbonat 0.76 %
Na benzoat 0.2 %
Tween 80 0.8%

20

Anda mungkin juga menyukai