Anda di halaman 1dari 10

Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah

Pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila
volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.
Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dan tiga kali volume
yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
keluarkan gelembung udara dari dalam jarum clan alat suntik dan pindalikan isi dalam alat suntik,
tanpa
mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan
sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dan kapasitas tertera (garis
garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang). Cara lain,
isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah ditara, volume dalam ml
diperoleh dari basil perhitungan berat dalam g dibagi bobot jenis cairan. Isi dari dua atau tiga wadah 1
ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah
untuk mengambil isi tiap wadah. Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka
wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala yang telah ditana.

Volume tidak kurang dari volume yang tertera path wadah bila diuji satu per satu, atau bila wadah
volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi
digabung.

Volume tertera Kelebihan Volume yang dianjurkan


Untuk cairan Untuk cairan
dalam penandaan
encer kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan penentuan
seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik
yang diambil tidak kurang dan dosis yang tertera.

Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan segera kocok baik-baik
sebelum memisahkan isi. Dinginkan hingga suhu 25° sebelum pengukuran volume.

Evaluasi In Process Control


A. Sediaan Suspensi

1. Organoleptik

Tujuan Memeriksa kesesuaian bentuk, bau, rasa, dan warna sediaan


dengan spesifikasi yang telah ditentukan
Prinsip Pemeriksaan bentuk, bau, rasa, dan warna menggunakan panca
indra
Penafsiran hasil Bentuk, bau, rasa, dan warna sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan

2. Penetapan pH (FI IV hal 1039-1040)

Tujuan Untuk melihat keasaman sediaan. Untuk sediaan oral


diusahakan pH mendekati netral yaitu pH 7
Prinsip Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi, atau menggunakan kerta pH. Langkah-langkah
dalam pengujian pH yaitu kertas pH dimasukkan ke dalam
sediaan, ditunggu beberapa saat, kemudian amati kertas pH,
bandingkan dengan indikator pH, dan amati warna yang
terjadi. Setelah itu tulis hasil pH
Penafsiran hasil pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang
ditentukan

3. Penetapan Bobot Jenis Cairan (FI IV <981> hal 1030)

Tujuan Menjamin sediaan memiliki bobot jenis untuk spesifikasi


produk yang akan dibuat
Prinsip Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama
Penafsiran hasil Hitung bobot jenis cairan dengan rumus :
dt = w3 – w1
w2 – w1
Keterangan : dt = bobot jenis pada suhu t
w1 = bobot piknometer kosong
w2 = bobot piknometer + air suling
w3 = bobot piknometer + cairan

4. Homogenitas (FI ed III, hal 33)


Tujuan Menjamin ke-homogenitas-an sediaan suspensi
Prinsip Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel
maupun distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan
sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop untuk
hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yg lama, homogenitas dapat ditentukan
secara visual.
Penafsiran hasil suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau
distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada
berbagai tempat pengambilan sampel.

5. Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield

Tujuan Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton maupun


non newton
Prinsip pengukuran dilakukan menggunakan viskosimeter Brookfield
pada beberapa harga kecepatan geser.
Penafsiran hasil Dibuat kurva antara kecepatan geser (rpm) dan usaha (dyne
cm) yang dibutuhkan untuk memutar spindel.Usaha dihitung
dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan
7,187 dyne cm (untuk viskometer Brookfield tipe RV)

B. Sediaan Emulsi
1. Organoleptik

2. Tujuan Menjamin emulsi yang dibuat tidak mengalami perubahan


bau,warna dan fase
Prinsip mengamati perubahan penampilan emulsi dari segi bau, warna,
pemisahan fase dan pecahnya emulsi secara makroskopis
Penafsiran Hasil emulsi memenuhi syarat bila tidak terjadi perubahan warna,
dan bau, pemisahan fase dan pecahnya emulsi

Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039-1040)

Tujuan Mengetahui pH emulsi untuk mengetahui kesesuaiannya


dengan persyaratan yang telah disesuaikan
Prinsip Pengukuran terhadap pH emulsi mengunakan pH meter yang
telah dikalibrasi dengan larutan dapar
Penafsiran Hasil Sesuai dengan persyaratan pH pada monografi

3. Homogenitas (FI III, hal 33)

Tujuan Menjamin ke-homogenitas-an sediaan emulsi


Prinsip Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel
maupun distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan
sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop untuk
hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yg lama, homogenitas dapat ditentukan
secara visual.
Penafsiran Hasil Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau
distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada
berbagai tempat pengambilan sampel.

4. Penentuan Tipe emulsi

Tujuan Mengetahui kesesuaian tipe emulsi yang dibuat dengan tipe


emulsi yang telah diformulasikan sebelumnya dan melihat
kemungkinan terjadinya inversi fase
Prinsip 1. Uji Kelarutan zat warna : kelarutan zat warna yang
larut dalam air (mis. metilen biru atau amarath) dalam
salah satu fase emulsi
2. Uji pengenceran : ketercampuran atau kelarutan pelarut
air
Penafsiran Hasil 1. Emulsi M/A bila fase kontinu emulsi terwarnai oleh zat
warna larut air (mis. dengan metilen blue, amarath)
2. Emulsi M/A bila dapat diencerkan dengan pelarut
aqueous ; Emulsi A/M bila tidak dapat diencerkan
dengan pelarut aqueous

5. Penentuan Bobot Jenis

Tujuan Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan


spesifikasi dari produk yang telah ditetapkan
Prinsip Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama dengan menggunakan
piknometer (bila tidak disebutkan dalam monografi, maka
pengukuran pada suhu 25)
Penafsiran Hasil Sesuai dengan yang tertera pada monografi

C. Sediaan True Solution


1. Organoleptik

Tujuan Memeriksa kesesuaian warna, bau dan rasa larutan sedapat


mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah
ditentukan selama formulasi.
Prinsip Pemeriksaan bau, rasa, warna menggunakan panca indera.
Penafsiran Hasil Warna, bau dan rasa memenuhi spesifikasi formulasi

2. Penetapan pH (FI IV hal 1039-1040)

Tujuan Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah


ditentukan
Prinsip Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi, atau menggunakan kerta pH. Langkah-langkah
dalam pengujian pH yaitu kertas pH dimasukkan ke dalam
sediaan, ditunggu beberapa saat, kemudian amati kertas pH,
bandingkan dengan indikator pH, dan amati warna yang
terjadi. Setelah itu tulis hasil pH
Penafsiran Hasil pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang
ditentukan

3. Penetapan bobot Jenis (FI ed IV <981> hal 1030)

Tujuan Menjamin sediaan memiliki bobot jenis untuk spesifikasi


produk yang akan dibuat
Prinsip Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama
Penafsiran Hasil Hitung bobot jenis cairan dengan rumus :
dt = w3 – w1

w2 – w1

Keterangan : dt = bobot jenis pada suhu t

w1 = bobot piknometer kosong

w2 = bobot piknometer + air suling

w3 = bobot piknometer + cairan

4. Kejernihan

Tujuan Memastikan larutan terbebas dari pengotor


Prinsip Membandingkan kejernihan larutan uji dengan Suspensi
Padanan, dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus
ke arah bawah tabung dengan latar belakang hitam
Penafsiran Hasil Sesuatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah
kondisi seperti tersebut di atas atau jika opalesensinya tidak
lebih nyata dari suspensi padanan I.
Persyaratan untuk derajat oplesensi dinyatakan dalan suspensi
padanan I, II, dan III.

5. Penetapan viskositas

Tujuan Mengetahui harga viskositas suatu sediaan


Prinsip Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung
pada temperatur tetap
Penafsiran Hasil Viskositas cairan dihitung dengan rumus : η = B (ρ1 – ρ2 ) t

keterangan : η = viskositas cairan

B = konstanta bola

ρ1= bobot jenis bola


ρ2= bobot jenis cairan

t = waktu yang dibutuhkan bola untuk


menempuh jarak tertentu

Pengujian Stabilitas
Stabilitas dapat didefinisikan sebagai tolak ukur dimana suatu produk utuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan serta saat penggunaan,
sifat, dan karakteristiknya sama dengan saat suatu sediaan dibuat (Depkes RI, 1995).
Uji stabilitas ada dua macam, yaitu :
1. Uji stabilitas selama penyimpanan
Penyimpanan sediaan suatu bahan obat selama jangka waktu tertentu dengan
kondisi penyimpanan meliputi suhu, cahaya, udara, dan kelembapan sediaan bahan
obat yang tersimpan dalam ruangan maupun lemasi es dapat dilakukan kontrol
terhadap kandungan bahan obat ataupun keefektifannya, sifat mikrobiologisnya serta
sensoriknya dan kondisi galenik suatu sediaan yang dideteksi (Voight, 1994).
2. Uji stabilitas dipercepat
Reaksi yang digunakan dalam penguraian pada suhu tinggi akan
diekstrapolasikan pada suhu penyimpanan yang ditentukan terhadap kecepatan
penguraian yang dikonsentrasikan, dan kecepatan reaksi terhadap suhu (Voight,
1994).

Uji stabilitas sediaan di bagi menjadi beberapa cara yaitu :

1. Menurut WHO

Uji stabilitas menurut WHO

Menurut WHO Q1A tidak sesuai untuk di gunakan secara universal karena

tidak memperhatikan iklim ekstrim di banyak negara. Dokumen hanya berlaku untuk

obat baru dan bentuk sediaanya,tidak memperhatikan obat dan sediaan yang sudah

beredar di negara-negara anggota WHO (established )

a. Cara pengujian dengan tanpa memperhatikan pengaruh cahaya


Semua zat di ekspose 30 hari pada kondisi udara suhu 50 0c dan100 %RH.

Jika pada periode pengujian ini tidah terdeteksi adanya degradasi lanjutkan

denga suhu di naikkan sampai 700C selama 3-7 hari lagi. Uji hasil degradasi

menggunakan TLC, sedangkan zat tidak terurai dengan analisa

semikuantitafif

b. Rekomendasi dokumen WHO

- Untuk produk yang dipasarkan secara global diuji menurut kondisi

zona iklim IV

- Real time dengan kondisi sedekat mungkin dengan keadaan sistem

distribusi ( minimal 12 bulan )

- Uji dipercepat 40oC+-200c/17%RH+-5%/6 bulan atau 3 bulan pada

45o-50oCdan RH75 %

- Zona iklim 2 uji dipercepat 40oC+-20C/75%RH+-5%/3bulan atau

disarankan 6 bulan jika barang aktif kurang stabil atau untuk produk

di mana jumlah data tersedia terbatas. Alternatif tidak lebih dari 150

C diatas suhu penyimpanan jangka panjang dan kondisi lembab

yang relevan.

- Uji stabilitas sediaan cair disarankan pada suhu yang lebih rendah

misalnya > 0 -10 sampai - 20 0C siklus freeze-thaw dan kondisi

pendinginan 2-8 C. Ekspose terhadap cahaya juga memungkinkan.

- Pengujian dilakukan pada 3 batch kecuali jika barang aktif

digunakan sangat stabil.batch harus representative mewakili proses

manufaktur dan dibuat dengan skalapilot atau skala produksi penuh

- Bacth produksi harus pula diuji setiap bacth selang tahun untuk

skala yang stabil ; unuk produk yang frofil stabilitasnya sudah


diketahui satu batch setiap 3-5 tahun kecuali perubahan besar dari

produk misalnya formula atau proses / metode manufaktur.

- Bacth untuk uji stabilitas harus terinci, nomor bacth, tanggal

manufaktur, ukuran bacth, kemasan dan sebagainya

c. Pengambilan sampel untuk produk baru

- Metode penentuan harus indikatif terhadap stabilitas yang

digunakan untuk mengakuantifasi hasil urai dan zat terurai harus

spesifik dan sensitifitas cukup.

- Metode aplikasi harus sesuai untuk menjamin eksifien masih efektif

dan

- tidah berubah selama masa simpan yang diusulkan

- Suatu produk dinyatakan stabil jika tidak menunjukkan degradasi

bersama, tidak terjadi perubahan fisika, kimia, mikrobiologi, sifat

biologi dan produk tetap dalam batas spesifikasi, release atau

simpan.

- Hasil uji stabilitas di tampilkan dalam bentuk tabel

- Report studi harus termasuk informasi design studi, hasil dan

kesimpulan, evaluasi stabilitas, rekomendasi untuk kondisi

penyimpanan dan usia guna terkait dengan formulasi tertentu dan

metode produksi.

- Beberapa ekstrapolasi data real time bila ditunjang data uji

dipercepat dapat pula berguna.

2. Uji stabilitas menurut ICH

Menurut ICH berubahan bermakna pada uji dipercepat :


 Kehilangan 5% potensi dari kadar awal 1 batch

 Bila hasil urai < dari nilai batas spesifikasi

 Produk melewati batas pH-nya

 Disolusi melewati batas spesifikasi untuk 12 kapsul/tablet

 Gagal memenuhi spesifikasi penampilan dan sifat-sifat fisika seperti warna,

pengerasan,dsb

Q1B (PHOTOSTABILITY TESTING)

 Pengujian bahan berkhasiat

 Pengujian produk formulasi di luar kemasan langsung

 Pengujian sediaan jadi dalam kemasan langsung jika ada gejala fotostabilitas

 Pengujian sediaan jadi dalam kemasan yang akan dipanaskan.

Pengujian pada uji stabilitas sediaan menurut ICH

 Bahan aktif : 2 fase yaitu degradasi stess dan uji konfermasi

 Sediaan farmasi : produk diexpose penuh, produk dalam kemasan primer,

produk dalam kemasan di pasarkan

Daftar Pustaka
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Ansel. H.C., 1989. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi (edisi IV). Penerjemah : Farida
Ibrahim. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Voigt. R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Edisi V). Penerjemah : Soendari
Noerono. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai