Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

“KRIM ACYCLOVIR”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA:
MAGHFIRA DESWITA 11151020000078
SITI NAZILATUR RAHMAH 11171020000029
TIFANY PUTRI SAHARA 11171020000049
CITRI AYU BLEYZENSKI 11171020000092
SHABRINA KAMILA 11171020000080
JUBAIDAH 11171020000084
NURFADHILAH HASIBUAN 11171020000089
ALDINA FIRDAUSA SAUSAN 11171020000097

DOSEN PEMBIMBING:
YUNI ANGGRAENI, M. Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JUNI/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah teknologi sediaan
farmasi “KRIM ACYCLOVIR” ini dengan baik.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang ada.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bu Yuni
Anggraeni, S. Farm., Apt selaku dosen pengajar matakuliah Teknologi Sediaan
Farmasi yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

Ciputat, Juni 2019

Penyusun

KRIM ACYCLOVIR 2
DAFTAR PUSTAKA

COVER ...................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 3

A. Profil Produk Krim Acyclovir ................................................................ 4

B. Studi Pendahuluan ..................................................................................

C. Formula Krim Acyclovir

1. Formula 1 Krim Acyclovir .................................................................


a. Preformulasi Krim Acyclovir .........................................................
b. Analisa Formula.............................................................................
c. Perhitungan Bahan .........................................................................
d. Alat, Bahan dan Prosedur Pembuatan ...........................................

2. Formula 2 Krim Acyclovir .................................................................


a. Preformulasi Krim Acyclovir .........................................................
b. Analisa Formula.............................................................................
c. Perhitungan Bahan .........................................................................
d. Alat, Bahan dan Prosedur Pembuatan ...........................................

3. Formula 3 Krim Acyclovir .................................................................


a. Preformulasi Krim Acyclovir .........................................................
b. Analisa Formula.............................................................................
c. Perhitungan Bahan .........................................................................
d. Alat, Bahan dan Prosedur Pembuatan ...........................................

D. Evaluasi Sediaan ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

KRIM ACYCLOVIR 3
“KRIM ACYCLOVIR”

A. Profil Produk Krim Acyclovir


Produk originator: Zovirax (Acyclovir) Cream 5%

1. Komposisi
Tiap 5 gram acyclovir krim mengandung
Acyclovir .................. 5 %

2. Mekanisme Kerja Obat


Acyclovir adalah nukleosida purin asiklik yang secara in vitro
mempunyai aktivitas menghambat virus herpes simplex (HSV) tipe I dan
HSV tipe II, Varicella Zostem Epstein-Barr, dan Cytomegalovirus.
Acyclovir triposfat akan menggangu virus herpes simplex DNA polymerase
dan menghambat replikasi DNA virus dan menghambat polymerase seluler.

3. Farmakokinetik
a. Absorbsi
Tidak cukup diserap ke dalam sirkulasi sistemik setelah aplikasi
topikal untuk kulit utuh. Setelah aplikasi topikal krim 5% pada pasien
dengan infeksi virus varicella-zoster (VZV) yang terlokalisasi,
konsentrasi asiklovir plasma adalah ≤0,28 mcg/mL atau ≤0,78 mcg/mL
pada mereka yang secara berturut-turut memiliki fungsi ginjal normal
atau terganggu. Setelah aplikasi topikal berulang (5 kali sehari selama
4 hari) krim 5% untuk kulit utuh (710 cm2) pada pria dewasa,
konsentrasi asiklovir plasma diukur 1 jam setelah aplikasi akhir tidak
terdeteksi atau tepat di atas batas deteksi.

KRIM ACYCLOVIR 4
b. Distribusi
Tidak sepenuhnya dikarakterisasi setelah aplikasi topikal.
Melintasi plasenta setelah pemberian oral atau IV. Tidak diketahui
apakah obat atau metabolitnya didistribusikan ke dalam ASI setelah
aplikasi topikal. Setelah pemberian oral atau IV, didistribusikan ke ASI
dalam konsentrasi yang lebih besar daripada konsentrasi plasma ibu
secara bersamaan.
c. Metabolisme
Tidak sepenuhnya dikarakterisasi setelah aplikasi topikal.
Dikonversi secara in vivo menjadi metabolit trifosfat yang aktif secara
farmakologis.
d. Eliminasi
Mengikuti penyerapan sistemik, diekskresikan terutama dalam
urin. Setelah aplikasi topikal krim 5% pada pasien dengan infeksi VZV
lokal, ≤9,4% dari total dosis harian yang diekskresikan dalam urin.
Setelah aplikasi topikal berulang (5 kali sehari selama 4 hari) krim 5%
untuk kulit utuh (710 cm2) pada pria dewasa, 0,04% dari dosis harian
terdeteksi dalam urin dalam waktu 24 jam.
4. Indikasi
Kegunaan Zovirax Cream (acyclovir) adalah untuk hal-hal berikut:
a. Herpes Labialis
Pengobatan herpes labialis berulang pada orang dewasa dan anak-
anak ≥12 tahun.
b. Herpes Genitalis
Pengobatan topikal episode awal herpes genital pada orang
dewasa. Antivirus topikal umumnya tidak direkomendasikan untuk
pengobatan herpes genital. CDC dan lainnya merekomendasikan
asiklovir oral, famciclovir oral, atau valacyclovir oral sebagai obat
pilihan untuk pengobatan episode awal herpes genital dan untuk
perawatan episodik atau terapi penekan kronis dari herpes genital
rekuren.

KRIM ACYCLOVIR 5
c. Infeksi Virus Mucocutaneous Herpes Simplex (HSV)
Pengobatan topikal infeksi HSV mukokutan nongenital yang tidak
mengancam jiwa pada orang dewasa. Terapi sistemik (Asiklovir oral atau
IV) biasanya direkomendasikan untuk pengobatan infeksi HSV
mukokutan.
5. Kontra Indikasi
Penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas
terhadap acyclovir dan valasiclovir.

6. Dosis Dan Cara Pemberian


Untuk anak-anak berusia ≥12 tahun dan orang dewasa:
 Oleskan krim 5% ke area yang terkena 5 kali sehari selama 4 hari.
 Gunakan jumlah yang cukup untuk menutupi lesi atau area yang
bergejala.
 Jangan melebihi dosis, frekuensi, dan durasi terapi yang disarankan.
 Oleskan secara topikal pada lesi yang terdapat pada bibir dan kulit di
sekitarnya sebagai krim atau salep 5%, dan oleskan pada lesi kulit
sebagai salep 5%.
 Jangan oleskan 5% krim atau salep di atau dekat mata. Hanya untuk
penggunaan luar; jangan oleskan ke dalam mulut atau hidung.
 Setelah mengoleskan krim 5%, gosok sampai krim menghilang. Jangan
gunakan dengan pembalut oklusif kecuali jika diarahkan oleh klinisi.
Jangan mandi atau berenang segera setelah aplikasi.
 Ketika menerapkan salep 5%, gunakan ujung jari atau sarung tangan
karet untuk mencegah autoinokulasi situs lain dan penularan virus herpes
ke orang lain.
7. Efek Samping
Efek lokal seperti nyeri ringan, terbakar atau menyengat sementara,
pruritus, bibir pecah atau kering, deskuamasi, kulit kering atau mengelupas.

KRIM ACYCLOVIR 6
8. Penggunaan Oleh Wanita Hamil
Kategori B (studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita
hamil).
9. Interaksi
Tidak ada interaksi yang diidentifikasi sampai saat ini dalam
penggunaan acyclovir topikal bersamaan dengan obat topikal atau sistemik
lainnya.

10. Peringatan Dan Perhatian


Berpotensi iritasi dan sensitisasi kontak dengan krim 5%, dermatitis
kontak dilaporkan.

11. Cara Penyimpanan


Simpan dalam wadah tertutup rapat dan sejuk yaitu pada ≤25°C
(dapat terpapar 15° - 30°C)

B. Studi Pendahuluan
1. Krim
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995) krim adalah bentuk
sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak
(A/M) atau minyak dalam air (M/A).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal
asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat
dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan
estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui rektal
dan vaginal (Murtini, 2016).
Banyak pasien dan dokter yang lebih menyukai krim dibandingkan
salep karena lebih mudah menyebar dan mudah dibersihkan. Industri

KRIM ACYCLOVIR 7
farmasi sering kali memproduksi sediaan topikal baik dalam bentuk krim
maupun salep untuk kenyamanan pasien dan dokter (Ansel, 2013).
Syarat dari sediaan krim meliputi sifat fisik, fisiologi, aplikasi, dan
penyimpanan. Secara fisik sediaan krim harus memiliki tekstur halus,
penampilan bagus, non-dehidrasi, tidak berpasir, tidak berminyak dan
bernoda, serta non-higroskopis. Secara fisiologi sediaan krim tidak
menyebabkan iritasi, tidak mengubah fungsi membran/kulit, larut dengan
sekresi kulit, dan memiliki indeks kepekaan yang rendah. Dari segi
pengaplikasiannya, sediaan krim harus mudah diaplikasikan, memiliki
pelepasan obat yang bagus, dan mudah dibilas dengan air. Dari segi
penyimpanan, sediaan krim harus stabil di berbagai kondisi penyimpanan
sesuai pedoman ICH. Penyimpanan semi padat harus pada suhu tidak
melebihi 25°C kecuali jika diizinkan. Mereka tidak boleh dibekukan dan
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat atau, jika sediaan
mengandung air atau bahan volatil lainnya, simpan dalam wadah kedap
udara. Wadah lebih disukai tabung logam yang dapat dilipat sehingga
sediaan dapat diekstrusi. Jika preparat steril, simpan dalam wadah steril,
kedap udara, dan anti-perusak (Pharmainfo.net).
Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air
minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang dikehendaki.
a. Tipe minyak dalam air
Tipe minyak dalam air merupakan basis yang paling baik untuk
absorpsi dan penetrasi obat yang cepat, tipis, putih, dan konsistensinya
lembut, serta kurang oklusif. Untuk krim tipe M/A digunakan sabun
monovalen seperti: trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur,
gelatinum, caseinum, CMC, dan emulgidum.
b. Tipe air dalam minyak
Tipe air dalam minyak memiliki sifat emolien yang bagus,
oklusif (<salep berminyak), creamy, putih atau translucent dan lebih
kaku. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps
lanae, koleterol, dan cera.

KRIM ACYCLOVIR 8
2. Komponen Krim
Formula umum krim selain bahan aktif terdiri atas:
a. Minyak

Jika fase minyak meningkat, krim biasanya lebih licin dan lebih
menyebar.
b. Emulgator
Emulgator berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan
dua fase dalam emulsi dan mencegah koalesensi suatu fase. Emulgator
yang ideal haruslah:
- Mengandung suatu surfaktan untuk menurunkan tegangan
permukaan.
- Diadsorpsi secara cepat di sekitar globul untuk mencegah
koalesen.
- Menimbulkan potensial listrik yang cukup untuk mempermudah
daya tolak menolak.
- Efektif pada konsentrasi rendah.
c. Stiffening agent atau thickening agent
Stiffening agent atau thickening agent berfungsi untuk
meningkatkan viskositas; mungkin alami, semi-sintetik, atau sintetis.
Contoh stiffening agent antara lain:
- Natural: selulosa, pektin
- Semisintetis: metilselulosa, (sodium) karboksimetilselulosa

KRIM ACYCLOVIR 9
- Sintetis: karbopol (Krilla, 2009)
d. Peningkat penetrasi
Peningkat penetrasi berfungsi untuk meningkatkan penetrasi
bahan aktif ke dalam kulit, contoh: etanol, asam oleat, propilen glikol,
polietilen glicol (400) (Krilla, 2009).
e. Humektan
Humektan berfungsi untuk meningkatkan retensi air dalam
campuran, contoh: gliserin, propilen glicol, polietilen glikol (low
MW) (Krilla, 2009).
f. Pengawet
Pengawet berfungsi untuk mencegah atau memperlambat
pertumbuhan mikroba, mungkin terdiri atas salah satu dari 4 jenis
senyawa utama yaitu asam, alkohol, senyawa amonium kuaterner,
atau merkuri organik. Contoh pengawet antara lain Acid: benzoic;
alcohol: phenylethyl; quaternary ammonium: stearyl dimethyl benzyl
ammonium chloride; organic mercurial: thimerosal (Krilla, 2009).
g. Antioksidan
Antioksidan berfungsi untuk mencegah atau memperlambat
oksidasi komponen lain, contohnya antara lain tokoferol, butylated
hydroxy toluene, atau reduktor seperti asam askorbat (Krilla, 2009).
h. pH modifier
pH modifier berfungsi untuk mengatur pH untuk disesuaikan
dengan pH sediaan yang diinginkan.
i. Air
Air berfungsi sebagai fase air dalam sediaan krim.
3. Acyclovir
Bahan aktif yang digunakan adalah acyclovir. Acyclovir merupakan
obat antivirus yang digunakan secara luas untuk pengobatan herpes
simplex. Acyclovir digunakan dalam pengobatan infeksi virus herpes pada
genital, kulit, dan membran mukosa, serta mengobati gejala cacar air.
Acylovir bersifat sukar larut dalam air.

1
KRIM ACYCLOVIR
0
Herpes Simpleks merupakan infeksi virus yang ditandai dengan
episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir,
yang berisi cairan dan terasa nyeri. Herpes simpleks menyebabkan
timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi pada kulit ini
kebanyakan disebabkan oleh herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). 80% dari
penderita akan tetap mengandung virus dan sekitar 40% akan
mendapatkan infeksi berulang. Sekitar 1% penderita akan membawa virus
selama bulanan. Infeksi virus ini akan terjadi selama 4 sampai 10 hari dan
bisa berlangsung sampai 30 hari pada pasien dengan daya tahan tubuh
lemah, dimana lepuhan kulit akan berubah menjadi nekrosis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara acak dan doubleblind
menyatakan bahwa pemberian antivirus seperti acylovir dengan rute
pemberian topikal seperti krim efektif untuk mempersingkat durasi
lepuhan dan mengurangi rasa sakit. Selain itu, sediaan krim acyclovir
digunakan karena mudah untuk diaplikasikan, mudah untuk dibawa atau
disimpan karena ukurannya yang tidak terlalu besar dan masih dianggap
lebih aman jika dibandingkan dengan pemberian oral atau parenteral.
Krim acyclovir yang digunakan memberikan efek lokal yaitu
menghantarkan obat ke kulit dalam penanganan kelainan kulit dan kulit
sebagai target organ. Kulit merupakan organ yang elastis, dapat
merenggang dan reversible. Lapisan kulit terdiri dari 3 lapisan utama yaitu,
epidermis, dermis dan subkutan.

Epidermis merupakan lapisan kulit terluar yang terdiri dari lapisan


sel yang telah mati yang disebut juga lapisan tanduk. Fungsi epidermis

1
KRIM ACYCLOVIR
1
adalah sebagai sawar pelindung terhadap bakteri, iritasi, alergi dan lain-
lain. Ketebalannya 0,006-0,8 mm, pH 4,2-6,5, kadar air 10-25%. Pada
lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah, sehingga lapisan
epidermis merupakan perintang utama terhadap absorpsi obat. Lapisan
epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu:

- Stratum korneum (lapisan tanduk)


- Stratum lucidum (daerah sawar)
- Stratum granulosum (lapisan seperti butir)
- Stratum spinosum (lapisan sd dun)
- Stratum germinativum (lapisan sel basal)
Untuk mendapatkan hasil terbaik, acyclovir harus mencapai
konsentrasi terapi dalam sel basal epidermis, dimana sel ini merupakan
pintu gerbang virus bisa disebarkan. Konsekuensinya krim acyclovir yang
dibuat harus dapat berpenetrasi pada stratum korneum kulit dan sampai ke
stratum germinativum (lapisan sel basal).
4. Teknik Peningkatan Penetrasi Obat
Stratum korneum merupakan lapisan paling atas dari epidermis.
Stratum korneum merupakan halangan pertama dari penghantaran
transdermal, dimana stratum korneum terdiri atas korneosit yang terbenam
di dalam matriks lipid intraseluler yang terdiri atas seramid, asam lemak
bebas dan kolesterol. Ketebalan kira-kira 10 µm dalam keadaan kering.
Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menembus penghalang
tersebut dan memperbaiki penghantaran obat melalui transdermal.
Beberapa teknik tersebut antara lain penetration enhancer, sistem

1
KRIM ACYCLOVIR
2
supesaturasi, vesikel, iontophoresis, elektroporasi, sponophoresis,
microneedles, dan lain-lain.
Obat-obat yang dapat diberikan melalui rute transdermal harus
memiliki karakteristik sebagai berikut bobot molekular rendah (<500 Da),
lipofilisitas dan aktivitas farmakologis tinggi, efektif pada dosis rendah: 5-
10 mg/hari (antihipertensi, agen antiangina, analgesik steroid dan
kontrasepsi).
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan
penetrasi obat melalui stratum korneum kulit, salah satunya dengan
memperkecil ukuran partikel sehingga permeabilitas obat lebih baik.
Selain itu, untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit
dapat digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Peningkat
penetrasi (enhancer) dapat bekerja melalui tiga mekanisme, yaitu dengan
cara mempengaruhi struktur stratum korneum, berinteraksi dengan protein
intraseluler dan memperbaiki partisi obat, dan coenhancer atau cosolvent
ke dalam stratum korneum.
Cosolvent dapat meningkatkan kelarutan bahan obat sehingga dapat
meningkatkan penetrasinya melalui membran kulit untuk mencapai tempat
aksinya. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi
antara lain air, sulfoksida dan senyawa sejenis azone, pirolidon, asam-
asam lemak, alkohol dan glikol, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan
fosfolipid.

C. Formula Krim Acyclovir


Krim Asiklovir adalah asiklovir dalam dasar krim yang sesuai.
Mengandung asiklovir, C8H11N5O3, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI V, 2014).
1. Formula 1 Krim Acyclovir
Formula 1 krim acyclovir ini merupakan formula krim acyclovir
yang telah dipatenkan oleh The Patent Cooperation Treaty (PCT) dan
dipublikasikan oleh International Application Published Under The

1
KRIM ACYCLOVIR
3
Patent Cooperation Treaty dengan klasifikasi paten internasional berupa
A61K 31/70 (2006.01). Berikut formula 1 krim acyclovir:

Bahan Jumlah % (w/w)


Acyclovir, USP 50.0 g
2-Deoxy-D-glucose 2.0 g 5
Cetostearyl acohol 67.5 g 0,2
Sodium lauryl
7.5 g
sulphate
White soft paraffin 125.0 g
Liquid paraffin 50.0 g
Propylene glycol 400.0 g
Purified water, Q.S. to 1000.0 g

a. Preformulasi
1) Acyclovir
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih;
melebur pada suhu lebih dari 250ºC disertai
peruraian (FI V, 2014)
Kelarutan Larut dalam asam klorida encer, sukar larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol (FI V,
2014)
Fungsi Bahan aktif
Titik lebur 256,5-257ºC (Budavari, 1996)
Konstanta pKa 2,27 dan 9, 25 (American Hospital
disosiasi Formulary Service, 1999)
Inkompatibilitas Acyclovir dilaporkan tidak kompatibel
dengan foscarnet (Martindale, 2009)
Indikasi Pengobatan infeksi herpes simplex pada
pasien immune compromised, profilaksis
infeksi herpes simpleks, pengobatan herpes
genital parah pada pasien
immunocompromised parah, pengobatan
infeksi varicella zoster primer dan
kambuhan pada pasien

1
KRIM ACYCLOVIR
4
immunecompromised, infeksi herpes
simplex encephalitis pada neonatus (di atas
6 bulan) (Pionas.pom.go.id)
Wadah dan Simpan pada suhu tidak lebih dari 25ºC (FI
penyimpanan V, 2014)

2) 2-Deoxy-D-glucose

Pemerian Serbuk agak putih, tidak manis, tidak berbau


Kelarutan Surcroester dapat bercampur dengan air dan
minyak sesuai besarnya HLB
Tidak leleh 40-60 C
pH 4-8
Fungsi Stabilisator dan surfakan
Inkompatibilitas Dalam suhu tinggi akan terdegradasi

3) Cetostearyl alcohol
Pemerian Cetostearyl alkohol merupakan massa yang
tidak berwarna, putih atau berwarna krem,
atau serpihan atau butiran yang hampir
putih, aroma manis yang samar dan khas.
Pada pemanasan, alkohol cetostearyl
meleleh menjadi cairan berwarna kuning
bening, tidak berwarna atau pucat bebas dari
zat tersuspensi (HOPE, 2006).
Kelarutan Larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak;
praktis tidak larut dalam air (HOPE, 2006).
Fungsi Viscosity-increasing agent (HOPE, 2006).

1
KRIM ACYCLOVIR
5
Stabilitas Cetostearyl alkohol stabil dalam kondisi
penyimpanan normal (HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat
dan garam logam (HOPE, 2006).
Titik lebur 49-56ºC (HOPE, 2006).
Wadah dan Cetostearyl alkohol harus disimpan dalam
penyimpanan wadah yang tertutup rapat di tempat yang
sejuk dan kering (HOPE, 2006).

4) Sodium lauryl sulphate


Pemerian Sodium lauryl sulfate berwarna putih, krem,
atau berwarna kuning pucat. Berbentuk
kristal, serpih, atau bubuk yang memiliki
rasa halus, seperti sabun, rasa pahit, dan
sedikit bau zat lemak (HOPE, 2006).
Kelarutan larut dalam air secara bebas, memberikan
larutan opalescent; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter (HOPE, 2006).
Fungsi Surfaktan anionik, emulgator, dan skin
penetrant (HOPE, 2006).
Ph 7.0-9.5 (1% larutan cair) (HOPE, 2006).
Critical micelle 8.2 mmol/L (0.23 g/L) pada 20ºC (HOPE,
concentration 2006).
Massa jenis 1.07 g/cm3 pada 20ºC (HOPE, 2006).
HLB ≈40 (HOPE, 2006).
Titik lebur 204-207ºC (HOPE, 2006).
Stabilitas Sodium lauryl sulfate stabil dalam kondisi
penyimpanan normal. Namun, dalam
larutan, dalam kondisi ekstrem, mis., PH 2,5
atau di bawahnya, ia mengalami hidrolisis
menjadi lauril alkohol dan natrium bisulfat
(HOPE, 2006).

1
KRIM ACYCLOVIR
6
Inkompatibilitas Sodium lauryl sulfate bereaksi dengan
surfaktan kationik, menyebabkan hilangnya
aktivitas bahkan dalam konsentrasi yang
terlalu rendah untuk menyebabkan
pengendapan. Sodium lauryl sulfat juga
tidak sesuai dengan beberapa garam
alkaloid dan mengendap dengan timbal dan
garam kalium (HOPE, 2006).
Wadah dan Bahan curah harus disimpan dalam wadah
penyimpanan tertutup yang jauh dari zat pengoksidasi kuat
di tempat yang sejuk dan kering (HOPE,
2006).

5) White soft paraffin


Sinonim Petrolatum dan lanolin alkohol (HOPE,
2006).
Pemerian Suatu padatan berwarna gading pucat,
lunak, dengan bau sterol yang samar
(HOPE, 2006).
Kelarutan 1 dalam 20 bagian kloroform larut, dan 1
dalam 100 bagian minyak mineral;
mengendap pada konsentrasi yang lebih
tinggi. Presipitasi terjadi dalam etanol
(95%), heksana, dan air. Dapat
didispersikan dalam isopropil palmitat.
Membentuk gel dalam minyak jarak dan
minyak jagung (HOPE, 2006).
Fungsi Humektan dan plasticizer (HOPE, 2006).
HLB ≈9 (HOPE, 2006).
Hidroxyl value 11-15 (HOPE, 2006).
Titik lebur 40-46ºC (HOPE, 2006).

1
KRIM ACYCLOVIR
7
Stabilitas Alkohol petrolatum dan lanolin stabil
(HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Alkohol lanolin tidak sesuai dengan tar
batubara, ichthammol, fenol, dan resorsinol
(HOPE, 2006).
Wadah dan Harus disimpan dalam wadah tertutup di
penyimpanan tempat yang sejuk dan kering (HOPE,
2006).

6) Liquid paraffin
Sinonim Mineral oil (HOPE, 2006).
Pemerian Minyak mineral adalah cairan berminyak
transparan, tidak berwarna, kental, tanpa
fluoresensi di siang hari. Praktis hambar dan
tidak berbau ketika dingin, dan memiliki
bau minyak bumi ketika dipanaskan (HOPE,
2006).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol (95%),
gliserin, dan air; larut dalam aseton,
benzena, kloroform, karbon disulfida, eter,
dan eter minyak bumi. Larut dengan minyak
atsiri dan minyak tetap, dengan
pengecualian minyak jarak (HOPE, 2006).
Fungsi Emollient (HOPE, 2006).
Titik didih >360ºC (HOPE, 2006).
Viskositas 110–230 mPa s pada 20ºC (HOPE, 2006).

Stabilitas Minyak mineral mengalami oksidasi saat


terkena panas dan cahaya. Oksidasi dimulai
dengan pembentukan peroksida, yang
menunjukkan 'periode induksi'. Dalam
kondisi biasa, periode induksi dapat

1
KRIM ACYCLOVIR
8
memakan waktu berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Namun, begitu jejak
peroksida terbentuk, oksidasi lebih lanjut
adalah autokatalitik dan berlangsung sangat
cepat. Oksidasi menghasilkan pembentukan
aldehid dan asam organik, yang memberi
rasa dan bau (HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan oksidator kuat
(HOPE, 2006).
Wadah dan Minyak mineral harus disimpan dalam
penyimpanan wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering (HOPE,
2006).

7) Propilene glycol

C3H8O2
Berat Molekul 76.09
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis
Fungsi Pelarut dan antimicrobial preservative
(HOPE, 2006)
Titik Didih 188ºC
Densitas 1.038g/cm3 dalam 20ºC
Kelarutan Bercampur dengan aseton, gliserol, ethanol
95%, air, kloroform, larut dalam 1 : 6 eter
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, suhu sejuk, dan
kering

1
KRIM ACYCLOVIR
9
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi
seperti kalium permanganat

8) Purified water
Pemerian Cairan putih, bening tidak kental tidak
berasa, tidak berbau, tidak berbau
Titik leleh 0ºC
Titik didih 100ºC
Berat molekul 18,02 g/mol
Volume molar 55,5 mol/L
Titik Beku 0ºC
Kalor jenis 4186 j/kg.k
Fungsi Pelarut

b. Analisa Formula

c. Perhitungan Bahan
Sediaan krim yang dibuat adalah sediaan krim acyclovir 5 gram.

Bahan Perhitungan Hasil


Acyclovir, USP 50 0,5 gram
× 10
1000
2-Deoxy-D-glucose 2 0,02 gram
× 10
1000
Cetostearyl acohol 67,5 0,675 gram
× 10
1000
Sodium lauryl 7,5 0,075 gram
× 10
1000
sulphate
White soft paraffin 125 1,25 gram
× 10
1000
Liquid paraffin 50 0,5 gram
× 10
1000
Propylene glycol 400 4 gram
× 10
1000
Purified water, Q.S. 10 gram – 7,02 gram 2,98 gram
to

d. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja

2. Formula 2 Krim Acyclovir


2
KRIM ACYCLOVIR
0
Formula 2 krim acyclovir ini merupakan formula krim acyclovir
yang dipasarkan oleh Glaxo-Wellcome dengan nama dagang Zovirax®
Cream. Berikut formula 2 krim acyclovir:
Bahan Jumlah (%)
Micronised Acyclovir 5
Cetostearyl alcohol 6,75
Propylene glycol 40
Sodium lauryl sulphate 0,75
Poloxamer 407 1
Mineral oil 5
Stringy petrolatum 12,5
Water 29

a. Preformulasi
1) Micronised acyclovir
Pemerian Serbuk hablur, putih hingga hampir putih,
ukuran lebih kecil dari acyclovir, melebur
pada suhu lebih dari 250ºC disertai peruraian
(FI V, 2014).
Kelarutan Larut dalam asam klorida encer, sukar larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol (FI V,
2014)
Fungsi Bahan Aktif
Titik Lebur 256,5-257ºC
Konstanta pKa 2,27 dan 9,25 (American Hospital
Disosiasi Formulary a Service, 1999)
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan foscarnet
(Martindale, 2009)
Indikasi Pengobatan infeksi herpes simplex pada
pasien immunocomprised parah, pengobatan
infeksi varicella zoster primer dan kambuhan
pada pasien immunocompromised, infeksi

2
KRIM ACYCLOVIR
1
herpes simplex encephalitis pada neonates
(di atas 6 bulan) (Pionas.pom.go.id)
Wadah Simpanan pada suhu tidak lebih dari 25 C (FI
penyimpanan V, 2014)

2) Cetostearyl alcohol

CH3(CH2)nCH2OH;

Titik Leleh 48-56°C


Berat Molekul 512.948 g/mol
Pemerian Putih, tidak berbau, agak manis, serpihan,
platelet atau granul. Pada saat pemanasan
bening putih tidak berwarna
Kelarutan Larut dalam etanol, eter, alcohol, dan praktis
tidak larut air
Titik Didih Lebih dari 480 F
Densitas 0.81 at 77 ° F (USCG, 1999)
Fungsi Emmolient, emulsifying agent
Penyimpanan Dala wadah tertutup rapat, sejuk, dan kering
Inkompatibilitas Non kompatibel dengan senyawa oksidator
kuat dan garam besi

3) Propylene glicol

C3H8O2
Berat Molekul 76.09

2
KRIM ACYCLOVIR
2
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis
Fungsi Pelarut dan antimicrobial preservative
(HOPE, 2006)
Titik Didih 188ºC
Densitas 1.038g/cm3 dalam 20ºC
Kelarutan Bercampur dengan aseton, gliserol, ethanol
95%, air, kloroform, larut dalam 1 : 6 eter
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, suhu sejuk, dan
kering
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi
seperti kalium permanganat

4) Sodium lauryl sulphate

C12H25NaO4S

Berat Molekul 288.38


Pemerian Putih, krem, atau kuning pucat cristal,
serpihan atau serbuk, rasa agak pahit, bau
lemah
Densitas 1.07g/cm3 pada 20ºC
Titik Leleh 204–207ºC
Kelarutan Mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam kloroform dan eter
Penyimpanan Stabil dalam wadah tertutup, jauh dari
pengoksidasi kuat, dan kering
Inkompatibilitas Surfaktan kationik

2
KRIM ACYCLOVIR
3
Fungsi Anionic surfactant, emulsifying agent, dan
skin penetrant (HOPE, 2006)

5) Poloxamer 407
Pemerian Putih, seperti lilin, tidak berbau, dan tidak
berasa
Titik leleh 16ºC for poloxamer 124; 52–57ºC for
poloxamer 188; 49ºC for poloxamer 237;
57ºC for poloxamer 338; 52–57ºC for
poloxamer 407.
Kelarutan Berbeda-beda tergantung jenis
poloxamernya
pH 5-7,4 pada 2,5% w/v
Densitas 1.06g/cm3 pada 25ºC
Stabilitas Senyawa yang stabil dalam asam, basa, dan
logam
Penyimpanan Simpan dalam suhu ruang, kering, dan sejuk
Inkompatibilitas Tergantung pada konsentrasinya, poloxomer
188 inkompatibel dengan Fenol dan paraben
Fungsi Emulsifying agent (HOPE, 2006)

6) Mineral oil
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, minyak, tidak
berbau, tidak berasa, tidak menciptakan
flouresensi pada siang hari
Kelarutan Larut dalam eter, kloroform, hidrokarbon,
praktis tidak larut dalam air
Inkompatibilitas Teroksidasi bila terkena panas dan cahaya,
inkompatibel dengan oksidator kuat
Fungsi Pelarut dan emolient (HOPE, 2006)

7) Stringy petrolatum

2
KRIM ACYCLOVIR
4
Fungsi Emollient
Pemerian Berserbuk, minyak, putih atau kuning, tidak
berbau, tidak berasa
Stabilitas Stabil pada senyawa hidrokarbon tidak
reaktif dapat disterilisasi dengan pemanasan
Penyimpanan Pada tempat yang tidak terdapat udara,
tertutup baik, kering, terlindung dari cahaya
Inkompatibilitas Merupakan senyawa inert dengan
inkompatibilitas yang sedikit
Kelarutan Tidak larut dalam aseton, ethanol, air,
gliserin dan larut dalam benzene, karbon
disulfide, chloroform

8) Water
Pemerian Cairan putih, bening tidak kental tidak
berasa, tidak berbau, tidak berbau
Titik leleh 0ºC
Titik didih 100ºC
Berat molekul 18,02 g/mol
Volume molar 55,5 mol/L
Titik Beku 0ºC
Kalor jenis 4186 j/kg.k
Fungsi Pelarut

b. Analisa Formula

c. Perhitungan Bahan
Sediaan krim yang akan dibuat adalah sediaan krim acyclovir 5 gram.

Formula Penghitungan Hasil


Acyclovir 5% x 5 gram 0,25 gram

2
KRIM ACYCLOVIR
5
6.75% x 5
Cetostearyl Alcohol 0,3375 gram
gram
Propylene Glycol 40% x 5 gram 2 gram
Sodium Lauryl 0.75% x 5
0,0375 gram
Sulfate gram
Poloxamer 407 1% x 5 gram 0,05 gram
Mineral Oil 5% x 5 gram 0,25 gram
Stingy Petrolatum 5% x 5 gram 0,25 gram
Water 29% x 5 gram 1,45 gram

d. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja


1) Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim
acyclovir antara lain:
 Timbangan analitik
 Stirrer
 Cawan penguap
 Spatel
 Termometer
 Gelas beker
 Sudip
 Penangas air
 Mortar dan stamper
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim
acyclovir antara lain:

Bahan Jumlah (g)


Acyclovir 0,25
Cetostearyl Alcohol 0,3375
Propylene Glycol 2
Sodium Lauryl Sulfate 0,0375

2
KRIM ACYCLOVIR
6
Poloxamer 407 0,05
Mineral Oil 0,25
Stingy Petrolatum 0,25
Water 0,25

3) Prosedur Kerja
 Siapkan alat dan bahan.
 Setarakan timbangan dan menimbang bahan sesuai
perhitungan.
 Massa 1 (fase minyak) : Leburkan mineral oil, setil alkohol,
dan stringy petrolatum di atas cawan penguap menggunakan
penangas air hingga suhu 70°C.
 Leburkan juga Massa 2 (fase air), yaitu propilen glikol,
sodium lauryl sulfate, poloxamer 407, dan aquadest. Leburkan
hingga suhu 70°C.
 Sambil menunggu M1 dan M2, gerus acyclovir di dalam
mortar hingga halus. Tujuan menggerus acyclovir ini agar
mempercepat proses penghomogenan, karena asiklovir agak
sukar larut dalam air.
 Tambahkan atau campurkan fase minyak ke dalam fase air,
sambil terus dipanaskan di atas penangas dan aduk
menggunakan stirrer hingga terbentuk massa krim yang
homogen.
 Turunkan temperatur hingga 60-65°C. Dan masukkan
acyclovir yang telah digerus.
 Turunkan suhu hingga 40°C, tambahkan parfum (secukupnya
dan jika ingin) aduk terus hingga homogen.
 Masukkan ke dalam wadah sediaan, dan beri etiket.
 Evaluasi sediaan yang meliputi evaluasi organoleptik, pH dan
homogenitas.
9) Formula 3 Krim Acyclovir

2
KRIM ACYCLOVIR
7
Formula 3 krim acyclovir ini merupakan formula krim acyclovir
yang dipasarkan oleh Glaxo-Wellcome Inc. dengan nama dagang Zovirax
CS® Cream dengan U.S Patent berupa 4,963,555. Berikut formula 3 krim
acyclovir:
Bahan Jumlah (g)
Acyclovir 20
Cetostearyl alcohol B.P 67,5
Sodium lauryl sulphate B.P 7,5
White soft paraffin B.P 125
Liquid paraffin B.P 50
Butane 1,3-diol B.P 400
Purified water B.P Ad to 1000
a. Preformulasi
1) Acyclovir
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih;
melebur pada suhu lebih dari 250ºC disertai
peruraian (FI V, 2014)
Kelarutan Larut dalam asam klorida encer, sukar larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol (FI V,
2014)
Fungsi Bahan aktif
Titik lebur 256,5-257ºC (Budavari, 1996)
Konstanta pKa 2,27 dan 9, 25 (American Hospital
disosiasi Formulary Service, 1999)
Inkompatibilitas Acyclovir dilaporkan tidak kompatibel
dengan foscarnet (Martindale, 2009)
Indikasi Pengobatan infeksi herpes simplex pada
pasien immune compromised, profilaksis
infeksi herpes simpleks, pengobatan herpes
genital parah pada pasien
immunocompromised parah, pengobatan

2
KRIM ACYCLOVIR
8
infeksi varicella zoster primer dan
kambuhan pada pasien
immunecompromised, infeksi herpes
simplex encephalitis pada neonatus (di atas
6 bulan) (Pionas.pom.go.id)
Wadah dan Simpan pada suhu tidak lebih dari 25ºC (FI
penyimpanan V, 2014)

2) Cetostearyl alcohol B.P


Pemerian Cetostearyl alkohol merupakan massa yang
tidak berwarna, putih atau berwarna krem,
atau serpihan atau butiran yang hampir
putih, aroma manis yang samar dan khas.
Pada pemanasan, alkohol cetostearyl
meleleh menjadi cairan berwarna kuning
bening, tidak berwarna atau pucat bebas dari
zat tersuspensi (HOPE, 2006).
Kelarutan Larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak;
praktis tidak larut dalam air (HOPE, 2006).
Fungsi Viscosity-increasing agent (HOPE, 2006).
Stabilitas Cetostearyl alkohol stabil dalam kondisi
penyimpanan normal (HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat
dan garam logam (HOPE, 2006).
Titik lebur 49-56ºC (HOPE, 2006).
Wadah dan Cetostearyl alkohol harus disimpan dalam
penyimpanan wadah yang tertutup rapat di tempat yang
sejuk dan kering (HOPE, 2006).

3) Sodium lauryl sulphate B.P

2
KRIM ACYCLOVIR
9
Pemerian Sodium lauryl sulfate berwarna putih, krem,
atau berwarna kuning pucat. Berbentuk
kristal, serpih, atau bubuk yang memiliki
rasa halus, seperti sabun, rasa pahit, dan
sedikit bau zat lemak (HOPE, 2006).
Kelarutan larut dalam air secara bebas, memberikan
larutan opalescent; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter (HOPE, 2006).
Fungsi Surfaktan anionik, emulgator, dan skin
penetrant (HOPE, 2006).
Ph 7.0-9.5 (1% larutan cair) (HOPE, 2006).
Critical micelle 8.2 mmol/L (0.23 g/L) pada 20ºC (HOPE,
concentration 2006).
Massa jenis 1.07 g/cm3 pada 20ºC (HOPE, 2006).
HLB ≈40 (HOPE, 2006).
Titik lebur 204-207ºC (HOPE, 2006).
Stabilitas Sodium lauryl sulfate stabil dalam kondisi
penyimpanan normal. Namun, dalam
larutan, dalam kondisi ekstrem, mis., PH 2,5
atau di bawahnya, ia mengalami hidrolisis
menjadi lauril alkohol dan natrium bisulfat
(HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Sodium lauryl sulfate bereaksi dengan
surfaktan kationik, menyebabkan hilangnya
aktivitas bahkan dalam konsentrasi yang
terlalu rendah untuk menyebabkan
pengendapan. Sodium lauryl sulfat juga
tidak sesuai dengan beberapa garam
alkaloid dan mengendap dengan timbal dan
garam kalium (HOPE, 2006).

3
KRIM ACYCLOVIR
0
Wadah dan Bahan curah harus disimpan dalam wadah
penyimpanan tertutup yang jauh dari zat pengoksidasi kuat
di tempat yang sejuk dan kering (HOPE,
2006).

4) White soft paraffin B.P


Sinonim Petrolatum dan lanolin alkohol (HOPE,
2006).
Pemerian Suatu padatan berwarna gading pucat,
lunak, dengan bau sterol yang samar
(HOPE, 2006).
Kelarutan 1 dalam 20 bagian kloroform larut, dan 1
dalam 100 bagian minyak mineral;
mengendap pada konsentrasi yang lebih
tinggi. Presipitasi terjadi dalam etanol
(95%), heksana, dan air. Dapat
didispersikan dalam isopropil palmitat.
Membentuk gel dalam minyak jarak dan
minyak jagung (HOPE, 2006).
Fungsi Humektan dan plasticizer (HOPE, 2006).
HLB ≈9 (HOPE, 2006).
Hidroxyl value 11-15 (HOPE, 2006).
Titik lebur 40-46ºC (HOPE, 2006).
Stabilitas Alkohol petrolatum dan lanolin stabil
(HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Alkohol lanolin tidak sesuai dengan tar
batubara, ichthammol, fenol, dan resorsinol
(HOPE, 2006).
Wadah dan Harus disimpan dalam wadah tertutup di
penyimpanan tempat yang sejuk dan kering (HOPE,
2006).

3
KRIM ACYCLOVIR
1
5) Liquid paraffin B.P
Sinonim Mineral oil (HOPE, 2006).
Pemerian Minyak mineral adalah cairan berminyak
transparan, tidak berwarna, kental, tanpa
fluoresensi di siang hari. Praktis hambar dan
tidak berbau ketika dingin, dan memiliki
bau minyak bumi ketika dipanaskan (HOPE,
2006).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol (95%),
gliserin, dan air; larut dalam aseton,
benzena, kloroform, karbon disulfida, eter,
dan eter minyak bumi. Larut dengan minyak
atsiri dan minyak tetap, dengan
pengecualian minyak jarak (HOPE, 2006).
Fungsi Emollient (HOPE, 2006).
Titik didih >360ºC (HOPE, 2006).
Viskositas 110–230 mPa s pada 20ºC (HOPE, 2006).

Stabilitas Minyak mineral mengalami oksidasi saat


terkena panas dan cahaya. Oksidasi dimulai
dengan pembentukan peroksida, yang
menunjukkan 'periode induksi'. Dalam
kondisi biasa, periode induksi dapat
memakan waktu berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Namun, begitu jejak
peroksida terbentuk, oksidasi lebih lanjut
adalah autokatalitik dan berlangsung sangat
cepat. Oksidasi menghasilkan pembentukan
aldehid dan asam organik, yang memberi
rasa dan bau (HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan oksidator kuat
(HOPE, 2006).

3
KRIM ACYCLOVIR
2
Wadah dan Minyak mineral harus disimpan dalam
penyimpanan wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering (HOPE,
2006).

6) Butane 1,3-diol B.P


Sinonim Butylene glicol
Pemerian Butilen glikol muncul sebagai cairan kental
jernih, tidak berwarna, dengan rasa manis
dan aftertaste pahit (HOPE, 2006).
Kelarutan Larut dengan aseton, etanol (95%), minyak
jarak, dibutil ftalat, eter, air; praktis tidak
larut dalam minyak mineral, minyak biji
rami, etanolamin, hidrokarbon alifatik;
melarutkan sebagian besar minyak esensial
dan zat penyedap sintetis (HOPE, 2006).
Fungsi Antimicrobial preservative (HOPE, 2006).
Berat jenis 1.004-1.006 pada 20ºC (HOPE, 2006).
Viskositas 104 mPa s (104 cP) pada 25ºC (HOPE,
2006).
Stabilitas Butilen glikol bersifat higroskopis. Ketika
dipanaskan hingga terurai, butylene glycol
mengeluarkan asap tajam dan asap yang
mengiritasi (HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Butilen glikol tidak sesuai dengan reagen
pengoksidasi (HOPE, 2006).
Wadah dan Butilen glikol harus disimpan dalam wadah
penyimpanan yang tertutup rapat di tempat yang sejuk,
kering, berventilasi baik (HOPE, 2006).

7) Purified water B.P

3
KRIM ACYCLOVIR
3
Pemerian Air adalah cairan yang jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
(HOPE, 2006).
Kelarutan Larut dengan sebagian besar pelarut polar
(HOPE, 2006).
Fungsi Pelarut (HOPE, 2006).
Titik didih 100ºC (HOPE, 2006).
Viskositas 0.89 mPa s (0.89 cP) pada 25ºC (HOPE,
2006).
Konstanta
D25 = 78,54 (HOPE, 2006).
dielektrik
Stabilitas Air secara kimiawi stabil di semua keadaan
fisik (es, cair, dan uap air) (HOPE, 2006).
Inkompatibilitas Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat-obatan dan eksipien lain yang
rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi
dengan adanya air atau uap air) pada suhu
sekitar dan tinggi. Air dapat bereaksi dengan
keras dengan logam alkali dan dengan cepat
dengan logam alkali dan oksida mereka,
seperti kalsium oksida dan magnesium
oksida. Air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat dari
berbagai komposisi, dan dengan bahan
organik dan kalsium karbida tertentu
(HOPE, 2006).
Wadah dan Air untuk keperluan khusus harus disimpan
penyimpanan dalam wadah yang sesuai (HOPE, 2006).

b. Analisa Formula
Stearyl alcohol atau cetostearyl alcohol dipilih sebagai eksipien
karena fungsinya sebagai stiffening agent. Pada HOPE (2006)

3
KRIM ACYCLOVIR
4
dikatakan bahwa stearyl alkohol digunakan dalam kosmetik dan krim
dan salep farmasi topikal sebagai bahan pengaku. Dengan
meningkatkan viskositas emulsi, stearyl alcohol meningkatkan
stabilitasnya. Sterayl alkohol juga telah diselidiki untuk digunakan
sebagai penambah penetrasi transdermal.
Sodium lauryl sulfate digunakan sebagai surfaktan anionik dan
emulgator pada sediaan krim. Sodium lauryl sulfate digunakan karena
sodium lauryl sulfate merupakan surfaktan anionik yang digunakan
dalam berbagai formulasi dan kosmetik farmasi nonparenteral. Selain
itu, sodium lauryl sulfate juga efektif dalam kondisi alkali dan asam
(HOPE, 2006).
White soft paraffin disini digunakan sebagai humektan dan
plasticizer. White soft paraffin digunakan karena white soft paraffin
adalah padatan lunak yang digunakan dalam formulasi farmasi topikal
dan kosmetik sebagai dasar salep dengan sifat emolien. White soft
paraffin ini juga digunakan dalam pembuatan krim dan lotion. Selain
itu white soft paraffin digunakan untuk menyerap eksudat luka yang
umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak
menyebabkan iritasi (HOPE, 2006).
Paraffin liquidium digunakan sebagai emollient agent yang
berfungsi sebagai pelembab agar kulit yang dioleskan krim tetap
terjaga kelembabannya. Pada HOPE (2006) dinyatakan bahwa
paraffin liquid digunakan terutama sebagai eksipien dalam formulasi
farmasi topikal, di mana sifat emoliennya dieksploitasi sebagai bahan
dasar salep dan juga digunakan dalam emulsi minyak-dalam-air,
sebagai pelarut, dan sebagai pelumas dalam formulasi kapsul dan
tablet. Dalam hal ini paraffin liquidum cocok untuk digunakan dalam
formula ini karena sediaan krim acyclovir yang ingin dibuat
merupakan sediaan krim minyak dalam air.
Butane 1,3-diol B.P ditambahkan sebagai antimikroba untuk
meminimalisir pertumbuhan mikroba yang mungkin terjadi pada
sediaan. Butane 1,3-diol digunakan untuk membuat sediaan topikal

3
KRIM ACYCLOVIR
5
seperti salep, krim, dan losion. Selain itu, pada HOPE (2006) tertera
bahwa dalam emulsi minyak dalam air, butilen glikol memberikan
efek antimikroba terbaik pada konsentrasi 8% dan dalam konsentrasi
yang lebih tinggi di atas 16,7% dapat menghambat pertumbuhan
jamur.

c. Perhitungan Bahan
Sediaan krim yang akan dibuat adalah sediaan krim acyclovir 5 gram.
Formula Penghitungan Hasil
20
Acyclovir x 5 gram 0,1 gram
1000
67,5
Cetostearyl Alcohol x 5 gram 0,337 gram
1000
7,5
Sodium Lauryl Sulfate x 5 gram 0,037 gram
1000
125
White Soft Paraffin x 5 gram 0,625 gram
1000
50
Paraffin liquid x 5 gram 0,25 gram
1000
400
Butane 1,3-diol x 5 gram 2 gram
1000

Water 5 gram – 3,349 gram 1,651 gram

d. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja


1) Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim
acyclovir ini antara lain:

No Nama alat
1 Kaca arloji
2 Cawan penguap
3 Mortar dan alu
4 Spatel
5 Kertas perkamen
6 Gelas ukur 50 ml

3
KRIM ACYCLOVIR
6
7 Termometer
8 Batang pengaduk
9 Tube (Wadah)
10 Penangas air

2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim
acyclovir ini antara lain:

No Nama bahan
1 Asiklovir
2 Cetostearyl alcohol
3 Sodium lauryl sulphate
4 White soft paraffin
5 Paraffin liquidum
6 Butane 1, 3 diol
7 Aquadest

3) Prosedur Kerja
a. Siapkan fase air dengan menggerus sebagian Asiklovir di
dalam mortar hingga halus lalu di timbang. Timbang butane
1,3 diol dan takar aquadest. Asiklovir dilarutkan dalam air
dan butane 1,3 diol pada suhu kamar.
b. Siapkan fase minyak dengan menimbang white soft parafin
dan parafin cair dan pengemulsi (Cetostearil alkohol dan
Natrium lauryl sulphate). Masukkan bahan-bahan tersebut ke
dalam cawan penguap lalu naikkan suhu hingga 60⁰C.
c. Fase minyak yang telah bersuhu 60⁰C dan fase air
dimasukkan ke dalam mortar secara bersamaan. Gerus kuat-
kuat sampai terbentuk krim yang homogen.

3
KRIM ACYCLOVIR
7
d. Di dalam mortar yang lain yang telah dilapisi dengan basis,
masukkan Asiklovir yang tersisa, lalu masukkan basis secara
geometris.
e. Timbang sediaan krim sebanyak 10 gram diatas kertas
perkamen lalu dimasukkan ke dalam tube.

D. Evaluasi Sediaan
1) Evaluasi sifat fisika
a. Organoleptis
Meliputi pemeriksaan konsistensi, bau dan warna yang
dilakukan secara visual (Noviza, 2018).
b. Homogenitas fisik
0,1 g sediaan dioleskan pada sekeping kaca yang transparan,
sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak boleh
terlihat adanya bintik-bintik partikel (Noviza, 2018).
c. Pemeriksaan tipe krim
 Metode pewarnaan
Selapis tipis krim di oleskan pada kaca objek kemudian
ditetesi dengan larutan metilen biru. Untuk tipe M/A akan terlihat
larutan metilen biru mewarnai fase air sehingga mewarnai seluruh
cream (Noviza, 2018).
 Metode pengenceran
Pengujian ini dengan melarutkan sediaan krim dengan salah
satu pelarut yaitu air atau minyak. Jika krim merupakan tipe M/A
dan dilarutkan dengan air, maka akan stabil dimana air akan
terdispersi dalam media, tetapi jika dilarutkan dengan minyak,
krim akan pecah dimana air dan minyak tidak akan tercampur satu
sama lain. Minyak dalam air dapat dengan mudah dilarutkan
menggunakan pelarut air, sebaliknya tipe krim air dalam minyak
dapat dilarutkan dengan cairan minyak (Amaliah, 2017).
d. Viskositas dan rheologi

3
KRIM ACYCLOVIR
8
Pemeriksaan nilai viskositas menggunakan viskometer
brookfield (DVII + Pro Model) menggunakan spindle S-64 pada 20
rpm dengan suhu 250C. Pemeriksaan dilakukan secara berulang
(triplo) dan hasil yang diambil merupakan rata rata nilai tersebut
(Amaliah, 2017).
e. Pemeriksaan ukuran partikel
Pengukuran dilakukan dengan memakai alat mikroskop yang
dilengkapi dengan alat Optilab viewer dan duhubungkan ke laptop.
Caranya adalah sebagai berikut : Ditimbang 0,1 gram cream,
kemudian diencerkan dengan air suling sampai 1 mL, diambil sedikit
hasil pengenceran tersebut diteteskan pada kaca objek, lalu dilakukan
pegukuran partikel sampai dengan 1000 partikel (Noviza, 2018).
f. Stabilitas fisik
 Metode Mekanik (Sentrifugasi)
10 gram sampel krim ditempatkan dalam tabung
sentrifugasi (diameter 1 cm) dan disentrifugasi 3750 rpm selama
5 jam atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Kemudian terjadi
pemisahan fase (Handali, 2011).
 Metode Cycling Test
Satu siklus sediaan krim disimpan pada suhu 4ºC selama 24
jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40 ± 2ºC selama
24 jam. Percobaan ini diulang sebanyak 6 siklus. Kondisi fisik
krim dibandingkan selama percobaan dengan sediaan
sebelumnya (ASEAN Guideline on Stability Studi of Drug
Product, 2005).
 Uji stabilitas pada suhu (40ºC)
Stabilitas krim meliputi bau, warna, kejernihan dan pH
dievaluasi pada suhu 40 ± 2ºC selama 21 hari dengan pengamatan
hari ke-0 dan hari ke-21 (Sharon, 2013).
 Penyimpanan pada suhu kamar
Sampel krim dievaluasi pada suhu kamar antara 27-28ºC
selama 21 hari dan dilakukan pengamatan organoleptis yaitu bau,

3
KRIM ACYCLOVIR
9
warna, kejernihan, pH, daya serap, dan viskositasnya pada hari
ke-0 dan hari ke-21 (Sharon, 2013).
2) Evaluasi sifat kimia
a. pH
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Pertama alat dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH 4, pH
7 dan pH 9. Setelah alat menunjukkan pH sesuai dengan larutan
standar, maka dilakukan pengujian dengan terhadap sediaan dengan
cara mencelupkan katoda ke dalam sediaan, berapa angka yang tertera
pada alat merupakan pH sediaan (Noviza, 2018).
b. Penetapan kadar obat
Penetapan kadar asiklovir dapat menggunakan metode KCKT
dengan fase diam C18 dengan ukuran 250 mm x 4.6 mm dan fase
gerak campuran ammonium asetat pH 4.0 dan asetonitril pada
perbandingan 40:60 v/v (Ravisankar, et al 2015 dan Ghosh, 2012).
Proses dilakukan dengan cara krim asiklovir ditimbang
sebanyak 1 gram, kemudian dilarutkan dengan 50 ml aquabidest
suasana asam HCl. Lalu dipanaskan larutan dalam tabung reaksi
selama beberapa menit, setelah itu dibekukan dengan es. Untuk
memisahkan zat maka disentrifugasi pada 30 rpm selama 15 menit.
Disaring masing-masing dengan membrane filter 0,45 µm. Kemudian
larutan sampel diambil 1 ml diarutkan dengan fase gerak sebanyak 50
ml. Sampel dianalisis dengan menggunakan KCKT dengan fase gerak
asetonitril:asam fosfat (80:20 v/v) dan fase diam C18. Detektor diatur
pada panjang gelombang 254 nm. Sebanyak 20 µL diinjeksikan
dengan kecepatan alir 1 mL/menit (Ravisankar, et al 2015 dan Ghosh,
2012).
Penetapan kadar sampel dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan
untuk salep sampel. Dihitung kadar Asiklovir dengan
mensubstitusikan luas area sampel Y kedalam persamaan regresi
linier y=bx+a (Ravisankar, et al 2015 dan Ghosh, 2012).
c. Kemurniaan

4
KRIM ACYCLOVIR
0
d. Stabilitas kimia
3) Evaluasi sifat biologi
a. Stabilitas biologi
b. Efektivitas pengawet
4) Uji iritasi
5) Uji pelepasan obat
6) Uji penetrasi
7) Uji daya menyebar
Sediaan sebanyak 0,5 gram diletakkan dengan hati-hati di atas kertas
grafik yang dilapisi dengan kaca transparan, dibiarkan sesaat (15 detik)
dan dihitung luas daerah yang diberikan oleh sediaan kemudian ditutupi
lagi dengan plastik transparan diberi beban tertentu (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13,
15 gram) dan dibiarkan selama 60 detik, lalu dihitung pertambahan luas
yang diberikan oleh sediaan (Noviza, 2018).
8) Pemeriksaan daya tercuci
Pemeriksaan daya tercuci dalam sediaan dilakukan dengan cara 1
gram sediaan cream dioleskan pada telapak tangan manusia lalu dicuci
dengan sejumlah air tertentu, jika noda-noda yang berupa minyak tidak
terdapat lagi berarti sediaan telah tercuci, dicatat volume air yang terpakai
(Noviza, 2018).

4
KRIM ACYCLOVIR
1
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London: Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation

Amaliah, Anggia Diani dan Rimadani Pratiwi. 2017. Review Artikel: Studi
Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Krim Antiskabies Dari Minyak Mimba
(Azadirachta Indica A.Juss). Farmaka: Suplemen Volume 15 Nomor 2. Hlm.
70-81

American Hospital Formulary Service. 1999. AHFS Drug Information® 99,


Bethesda, MD. American Society of Health-System Pharmacists

Anonim. 2008. Novel Semisolid Dosage Forms. Pharmainfo.net

Ansel H.C. 2014. Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat, 9th
(eds). Afifah, H.& Ningsih, T., Penerbit Buku Kedokteran EGC.

BPOM RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Terdapat di:
http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-umum

Budavari, S., ed. 1996. The Merck Index, 12th Ed. Whitehouse Station, NJ, Merck
& Co., p. 27

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Handali, S., Hosseini, Hyam., Ameri, Abdulghani., Moghimipour, E. 2011.


Formulation and evaluation of an antibacterial cream from Oxalis corniculata
aqueous extract. Medicinal Plant Research Center, Ahvaz Jundishapur
University of Medical Sciences, Ahvaz, Iran

Krilla, Nicole., Debanjan Das., John G Augustine. Semisolid Formulation


Development: The CRO Approach

4
KRIM ACYCLOVIR
2
Murtini, Gloria. 2016. Farmasetika Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Noviza, Deni dan Rara Monisah. 2018. Pengaruh Penggilingan Terhadap Penetrasi
Cream Acyclovir. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis Volume 5 Nomor. Hlm.
218-224

Ravisangkar P. Niharik A., Sireesha A., Khoushik S., O., Himaja G. 2015.
Development And Validation Of RP-HPLC Method For Quantitative
Estimation Of Acyclovir In Bulk Drug And Tablets. Hindiawi.

Sharon, N., Anam, S., Yuliet. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Bawang Hutan
(Eleutherine palmifolia L. Merr). Online Journal of Natural Science vol 2(3):
111-122

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.

4
KRIM ACYCLOVIR
3

Anda mungkin juga menyukai