2. Kelompok hidrokarbon
Contohnya: paraffin liquid, parafin solid dan vaselin
4. Asam lemak
5. Kelompok alkohol
EVALUASI SEDIAAN KRIM
1. Evaluasi Fisik.
Homogenitas diantara dua lapis film, secara makroskopis : alirkan di atas kaca.
Konsistensi, tujuan : mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan.
Pengukuran konsistensi dengan pnetrometer. Konsistensi / rheologi dipengaruhi
suhu; sedian non newton dipengaruhi oleh waktu istirahat oleh karena itu harus
dilakukan pada keadaan yang identik.
Bau dan warna untuk melihat terjadinya perubahan fasa. pH, pH berhubungan
dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit.
2. Evaluasi Kimia.
Kadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain.
3. Evaluasi Biologi.
a. Kontaminasi mikroba.
Salep mata harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit yang
parah juga harus steril.
b. Potensi zat aktif.
Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal.
SALEP
Menurut FI edisi III
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah doleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus
larut atau terdispersi homogen kedalam daser salep yang cocok.
Menurut Ansel
Salep adalah preparat setangah padat untuk pemakaian luar yang dimaksudkan untuk pemakaian pada mata
dibuat khusus dan disebut salep mata. Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung obat yang
disebutkan terakhir bisanya dikatakan sebagai “dasar salep” dan digunakan sebagai pembawa dalam
penyimpanan salep yang mengandung obat.
Menurut FI edisi IV
Salep adalat sediaan setangah padat yang ditunjukkan untuk pemakaian topikal kulit atau selaput lendir, salep
tidak boleh berabau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras
narkotika adallah 10%.
Cara pembuatan Salep
Salep umumnya dibuat dengan cara melarutkan atau mensuspensikan obat kedalam salep dasar.
•Metode pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa
yang homogen.
• metode triturasi: zat yang tidak larut dicampurkan dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah
satu zat pembantu, kemudian dilarutkan dengan penambahan sisa basis.
•Salep yang dibuat dengan peleburan: menggunakan cawan porselen salep yang mengandung air tidak ikut
dilelehkan
Zat yang mudah larut dalam basis salep: camphora, menthol, fenol, thymol,
guaiacol.
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil: bila masa salep mengandung air dan
obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan terebih
dahulu.
Eksipien Salep
1. Basis salep hidrokarbon
Vaselin flavum/album, cera flava/alba, adeps dll
2. Basis absorbsi
Dasar salep yang memungkinkan penambahan sedikit larutan berair.
Merupakan campuran hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar
(alcohol asetat)
2. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam salep
Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan
ukuran kehilangan massa maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan
disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).
Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan
pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini digunakan
trikloretan, toluen, atau silen yang disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan
Belerang Oksida dan Iod serta air dengan adanya piridin dan metanol.
3. Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit.
Penentuannya dilakukan dengan menggunakan entensometer.
GEL
Menurut Ansel 1989
Gel umumnya merupakan sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif
merupaka dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada
fase terdispersi.
Cara pembuatan
1. Metode pelelehan (fusion), disini zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersamaan dan diaduk
sampai membentuk fasa yang homogen.
2. Trirurasi, zat yang tidak larut dicampurkan dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah
satu zat pembantu kemudian dilanjutkan dengan penambahan basis, atau melarutkan terlebih dahulu
zat aktifnya kemudian tambahkan basis.
EVALUASI SEDIAAN GEL
1. Organoleptis
Evalusai organo leptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,
tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan
kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ),
menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik.
2. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml
air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan
diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil
yang tertera pada alat pH meter.
3. Evaluasi daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di
beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. kemudian
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan
waktu tertentu secara teratur ).
Menurut FI III
Sediaan padat tag digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torprdo dapat melarut, melunak,
dan meleleh dala suhu tubuh.
Eksipien dalam suppositoria
A. Basis lemak
Paling umum digunakan antara lain:
Cocoa butter, gliseril monopalmitat, dan gliseril monostearat
B. Basis larut air
Polietilen glikol, gelatin dan campuran zat lain (polybase)
C. Basis Lain-Lain
Campuran basis minyak dengan basis air yang dapat membentuk
emulsi
EVALUASI SEDIAAN SUPPOSITORIA
1. Appearance
Tes ini ditekankan pada distribusi zat berkhasiat didalam basis suppo,suppo dibelahsecara
longitudinal lalu dibuat secar visual pada bagian internal dan eksternal
2. Keragaman bobot
Timbang masing masing suppo sebanyak 10,ambil secara acaklalu tentukan bobot rata rata.
3. Waktu hancur/disintegrasi
Uji perlu dilakukan terhadap suppo kecuali suppon yang ditunjukan untuuk pelepasan
termodifikasi atau kerja lokal diperlama,suppo ini di letakan dibagian bawah “perforated
disc”pada alat lalu masukan ke siinder yg ada pada alat,lalu isi sebanyak 4 liter dengan
suhu 36-37 derajat celcius dan dilengkapi dengan stirer disintegrasi tercapai apabila suppo
terlarut sempurna,terpisah dari komponen nya,menjadi lunak.
4. KONSTITENSI
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap sejenis salap atau mentega,
melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode sebagai berikut:
Metode penetrometer.
Penentuan batas mengalir praktis
5. TERMORESISTENSI
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep di daerah dengan perubahan
iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.
6.UKURAN PARTIKEL
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam industri bahan pewarna.Metode
tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik, akan
tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat
pelaksanaannya.
PASTA
Menurut FI III
Pasta adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar, biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin dan parafin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau
pelindung.
Cara pembuatan
-Bahan dasar yang berbentuk setsngah padat dicairkan terlebih dahulu baru dicampur dengan bahan padat dalam
keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
-Pencampuran komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai komponen sediaan
tercapai
- peleburan semua atau beberapa bahan dilebuh bersama kemudian didinginkan dengan diaduk secara konstan.
Eksipien sediaan pasta
2. Basis absorbsi
Dasar pasta yang memungkinkan penambahan sedikit larutan berair.
Merupakan campuran hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar
(alcohol asetat)
2. Pengental
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental (meningkatkan
viskositas) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Contoh pengental dari
alam yaitu agar, selulosa, tragakan
3. Pembawa
a. Basis hidrokarbon: vaselin putih,vaselin kuning, cera alba, cera flavum
b. Basis absorbi: seperti basis yang mudah diserap contohnya vaselin putih
Basis yang dapat dicuci dengan air: emulsi minyak dalam air (M/A)
Basis larut dalam air: PEG
4. Pengawet
Berfungsi sebagai pelindung sediaan semi padat khususnya yang mengandung
sediaan yang terdiri dari air sehingga teradapat mikroba
5. Emulgator
Suatu bahan yang memiliki hidrofilik dan lifofilik, yang mampu memisahkan cairan
agar tidak saling tercampur agar dapat terdispersi dengan stabil. Contohnya Pulvis
Gummi Arabicum (PGA), dan tween
6. Suspending Agent
Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin yang berbahan lemak. Contohnya gom arab, tragakan, dan Na
CMC
7. Humektan
Berfungsi sebagai pengikat air yang mampu meningkatkan kadar air dari produk
Pertimbangan Semi Padat
1. Pemilihan emulgator harus tepat
2. Tidak adanya perandingan volume zat aktif
3. Tidak mudah teroksidasi dan munculnya mikroba
4. Teknik pembuatan harus tepat dan sesuai
5. Suhu yang sesuai dengan teknik pembuatan
6. Minyak yang di gunakan tidak mudah tengik
7. Tidak terjadinya pengkristalan atau penggumpalan pada saat penyimpanan
“THANKYOU”
“GOMAWO”