Prodi S1 Semester 4
Pendahuluan
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat
yang dibuat untuk tujuan
pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan
ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa
(basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau
pasta. Untuk mengembangkan bentuk sediaan
semisolid yang baik harus diperhatikan beberapa
faktor antara lain : struktur, berat molekul dan
konsentrasi obat yang dapat melalui kulit, jumlah
obat yang dilepaskan dari pembawa pada
permukaan kulit: jumlah obat yang terdifusi
melalui stretum korneum; stabilitas fisika dan
kimia sediaan selama penyimpanan dan
penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat
Faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan
formulasi sediaan semisolida
adalah :
1. Struktur kulit
2. Formulasi sediaan semisolida
3. Cara pembuatan
Dalam pemberian obat melalui kulit ada beberapa
tahap penentu yang mempengaruhi efektifitas rute
pemberian tersebut, yaitu :
1. Tahap pelepasan bahan aktif dari pembawanya
yang tergantung dai sifat bahan
pembawa dan sifat fisika dan kimia bahan aktif.
Tahap Affinitas bahan pembawa
Pelepasan terhadap bahan aktif ditentukan oleh kelarutan
Sediaan obat tersebut dalam pembawa.
2. Tahap terjadinya proses partisi bahan aktif ke
dalam masing-masing lapisan kulit
yang ditentukan oleh koefisien partisi bahan aktif
terhadap komponen pada setiap
lapisan kulit.
3. Tahap difusi bahan aktif melalui lapisan kulit ditentukan oleh
kecepatan difusi melalui membran setiap lapisan kulit.
4. Tahap terjadinya pengikatan bahan aktif dengan komponen
stratum korneum,lapisan epidermis dan dermis, atau terjadi
mikroreservoir pada lapisan lemak pada daerah subkutan.
5. Tahap eliminasi melalui aliran darah, kelenjar limfa atau cairan
jaringan.
Selain tahap-tahap di atas, absorpsi perkutan dipengaruhi oleh
beberapa faktor
yang lain, antara lain : umur dan kondisi kulit, daerah pemberian
kuli, aliran
darah, efek metabolisme pada ketersediaan hayati pembeian secara
topikal, dll.
Formulasi Umum
Formulasi umum sediaan semisolida terdiri dari :
1. Zat aktif
2. Pembawa
3. Zat tambahan
Perbedaan bentuk sediaan semisolida didasarkan pada perbedaan
kekentalan hasil jadi. Pada umumnya penambahan fase cair yang
semakin tinggi akan mengurangi
viskositas sediaan yaitu dari viskositas salep berubah menjadi viskositas
krim dan
terakhir viskositas gel.Pemilihan bahan pembawa berdasarkan pada sifat
zat aktif yang akan digunakan dan keadaan kulit tempat pemberian
sediaan topikal tersebut
Bahan tambahan sediaan topikal pada umumnya dapat dikelompokan
dalam:
1. Bahan untuk memperbaiki kosistensi
2. Pengawet, untuk menghindari pertumbuhan mikroorganisme
3. Dapar, untuk menjaga kestabilan zat aktif yang dipengaruhi pH
4. Pelembab, sebagai pelembut kulit pada pemakaian
5. Antioksidan, mencegah reaksi oksidasi fase minyak.
6. Pengkompleks, mencegah penguraian zat akibat adanya sepora
logam
7. Peningkat penetrasi, meningkatkan absorpsi zat aktif melalui kulit.
Fungsi bahan pembawa adalah untuk menigkatkan atau membantu
proses
penetrasi perkutan bahan aktif. Selain itu, tergantung sifat bahan
pembawa yang digunakan, pada umumnya berfungsi sebagai protektif
(melindungi kulit),emolient (pelembut kulit), serta dapat mendingankan
Sediaan semi solid
• Salep adalah sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok ( FI. Ed III ).
• Linimentum : Sediaan cair atau Kental, mengandung analgetikum dan
zat yang mempunyai sifat melepaskan otot atau menghangatkan,
digunakan sebagai obat luar.
• Oculenta : atau yang biasa disebut salep mata, adalah sediaan
setengah padat yang pada umunya Hanya digunakan sebagai pelindung
kulit.
• Sediaan semi padat berdasarkan konsistensi :
Unguenta : Salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa, tapi mudah dioleskan tanpa menggunakan tenaga.
Cream : salep yang banyak mengadung air, mudah diserap kulit , dan
dapat dicuci dengan air.
Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk ).
Cerata : Salep berlemak yang banyak mengandung lilin, sehingga
konsistensinya lebh keras.
Gel : Salep yang lebih halus, umumnya mengandung sedikit atau tanpa
lilin, digunakan sebagai basis.
Cara Mengenali Kerusakan Sediaan Semi Padat
a. Pengaruh konsentrasi
Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap kekentalan larutannya. Pada konsentrasi yang rendah
larutan hidrokoloid biasanya akan bersifat sebagai aliran Newtonian dengan meningkatnya kosentrasi maka sifat
alirannya akan berubah menjadi non Newtonian.
Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan yang tinggi pada konsentrasi yang sangat rendah antara 1 5%
kecuali pada gum arab yang sifat Newtoniannya tetap dipertahankan sampai dengan konsentrasi 40%.
b. Pengaruh suhu
Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan kekentalan, karena itu kenaikan suhu dapat
mengubah sifat aliran yang semula non Newtonian menjadi Newtonian.
c. Pengaruh pH
Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada kisaran pH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh
terjadinya peningkatan kekentalan dengan meningkatnya pH hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan
makin menurun bila pH terus ditingkatkan.
d. Pengaruh ion
Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion ion logam tertentu untuk membentuk gelnya, karena pembentukan
gel tersebut melibatkan pembentukan jembatan melalui ion ionselektif.
e. Pengaruh komponen aktif lainnya
Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat dipengaruhi oleh adanya hidrokoloid lain. Pengaruh ini dapat
bersifat negatif dalam arti sifat fungsional makin berkurang dengan adanya hidrokoloid lain ataupun bersifat
positif karena adanya pengaruh sinergis antara hidrokoloid hidrokoloid yang bergabung.
Hal yang Perlu diperhatikan dalam sediaan Gel
1.Transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang
cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif,
pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan
zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam
formulasi.
4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap
mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah
diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan
di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan
konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel).
8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih
besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
Linimentum
Linimenta adalah sediaan cair atau kental, mengandung
analgetika dan zat \yang mempunyai sifat rubifasien, melemaskan
otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar.
Pemakaian liniment dengan cara dioleskan menggunakan kain
flannel lalu diurut.
Penyimpanan dalam botol berwarna, bermulut kecil, dan
ditempuk sejuk. Pada etiket juga tertera “ obat luar “. Linimenta
tidak dapat digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.
Terima Kasih