elektrokimia
OLEH :
Nama : Lismawati salman
NIM: (441413035)
Tugas : Kimia Fisik II
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas tentang ELEKTRO KIMIA.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Elektrokimia...........................................................................................6
2. Reaksi Oksidasi Reduksi..........................................................................................9
3. Sel Gavani................................................................................................................10
4. Termodinamika Sel Elektrokimia ............................................................................11
5. Pengukuran Daya Gerak Listrik (DGL) sel..............................................................13
6. Potensial Elektroda Standar (E)....................................................................15
7. Menghitung DGL Sel Menggunakan Data Potensial Elektroda...............................15
8. Hubungan Antara Potensial Sel (E) dan Energi Bebas Gibbs (G).........................16
9. Persamaan Nerst.......................................................................................................17
10. Sel Pada Kesetimbagan............................................................................................20
11. Hubungan antara Potensial Sel dan Besaran Termodinamika..................................20
12. Hubungan antara Potensial Sel dan pH ...................................................................21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektrokimia merupakan bagian yang penting dalam kimia dasar, merupakan jembatan antara
kimia dengan kehiduapan sehari-hari. Contoh: setiap saat kita menstater mobil, memijat kalkulator,
melihat arloji digital, mendengarkan radio, dan sebagainya. Semuanya begantung pada reaksi
eletrokimia lazim dikenal dengan batrei.
Elektrokimia menyangkut fenomena yang berkaitan dengan aspek perbedaan/pemisahan
muatan. Pemisahan muatan ini akan mengakibatkan terjadinya transfer muatan, yang dapat
berlangsung dalam sistem homogen maupun heterogen.
Mempelajari hubungan antara energi listrik/arus listrik dengan reaksi kimia. Secara umum
reaksi kimia yang melibatkan arus listrik disebut sebagai proses elektrokimia. Beberapa proses
elektrokimia adalah: elektrolisis, reaksi oksidasi-reduksi. Pada proses elektrokimia, reaksi kimia ikut
melibatkan perpindahan elektron dari spesi kimia yang terlibat dalam reaksi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Elektrokimia?
2. Bagaimanakah Reaksi okidasi reduksi
3. Bagaimana pengertian Sel gavani?
4. Bagaimana Termodinamika Sel Elektrokimia?
5. Bagaimana Pengukuran Daya Gerak Listrik (DGL) Sel?
6. Bagaimana Menghitung DGL sel menggunakan data potensial elektroda?
7. Bagaimana Hubungan antara Potensial sel (E) dan Energi Bebas Gibbs (G)?
8. Baimanakah Persamaan Nerst itu?
9. Bagaimana Hubungan antara potensial sel dan besaran termodinamika?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kimia Fisik II,
serta diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi tentang ELEKTROKIMIA.
Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Elektrokimia
Elektrokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara energy listrik dan reaksi
kimia. Pada pasal 1.4 telah dinyatakan bahwa listrik timbul akibat aliran (gerakan) partikel bermuatan
dalam mediumnya yang disebut konduktor. Aliran itu terjadi karena terdapat beda potensial diantara
dua titik dalam konduktor tersebut. Beda potensial itu dapat dibuat bila kedua ujung konduktor
dihubungkan dengan sumber arus.
Sumber arus dapat diciptakan dengn mengubah energy mekanik, energy panas, atau energy
kimia dengan alat-alat tertentu. Air terjun dapat memutar generator untuk menghasilkan listrik
bertenaga besar. Kemudian, energy panas pembakaran minyak dapat dipakai untuk menghidupkan
generator berenergi sedang, dan reaksi redoks dalam larutan dapat menghasilkan listrik berenergi
kecil, seperti batere. Generator menghasilkan arus bolak-balik (AC = across current) tetapi dapat
diubah jadi arus searah (DC = direct current), sedangkan batere dan aki menghasilkan arus searah.
Elektrokimia mempelajari semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta semua
reaksi kimia yang menghasilkan listrik. Namun sel elektrokimia sering didefinisikan sebagai sel yang
menghasilkan energi listrik akibat reaksi kimia dalam sel tersebut, seperti sel galvani atau sel volta.
Sedangkan sel yang menghasilkan reaksi kimia akibat energi listrik disebut dengan sel elektolisis.
Konduktor listrik
Yang dapat bertindak sebagai konduktor adalah logam dan larutan elektrolit. Dalam kisi logam,
misalnya kawat tembga, terdapat banyak elektron bebas yang dapat berpindah dari satu atom ke atom
yang lain. Hantaran listrik dalam logam merupakan aliran electron yang disebut hantaran logam atau
hantaran elektronik.
Larutan elektrolit dapat bertindak sebagai konduktor karena mengandung partikel bermuatan,
yang disebut ion positif dan negative. Dalam larutan, listrik dihantarkan oleh ion-ion sehingga disebut
hantaran elektrolit.
Reaksi dalam elektrokimia
Page 5
Hantaran listrik dalam logam hanyalah perpindahan electron secara fisika, sedangkan dalam
larutan, disamping perpindahan ion juga disertai reaksi kimia dikedua elektroda. Salah satu elektroda
akan menerima electron dari larutan, sedangkan elektroda yang lain memberikan electron ke larutan.
Kita telah mengetahui pada pasal 2.8, bahwa partikel (senyawa atau ion) yang melepaskan
electron disebut teroksidasi, dan yang menerima electron disebut tereduksi. Oleh sebab itu, reaksi
dalam elektrokimia adalah reksi oksida-reduksi (redoks).
Reaksi redoks dapat terjadi dalam satu wadah, sehingga serah terima electron secara langsung
dari satu partikel ke partikel yang lain. Akan tetapi dalam elektrokimia, serah terima electron itu
dibuat secara tidak langsung, yaitu melalui kawat atu logam. Itulah sebabnya dalam elektrokimia
terdapat dua macam hantaran listrik, yaitu hantaran elektronik dan hantaran elektrolitik.
Sel elektrokimia
Alat khusus yang dapat membuat interaksi energy kimia (reaksi kimia) dengan energy listrik di
sebut sel elektokimia. Sel elektrokimia adalah suatu alat yang dapat memproduksi kerja listrik ke
lingkungan. Contoh, sel kering komersial adalah silinder bersegel dengan dua kuningan ysng
dihubungkan dengan terminal yang menonjol darinya. Salah satu terminal ditandai dengan tanda
positif (plus), sedang yang lain dengan tanda negatif (minus). Jika dua terminal dihubungkan ke suatu
motor kecil, elektron mengalir melalui motor dari kutub negatif ke kutub positif dari sel. Dihasilkan
kerja ke lingkungan dan reaksi kimia, reaksi sel, berlangsung di dalam sel.
Reaksi transfer elektron yang berlangsung pada permukaan logam yang di celupkan dalam
suatu larutan berlangsung pada permukaan logam tersebut, akibatnya sehingga tidak mungkin
pergerakkan elektron yang melalui larutan-elektroda dapat diamati dengan menggunakan suatu alat.
Untuk itu maka disusun suatu sistem dengan menggunakan 2 sistem logam-larutan yang dihubungkan
satu sama lain agar gerakkan electron dapat diamati. Sistem seperti ini disebut sebagai sistem sel
galvanik.
Page 6
Zn2+ + 2e-
Cu2+ + 2e-
Cu
Reaksi Keseluruhan :
Zn + Cu2+
Zn2+ + Cu
Kenapa sistem setengah reaksi berlangsung secara spontan hanya pada satu arah dan
memberikan arus?
Page 7
Ion adalah atom atau molekul yang jumlah elektron totalnya berbeda dari jumlah total protonnya.
Akibatnya akan terjadi perbedaan muatan (dapat positif atau negatif).
Anion : asal dari kata Yunani (ana) yang berarti naik, Anion adalah spesi yang memiliki jumlah
elektron yang lebih banyak sehingga bermuatan negatif. Kation: asal kata Yunani (kata) yang berarti
turun, Kation adalah ion yang memiliki jumlah elektron yang lebih sedikit dari proton, sehingga
bermuatan positif.
2. Reaksi Okidasi Reduksi
Reaksi oksidasi-reduksi melibatkan transfer electron dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi atau
reaksi redoks ditandi dengan serah terima electron dari satu partikel ke partikel yang lain. Sebagai
contoh adalah reaksi ion Fe3+ dengan I- :
3I-
I-3 + 2e-
(oksidasi)
2Fe3+ + 2e-
2Fe2+
(reduksi)
2Fe3+ + 3I-
2Fe2+ + I-3
(redoks)
Dalam reaksi ini terlihar electron yang dilepaskan I - diterima oleh Fe3+. Jumlah electron tersebut dapat
disamakan dengan menyetarakan koefisien reaksinya. Disampin itu, ada reaksi redoks yang tidak
sederhana, karena melibatkan banyak partikel, contohnya:
5SO3-2 + 5H2O
Yang sering terjadi masalah adalah syarat terjadinya reaksi dengan cara menyetarakan koefisien
reaksinya.
Pada pasal 2.8 telah diterangkan bahwa reaksi redoks dapat diketahui dengan melihat perubahan
bilangan oksidasi (BO) atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Atom yang BO-nya naik mengalami
Page 8
oksidasi atau melepaskan electron, sedangkan yang Bo-nya turun adalah reduksi atau menerima
electron. Sebagai contoh, perhatikan reaksi dibawah ini. Bilangan oksidasi tiap-tiap atom dihitung
berdasarkan aturan pada pasal 2.8.
Zn
+1
+2
+ 2HCl
ZnCl2 + H2
Yang mengalami kenaikan BO (oksidasi) adalah Zn dari 0 menjadi +2, dan yang turun (reduksi)
adalah H dari +1 menjadi 0.
3. Sel Gavani
Sel Galvani terdiri dari dua buah elektroda dan elektrolit. Elektroda ini dihubungkan oleh
penghantar yang dapat mengangkut elektron ke dalam sel maupun ke luar sel. Elektroda ada yang
terlibat langsung dalam reaksi sel, namun ada pula yang tidak berperan dalam reaksi sel yang disebut
dengan elektroda inert. Reaksi kimia berlangsung di permukaan elektroda.
Anoda adalah elektroda di mana terjadi reaksi oksidasi, sedangkan elektroda di mana terjadi
reaksi reduksi adalah Katoda. Setiap elektroda dan elektrolit dapat bereaksi membentuk setengah sel.
Reaksi elektroda adalah setengah reaksi yang terjadi pada setengah sel. Yang termasuk setengah
reaksi adalah reaksi yang memperlihatkan kehilangan elektron atau reaksi yang memperlihatkan
perolehan elektron. Contoh :
Oksidasi Zn : Zn (s)
Zn2+ (aq) + 2 e-
Reduksi Cu 2+ : Cu 2+ (aq) + 2 e-
Cu (s)
Kedua setengah sel bila dihubungkan akan membentuk sel elektrokimia lengkap. Reaksi kimia yang
terjadi pada sel Galvani atau sel volta berlangsung secara spontan.
4. Termodinamika Sel Elektrokimia
Karena sel elektrokimia (terutama sel galvanik) memiliki kemampuan untuk melakukan
perubahan kimia menjadi energi listrik, maka kerja listrik yang dilakukan menjadi perhatian yang
penting terutama dalam kaitannya dengan aspek termodinamika.
Page 9
Pada sistem kimia biasa, kerja yang dilakukan/diterima oleh system adalah merupakan kerja
mekanik (proses ekspansi), dw=P dV . Namun pada sistem yang melibatkan perpindahan elektron,
maka kerja yang dilakukan untuk memindahkan elektron yang bermuatan melewati suatu perbedaan
potensial harus ikut diperhitungkan. Sehingga pada sistem yang mengalami proses reversibel pada
temperatur dan tekanan tetap, kerja menjadi
Karena untuk proses reversibel pada temperatur tetap, q=T S , maka persamaan (1.1) dapat
disusun menjadi
Persamaan ini memberikan hubungan antara kerja listrik dengan energy bebas Gibbs.
Page
10
Untuk mengetahui berapa banyak kerja yang dilakukan ini, maka disusun sebuah sel
elektrokimia (sistem) yang dihubungkan dengan 2 buah terminal antara kedua ujung sel tersebut.
Beda potensial antara kedua terminal tersebut adalah sebesar E . Kemudian kedua terminal tersebut
dihubungkan dengan sebuah beban sebesar R (Beban ini kemudian dianggap sebagai lingkungan).
Bila sebuah muatan sebesar Q yang bergerak melalui beda potensial E , maka besarnya kerja
terhadap lingkungan adalah EQ. Bila muatan itu di bawa oleh elektron maka. Q = (jumlah elektron)
(muatan elektron)=Ne atau Q = (jumlah mol elektron) (muatan/mol) = nF dengan F = konstanta
Faraday = 96.484,6 Coulombs, n jumlah mol elektron. Sehingga pada sistem yang diamati tersebut
besarnya kerja listrik yang dilakukan terhadap lingkungan (Tahanan sebesar E ) adalah = wlistrik =
-nFE (Pers. 7)
Sehingga besar perubahan energi bebas Gibbs adalah
T ,PG=nFE
dengan
- E dalam volt
- F dalam C mol-1
- G dalam joule per mole (J mol-1), karena 1 J = 1 V C.
Persamaan ini memberikan harga kerja maksimum yang dapat dilakukan oleh sistem sel
elektrokimia yang diamati. Sehingga arah reaksi dapat dilihat dari persamaan ini. Persamaan ini
membuat perhitungan energi bebas Gibss dapat dilakukan secara langsung tanpa harus mencari besar
Harga Tetapan Kesetimbangan, Harga Entalpi Reaksi maupun Harga Entropi Reaksi. Beberapa hal
penting:
-
Tanda negatif pada suku kanan dari Persamaan diatas menunjukkan bahwa harga potensial
positif memberikan harga energi bebas yang negatif.sehingga untuk reaksi akan berlangsung
secara spontan.
Kerja listrik dilakukan bila muatan listrik Q bergerak/dipindahan melalui beda potensial
sebesar V.
Fungsi energi bebas Gibbs, juga menunjukkan kerja maksimal yang berguna yang dapat
dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya. Kerja dalam hal ini adalah kerja maksimal
yang tidak dilakukan melalui kerja ekspansi
Besarnya daya gerak listrik antara dua elektroda dapat diukur dengan voltmeter atau multimeter.
Namun cara ini tidak teliti karena akan ada arus dari sel yang melalui voltmeter dan akan
menyebabkan perubahan DGL yang diukur. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
DGL secara teliti adalah Potensiometer.
Menggunakan cara yang telah disebutkan di atas, yang dapat diukur adalah beda potensial
antara dua buah elektroda. Tidak mungkin mengukur potensial suatu elektroda tunggal. Sehingga
yang disebut dengan satu sistem sel pasti terdiri dari dua elektroda. Untuk mengukur potensial suatu
elektroda tertentu maka diperlukan elektroda lain yang disebut sebagai elektroda pembanding.
Dengan demikian beda potensial kedua elektroda dapat diukur, karena besarnya potensial elektroda
pembanding sudah diketahui dengan pasti, maka besarnya potensial elektroda yang ingin diketahui
dapat dihitung. Sebagai elektroda pembanding dipilih elektroda hidrogen standar yang berdasarkan
perjanjian potensialnya berharga nol volt ( 0 Volt). Suatu elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan
yang mengandung ionnya dengan keaktifan berharga satu (a= 1) dan diukur dengan elektroda
pembanding elektroda hidrogen standar pada suhu 25 oC disebut potensial elektroda standar.
Elektroda hidrogen standar
Elektroda ini terdiri atas logam platina yang dicelupkan ke dalam suatu larutan asam (yang
mengandung ion H+) dengan konsentrasi 1,0 M (dan koefisien keaktifan a = 1) dan dialiri gas
hidrogen pada tekanaan 1 atm seperti pada gambar 3.
H2 (g)
Page
12
Elektroda platina digunakan hanya bila sistem setengah sel bukan logam. Fungsi elektroda platina
adalah sebagai penghubung logam inert dengan sistem H2 H+, dan sebagai tempat gas H2 teradsorpsi
di permukaan.
6. Potensial Elektroda Standar (E)
Potensial elektroda standar dari suatu elektroda didefinisikan sebagai DGL (daya gerak listrik)
suatu sel yang terdiri dari elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu larutan yang mengandung
ionnya dengan keaktifan berharga satu ( a = 1) dan elektroda hidrogen standar sebagai pembanding,
pada tekanan hidrogen 1 atm dan suhu kamar. Sistem elektroda dalam sel tersebut harus reversibel
secara termodinamika yaitu :
Mn+ (a=1) + n e M
Sebenarnya yang diukur bukanlah potensial elektroda, tetapi lebih tepat bila dikatakan sebagai beda
potensial (terhadap hidrogen = 0 v). Yang umum dikenal adalah potensial reduksi standar.
7. Menghitung DGL sel menggunakan data potensial elektroda
DGL standar suatu sel besarnya adalah selisih kedua potensial elektroda atau sama dengan
potensial sel elektroda standar dari katoda dikurangi potensial standar anoda. Contoh :
Tentukan E sel untuk sistem : Zn (s) Zn 2+ (aq) Cu2+ (aq) Cu (s)
Jawab: Yang mengalami oksidasi adalah Zn berarti Zn merupakan anoda, sedangkan yang mengalami
reduksi adalah Cu, atau Cu sebagai katoda, maka :
E sel = E Cu2+ Cu - E Zn 2+ Zn ........................................................(1)
= E katoda E anoda..........................................................................(2)
= 0, 34 V (-0,76 V) = 1,1 Volt
8. Hubungan antara Potensial sel (E) dan Energi Bebas Gibbs ( G)
Page
13
Hubungan antara energi bebas Gibbs dan Potensial sel arus nol (E) dapat diturunkan dengan
memeperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan kuantitas yang sangat kecil d
pada beberapa komposisi. Maka G pada P,T tetap dan komposisi tertentu akan berubah sebesar
Karena kerja maksimum yang dapat dilakukan reaksi itu ketikareaksi berlangsung sebesar d pada
temperatur dan tekanan tetap adalah
yang harganya sangat kecil dan komposisi sistem sebenarnya adalah tetap ketika reaksi ini
berlangsung. Sehingga kerja yang dilakukan untuk muatan yang sangat kecil zF.d yang bergerak
dari anoda ke katoda dengan beda potensial tertentu akan berharga
dwe = - n F d .E .................................................................................(5)
jika kita samakan persamaan (5 ) dan (6 ), maka didapat
- nF E = G .....................................................................................(6)
atau
, n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam setengah reaksi Berdasarkan harga
energi bebas gibbs G, dapat diramalkan berlangsung tidaknya suatu sel elektrokimia. Suatu reaksi
sel akan berlangsung spontan bila G < 0 atau harga E >0.
Contoh :
Menggunakan tabel 1, tentukan apakah reaksi berikut berlangsung atau tidak
Fe 3+ (aq) + I (aq)
Fe 2+ (aq) + I2 (g)
Jawab :
Page
14
dibutuhkan dalam soal adalah reaksi oksidasi, sehingga reaksinya dibalik dan potensialnya menjadi
0,54 V.
maka persaman (9) dapat dinyatakan sebagai persamaan (10) yang dikenal sebagai persamaan Nerst
Eo adalah potensial reduksi standar, R tetapan gas ideal, n jumlah elektron yang terlibat, F adalah
bilangan Faraday dan Q adalah kuosien reaksi.
Untuk komposisi sebuah komportemen elektroda di dalam kuosien reaksi Q dengan harga keaktifan =
a, untuk setengah reaksi dapat dinyatakan sebagai :
Page
15
Harga keaktifan (a) merupakan fungsi dari koefisien keaktifan ( )dan konsentrasi larutan / ion.
a = . [ion/ larutan]
untuk larutan/ ion yang mempunyai harga = 1, maka keaktifan akan berharga = konsentrasi larutan /
ion.
Harga potensial standar (Eo ) hanya berlaku untuk keaktifan = 1, untuk harga keaktifan tidak sama
dengan satu, potensial standar harus dikoreksi, yaitu sebesar Q.
Pada Reaksi redoks berikut :
Cu2+ (aq) + Zn (s)
serta menggunakan persamaan (11) dan (12) maka persamaan (10) dapat dinyatakan sebagai
Untuk harga = 1, maka persamaan (13) dapat diubah menjadi persamaan (14) berikut :
Dengan cara yang sama, maka harga E sel untuk reaksi redoks dengan persamaan :
a A+ b B
cC+dD
Page
16
Persamaan (14) dapat digunakan untuk menghitung E sel suatu sel elektrokimia yang keaktifan
larutan elektrolitnya tidak berharga 1 (atau konsentrasinya 1M)
Contoh :
Suatu sel elektrokimia dengan reaksi Co (s) + Ni2+ (aq)
Jadi untuk reaksi sel elektrokimia tersebut menghasilkan beda potensial sebesar 0,08 volt
10. Sel pada Kesetimbangan
Pada saat reaksi dalam keadaan setimbang, maka harga Q = K, K adalah konstanta
kesetimbangan reaksi sel. Pada kesetimbangan reaksi kimia tidak melakukan kerja sehingga besarnya
beda potensial antara kedua elektroda adalah nol sehingga
Page
17
+ e-
Katoda : H+ (standar) + e-
H2 (g)
Untuk R = 8,314 J/ mol; T= 298K dan F= 96500 coulomb dan tekanan H2 = 1 atm serta [H+]
std = 1, dan Eo sel = 0 (perjanjian) maka
E sel = 0 0,059 log [H+]
atau E sel = 0,059 . pH..................................................................................(21)
Page
18
Page
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPUAN
- Elektrokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara energy listrik dan reaksi
kimia. Pada pasal 1.4 telah dinyatakan bahwa listrik timbul akibat aliran (gerakan) partikel
-
Page
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonym,
Achmad
Rochliadi.
2010.
Elektrokimia.
Tersedia
di
:
http://achmad
rochliadi.ac.id.files/2010/09/elektrokimia/pdf. (15 Juni 2015)
Anonym, Laksono, 2011. Elektrokimia. Tersedia di: http://laksono.ac.id.files/2011/18/elektrokimia/pdf.
(15 Juni 2015)
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB
Sastrohamidjojo, Hardjono.2010. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM
Hiskia Ahmad, 1992, Elektrokimia dan Kinetika Kimia , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Page
21