Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI DAN KONTROL


“PENGUKURAN KONDUKTIVITAS”

Disusun Oleh :

Kelompok : II (Dua)
Kelas :B
Nama Kelompok : 1. Alltop Amri Ya Habib (1507037549)
2. Desti Arliyanis (1507023607)
3. Prihalisa Ningendah (1507037681)
4. Siti Nuraisyah S (1507036651)

Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2017


Dosen Pengampu : Dra. Wisrayetti, MSi

LABORATORIUM DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
ABSTRAK
Konduktivitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan (larutan, gas
maupun logam) dalam menghantarkan atau mentransfer arus listrik. Konduktivitas
larutan berkaitan dengan kadar ion yang terdapat dalam suatu sistem larutan.
Tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari dasar-dasar pengukuran menggunakan
alat konduktometer dan mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi terhadap
konduktivitas suatu larutan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan 2 jenis
larutan yaitu larutan NaOH dan NaCl. Masing-masing larutan divariasikan
konsentrasinya mulai dari 0,11, 0,09 dan 0,07 %. Berdasarkan percobaan terhadap
larutan NaOH dengan konsentrasi 0,11, 0,09 dan 0,07% didapati data nilai
konduktivitas yang secara berturut-turut adalah 6511, 5129 dan 3634 𝝻S/cm.
Sedangkan nilai konduktivitas larutan NaCl dengan variasi konsentrasi yang sama
secara berturut-turut adalah 2320, 1839 dan 1429 𝝻S/cm. Dari hasil percobaan
maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrasi larutan (elektrolit) secara
langsung berdampak kepada konduktivitas larutan, dimana penurunan konsentrasi
larutan baik NaOH dan NaCl akan menyebabkan nilai konduktivitas menurun pula.
Kata kunci: NaOH, NaCl, konduktivitas, konduktometer, konsentrasi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari dasar-dasar pengukuran dengan menggunakan konduktometer
2. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas suatu
larutan.

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Larutan Elektrolit
Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokkan senyawa yakni
didasarkan pada daya hantar listrik. Berdasarkan daya hantarnya, senyawa dibagi
menjadi elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah zat yang dapat menghantarkan
listrik atau zat yang di dalam larutanya akan terdisosiasi atau akan terurai menjadi
ion-ionnya yang menyebabkan kemampuannya untuk menghantarkan listrik. Ditinjau
dari kesetimbangan peruraiannya atau derajat disosiasinya, elektrolit dibagi menjadi:
elektrolit kuat, yaitu zat yang dalam larutannya terdisosiasi sempurna atau sebagian
besar menjadi ion-ion. Zat ini sangat mudah terionisasi dalam larutan, dengan derajat
ionisasi 1 atau mndekati 1, misalnya garam-garam alkali, asam kuat dan basa kuat.
Elektrolit lemah, yaitu zat yang dalam larutannya hanya sebagian kecil terdisosiasi
menjadi ion-ion. Zat ini sukar terionisasi, derajat ionisasinya mendekati 0, misalnya
sebagian kecil garam-garam, asam lemah dan basa lemah (Supriyana, 2004).
Senyawa yang larutanya dalam air tidak dapat menghantarkan listrik disebut
larutan nonelektrolit. Jika sepasang elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit
dan dialiri dengan sumber arus searah, maka ada kemungkinan arus yang mula-mula
besar menjadi mengecil, ini terjadi karena kemungkinan terjadi peristiwa elektrolisis
yang menyebabkan timbulnya lapisan di permukaan elektoda. Hal ini menyebabkan
daya hantarnya menjadi berkurang, sehingga untuk mencegah hal tersebut pada
larutan elektrolit digunakan arus bolak-balik. Jika dalam larutan elektrolit
dihubungkan tegangan melalui kedua elektroda, maka akan timbul medan listrik
antara kedua elektroda tersebut, akibatnya ion positif akan bergerak menuju elektroda
negatif (anoda) untuk mengambil elektron dari elektroda ini (oksidasi), sedangkan ion
negatif akan bergerak menuju elektroda positif (katoda) untuk menyerahkan elektron
pada elektroda ini (reduksi). Ini berarti dalam larutan elektrolit ini terjadi
penghantaran muatan dari elektroda yang satu menuju elektroda yang lain dengan
jalan diangkut oleh ion-ion (Sukardjo, 1997).
Zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi ion-ion dan mereka akan bergerak
kearah elektroda yang muatannya berlawanan (ion negatif akan bergerak ke elektroda
positif dan ion positif akan bergerak ke elektroda negatif). Pergerakan ion-ion ini
ekivalen dengan aliran elektron sepanjang kawat logam. Larutan yang mengandung
suatu elektrolit mampu menghantarkan arus listrik. Arus listrik dapat dianggap
sebagai aliran elaktron yang membawa aliran negatif melalui suatu pengantar.
Perpindahan muatan ini terjadi karena adanya perbedaan potensial antara dua tempat
tersebut. Arus listrik akan mengalir dari tempat yang potensialnya tinggi ke tempat
potensialnya rendah. Jika suatu elektroda yang dialiri listrik dengan potensial sama,
maka arus yang dihasilkan tergantung pada besarya tahanan. Makin besar tahanan,
semakin kecil arus yang dihasilkan (Bird, 1987).

1.2.2 Konduktivitas
Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan
dapat menghantarkan listrik. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari hambatan
listrik (R). Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya disingkat Ω-1cm-1.
Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan/cairan elektrolit. Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas. Energi listrik dapat di transfer
melalui materi berupa hantaran yang bermuatan listrik yang berwujud arus listrik. Ini
berarti bahwa harus terdapat pembawa muatan listrik di dalam materi serta adanya
gaya yang menggerakkan pembawa muatan tersebut. Pembawa muatan dapat berupa
elektron seperti logam, dapat pula berwujud ion positif dan ion negatif seperti dalam
larutan elektrolit dan lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud logam disebut
elektrolit atau metalik, sedangkan pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionik
atau elektrolit. Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari
baterai, generator atau sumber energy listrik yang lain. Perpindahan muatan listrik
dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat terhadap yang lain, dan
arus listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke tempat
potensial rendah. Terjadinya arus listrik didalam suatu larutan dikarenakan adanya
ion yang bergerak (Supriyana, 2004). Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
 Konsentrasi
 Pergerakan ion-ion
 Valensi ion
 Suhu

Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai
konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya hantar
molar larutan dimana hantaran molar juga sebading dengan konduktivitas larutan.
Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas molar (∆m).
Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan
sebesar satu molar. Larutan encer, ion-ion dalam larutan tersebut mudah bergerak
sehingga daya hantarnya semakin besar. Larutan yang pekat, pergerakan ion lebih
sulit sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah. Hal lain yang mempengaruhi
daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis larutan (Sukardjo, 1997).

1.2.3 Konduktivitas Molar


Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini tidak
biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran listrik dalam suatu larutan
elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan memiliki hantaran
jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi yang berbeda
mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit didefinisikan sebagai
konduktivitas molar (A).
Ls
A= (1)
C

Keterangan: C = konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3)


Ls = daya hantar jenis (S m-1)

1.2.4 Mekanisme Penghantar Listrik


Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan
elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah.
Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dengan
pengaruh dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini atom-atom penyusun
penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada penghantar
elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif menuju
elektroda-elektroda. Mekanisme elektrolisis adalah bahwa elektron masuk dan keluar
dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya (Masykuri,
2010).

1.2.5 Ketergantungan Konduktivitas Terhadap Konsentrasi


Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua yaitu elektrolit kuat
(garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat dan klorida) dan elektrolit
lemah (seperti asam asetat dan asam organic lainnya). Elektrolit kuat mempunyai
hantaran molar yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan elektrolit lemah. Untuk
elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi ionnya berbanding
lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjasi karena adanya interaksi diantara
ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini berubah dengan
berubahnya konsentrasi (Masykuri, 2010).
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-
masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tida bergantung pada ion pasangannya.
Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada sifat dari ionnya
tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada pengenceran tak hingga
merupakan jumlah dari gaya hantar molar ion-ionnya pada pengenceran tak hingga
(Masykuri, 2010).

1.2.6 Konduktivitas Elektrik


Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik dari
larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm3 larutan.
Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain untuk mendeteksi pengotoran air
karena zeolit atau zat kimia seperti limbah industri, pengolahan air bersih dan lain
lain. Karena relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi larutan maka untuk
menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara mengukur konduktivitas
larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi telah
ditentukan (Sinaga, 2010).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
mengahantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan. Jika harga
konduktivitas dari berbagai macam larutan elektrolit diketahui, maka untuk
menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
melalui larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya. Gambar 1.1
menunjukkan hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk beberapa jenis
larutan pada suhu tertentu.
Gambar 1.1 Hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk berbagai jenis
larutan pada suhu 18 °C (Sumber: Sinaga, 2010)

Dalam satuan sistem internasional (SI), satuan mho diganti dengan siemens.
Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per centimeter
(𝝻S/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan ialah dalam satuan
meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per meter. Pada peralatan
ukur konduktivitas di industri, luas permukaan elektroda dapat lebih ataupun kurang
dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh maupun lebih dekat dari 1 cm (Sinaga, 2010).
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Peralatan yang digunakan


1. Konduktometer
2. Timbangan digital
3. Gelas kimia 50, 100 mL
4. Gelas Ukur 1000 mL
5. Labu Ukur 250 mL
6. Pipet tetes
7. Spatula
8. Corong

2.2 Bahan-bahan yang di gunakan


1. Aquades
2. NaCl
3. NaOH

2.3 Skema Alat konduktometer

Konduktometer
Display
Nilai konduktivitas

Larutan
NaOH / NaCl

Gambar 2.1 Skema Alat konduktometer.


2.4 Prosedur kerja
2.4.1 Pembuatan Larutan NaCl 0,11 % , 0,09% dan 0,07 %
1. Ditimbang 0,275 gram NaCl dengan menggunakan cawan petri
2. Kristal NaCl yang sudah ditimbang dilarutkan ke dalam labu ukur 250 mL
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas
3. Labu ukur ditutup ujungnya dan labu dibolak-balikan sampai larutan menjadi
homogeny
4. Untuk membuat larutan NaCl 0,09 % dilakukan pengenceran dari larutan
0,11 % dengan larutan diambil sebanyak 204,5 mL dan dimasukan ke dalam
labu ukur 250 mL, hal yang sama dilakukan seperti langkah ketiga.
5. Untuk membuat larutan NaCl 0,07 % dilakukan pengenceran dari larutan
0,09 % dengan ;arutan diambil sebanyak 194, 4 mL dan dimasukan ke dalam
labu ukur 250 mL, hal yang sama dilakukan seperti langkah ketiga.

2.4.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,11 % , 0,09% dan 0,07 %


1. Ditimbang 0,275 gram NaOH dengan menggunakan cawan petri
2. Kristal NaOH yang sudah ditimbang dilarutkan ke dalam labu ukur 250 mL
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas
3. Labu ukur ditutup ujungnya dan labu dibolak-balikan sampai larutan menjadi
homogeny
4. Untuk membuat larutan NaOH 0,09 % dilakukan pengenceran dari larutan
0,11 % dengan larutan diambil sebanyak 204,5 mL dan dimasukan ke dalam
labu ukur 250 mL, hal yang sama dilakukan seperti langkah ketiga.
5. Untuk membuat larutan NaOH 0,07 % dilakukan pengenceran dari larutan
0,09 % dengan larutan diambil sebanyak 194,4 mL dan dimasukan ke dalam
labu ukur 250 mL, hal yang sama dilakukan seperti langkah ketiga.
2.4.3 Prosedur Kalibrasi Konduktometer Digital
1. Disiapkan alat konduktometer digital
2. Dituangkan aquades pada gelas kimia
3. Konduktometer dihidupkan dengan menekan tombol ON
4. Dicelupkan ujung konduktometer ke dalam gelas kimia yang berisi aquades,
lalu skala yang tertulis dibaca dan dicatat, perlu diketahui aquades yang
murni skala yang terbaca pada alat adalah 0 µS/cm
5. Setelah itu elektroda yang sudah dibilas dengan aquades dilap sampai kering,
dan alat siap digunakan dalam pengukuran konduktivitasnya

2.4.4 Prosedur Menngukur Konduktivitas untuk larutan NaCl


1. Dituangkan sampel larutan NaCl dari setiap konsentrasi masing-masing
sebanyak 10 mL ke dalam gelas kimia 50 mL
2. Dituangkan aquades ke dalam gelas kimia 100 mL yang dijadikan sebagai
larutan penetral konduktivitas
3. Konduktometer dihidupkan dengan menekan tombol ON
4. Dicelupkan ujung konduktometer ke dalam gelas kimia yang berisi aquades,
lalu skala yang tertulis dibaca dan dicatat
5. Konduktometer dilap ujungnya dan kemudian dicelupkan ke dalam setiap
sampel larutan NaCl yang berbeda nilai konsentrasinya, setiap penggantian
dalam mengukur nilai konduktivitas perlu dinetralkan terlebih dahulu ke
dalam aquades
6. Skala yang terbaca di alat diamati dan dicatat, serta kurva konduktivitas vs
konsentrasi dibuat

2.4.5 Prosedur Menngukur Konduktivitas untuk larutan NaOH


1. Dituangkan sampel larutan NaOH dari setiap konsentrasi masing-masing
sebanyak 10 mL ke dalam gelas kimia 50 mL
2. Dituangkan aquades ke dalam gelas kimia 100 mL yang dijadikan sebagai
larutan penetral konduktivitas
3. Konduktometer dihidupkan dengan menekan tombol ON
4. Dicelupkan ujung konduktometer ke dalam gelas kimia yang berisi aquades,
lalu skala yang tertulis dibaca dan dicatat
5. Konduktometer dilap ujungnya dan kemudian dicelupkan ke dalam setiap
sampel larutan NaOH yang berbeda nilai konsentrasinya, setiap penggantian
dalam mengukur nilai konduktivitas perlu dinetralkan terlebih dahulu ke
dalam aquades
6. Skala yang terbaca di alat diamati dan dicatat, serta kurva konduktivitas vs
konsentrasi dibuat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
Percobaan pengukuran konduktivitas dilakukan menggunakan variasi
konsentrasi larutan NaCl yaitu: 0,11 % ; 0,09 % ; 0,07 %. Berdasarkan percobaan
yang dilakukan didapatkan data konduktivitas larutan NaCl seperti pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Hubungan Konsentrasi NaCl Terhadap
Konduktivitas Larutan
Konsentrasi Konduktivitas
No.
(%) (𝝻S/cm)

1. 0,11 6511

2. 0,09 5129

3. 0,07 3634

Percobaan dilakukan pada larutan yang berbeda yaitu pengukuran konduktivitas


pada larutan NaOH. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui daya hantar
suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Dari pengukuran larutan NaOH
dengan variasi konsentrasi: 0,11 % ; 0,09 % ; 0,07 %. Didapatkan data pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Hubungan Konsentrasi NaCl Terhadap
Konduktivitas Larutan.
Konsentrasi Konduktivitas
No.
(%) (𝝻S/cm)

1. 0,11 2320

2. 0,09 1839

3. 0,07 1429
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengukuran Konduktivitas Larutan NaOH
Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan
dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk pengukuran
larutan/cairan elektrolit. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya
konduktivitas. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran konduktivitas dengan
menggunakan larutan NaOH. Larutan NaOH tergolong kedalam larutan elektrolit
kuat, dimana larutan NaOH dalam suatu sistem larutan akan membentuk ion-ion. Ion-
ion inilah yang berperan dalam proses transfer listrik. Larutan NaOH diberi perlakuan
perubahan konsentrasi untuk mengetahui dampaknya terhadap nilai konduktivitas.
Variasi larutan NaOH yang dipercobakan ialah 0,11 % ; 0,09 % ; 0,07 %. Pada
dasarnya banyak faktor lain yang diketahui dapat memberikan relevansi terhadap
daya hantar larutan (konduktivitas) yaitu diantaranya suhu, pergerakan ion-ion dan
valensi ion (Supriyana. 2004). Pada percobaan ini faktor-faktor tersebut diperkecil
sehingga yang dianalisa ialah pengauh konsentrasi terhadap daya hantar listrik pada
larutan elektrolit. Hasil percobaan pengukuran konduktivitas untuk larutan asam
sulfat disajikan pada grafik dibawah ini.
2500
Konduktivitas µS/cm

2000
y = 22275x - 142.08
1500 R² = 0.9979

1000

500

0
0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11 0.12
Konsentrasi (%)
Gambar 3.1 Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas pada
larutan NaOH.

Berdasarkan percobaan, nilai konduktivitas untuk larutan NaOH dengan variasi


konsentrasi 0,11 % ; 0,09 % ; 0,07 % secara berturut-turut adalah 6511, 5129, dan
3634 𝝻S/cm. Pengaruh konsentrasi dengan jelas terlihat memberi dampak terhadap
nilai konduktivitas larutan. Hubungan antara keduanya juga dapat dilihat pada
gambar 3.1 diatas yang menunjukkan hubungan yang berbanding lurus. Perubahan
konduktivitas tersebut berkaitan dengan jumlah ion-ion yang tersebar dalam larutan.
Ion-ion berfungsi sebagai media penghantar arus listrik. Ion-ion dapat menghantarkan
arus listrik disebabkan oleh ion-ion yang dapat membawa muatan listrik dan
pergerakan ion-ion tersebut dalam larutan atau yang biasa disebut Gerak Brown.
Gerak Brown menjelaskan bahwa partikel-partikel atau ion-ion bergerak secara acak
dalam suatu sistem larutan dan bertumbukan antara satu dengan lainnya. Tumbukkan
antar ion yang terjadi menyebabkan perpindahan muatan listrik sehingga larutan
NaOH dapat menghantarkan arus listrik.
3.2.2 Pengukuran Konduktivitas Larutan NaCl
Larutan natrium klorida tergolong dalam larutan elektrolit kuat, dimana natrium
klorida akan mengion menjadi Na+ dan Cl- dalam sistem larutan. Percobaan
dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi natrium klorida pada 0,11 % ; 0,09 % ;
0,07 %.. Data hasil percobaan ditampilkan dalam bentuk grafik dibawah ini.
2500

Konduktivitas µS/cm
2000

1500 y = 22275x - 142.08


R² = 0.9979
1000

500

0
0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11 0.12
Konsentrasi (%)

Gambar 3.2 Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas pada


larutan sodium klorida (NaCl)

Perubahan konsentrasi memberikan dampak pada perubahan nilai konduktivitas


larutan sodium klorida dan hal ini dapat dilihat pada gambar 3.2. Hubungan antara
konduktivitas dan konsentrasi juga menunjukkan hubungan yang berbanding lurus.
Hubungan antar data dari hasil percobaan juga menunjukkan kelinieran, dimana
regresi dari persamaan garis lurusnya bernilai 0,99. Berdasarkan percobaan juga
diketahui konduktivitas larutan sodium klorida (NaCl) pada konsentrasi 0,11 % ; 0,09
% ; 0,07 % secara berturut-turut adalah 2320, 1839, dan 1429 𝝻S/cm. Peningkatan
konduktivitas disebabkan oleh kadar atau jumlah ion yang semakin bertambah seiring
dengan peningkatan konsentrasi. Ion-ion yang membawa muatan listrik bergerak
secara acak (Gerak Brown) didalam larutan dan saling bertumbukan satu sama lain.
Selama ion-ion saling bertumbukan maka terjadi pula proses transfer arus listrik
dalam waktu sepersekian detik. Daya hantar listrik yang terjadi juga dipengaruhi oleh
jenis larutannya, setiap jenis larutan juga memiliki kemampuan daya hantarnya
tersendiri. Pada percobaan ini daya hantar listrik larutan NaOH lebih besar
dibandingkan daya hantar NaCl. Hal ini membuktikan bahwa jenis larutan juga
mempengaruhi kemampuan daya hantar listrik selain konsentrasi zat itu sendiri.
3.2.3 Perbandingan Konduktivitas NaOH dengan NaCl
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran konduktivitas dengan
menggunakan larutan NaOH dan NaCl. Larutan NaOH tergolong kedalam larutan
elektrolit kuat, dimana larutan NaOH dan NaCl dalam suatu sistem larutan akan
membentuk ion-ion. Ion-ion inilah yang berperan dalam proses transfer listrik.
Larutan NaOH dan NaCl diberi perlakuan perubahan konsentrasi untuk mengetahui
dampaknya terhadap nilai konduktivitas. Adapun nilai konduktivitas yang didapat
pada kedua larutan tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini.

7000
Konduktivitas µS/cm

6000

5000 y = 71925x - 1381.9


R² = 0.9995
4000 NaOH
NaCl
3000 Linear (NaOH)
Linear (NaCl)
2000
y = 22275x - 142.08
1000 R² = 0.9979

0
0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11 0.12
Konsentrasi (%)

Gambar 3.3 Grafik konduktivitas NaOH vs NaCl


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas yang didapat untuk
larutan NaOH dan NaCl semakin besar konsentrasi maka akan semakin besar nilai
konduktifitasnya. Nilai konduktivitas pada larutan NaOH lebih besar dibandingkan
nilai konduktuktivitas NaCl. Terjadinya arus listrik didalam suatu larutan dikarenakan
adanya ion yang bergerak (Supriyana, 2004). Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
1.Konsentrasi
2.Pergerakan ion-ion
3.Valensi ion
4.Suhu

Karena larutan NaOH memiliki suhu lebih panas dibandingkan dengan larutan NaCl
sehingga nilai konduktivitas yang dihasilkan lebih besar dari pada NaCl.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Nilai konduktivitas yang didapat pada larutan NaOH 0,11%, 0,09% dan 0,07%
adalah 6511, 5129 dan 3634 𝝻S/cm.
2. Nilai konduktivitas yang didapat pada larutan NaCl 0,11%, 0,09% dan 0,07%
adalah 2320, 1839 dan 1429 𝝻S/cm.
3. Daya hantar listrik (Konduktivitas) yang paling baik adalah NaOH pada
konsentrasi 0,11%.
4. Semakin kecil konsentrasi maka semakin kecil juga nilai konduktivitas yang
didapat.

4.2 Saran
Sel elektroda konduktometer harus tercelup seluruhnya ke dalam larutan, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan keakuratan hasil pengukuran dan praktikan harus
menggunakan sarung tangan sebagai pelindung diri praktikan agar tidak terkena zat
saat membuat larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, T. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Masykuri. 2010. http://masykuri.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/konduktometri.pdf.


Diakses 20 Oktober 2017.

Sinaga. 2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /18269/3/ Chapter%20.


Diakses 20Oktober 2017.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rinaka Cipta. Yogyakarta.

Supriyana. 2004. Kimia untuk Universitas jilid II. Erlangga. Jakarta.

Tim penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian Proses.


Program Studi DIII Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

1. Menentukan massa untuk konsentrasi NaOH 0,11%


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
Konsentrasi NaOH = × 100 %
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
0,11 % = × 100 %
250 𝑚𝑙
0,11 𝑥 250
Massa =
100
Massa = 0,225 gr
2. Penentuan Volume NaOH untuk pengenceran dari konsentrasi 0,11 % menjadi
0,09%
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 0,11 = 250 . 0,09
250 𝑋 0,09
V1 =
0,11

V1 = 204,5 ml
3. Penentuan Volume NaOH untuk pengenceran dari konsentrasi 0,09 % menjadi
0,07%
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 0,09 = 250 . 0,07
250 𝑋 0,07
V1 =
0,09

V1 = 194,4 ml

Untuk perhitungan NaCl sama dengan Perhitungan NaOH.

LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Larutan NaOH Larutan NaCl

Anda mungkin juga menyukai