Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ENERGETIKA DAN KINETIKA


PENENTUAN KINETIKA ESTER SAPONIFIKASI
DENGAN METODE KONDUKTOMETRI

Disusun oleh :
Rehan R Peranginangin
(105117023)
(Kelompok 1)

LABORATORIUM KIMIA TERINTEGRASI


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaksi kimia yang terjadi disekitar kita kebanyakan bersifat instan,
namun ada juga reaksi yang membutuhkan waktu yang lama untuk
terbentuknya suatu produk. Reaksi yang berjalan secara cepat biasanya
terjadi saat pencampuran suatu reaktan dan langusng menghasilkan
produk baru. Reaksi yang dapat mengubah reaktan menjadi zat baru ini
disebut reaksi kimia.
Proses dalam reaksi kimia ada yang berjalan cepat dan ada yang
berjalan lambat. Misalnya reaksi kimia berlangsung cepatyaitu pada
batang korek api yang cepat terbakar dan reaksi yang lambar seperti
pencoklatan pada buah. Topik bahasan seperti ini disebut dengan kinetika
reaksi.
Kinetika reaksi adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi
kimia. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan laju
reaksi. Laju reaksi suatu rekasi kimia dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi yang terlibat dalam reaksi terhadap satuan waktu. Laju atau
kecepatan reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya/bertambahnya konsentrasi suatu produk. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya yaitu, konsentrasi reaktan,
luas permukaan reaktan, suhu, mekanisme reaksi dan juga katalis.
Proses industri banyak melibatkan adanya reaksi kimia, oleh
karena itu sangat diperlukan peranan ilmu kimia sebagai dasar untuk
mengatur suatu proses industri dapat menhasilkan produk yang banyak
dalam waktu yang singkat. Proses dalam reaksi kimia ada yang berjalan
cepat dan ada yang berjalan lambat. Misalnya reaksi kimia berlangsung
cepat yaitu pada batang korek api yang cepat terbakar dan reaksi yang
lambat seperti pencoklatan pada buah.
Topik bahasan seperti ini disebut dengan kinetika reaksi.
Pengkajian laju rekasi dapat diartikan kelajuan perubahan kimia yang
terjadi sedangkan mekanisme reaksi digunakan untuk menggambarkan
langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan keseluruhan dari suatu
reaksi. Penentuan orde reaksi pada percobaan ini adalah konstanta reaksi
orde dua dari reaksi saponifikasi etil asetat.

1.2. Tujuan Praktikum


• Menentukan orde reaksi dari saponifikasi ester
• Menentukan nilai konstanta dari reaksi saponifikasi ester
• Menentukan nilai Ea dari reaksi saponifikasi ester

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kinetika reaksi adalah jumlah mol zat yang bereaksi per liter yang
diubah menjadi zat lain dalam suatu satuan waktu tertentu. Suatu reaksi
kimia berlangsung karena atom-atom bersenyawa membentuk molekul-
molekul baru dengan cara pembentukan elektron oktet dalam masing-
masing atom. Mekanisme reaksi adalah rangkaian reaksi setingkat demi
setingkat yang terjadi berurutan (Endahwati,2007).
Laju reaksi suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi yang terlibat dalam reaksi terhadap satuan waktu. Laju atau
kecepatan reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya/bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi
umumnya dinyatakan dalam mol/L.
Pada proses reaksi, konsentrasi reaktan akan turun dan konsentrasi
produk akan naik. Laju reaksi adalah kecepatan penurunan konsentrasi
reaktan atau kecepatan kenaikan konsentrasi produk. Laju reaksi suatu
reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi dibawah ini:
A + B ® AB
Persamaan laju reaksi ditulis secara umum sebagai berikut :
Laju reaksi (r) = k [A]m[B]n
Dengan keterangan k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n
merupakan orde reaksi setiap pereaksi. Besarnya suatu laju reaksi
dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
1. Konsentrasi reaktan
2. Luas permukaan
3. Tekanan
4. Temperatur
5. Katalis
Secara umum analisis kinetika reaksi terbagi atas tiga bagian yaitu
orde satu, dua dan tiga. Orde satu menyatakan grafik hubungan antara ln
C denga t yang merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep ln Co.
Orde dua menyatakan grafik hubungan antara 1/C dengan t yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1/Co. Orde tiga
menyatakan grafik hubungan antara 1/C2 dengan t yang merupakan garis
lurus dengan slope 2 k dan intersep 1/Co2 (Tony, 1987). Berikut reaksi
dari masing-masing orde reaksi :
• Reaksi Order ke Satu :
In(a − x) = −krt + const
Pada t=0, const akan berharga −In a, sehingga:
In(a − x) = −krt + In a
Grafik In(a − x) vs t berbentuk garis lurus dengan slope −kr
• Reaksi Order ke Dua :
!"($ & ') & !"() & ')
krt = $ & )
+ const
*
!"
+
Pada t = 0, x = 0 sehingga konstanta berharga $ & ) , sehingga
, )($ & ')
diperoleh: krt = ($ & ') ln
$()&')

• Reaksi Order ke Tiga :


, ,
/($&')0
=krt /$0
,
Grafik ($&')0 vs t membentuk garis lurus dengan slope 2kr2

Saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun, dimana (sapon


= sabun dan fy = membuat). Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak
hewan (tallow) dan dari minyak, reaksi saponifikasi tidak lain adalah
hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH) (Poedjiadi, 2006).
Reaksi saponifikasi lemak atau minyak ditunjukkan pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi
(Spitz, 1996)
Konduktometri merupakan metode analisis kimia yang didasarkan
pada daya hantar listrik suatu larutan analat. Daya hantar listrik suatu
larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion didalam larutan.
(Khopkar, 2003)

III. METODE PERCOBAAN

3.1. Bahan
• NaOH, • Asam Oksalat,
• Etil Asetat, • Akuades.

3.2. Alat
• Labu ukur, • Arloji,
• Gelas kimia, • Batang pengaduk,
• Erlenmeyer, • Stirrer,
• Gelas ukur, • Stopwatch,
• Pipet ukur, • Burret,
• Pipet tetes, • Penangas,
• Filler, • Botol semprot,
• Thermometer, • Statif & klem.
3.3. Prosedur Kerja

Dibuat NaOH 1M pada labuukur


250mL, dibakukan dengan H2CO3
(Duplo)

Disiapkan 1,2mL CH3COOOC2H5


pekat, diencerkan 500mL

Diambil 12,5mL, diencerkan


500mLd

Diambil 100mL kedua


sampel

Dibuat suhu larutan, pada


suhu kamar, 40°C & 50°C

Dicampurkan lalu di ukur daya


hantar setiap 30 detik selama 5
menit

Dibiarkan selama 30 menit,


lalu diukur daya hantar
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan


Pada praktikum kali ini, NaOH yang akan digunakan harus di
bakukan terlebih dahulu dengan cara di titrasi dengan As. Oksalat
karena NaOH merupakan larutan sekunder, lalu diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4.1. Pembakuan NaOH
Massa As. Oksalat Volume NaOH
(g) (mL)
0,6302 9,2
0,63 9,2

Tabel 4.2. Data table daya hantar setiap suhu


Waktu L 25°C L 40°C L 50°C
(s) (mS) (mS) (mS)

30 2,621 2,538 2,435


60 2,611 2,463 2,397
90 2,578 2,442 2,359
120 2,551 2,414 2,326
150 2,521 2,387 2,298
180 2,495 2,360 2,278
210 2,470 2,337 2,257
240 2,446 2,318 2,239
270 2,425 2,296 2,226
300 2,404 2,281 2,210
1800 1,726 1,942 2,030

4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan konstanta laju
reaksi, orde reaksi, dan energi aktivasi dari reaksi saponifikasi ester
menggunakan metode konduktometri. Larutan yang digunakan
pada percobaan ini yaitu NaOH 1 M dan larutan CH3COOC2H5
pekat. Larutan NaOH sebelum dicampurkan dengan etil asetat di
bakukan dengan dititrasi menggunakan as. Oksalat.
Dibuat kondisi larutan pada suhu 25˚C (suhu kamar), 40˚C
, dan 50˚C yang bertujuan untuk membuktikan bahwa pada kondisi
tersebut terjadilah reaksi orde 2.
Pada kedua larutan dicampurkan dan kondisi suhu 25˚C
(suhu kamar), 40˚C , dan 50˚C. Maka pada campuran tersebut
terjadi reaksi saponifikasi, seperti berikut :
CH3COOC2H5 (aq) + 2NaOH (aq) CH3COONa (aq)+
C2H5OH (aq) + NaOHsisa
Kemudian dilakukan pengukuran daya hantar listrik setiap
30 detik selama 5 menit dengan kondisi suhu yang sudah dibuat
pada 25˚C (suhu kamar), 40˚C , dan 50˚C untuk mengetahui
pengaruh suhu terhadap kinetika reaksi pada percobaan ini.
Daya hantar listrik bergantung dari pergerakan ion-ion yang
diukur dengan melihat besarnya hambatan (R) yang mana listrik
dialirkan ke dalam larutan yang berisi ion-ion tersebut. Sehingga
daya hantar listrik memiliki hubungan yang sebanding dengan
konsentrasi suatu senyawa. Nilai daya hantar yang diperoleh dari
masing-masing suhu mengalami penurunan ketika waktu
bertambah setiap 30 detik selama 5 menit, hal tersebut disebabkan
karena NaOH dan etil asetat yang bereaksi semakin kecil seiring
bertambahnya waktu dan suhu sehingga kedua larutan tersebut
mengalami proses eksoterm.
Penentuan konstanta reaksi, orde reaksi, energi aktivasi dari
reaksi saponifikasi dilakukan dengan metode regresi grafik pada
data yang diperoleh. Pada saat menentukan konstanta laju reaksi
digunakan data antara t (s) vs 1/a(𝑢𝑠)&, . Konstanta yang diperoleh
dari percobaan pada (25˚C) nilai k = 2 x 10-6,, pada 40˚C nilai k =
3 x 10-6, pada 50˚C nilai k= 5 x 10-6
Untuk menentukan energi aktivasi digunaan data antara ln k
Vs 1/T(K) kemudian diplotkan dan dimasukkan ke persamaan
arrhenius untuk mendapatkan nilai energi aktivasi. Energi aktivasi
yang didapat dari percobaan ini sebesar 74,6231 kJ/mol yang
merupakan reaksi endotermal

V. KESIMPULAN
• Orde reaksi dari saponifikasi ester merupakan orde reaksi orde 2
• Nilai konstanta laju reaksi pada saponifikasi ester pada suhu
ruang, 40˚C, dan 50 ˚C berturut-turut ialah 1x10-6, 5x10-6, 1x10-5
• Nilai Ea dari reaksi saponifikasi ester sebesar 74,6231 kJ/mol
(Endotermal)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Endahwati, L,. 2007, Kinetika Reaksi Pembuatan NaOH dari Soda Ash
dan Ca(OH)2, Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, No, 2 Vol 7, Hal 55-
63.
House, J. 2007. Principles of chemical kinetics. Elsevier Academic Press,
Amsterdam.
Khopkar, S. M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitis. Jakarta :UI Press.
Phatalina, dkk., 2013, Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia, Jurnal Teknik Kimia, No
2, Vol 19, Hal 42-48.
Tony, B., 1987, Kimia Fisika Untuk Universitas, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

LAMPIRAN

• Perhitungan
1. Pembakuan larutan NaOH standar
Persamaan reaksi pembakuan NaOH dengan asam oksalat :
NaOH(aq)+𝐻/ 𝐶/ 𝑂8 .2 H2O(aq) 𝑁𝑎/ 𝐶/ 𝑂8 (aq)+ 2H2O(l)
/ ' <$==$ $=$< >?=$@$A
[NaOH] simplo = ;B< $=$< >?=$@$A ' C D$EFG
/ ' H,JKH/ L
= M
,/J ' H,HHQ/R
NOP

= 1,087 M
/ ' H,JK L
[NaOH] duplo = M
,/J ' H,HHQ/R
NOP

= 1,087M
[D$EF]=U<V@>W[D$EF] XYV@>
[NaOH]rata-rata = /
,,HZ[ BW,,HZ[ B
= /

= 1,087 M

2. Penentuan nilai K pada setiap suhu


Tabel 2.1. Penentuan nilai k pada suhu ruang (25˚C)
t A A A∞ A= A-A∞ 1/a
(s) (mS) (μS) (μS) (μs) (𝑢𝑠)&,
30 2,62 2621 895 0,00112

60 2,61 2611 885 0,00113

90 2,58 2578 852 0,00117

120 2,55 2551 825 0,00121

150 2,52 2521 1726 795 0,00126

180 2,50 2495 769 0,00130

210 2,47 2470 744 0,00134

240 2,45 2446 720 0,00139

270 2,43 2425 699 0,00143

Tabel 2.2. Penentuan nilai k pada 40˚C


t A A A∞ A= A-A∞ 1/a
(s) (mS) (μS) (μS) (μs) (𝑢𝑠)&,
30 2,54 2538 596 0,0017
1942
60 2,46 2463 521 0,0019
90 2,44 2442 500 0,0020

120 2,41 2414 472 0,0021

150 2,39 2387 445 0,0022

180 2,36 2360 418 0,0024

210 2,34 2337 395 0,0025

240 2,32 2318 376 0,0027

270 2,30 2296 354 0,0028

Tabel 2.3. Penentuan nilai k pada 50˚C


t A A A∞ A= A-A∞ 1/a
(s) (mS) (μS) (μS) (μs) (𝑢𝑠)&,
30 2,44 2435 405 0,0025

60 2,40 2397 367 0,0027

90 2,36 2359 329 0,0030

120 2,33 2326 296 0,0034

150 2,30 2298 2030 268 0,0037

180 2,28 2278 248 0,0040

210 2,26 2257 227 0,0044

240 2,24 2239 209 0,0048

270 2,23 2226 196 0,0051

Nilai k diperoleh dari setiap regresi linear persamaan garis 1/a terhadap t
(terdapat pada lampiran grafik) pada setiap suhu, (y = ax + b) , nilai a
merupakan nilai k sehingga di peroleh nilai k menurut tabel di bawah ini :
Tabel 2.4. Penentuan nilai Ea
T T
1/T k ln k
(˚C) (K)
25 298 0,0033 1x10-6 -13,82
40 313 0,0032 5x10-6 -12,21
50 323 0,0031 1x10-5 -11,51

Dengan mencari persamaan garis ln k terhadap 1/T menurut tabel diatas


maka diperoleh persamaan garis sebagai berikut :
y = -8975,6x + 16,35
Dengan menghubungkan persamaan diatas dengan persamaan Arhenius,
diperoleh nilai Ea yaitu :
𝐸𝑎 1
𝑙𝑛 𝑘 = − + 𝑙𝑛𝑘0
𝑅 𝑇
𝐸𝑎
− = 𝐵
𝑅
Ea = −B x R
J
Ea = (8975,6) x q8,314 y
K . mol
E𝑎 = 74623,138 J/mol
Ea = 74,6231 kJ/mol

• Grafik

Grafik 1/a terhadap t pada suhu 25°C


0,00160

0,00140

0,00120

0,00100
1/a

0,00080
25
0,00060 Linear (25)

0,00040 y = 1E-06x + 0,0011


R² = 0,9952
0,00020

0,00000
0 50 100 150 200 250 300 350
t (s)
Grafik 1/a terhadap t pada suhu 40°C
0,0035

0,0030

0,0025

0,0020
1/a

40
0,0015
Linear (40)
0,0010
y = 5E-06x + 0,0016
0,0005 R² = 0,9956

0,0000
0 50 100 150 200 250 300 350
t (s)

Grafik 1/a terhadap t pada suhu 50°C


0,0060

0,0050

0,0040
1/a

0,0030
50

0,0020 Linear (50)

y = 1E-05x + 0,002
0,0010 R² = 0,9976

0,0000
0 50 100 150 200 250 300 350
t (s)
Grafik ln k vs 1/T
0
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034
-2
-4

-6
ln k

-8 ln k vs 1/T

-10 Linear (ln k vs 1/T)

-12
y = -8975,6x + 16,35
-14
R² = 0,9921
-16
1/T

Anda mungkin juga menyukai