Anda di halaman 1dari 25

I.

PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Larutan merupakan campuran homogen yang dapat berupa gas, cair maupun
padat. Terdiri atas dua komponen penting yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut
(solvent) dalam proporsi tertentu. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai
jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau
pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain
molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute
dalam satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solute per
1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute
dalam 1 liter larutan.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu diperlukan praktikum
acara pembuatan larutan dan standarisasinya. Dalam hal ini adalah membuat
larutan 0,1 N HCl dan standarisasi HCl serta menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan
perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui konsentrasi
sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.

Langkah awal yang harus dilakukan sebelum standarisasi, adalah membuat


suatu larutan yakni dibuat dengan cara melarutkan suatu sampel suatu zat terlarut yang
diinginkan dengan penimbangan setepat mungkin dengan volume yang tepat pula.
Ketetapan dalam penimbangan dan menghitung volume suatu zat dimasudkan karena
dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi
yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Suatu larutan setelah distandarisasi, bisa
digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa, prinsip
prosedur ini adalah untuk menentukan jumlah asam maka ditambahkan asam dalam
jumlah yang ekuivalen. Proses titrasi diakhiri bila telah mencapai titik ekuivalen.
Praktikum Pembuatan Larutan dan Standarisasinya ini, kami mencoba
membuat larutan HCl 0,1 N, membuat standarisasi HCl dengan borax, dan
menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl. Pengaplikasian dari kegiatan ini salah satunya
adalah dalam pembuatan pupuk dan larutan-larutan untuk membasmi hama dan
penyakit yang mengganggu tanaman, karena dibutuhkan suatu perhitungan yang tepat
dan akurat, agar larutan yang dibuat dapat digunakan seoptimal mungkin. Pengetahuan
tentang pembuatan larutan dan penentuan konsentrasi suatu larutansangat diperlukan,
khususnya bagi mahasiswa pertanian.
2. Tujuan praktikum.
Percobaan tentang Pembuatan Larutan dan Standarisasinya mempunyai tujuan
sebagai berikut :
a. Membuat larutan 0,1 N HCl.
b. Standarisasi HCl denganBorax (Na2B4O710H2O).
c. Menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl
3. Waktu dan Tempat Praktikum
PraktikumPembuatan Larutan dan Standarisasinya ini dilaksanakan pada hari
Senin, 08 Oktober 2018 pukul 15.30-17.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat berbeda jenis.
Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan pelarut
(solvent). Fasa larutan dapat berupa gas, cair, atau padat bergantung pada sifat kedua
komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuk sama, zat
yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya
sebagai zat terlarutnya (Mulyono, 2006).
Suatu larutan terdiri atas zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik, disebut elektrolit. Contoh larutan elektrolit adalah
larutan garam dapur, larutan cuka makanan, larutan asam sulfat, dan lain-lain. Larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, disebut larutan non elektrolit. Contoh larutan
non elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol dan lain-lain. Larutan
elektrolit dibagi menjadi larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat. Contoh
larutan elektrolit kuat adalah larutan garam dapur, larutan asam sulfat, dan larutan natrium
hidroksida. Contoh larutan elektrolit lemah adalah larutan asam cuka dan larutan amonia
(Purba, 2000).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu. Semakin tinggi suhu
reaksi, hasil yang dihasilkan juga semakin bertambah untuk waktu reaksi yang sama,
sebab gerakan molekul-molekul pereaksi yang berlanjut dengan reaksi kimia juga besar.
Ukuran zat terlarut juga salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan, karena zat
terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah larut dibandingkan dengan zat terlarut
yang berukuran besar. (Harjanti, 2008)
Menurut Sunarya (2007), menyatakan kadar zat terlarut dalam suatu larutan
digunakan persen berat. Persen berat suatu zat dinyatakan dengan rumus:

Persen volum suatu zat dinyatakan dengan rumus:

Kelarutan merupakan banyaknya solute yang dapat dilarutkan pada pelarut tertentu
pada kondisi tertentu. Senyawa yang terlarut disebut dengan solute dan cairan yang
melarutkan disebut dengan solven, yang secara bersama-sama membentuk suatu larutan.
Proses melarutkan disebut dengan pelarut (salvasi) atau hidrasi jika pelarut yang
digunakan adalah air (Satyajit dan Lutfun, 2009)
C. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Gelas ukur
2) Labu takar
3) Erlenmeyer
4) Pengaduk
5) Pipet
6) Buret
7) Statif
8) Corong
9) Beker glass
b. Bahan
1) Larutan HCl pekat.
2) Larutan Na2B4O7.10H2O
3) Larutan Na2CO3
4) Indikator Methyl Orange.
5) Aquadest
2. Metode
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
1) Memasukan x ml HCl pekat kedalam labu takar 100 ml.
2) Menuangkan aquades kedalam labu takar sampai batas garis.
3) Mengocok larutan tersebut.
4) Memindahkan larutan HCl yang sudah dibuat kedalam Erlenmeyer.
b. Standarisai 0,1 N HCl dengan borax.
1) Mengambil 0,404 gr borax murni.
2) Memasukan borax kedalam labu erlenmeyer dan melarutkan dengan 50 ml
akuades + 3 tetes indikator MO.
3) Mentitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna kemudian menghitung N
HCl.
c. Menentuan kadar Na2CO3.
1) Menimbang 0,75 gr Na2CO3 dan memasukan kedalam labu takar 50ml kemudian
memberi air sampai tanda.
2) Mengambil 10 ml kemudian memasukan kedalam Erlenmeyer kemudian
menambahkan indikator MO 3 tetes.
3) Mentitrasi dengan HCl yang telah dibuat, kemudian menentukan kadar Na2CO3.
II. KINETIKA REAKSI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan
reaksi kimia dan mekanisme reaksi kimia. Kecepatan reaksi kimia adalah perubahan
konsentrasi zat yang ikut dalam reaksi tersebut persatuan waktu. Mekanisme reaksi
kimia ini, melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang terjadi.
Kinetika reaksi ini dapat dihitung menggunakan waktu dan konsentrasinya,
sehingga dihasilkan laju reaksi yang berbeda-beda.Larutan yang memiliki laju reaksi
cepat atau seketika, ini dapat diibaratkan seperti bom atau petasan yang meledak,
selain itu ada juga larutan yang memiliki laju reaksi yang lambat, ini dapat diibaratkan
seperti perkaratan pada besi atau fosilisasi sisa organisme. Laju reaksi ini dapat
berjalan dengan cepat atau lambat dipengaruhi oleh beberapa faktor suhu, konsentrasi,
luas permukaan sentuh dan katalisator.
Persamaan laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat
dipengkatkan orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi
zat yang bersangkutan, orde reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi setiap zat
pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan bagaimana langkah suatu
reakstan berubah menjadi suatu produk.
2. Tujuan praktikum.
Adapun tujuan dari praktikum Kinetika Reaksi ini adalah untuk menentukan
tingkat reaksi logam Mg dengan larutan HCl.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kinetika Reaksi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2017
pukul 15.30-17.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan reaksi kimia
dan mekanisme reaksi kimia yang terjadi. Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk
melukiskan kelajuan perubahan kimia yang terjadi. Pengertian mekanisme reaksi
digunakan untuk melukiskan serangkain langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan
keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi (Sastrohamidjojo, 2005).
Salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji mengnai seberapa cepat suatu reaksi
kimia berlangsung. Reaksi kimia yang terjadi memerlukan waktu reaksi yang berbeda-
beda. Mulai dari berlangsung sangat cepat hinggan sangat lambat. Cepat lambatnya suatu
reaksi kimi dapat dinyatakan dalam besaran laju reaksi (Kusmiyati, 2004).
Laju reaksi adalah kecepatan (laju) berkurangnya pereaksi (reaktan) atau
terbentuknya produk reaksi. Dinyatakan dalam satuan mol/L atau atm/s.Hukum laju reaksi
adalah persamaan yang mengaitkan laju reaksi dengan konsentrasi molar atau tekanan
parsial pereaksi dengan pangkat yang sesuai. Persamaan laju atau hukum laju diperoleh
dari hasil eksperimen. Persamaan laju reaksi dinyatakan dalam bentuk diferensial atau
bentuk integral (Aguspur, 2009).
Kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi
kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya terhadap
mekasnisme reaksi. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna
dalam mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari
nitrogen dan hydrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Memperlambat laju
reaksi, contohnya seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan
makanan oleh bakteri dan sebagainya (Bahnur, 2008).
Reaksi diklasifikasikan sesuai dengan nomor jenis campuran yang bereaksi.
Konsentrasi larutan tersebut yang menentukan tingkat reaksi yaitu, berada pada orde
berapa reaksi tersebut terjadi. Orde nol, dimana tingkat kerusakan tidak bergantung pada
konsentrasi salah satu reaktan. Orde satu, dimana laju reaksi ditentukan dengan salah satu
istilah konsentrasi, dan orde dua, dimana reaksi ini ditentukan dengan konsentrasi dua
larutan yang bereaksi. Laju reaksi orde pertama ditentukan dengan satu istilah konsentrasi
dan ditulis menggunakan persamaan = (a-x) (Florence, 2006).
C. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Stopwatch
3) Gelas ukur
4) Pipet
5) Tabung reaksi
b. Bahan
1) Enam potong pita Mg 0,5 cm
2) Larutan HCL 1,0 M; 1,2 M; 1,4 M; 1,6 M; 1,8 M; dan 2 M
2. Metode
a. Menyediakan 6 potong pita Mg @ 2 cm.
b. Menyediakan larutan HCl :1.0 M;1.2 M;1.4 M;1.6 M;1.8 Mdan 2 M masing-
masing10 ml.
c. Memindahkan 10 ml larutan HCl 2 M ke tabung reaksi dan masukan 1 potong pita
Mg.
d. Mencatatwaktu mulai memasukkan pita sampai reaksi selesai (pita habis).
e. Mengulangi percobaan ini dengan larutan HCl yang lain.
f. Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
g. Menggambar grafik konsentrasi terhada 1/t dan (konsentrasi)² terhadap 1/t.
h. Menentukan tingkat/orde reaksinya
III. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan, dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut.
Sifat-sifat larutan seperti rasa, warna,. pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan
konsentrasi zat terlarut. Pengaruh jenis zat terlarut kecil sekali sejauh zat terlarut
tersebut tergolong nonelektrolit dan nonvolatile (zat yang tidak mudah menguap).
Percobaan ketiga ini, telah ditentukan bahwa kenaikan titk didih larutan dipilih
sebagai bahan percobaan. Istilah titik didih dapat didefinisikan sebagai suhu pada saat
tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara diluar (tekanan udara yang
diberikan pada permukaan cairan). Definisi ini, dapat kita ketahui bahwa titik didih
cairan bergantung pada tekanan udara pada permukaan cairan.
Suatu zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap (non
volatile), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini
akan menurunkan potensi zat pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya, sehingga
tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila bila dibandingkan dengan
tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Turunnya tekanan uap
diakibatkan oleh peningkatan tititk didih larutan dibanding titik didih pelarut murni
dengan keberadaan zat terlarut non volatile.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara III Sifat Koligatif Larutan ini adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan perubahan titik didih larutan.
b. Menentukan BM (MR) zat non volatile.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Sifat Koligatif Larutan ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Oktober
2018 pukul 09.25-12.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Sifat Koligatif Larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat larutan
nonelektrolit dan elektrolit. Hal ini disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit
bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan
nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal
tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif
larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud
padatan maupun cairan. Larutan yang paling umumdijumpai adalah larutan cair, dimana
suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu (Sastrohamidjojo, 2005).
Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Sifat-sifat larutan
seperti rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut.
Empat sifat penting larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmotik hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut
(Michael Purba, 2002).
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit
dan sifat koligatif larutan elektrolit (Hardjono, 2001).
Beberapa sifat-sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat
koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama, dengan kata lain semua
sifat tersebut tergantung pada banyaknya partikel zat yang ada, apakah partikel-partikel
tersebut ataom, ion, atau molekul. Sifat koligatif larutan ialah penurunan titik uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Pembahasan mengenai
sifat koligatif larutan non-elektrolit, perlu diingatkan bahwa yang dibahas adalah larutan
yang relatif encer, yang berarti larutannya memiliki konsentrasi ≤ 0,2 M (Chang, 2004).
Suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cait yang menguap.
Suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uapyang
sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat
cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika
tekanan uap diatas permukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Zat
konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut (Oxtoby, 2001).
C. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Erlenmeyer
2) Gelas ukur
3) Waterbath
4) Termometer
5) Stopwatch
6) Penjepit
7) Pengaduk
b. Bahan
1) Aquadest
2) Urea / CO(NH₂)₂(zat non volatile) sebanyak 5 gr
2. Metode
a. Menimbang 5 gr urea.
b. Melarutkannya dalam 75 ml aquadest dan mengaduknya.
c. Menentukan titik didih larutan dan pelarut dengan pemanasan dalam waterbath
dengan suhu 75⁰C.
d. Mengukur perubahan suhu larutan tiap 5 menit.
e. Menentukan perubahan titik didihnya dan BM urea
IV. KESETIMBANGAN KIMIA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Ciri suatu sistem dalam keadaan setimbang adalah adanya nilai tertentu yang
tidak berubah dengan berubahnya waktu. Suatu reaksi dapat menjadi reaksi
kesetimbangan bila reaksi baliknya dapat dengan mudah berlangsung secara
bersamaan seperti yang terjadi pada proses penguapan air dan pengembunan air.
Reaksi-reaksi homogen (fasa pereaksi dan hasil reaksinya sama) akan lebih mudah
berlangsung bolak-balik disbanding dengan reaksi yang heterogen. Umumnya reaksi
heterogen dapat berlangsungbolak-balik pada suhu tinggi.
Suatu sistem yang setimbang dikenai gangguan yang dapat mengubah faktor-
faktor yang menentukan kondisi kesetimbangan, maka sistem akan bereaksi
sedemikian rupa meminimasi efek gangguan. Efek eksternal yang sering memberikan
gangguan antara lain adalah konsentrasi dan perubahan suhu. Keadaan setimbang
tersebut reaksi tidak berhenti, tetapi berjalan bolak-balik dengan tingkat laju reaksi
yang sama.
Reaksi terhadap perubahan konsentrasi antara lain dapat terjadi pengandapan
maupun pelarut solut. Secara umum nilai numeric konstanata kesetimbangan
tergantung pada suhu. Peningatan suhu suatu campuran setimbang menyebabkan
pergeseran ke arah reaksi endoterm. Penurunan suhu menyebabkan pergeseran ke arah
eksoterm.
Kesetimbangan kimia sangat diperhatikan dalam industri yang berhubungan
dengan bahan kimia. Kesetimbangan kimia dihindari karena hasil yang diinginkan
akan kembali bereaksi menjadi bahan sehingga akan merugikan industri tersebut.
Menghindari reaksi kembali ke kanan maka dilakukan usaha dengan memperkecil
volume, menaikan tekanan ataupun pemberian katalisator pada reaksi tersebut untuk
mempercepat reaksi sehingga produk yang dihasilkan makin banyak.
Reaksi kesetimbangan memiliki harga tetapan kesetimbangan yang memberi
petunjuk tentang banyaknya hasil reaksi yang dapat terbentuk pada reaksi
kesetimbangan. Harga tetapan kesetimbangan besar, maka zat yang berada di ruas
kanan banyak terbentuk. Harga ketetapan kesetimbangan kecil, maka zat ruas kiri
sedikit terurai.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara kesetimbangan kimia ini adalah untuk
menentukan hukum kesetimbangan dan tetapan kesetimbangan
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kesetimbangan Kimia ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Oktober
2018 pukul 09.25-12.00 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Suatu reaksi kesetimbangan, adalah bersifat khusus dan mempunyai tetapan
kesetimbangan yang berbeda-beda. Namun, harga dari tetapan kesetimbangan terbagi atas
dua jenis berdasarkan fase reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi yakni tetapan
kesetimbangan konsentrasi (Kc) dan tetapan kesetimbangan tekanan (Kp). Harga Kc
hanya ditentukan oleh zat-zat yang berfase cair (liquid) dan gas. Sedangkan harga Kp
hanya ditentukan oleh zat-zat yang berfase gas saja. Jika diketahui suatu reaksi :
pA(g) + qB(g) ↔ rC(g) + sD(g)
berada dalam kesetimbangan (Krisnadwi, 2014).
Besaran Kc yang didefinisikan dalam persamaan hukum aksi massa adalah suatu
tetapan kesetimbangan dalam bentuk konsentrasi. Ada perbedaan pandangan tentang
satuan untuk tetapan kesetimbangan, satu pihak menyatakan bahwa tetapan kesetimbangan
memiliki satuan atau dimensi yang diturunkan dari hukum aksi massa, sedangkan pihak
lain menyatakan tidak berdimensi. Harga Kc dihitung berdasarkan hasil kali konsentrasi
pereaksi setelah tiap-tiap zat dipangkatkan dengan koefisiennya menurut persamaan reaksi
kesetimbngan (Yayan Sunarya, 2007).
Besarnya tetapan kesetimbangan tergantung pada jenis reaksi. Nilai tetapan
kesetimbangan kecil berarti pembilang dari aksi massa lebih kecil dari penyebutnya. Ini
berarti, jika tetapan kesetimbangan kecil dari kiri ke kanan tidak berlangsung lebih jauh.
Nilai tetapan kesetimbangan besar, berarti pembilang lebih besar daripada penyebut dalam
aksi massa. Ini berarti bahwa pada keadaan kesetimbangan, paling tidak salah satu zat
disebelah kiri dari persamaan kimia kecil (Hamidjojo, 2005).
Reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), dan
hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Awal proses bolak-balik, reaksi
berlangsung ke arah pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka
terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Laju
reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka
kesetimbangan reaksi tercapai. Suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi
pereaksipun berkurang. Beberapa waktu kemudian reaksi dapat berkesudahan, artinya
semua pereaksi habis bereaksi. Banyak reaksi tidak berkesudahan dan pada seperangkat
kondisi tertentu, konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap. Reaksi yang
demikian disebut reaksi reversibel dan mencapai kesetimbangan. Reaksi semacam ini
produk reaksi yang terjadi akan bereaksi membentuk kembali pereaksi. Laju reaksi ke
depan (ke kanan) pada saat reaksi berlangsung, sedangkan laju reaksi sebaliknya
kebelakang (ke kiri) bertambah, sebab konsentrasi pereaksi berkurang dan konsentrasi
produk reaksi semakin bertambah (Stephen, 2002).
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang
baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran
kesetimbangan. Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan adalah Apabila
dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi
salah satu zat dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat
tersebut. Pengaruh volume dan tekanan terhadap pergeseran
kesetimbangan adalah pengaruh volume dan tekanan hanya berpengaruh pada zat yang
berwujud gas. Jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah koefisien hasil reaksi.
Tekanan diperbesar/ volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien reaksi yang kecil.Tekanan di perkecil/ volume diperbesar, kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang besar. Pengaruh suhu terhadap pergeseran
kesetimbangan adalah menurut Vant Haff, bila pada sistem kesetimbangan suhu
dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor
(ke arah reaksi endoterm). Suatu reaksi kesetimbangan suhu diturunkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
Beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksi yang dapat
mengubah nilai konstanta kesetimbangan (Kc maupun Kp). Perubahan konsentrasi,
tekanan, dan volume hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat kesetimbangan, tidak
mengubah nilai K. Katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak
dapat menggeser kesetimbangan kimia(Purwoko, 2006).
C. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Tabung reaksi (5 buah)
2) Baker glass
3) Kertas label
b. Bahan
1) KCNS 0,002 M
2) Fe(NO3)3 0,2 M
3) Aquadest
2. Metode
a. Menyediakan 5 tabung reaksi bersih (beri label no. 1-5); memasukkan dalam tiap
5ml larutan KCNS 0,002 M; kemudian dalam tabung satu memasukkan larutan
Fe(NO) 0,2 M. larutan dalam tabung 1 menjadi larutan standart.
b. Memasukkan larutan Fe(NO) 0,2 M 10ml ke dalam beaker glass 50ml dan
menambahkan aquadesthingga volume larutan menjadi 25ml.
c. Mengambil 5ml larutan diatas dan memasukkan ke dalam beaker glass 50ml,
menambahkan aquadest hingga volume 25ml.
d. Mengambil 5ml larutan perlakuan terakhir, dan memasukkan ke dalan tabung 3.
e. Mengulangi langkah-langkah tersebut hingga tabung ke-5 berisi 5 ml larutan.
f. Menghitung konsentrasi ion FeCNS+2 pada tabung reaksi dua, membandingkan
warna larutan pada tabung reaksi 2 dengan tabung reaksi 1 dengan cara melihatnya
dari atas tabung. Intensitas warna tidak sama, kurangi larutan standart pada tabung
1, tetes demi tetes, sampai kedua larutan memberikan intensitas warna yang sama.
Mengukur tinggi larutan pada masing-masing tabung.
g. Menentukan konsentrasi ion FeCNS+2 pada tabung 3, 4, 5 dengan cara tersebut.
h. Mencari hubungan yang konstan antara konsentrasi berbagai ion dalam keadaan
setimbang dari masing-masing tabung reaksi dengan cara mengalikan atau
membagi konsentrasi ion-ion sehingga memperoleh beberapa kombinasi.
V. PENENTUAN MASSA RUMUS ZAT

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Massa atom dapat ditentukan secara tepat dengan menggunakan alat
spektofotometer massa atau dengan prinsip stokiometri. Prinsip stokiometri ini
merupakan cara yang paling sederhana. Menggunakan prinsip stokiometri ini dapat
menentukan massa atom dan massa molekul. Massa atom dihasilkan dari
penimbangan mol unsur dengan ukuran gram, sedangkan massa molekul dihasilkan
dari hasil penimbangan mol senyawa.
Massa atom dan massa molekul ini merupakan bagian dari massa atom relatif.
Massa atom relatif ini akan bergabung dengan massa atom relatif lain membentuk
massa molekul relatif. Massa molekul relatif ini biasa kita kenal dengan lambang Mr.
Besaran untuk massa atom adalah satuan massa atom (sma).
Menentukan Mr dari suatu zat, langkah awal yang harus kita lakukan adalah
mengetahui rumus zat tersebut. Cara menentukan Mr dapat dilakukan dengan
pemijaran zat tersebut. Penentuan massa rumus zat memiliki peran dalam pertanian
seperti pembuatan plasma hama dan dalam pembuatan pupuk atau pestisida.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Penentuan Massa Rumus Zat ini adalah untuk
menentukan massa rumus hidrat kupri-sulfat.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Penentuan Massa Rumus Zat ini dilaksanakan pada hari Senin, 08
Oktober 2018 pukul 15.30-17.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Rumus empiris merupakan perbandingan jumlah mol unsur – unsur yang
menyusun suatu senyawa.Menentukan rumus empiris berarti menghitung jumlah mol
unsur – unsur yang menyusun suatu senyawa. Menentukan rumus empiris juga
diperluhkan data yaitu massa unsur, perbandingan unsur, persentase, dan massa atom
relative (Ar) unsur tersebut. Rumus molekul merupakan rumus kimia yang
menggambarkan jumlah atom dan unsur penyusun senyawa. Penentuan rumus molekul
ditentukan terlebih dahulu empirisnya, selanjutnya dengan menggunakan data massa
molekul relative (Mr) senyawa dapat ditentukan rumus molekulnya (Khopkar, 2003).
Menyatakan komposisi bahan yang molekul-molekulnya terdiri dari atom-atom
yang lebih banyak dipakai rumus empiris ini terdiri dari lambang unsur-unsur yang
membentuk senyawa tersebut. Jumlah atom suatu tertentu dalam molekul itu ditulis
sebagai substrip karena lambung unsur itu sudah menyatakan suatu atom. Penentu rumus
empiris dapat dilakukan secara eksperimen, dengan menentukan presentase jumlah unsur-
unsur yang terdapat dalam zat itu memakai metode analisis kimia kuantitatif (Chang,
2003).
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol unsur unsur yang
menyusun suatu senyawa. Menentukan rumus empiris berarti menghitung jumlah mol
unsur-unsur dan kemudian membandingkannya. Penentuan tersebut diperlukan sejumlah
data yaitu massa unsur, perbandingan massa unsur atau persentase, dan massa atom relatif
(Ar) unsur tersebut. Rumus molekul senyawa merupakan rumus kimia yang
menggambarkan jumlah atom dan unsur penyusunsenyawa. Menentukan rumus molekul,
perlu ditentukan terlebih dahulu empirisnya. Menggunakan data massa molekul relatif
(Mr) senyawa dapat ditentukan rumus molekul nya. Senyawa hidrat adalah senyawa yang
mengikat molekul molekul air. Molekul molekul air yang terikat dinamakan molekul
hidrat. Penentuan jumlah molekul hidrat yang terikat dilakukan dengan cara memanaskan
garam terhidrat (mengandung air) menjadi garam anhidrat yang tidak mengandung air
(Sunarya, 2010 : 78-79).
Penentuan rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan unuk menentukan rumus
molekul dari suatu senyawa yang merupakan tujuan dari analisis kuantitatif. Suatu zat
murni setelah dianalisis ternyata terdiri atau tersusun oleh atom C atau atom H. Rumus
empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk menentukan rumus molekul suatu zat
murni yang merupakan tujuan dari analisis kuantitatif. Suatu zat antara rumus empiris dan
rumus molekul mempunyai hubungan yang erat atau saling berkaitan. Rumus kimia zat
dapat berupa rumus empiris dan rumus molekul. Mempelajari dan memahami senyawa
organik selain menggunakan rumus empiris dan rumus molekul dapat menggunakan
rumus struktur. Rumus empiris atau komposisi kimia dari suatu senyawa adalah ekspresi
sederhana jumlah relatif setiap unsur atom yang terkandung ( Nurul, 2010 : 40-43).
Rumus empiris dan molekul dapat ditentukan dengan cara yang pertama tentukan
masa atau presentase unsur-unsur penyusun senyawa. Membagi masa atau persen dengan
Ar masing-masing dan tentukan perbandingan terkecil, yang akan didapatkan adalah
rumus empiris. Rumus molekul dapat dicari dengan cara, pertama tentukan rumus empiris
terlebih dahulu. Hitung Mr senyawa dantentukan kelipatan (n). Rumus molekul = n ×
rumus empiris (Justiana, 2009:112).
C. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Neraca analitik
2) Crusible
3) Oven
4) Vochdoss
b. Bahan
1) Hidrat Cupri Sulfat (CuSO4,nH2O)
2. Metode
Penentuan rumus zat suatu hidrat
a) Menimbang krus kosong sampai ketelitian mg.
b) Menimbang 1g hidrat kupri-sulfat dan memasukkan ke dalam krus.
c) Memanaskan krus dengan isinya dalam keadaan tertutup.
d) Mendinginkan krus dengan isinya dalam vochdoss.
e) Menimbang krus dengan isinya dengan teliti.
f) Menghitung massa rumus zat dari hidrat kupri-sulfat
VI. IDENTIFIKASI KATION DAN ANION

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Ion-ion dapat mudah kita jumpai di manapun kita berada, seperti di air laut,
sungai, limbah dan juga dapat kita temukan di tanah dan pupuk. Unsur logam yang
berada dalam larutannya akan membentuk ion kation dan ion positif. Unsur non logam
yang berada dalam larutannya juga akan membentuk ion, akan tetapi ion yang
terbentuk adalah ion negatif atau ion anion. Cara menentukan keberadaan kation dan
anion dalam bidang kimia disebut dengan analisis kualitatif.
Analisis kulitatif dapat dilakukan dengan banyak pendekatan. Pendekatan ini
dapat dilakukan dengan metode analisis kulitatif modern, dimana pendekatan ini
menggunakan sifat fisika dari larutan tersebut. Sifat fisika ini berupa warna, spektrum
absorbsi, spektrum emisi atau medan magnet untuk mengidentifikasikan ion pada
larutan yang memiliki konsentrasi rendah. Sifat kimia dan fisika dapat digunakan
untuk mengembangkan metode analisis kualitatif. Proses pengembangan ini,
menggunakan alat-alat yang sederhana dan hampir dimiliki oleh semua laboratorium.
Analisis kulitatif sistematik kation dikelompokan menjadi lima golongan, yang
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagen. Reagen yang digunakan biasanya
adalah asam klorida, hydrogen sulfida, ammonium sulfida dan asam karbonat.
Analisis kualitatif ini dilakukan untuk mengidentifikasi ion Al3+ dan SO42- dan
mengetahui perbedaan dari larutan pekat dan larutan encer untuk identifikasi ion Al3+
dan SO42-.
2. Tujuan Praktikum :
a. Mengetahui larutan untuk indentifikasi ion Cu²⁺ dan I⁻.
b. Mengetahui perbedaan dari larutan pekat dan larutan encer untuk identifikasi ion
Cu²⁺ dan I⁻.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Identifikasi Kation dan Anion ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 18 Oktober 2018 pukul 15.30-17.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Kation pada posisi A umumnya berupa unsur-unsur seperti Ca, Sr, Ba, Pb, Bi, Na,
atau campuran dari unsur-unsur ini, sedangkan kation pada posisi B ditempati oleh kation
dengan muatan yang tinggi seperti Ti4+, Nb5+, Ta5+, W6+, atau Mo6+. Lapisan [Bi2O2]2+
terbentuk dari anion oksigen yang membentuk jaringan bujur sangkar dengan kation Bi 3+
pada bagian atas dan bawah dan dapat pula digambarkan sebagai piramida segi empat
yang saling bergantian. Kation pada posisi A akan membentuk struktur perovskit yang
berkoordinasi dengan 12 atom oksigen. Kation-kation bermuatan tinggi yang terdapat pada
posisi B akan berkoordinasi dengan 6 atom oksigen membentuk suatu octahedron BO6
(Rizalet all, 2007).
Diagram spesiasi kompleks, keberadaan masing-masing spesies ion kompleks dari
berbagai jenis logam merupakan fungsi pH. Keberadaan masing-masing spesies ion logam
dan jumlah fraksinya dalam hubungannya dengan fungsi pH, secara mudah dapat
diketahui. Hal ini sangat membantu dalam mengembangkan metode pemisahan, terutama
yang berhubungan dengan selektivitas pemisahan. Mengatur pH larutan, dapat
dikondisikan bahwa spesies ion logam tertentu berada dalam jumlah maksimal. Spesies
ion logam tersebut dapat diikat dengan menggunakan adsorben (misalnya surfaktan),
sementara spesies ion logam lain yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan (Suharta et al.,
2010).
Keberadaan anion antar lapis dapat menyebabkan interaksi dengan kation logam.
Gugus hidroksi pada bidang lapis dapat berinteraksi dengan kation logam. Telah
melakukan pertukaran anion pada Co, Al, CO3, hidrotalsit dengan anion penukaran Cl-,
NO3-, ClO4-, asetat, laktat, dodesil sulfat, dan oleat dengan metode garam asam.
Hidrotalsit, selain sebagai penukar ion mempunyai beberapa aplikasi yaitu sebagai katalis,
pengemban katalis, bidang industry, obat, dan adsorben (Roto et all., 2008).
Penukaran ion kebanyakan berupa bahan organik yang umumnya dibuat secara
sintetik. Bahan tersebut sering juga disebut mesi penukar ion. Penukar ion mengandung
bagian-bagian aktif dengan ion yang dapat ditukar. Bagian aktif semacam itu pada
penukaran anion kelompok ammonium kuartener -N-(CH3)3 + OH- (dengan sebuah ion
OH- yang dapat ditukar). Media penukar ion sering disebut dengan resin. Resin anion basa
kuat terbuat dari plastic atau polimer yang direaksikan dengan gugus senyawa amine atau
ammonium. Dua jenis resin basa kuat yang sering dipergunakan dalam pengolahan air atau
air limbah adalah resin yang mempunyai tiga gugus metal (Pujiastuti et all, 2008).
Salah satu contoh penggunaan uji kation dan anion dalam penerapannya, yaitu
pada presentase Kejenuhan Basa (KB) suatu tanah yang membandingkan antara jumlah
miliekuivalen kation basa dengan miliekuivalen kapasitas tukar kation (KTK). Apabila
suatu tanah mempunyai presentase kejenuhan basa 40, berarti 40% bagian dari seluruh
kapasitas tukar kation ditempati oleh kation basa (Ca, Mg, K, Na), kation Al3+ dan
H+merupakan kation lain yang dominan terserap, sedangkan kation lainnya kurang berarti.
Tanah dengan KB 40% berarti 60% adalah Al3+ dan H+ dan nilai pH rendah, sebaliknya
didaerah kering, basa-basa jauh lebih banyak daripada Al3+ dan H+ oleh karenanya pH
tinggi (Ernawati et all, 2008).
C. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Tabung Reaksi (4 buah)
2) Rak tabung reaksi
3) Pipet tetes
4) Gelas kimia 100ml
b. Bahan
1) Larutan HCl
2) Larutan asam nitrat
3) Larutan NaOH
4) Larutan amonium sulfat
5) Aquadest
2. Metode
a. Identifikasi Ion Cu²⁺
1) Menambah tetes demi tetes larutan NaOH dalam larutan Cu²⁺ sampai terbentuk
endapan.
2) Menambah NaOH berlebih
b. Identifikasi Ion I⁻
1) Menyiapkan 4 tabung reaksi berisi larutan ammonium sulfat sebanyak 3 ml.
2) Menambahkan 3 ml larutan barjum klorida ke dalam masing-masing tabung
tersebut.
3) Pada tabung satu, menambahkan larutan HCl encer.
4) Pada tabung dua, menambahkan asam nitrat encer.
5) Pada tabung tiga, menambahkan larutan HCl pekat.
6) Pada tabung empat, menambahkan larutan asam nitrat pekat.
VII. PENENTUAN KESADAHAN SEMENTARA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kalsium dan Magnesium merupakan penyebab dari kesadahan sementara air.
Kalsium dan Magnesium dari karbonat dan bikarbonat yang memiliki pengaruhlah,
dalam kesadahan sementara air ini. Air sadh digolongkan menjadi dua jenis , yang
berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation, yaitu air sadah sementara dan air
sadah tetap. Air sadah sementara adalah air yang didalamnya terdapat senyawa
kalsium bikarbonat dan atau magnesiuma bikarbonat.
Air sadah permanen adalah air yang mengandung senyawa kalsium sulfat dan
klorida. Kesadahan sementara ini dapat ditentukan dengan cara titrasi langsung antara
larutan standar H2SO4 dengan methil oranye. Kesadahan ini perlu diuji karena
kesadahan air dapat menurunkan kualitas air ke tingkat tertentu dan membuat air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan tujuan pengguanaanya.
Manfaat penentuan kesadahan sementara ini yaitu untuk mengetahui tingkat
kesadahan air. Air sadah ini dapat menimbulkan kerak sehingga dapat menyumbat
pipa saluran air panas seperti radiator mesin-mesin pertanian. Kesadahan air ini, juga
mempengaruhi kelayakan air tersebut untuk dikonsumsi oleh manusia. Air yang layak
untuk dikonsumsi manusia adalah air yang memiliki nilai kesadahan maksimal 100
ppm.
2. Tujuan Praktikum :
Mengetahui kesadahan sementara dengan menggunakan H₂SO₄ dengan NaOH.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Penentuan Kesadahan Sementara ini, dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 18 Oktober 2018 pukul 15.30-17.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Kesadahan adalah petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk
busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion Ca²⁺ dan Mg²⁺ atau karena
adanya ion-ion lain dari polifalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr,
dan Zn dalam bentuk garam sulfat, Cl, dan bikarbonat dalam jumlah kecil (O-fish, 2003).
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur. Jadi kesadahan
air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang terdapat diperairan yang
disebabkan oleh lapisan tanah kapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak
mengandung sadah adalah air tanah khususnya air tanah dalam. Air yang banyak
mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah atau air yang
sukar dipakai untuk mencuci (Atastina, 2005).
Air sadah yang bercampur dengan sabun dapat membentuk gumpalan scum yang
sukar dihilangkan. Didalam industri, kesadahan air yang digunakan harus dilakukan
pengawasan secara ketat untuk mencegah adanya kerugian. Untuk menghilangkan
kesadahan, biasanya digunakan berbagai zat kimia atau bisa juga digunakan mesin
penukar ion (Giwangkara, 2006).
Kesadahan karbonat sangat sensitif terhadap panas, dan mengendap dengan mudah
pada suhu tinggi. Oleh karena itu, kesadahan karbonat disebut juga kesadahan sementara.
Kesadahan non karbonat disebut kesadahan tetap karena kalsium dan magnesium yang
berikatan dengan sulfat dan Cl tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak berubah
meskipun pada suhu tinggi (Effendi, 2003).
Dikalangan masyarakat awam, sangat sulit untuk membedakan mana air yang
tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja berdasarkan apa
yang ditimbulkan dari air. Salah satunya mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air
pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman bagi masyarakat bahwa air yang
dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak
yang ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya masih
tergolong rendah (Resthy, 2011).
C. Materi dan Metode
1.Materi
a. Alat
1) Gelas ukur
2) Pengaduk magnetic
3) Neraca analitik
4) Penangas air
5) Erlenmeyer
b. Bahan
1) Aquades
2) Standar H₂SO₄ 0,02 N dan 0,1 N
3) Standar NaOH 0,1 N
4) Standar Na2CO3 0,1 N
5) Indikator methyl orange dan penolpthalien 0,1%
2. Metode
a. Penentuan Kesadahan Sementara
1) Mengambil 100 ml sampel dan memasukkan pada Erlenmeyer
2) Menambahkan 2-3 tetes indicator methyl orange.
3) Mentitrasi dengan asam sulfat standar 0,02 N sampai timbul warna merah muda.

Anda mungkin juga menyukai