Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESIS INSTRUMEN ANALITIK


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021

SPEKTROFOTOMETRI UV

Modul praktikum : Spektrofotometri UV


Dosen pembimbing : Dra.Nancy Siti Djenar M.Si

Tanggal Praktikum : 13 April 2021


Tanggal Pengumpulan : 19 April 2021

Disusun oleh :

Kelompok 1 1C Teknik Kimia

Ade Rifqi Maulana 201411063 Susy Mardiana Susanto 201411091


Aisyah Auliya Rahmawati 201411064 Wening Gilang Nawangi 201411092
Alfiani Rizky 201411065 Windy Nursafitri 201411093

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020/2021
SPEKTROFOTOMETRI UV

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Warna merupakan salah satu kriteria dalam mengidentifikasi suatu objek. Tak
dapat dipungkiri bahwasanya kita dalam mengidentifikasi suatu objek pasti terlebih
dahulu melihat dari segi warnanya, karena warna adalah salah satu bentuk visual
yang dapat kita lihat.
Menurut planck, suatu foton memiliki energi tertentu dan dapat menyebabkan
transisi tingkat energi suatu atom atau molekul. Berarti tingkat dan transisi
perubahan energi dari atom atau molekul juga berbeda-beda. Maka dari itu setiap
atom ataupun molekul memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda.
Sehingga ketika kita ingin menganalisis haruslah menggunakan cahaya dengan
panjang gelombang yang sama atau menggunakan panjang gelombang
maksimumnya.
Pada spektroskopi ultra violet dan daerah tampak untuk mengetahui interaksi
radiasi dengan atom atau molekul kita melakukan pengukuran terhadap
adsorpsinya, karena molekul dapat mengadsorpsi radiasi elektromagnetik pada
daerah ultra violet jika panjang geombangnya <380 nm.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini diharapkan:
1. Menjelaskan prinsip Spektrofotometri Ultra Violet.
2. Mengetahui fungsi dari inisialisasi pada alat Spektrofotometer UV
1700 Shimadzu.
3. Menentukan kadar kafein dalam sampel menggunakan alat
Spektrofotometer UV 1700 Shimadzu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrofometri UV
Spektrofotometri UV adalah pengukuran serapan cahaya di daerah Ultraviolet
(200-350 nm) oleh suatu senyawa.Serapan cahaya UV mengakibatkan transisi
elektronik,yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang bernergi
rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi tinggi.
Panjang gelombang cahaya UV bergantung pada mudahnya promosi
elektron.Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron,akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.Molekul yang
memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih panjang. Proses ini melalui dua tahap:
Tahap 1 M + hv  M*
Tahap 2 M*  M + energi
Karena elektron dalam molekul mempunyai energi yang tidak sama, maka
energi yang diserap dalam proses eksitasi dapat mengakibatkan terjadinya satu atau
lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terdapat dalam molekul.
Hukum dasar dari spektroskopi diterangkan oleh Lambert dan Beer, sehingga
hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan “Hukum Lambert-Beer”.
Jika suatu berkas radiasi melewati suatu medium homogen, maka sebagian dari
intensitas radiasi yang datang tersebut Io, akan diabsorbsi/diserap Ia, sebagian
dipantulkan Ir dan sisanya diteruskan/ditransmisikan It. Untuk antar muka udara-
kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, cahaya yang dipantulkan hanya sekitar
4%, sehingga Ir biasanya terhapus dengan penggunaan suatu control ( misalnya
dengan sel pembanding atau blanko), jadi:
Io = Ia + It
Gambar 1. Hukum Lambert-Beer
Lambert menjelaskan bahwa absorbasi radiasi merupakan fungsi ketebalan
medium, sedangkan Beer menjelaskan bahwa absorbsi radiasi sebagai fungsi
konsentrasi medium (larutan senyawa) yang bersangkutan.
A=kbc
dengan, A adalah absorbansi, b adalah ketebalan medium, c adalah konsentrasi
larutan dan k adalah tetapan atau koefisien absorpsi yang tergantung pada satuan
konsentrasi yang digunakan. k dinyatakan sebagai absorptivitas serapan (= a) jika
konsentrasi larutan dalam satuan gram/liter dan k dinyatakan sebagai absorptivitas molar
atau ekstingsi molar (= €), jika konsentrasi larutan dalam satuan mol/liter. Nilai € untuk
setiap molekul adalah tetap dan merupakan ciri suatu struktur molekul.
A = a b c(gram/liter) A = € b c(mol/liter)
dengan, log Io/It = A dan T = It/Io (T: radiasi yang diteruskan /transmitansi).
Sehingga, A = log 1/T.Persamaan Lambert-Beer di atas menunjukkan bahwa
absorbansi (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (c), sehingga jika
dibuat suatu kurva antara konsentrasi (c) lawan absorbansi (A), maka akan
diperoleh suatu kurva garis lurus (linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal dengan
kurva kalibrasi atau kurva standar, yang dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi analit dari larutan uji (sampel) setelah absorbansi dari larutan uji
tersebut di interpolasikan ke dalam kurva kalibrasi tersebut.
Gambar 2. Kurva Kalibrasi

2.2 Kafein
Kafein dikenal sebagai trimethylxantin dengan rumus kimia dan
termasuk jenis alkaloid .Bentuk alami kafein adalah Kristal putih,prisma
heksagonal dan berbobot molekul 194,19 dalton dan pH 6,9 (larutan kafein 1% di
dalam air) . Kafein memiliki titik leleh 238 C dan mengalami sublimasi pada suhu
178 C.Kafein terdapat secara alami pada biji kopi,biji coklat,daun teh serta cula
nuts.
Struktur kimia dari kafein :

Rumus bangun kafein adalah 1,3,7-trimethylxanthine,struktur 3 senyawa


alkaloid yaitu xanthin,theopyline,dan theobromine. Alkaloid itu sendiri adalah
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak
ditemukan dalam tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan
seringkali memiliki sifat fisiologis aktif bagi manusia. Kafein merupakan senyawa
organik yang cukup polar sehingga dapat larut baik dalam air maupun dalam
senyawa organik.Hingga saat ini,tidak ada bukti bahwa kafein memiliki dampak
karsinogenik baik pada manusia ataupun pada hewan.Dengan kata lain,kafein tidak
memberikan dampak karsinogenik bagi manusia.Kafein adalah obat alami yang
bisa ditemukan dalam daun/tanaman tertentu,biji-bijian dan buah-buahan.Beberapa
sumber ini adalah biji kopi,guarana,yerba mate,kacang kola,biji kakao,dan teh.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

No. Alat
1. Labu takar 100 mL ; 50 mL

2. Pipet ukur 10 mL, bola hisap

3. Pipet tetes ; corong gelas

4. Gelas kimia 100 mL ; 600 mL

5. botol semprot

6. spektrofotometer UV-1700 Shimadzu

3.1.2 Bahan

No. Bahan
1. Larutan induk kafein 100 ppm

2. Sampel kafein

3. Larutan HCl 0,2N

4. Aquades

5. Kertas saring

6. Larutan induk kafein 100 ppm

IV. KESELAMATAN KERJA


4.1. Keselamatan Kerja Bahan Kimia
 HCl
 Bahaya :
1. Dapat korosif terhadap logam
2. Dapat menyebabkan iritasi kulit
3. Menyebabkan iritasi mata yang serius
4. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, seperti batuk dan
nafas tersenggal.
 Penanganan :
1. Jika terkena kulit, tanggalkan semua pakaian yang terkontaminasi, bilas
kulit dengan banyak sabun dan air
2. Jika terkena mata, bilas dengan saksama dengan air untuk beberapa
menit.
3. Setelah tertelan, segera beri korban minum air mineral (dua gelas paling
banyak).
4. Setelah menghirup, segeralah hirup udara segar.
 Kafein
Kafein dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Berbahaya apabila
tertelan dan terhirup. Paparan berlebih dapat menyebabkan kematian.

4.2. Alat Pelindung Diri


1. Jas Laboratorium
Berfungsi melindungi badan dari percikan bahan kimia yang berbahaya.
2. Kacamata keselamatan
Berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau panas.
3. Sepatu
Sepatu yang digunakan harus benar-benar melindungi kaki,karena untuk
melindungi kaki bila terkena tumpahan bahan kimia atau bahan kimia.
4. Masker
Berfungsi untuk melindungi agar kita tidak terpapar gas berbahaya dari bahan
kimia,karena bahan kimia saat dipanaskan akan mengeluarkan gas dan bisa saja
gas itu berbahaya.
5. Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan anda dari ceceran larutan kimia yang bisa
membuat kulit melepuh atau gatal.
6. Ruang asam
Ruang asam digunakan untuk mengambil larutan kimia yang memiliki gas
berbahaya,atau untuk mereaksikan larutan-larutan.
V. PROSEDUR KERJA

a) Pembuatan larutan standar dan penentuan panjang gelombang maksimum

Membuat 100 mL larutan induk kafein (100 ppm) dalam HCl 0,2 N.

Buat sederetan larutan standar kafein dengan konsentrasi 1, 3, 5, 7, dan 9


ppm dalam HCl 0,2 N dari labu induk. Dalam labu takar 50 mL.

Dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2, maka dapat ditemukan:

1 ppm = 0.5 mL 5 ppm = 2.5 mL 7 ppm = 3.5 mL

3 ppm = 1.5 mL 10 ppm = 5 m 9 ppm = 4.5 mL

Tentukan panjang gelombang maksimum dengan cara: ukur serapannya


(ambil larutan standar 5 ppm) dari berbagai panjang gelombang (dari 380-
190 nm)

Ukur serapan berbagai konsentrasi larutan standar pada panjang


gelombang yang sudah ditemukan.
b) Pembuatan larutan cuplikan Kafein

Timbang 2 gram sampel (kopi air murni atau kopi mix atau tablet/obat
penurun panas.

Tambahkan 75 mL aquades,lalu panaskan hingga mendidih selama 10


menit.

Saring larutan sampel tersebut menggunakan kertas saring biasa.

Filtrat yang sudah diperoleh dari penyaringan pertama disaring kembali


dengan kertas saring Whatman no.40. Lalu dinginkan filtrat hingga suhu
kamar.

Pindahkan filtrat kedalam corong pisah dan ekstraksi dengan 25 mL diklor


metan/metilen klorida (lakukan ekstraksi 2 kali).Lapisan bawah
merupakan ekstrak kafein.

Ekstrak yang diperoleh,ekstraksi kembali dengan larutan HCl 0,2 N


(lakukan sebanyak 2 kali)

Ukur serapan larutan ekstrak tersebut (ekstrak dari no 6) pada panjang


gelombang maksimum.
c) Spektrofotometer UV-1700 Shimadzu

a) Menyalakan alat

Keluarkan gel silica dari sample compartement

Nyalakan alat UV-1700 (tombol samping kanan)

Buka monitor perlahan. Putar tombol sebelah


kanan hingga layar monitor tampak “Initialization”

Tunggu hingga proses inisialisasi selesai dan keluar


tampilan “Mode Menu”

b) Pengukuran Spektrum

Pilih menu „spectrum‟, lalu tekan 2, kemudian atur parameter

Memasukkan kuver berisi larutan Blanko (kedua-duanya)

Tekan tombol „Base Corr‟ F1, tunggu hingga muncul 0,000 A


(alat akan berbunyi bip-bip)

Ganti kuvet blanko yang bagian depan dengan larutan sampel (isi
kuvet dengan larutan sampel yang diinginkan)
Tekan tombol „start‟, maka muncul spectrum antara Abs dengan
Wave Length

Muncul „wave length and absorbance‟, tampilan kurva A vs λ

Tekan tombol „data process‟ F2, „peak‟(3) untuk mengetahui


panjang gelombang maksimum dan absorbansi.

c) Pengukuran Photometric

Pilih Menu Photometric

Tekan 1

Lalu tekan Go to WL

Isikan nilai panjang gelombang

Maukkan kuvet yang berisi larutan blanko pada “sample


compartment”
Tekan tombol “auto zero”, lalu tunggu hingga A:0,000 A dan
alat akan berbunyi bip-bip.

Ganti kuvet isi blanko dengan kuvet yang berisi larutan


sampel yang akan dianalisis

Tekan tombol „start‟

Ganti kuvet sampel dengan larutan sampel lain dan tekan


„start‟

Muncul table „Photometric‟

d) Pengukuan Quantitative

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pilih menu „quantitative‟ dengan cara tekan (3) (Jika dari menu
„spectrum‟ tekan „retirn‟ terlebih dahulu)
Atur parameter:

1) Meas, 1 lamda: isikan panjang gelombang; tekan „enter‟


2) Method; multi point (3); isi jumlah standar yang
digunakan „enter‟; orde 1‟enter‟; zero intept NO „enter‟
3) No of meas 1
4) Unit ppm

Masukkan kuvet isi larutan blanko pada kedua sisi „reference


sample‟.

Tekan tombol „Auto Zero‟, tunggu hingga sampai dengan 0,000 A

Tekan „start‟, masukkan nilai konsentrasi larutan standar, tekan


„enter‟ (pekerjaan tersebut dilanjutkan/diulang higga selesai)

Muncul tampilan: NO I Conc I ABS

Ganti kuvet blanko (bagian depan) dengan larutan standar yang


pertama

Tekan „start‟, malan akan keluar nilai Abs


Ganti kuvet dengan larutan standar yang berikutnya, tekan „start‟,
demikian seterusnya sampai pengukuran selesai.

Tekan „cal curve‟ F1 untuk melihat tampilan kurva kalibrasi.

e) Pengukuran Konsentrasi Sampel

Tekan „return‟ sampai kembali ke menu utama „Quantitave‟

Ganti kuvet isi larutan standar dengan larutan sampel yang


dianalisis

Tekan „start‟. Ulangi pekerjaan tersebut hingga sampai yang akan


dianalisi mendapatkan hasil yang baik.

f) Mematikan Alat

Kosongkan „compartement cell‟

Masukkan kembali gel silika

Putar tombol sebelah kanan hingga layar monitor tampak biru.


VI. DATA PENGAMATAN
6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi
No Konsentrasi Absorban
1 0 ppm 0.0000
2 1 ppm 0.0510
3 3 ppm 0.1494
4 5 ppm 0.2367
5 7 ppm 0.3231
6 9 ppm 0.4196
Sampel 0.1890

VII. PENGOLAHAN DATA


7.1 Penentuan Kurva Kalibrasi

KURVA KALIBRASI
0,45
y = 0,0461x + 0,0045 0,4196
0,4
R² = 0,9994
0,35
0,3231
0,3
Absorbansi

0,25 0,2367
0,2 0,189
0,15 0,1494
0,1
0,05 0,051
0 0
0 2 4 6 8 10
konsentrasi (ppm)

 Sampel 1
Y = Ax + B
0.189 = 0.0461x + 0.0045
-0.0461x = 0.0045 - 0.189
X = 4,00217 ppm
Konsentrasi sampel berdasarkan grafik diatas :
Sampel 1 : 4,00217 ppm
VIII. PEMBAHASAN

Spektrofotometer Shimadzu 1700 adalah spektrofotometer uv-visible yang dapat


digunakan untuk mengukur absorbansi, transmittan, panjang gelombang maksimum,
dan lain-lain. Spektrofotometer Shimadzu 1700 ini dapat digunakan untuk sinar tampak
(visible) maupun sinar ultra violet. Sinar ultra violet memiliki panjang gelombang 190 –
380 nm, sedangkan sinar tampak memiliki panjang gelombang 400-800 nm.

Sebelum menggunakan spektrofotometer Shimadzu 1700, harus dilakukan proses


inisialisasi (initialization) terlebih dahulu. Inisialisasi adalah proses mengeset nilai awal
suatu variabel atau proses menyiapkan alat agar siap digunakan biasanya dengan
mengeset ulang lokasi memori ke nilai awal.

Pada saat alat spektrofotometri shimadzu 1700 dihidupkan, spektrofotometer


melakukan berbagai pemeriksaan dan pengaturan awal pada gambar 8.1 dan jika
semuanya normal maka inisialisasi dapat selesai sekitar 3,5 menit.Jika sebuah langkah
diselesaikan dengan benar maka tandanya akan putih/ terhighlight.Namun,jika ada
masalah atau eror yang terdekteksi, inisialisasi langkah tersebut akan berhenti dan
menyoroti tanda bintang tersebut.Lalu akan muncul pesan eror dan periksa instrument
sesuai dengan item titik pemeriksaan dalam tabel. Jika masalahnya masih belum
jelas,hubungi perwakilan layanan dan jelaskan pesan kesalahan yang ditampilkan pada
layar.

Gambar 8.1 Instalization screen

Ada beberapa tindakan perbaikan apabila Inisialiasi langkah tersebut terdapat


masalah/eror diantaranya sebagai berikut:
Tabel 8.1 Intalization and Error

No Display deskripsi Tindakan Perbaikan


1 LSI Initialize Menginisialisasi setiap I/O Coba matikan daya dan
hidupkan kembali.Apabila
kesalahan yang sama terjadi
lagi,hubungi pihak servis
anda.
2 ROM Check Periksa ROM program Coba matikan daya dan
hidupkan kembali.Apabila
kesalahan yang sama terjadi
lagi,hubungi pihak servis
anda, karena kemungkinan
baterai cadangan sudah
habis.
3 RAM Check Periksa memori elemen Coba matikan daya dan
(RAM) hidupkan kembali.Apabila
kesalahan yang sama terjadi
lagi,hubungi pihak servis
anda.
4 Filter Origin Mendeteksi posisi referensi Coba matikan daya dan
filter hidupkan kembali.Apabila
kesalahan yang sama terjadi
lagi,hubungi pihak servis
anda.
5 Light Source Org Mendeteksi posisi referensi Coba matikan daya dan
motor yang menggerakan hidupkan kembali.Apabila
Sumber Cahaya untuk kesalahan yang sama terjadi
mengganti Cermin lagi,hubungi pihak servis
anda.
6 Org. (Coarse) Mendeteksi mekanis posisi Coba matikan daya dan
asal panjang gelombang hidupkan kembali.Apabila
kesalahan yang sama terjadi
lagi,hubungi pihak servis
anda.
7 W Lamp Energy Memeriksa apakah ada atau Lepas penutup
tidak lampu WI(tungsten kompartemen sumber
lampu yodium) energy cahaya dan periksa apakah
cahaya pada level maksimum lampu WI menyala.Jika
tidak menyala,coba
nyalakan kembali.Jika
masih tidak menyala lampu
harus diganti.
8 Org. (Fine) Memeriksa lampu urutan 0 Periksa apakah ada sesuatu
yang merupakan optic asal di kompartmen sampel
yang menghalagi cahaya.
9 D2 Lamp Energy Memeriksa apakah ada atau Lepas penutup
tidak lampu D2 (lampu kompartemen sumber
deuterium) energy cahaya cahaya dan periksa apakah
pada level yang cukup lampu D2 menyala.Jika
tidak menyala,coba
nyalakan kembali.Jika
masih tidak menyala lampu
harus diganti.
10 Check Memeriksa panjang Periksa apakah ada sesuatu
gelombang,mendeteksi di kompartmen sampel
intensitas baris 656.1 nm yang menghalagi cahaya.
menggunakan lampu D2

Setelah proses inisialisasi selesai, spektrofotometer siap digunakan. Langkah


pertama dalam percobaan ini adalah membuat larutan standar dari larutan induk kafein
dengan cara pengenceran. Larutan standar inilah yang akan diukur menggunakan alat
spektrofotometer. Setelah larutan standar selesai dibuat, diambil satu larutan standar
untuk diukur panjang gelombang maksimumnya. Panjang gelombang maksimum adalah
panjang gelombang dimana nilai absorbansi dari larutan paling tinggi. Untuk
menentukan panjang gelombang maksimum menggunakan mode spectrum pada
spektrofotometer atau dengan menekan angka 2 (dua) pada menu. Setelah diatur
parameternya, masukkan kuvet yang berisi larutan blanko dan larutan standar yang telah
dipilih. Lalu tekan start, pada layar akan muncul panjang gelombang dan nilai
absorbansinya. Untuk mengetahui panjang gelombang maksimum, tekan tombol F2
“Data Procc”, “Peak”(3) maka akan muncul panjang gelombang maksimum dan nilai
absorbansinya.

Setelah panjang gelombang maksimum diketahui yaitu sebesar 272 nm dengan


absorbansi 0.460 A, ukur panjang gelombang larutan standar lain pada panjang
gelombang maksimum tersebut untuk mengetahui nilai absorbansinya. Untuk mengukur
nilai absorbansinya, karena panjang gelombangnya telah diketahui maka menggunakan
mode “Photometric”. Jika masih belum keluar dari mode “Spectrum” teka return
sampai kembali ke main menu dan tekan angka 1 (satu) untuk mode “Photometric”.
Setelah masuk ke mode Photometric, tekan 1 Go to WL dan masukkan nilai panjang
gelombang maksimum yang telah diperoleh sebelumnya. Atur nilai absorbansinya pada
0,00 A atau tekan auto zero. Masukkan larutan standar yang akan diuji dan larutan
blanko. Tekan tombol start, lakukan sampai semua larutan standar diukur nilai
absorbansinya. Nilai absorbansi tiap larutan standar akan muncul dalam tabel pada
layar.

Untuk membuat kurva kalibrasi, dari data konsentrasi dan nilai absorbansi yang
telah didapatkan maka menggunakan mode “Quantitation”. Jika masih pada mode
Photometric, tekan return sampai main menu, lalu tekan angka 3 (tiga). Setelah masuk
mode Quantitation, atur parameter yang diinginkan dan atur nilai absorbansi pada 0,00
A atau tekan auto zero. Setelah itu, tekan start dan masukkan nilai konsentrasi larutan
standar, tekan “meas”(2). Selanjutnya, masukkan larutan standar pertama, tekan start
dan nilai absorbansi akan muncul. Lakukan sampai semua larutan standar diukur secara
berurutan. Untuk melihat kurva kalibrasi, tekan “cal. Curve” (F1). Kurva kalibrasi
absorbansi terhadapa konsentrasi akan berbentuk garis linier artinya nilai absorbansi
berbanding lurus dengan nilai konsentrasi. Semakin besar konsentrasi larutan standar
maka nilai absorbansinya akan semakin tinggi. Untuk menentukan nilai konsentrasi
sampel dari kurva kalibrasi yaitu dengan melakukan interpolasi. Untuk melakukan
interpolasi pada kurva kalibrasi yaitu dengan menarik garis dari nilai absorbansi sampel
sebesar 0.189 ke garis linier. Setelah itu, tarik garis tegak lurus dari garis linier ke
sumbu x atau ke konsentrasi. Sehingga akan diperoleh nilai konsentrasi sampelnya
adalah 4 ppm. Selain itu, bisa menggunakan perhitungan dari kurva dengan
memasukkan data ke rumus y = Ax + B. Dari kurva tersebut diperoleh nilai A dan B
yaitu y = 0.0461x + 0.0045 dengan y = 0.189. Maka, akan diperoleh nilai x = 4,00217
ppm, sehingga konsentrasi sampel adalah 4,00217 ppm.

IX. KESIMPULAN
1. Inisialisasi adalah proses mengeset nilai awal suatu variable atau proses
menyiapkan Spektrofotometer UV-Vis agar siap digunakan, dan inisialisasi
biasanya mengulang lokasi memori ke nilai awal.
2. Larutan induk kafein yang berkonsentrasi 1000 ppm diencerkan menjadi 100
ppm kemudian diencerkan kembali menjadi larutan standar kafein dengan
konsentrasi 1,3,5,7, dan 9 ppm.
3. Absorbansi yang didapat dari setiap konsentrasi larutan standar ialah 0.0510;
0.1494; 0.2367; 0.3231; dan 0.4196; serta absorbansi sampel sebesar 0.1890.
4. Panjang gelombang maksimum yang terbaca di alat diperoleh 272 nm dengan
absorbansi 0.460 A.
5. Besar konsentrasi sampel yang diperoleh berdasarkan interpolasi kurva kalibrasi
ialah sebesar 4 ppm.
6. Besar konsentrasi sampel berdasarkan persamaan garis y = 0.0461x + 0.0045,
diperoleh nilai x sebesar 4.00217 ppm.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrohamidjojo Hardjono, ”Spektroskopi Ultra Violet dan Terlihat”,
Laboratorium Analisa Kimia/Fisika Pusat Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
2. Anwar Nur M,1989, ”Teknik Spektroskopi”, Pusat Antar Universitas – Ilmu
Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor,
3. Day RA, Underwood AL, Hudyana Aloysius, 1992, ”Analisis Kimia
Kuantitatif”, edisi-5, Erlangga, Jakarta.
4. Pecsok, R.L, at all, Modern Methods of Chemical Analysis, John Willey &
Sons, New York, 1976.
5. Skoog, D.A, Principles of Instrumental Analysis, Rinehart and Winston Inc,
New York.
7. Brink, O.G, Sachri Sobandi, 1984, ”Dasar Ilmu Instrumen”, Bina Cipta, Jakarta.
8. Khopkar, S.M, Saptorahardjo, 1990, ”Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI Press,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai