Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANFAAT PEMBERIAN VAKSINASI COVID-19

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: Ade Engkus Kusnadi, S. Pd., M. Pd.

Oleh Kelompok 5

Kelas 1C D3-Teknik Kimia

1. Ade Rifqi Maulana (201411063)


2. Anisa Dwi Febriani (201411068)
3. Calvin Fattriot Tama (201411072)
4. Dafina Nopeberia (201411073)
5. Irma Agustina (201411082)
6. Susy Mardiana Susanto (201411091)

FAKULTAS D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
petunjuk dan hidayah-Nya, makalah dengan tema Manfaat Praktis Unsur Kimiawi
dalam Kehidupan yang berjudul “Manfaat Pemberian Vaksinisasi COVID-19”
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan bimbingan, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki, namun
dari hal itu kita bertekad untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu Pendidikan
Pancasila kita Bapak Ade Engkus.

Kami para penulis berharap dengan makalah mengenai vaksinisasi


COVID-19 ini memberikan banyak manfaat dan wawasan bagi para pembaca
pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Bandung, 28 April 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
2.1 Ilmu Kimia ................................................................................................................ 3
2.2 Vaksinasi ................................................................................................................... 7
2.3 Undang-Undang Kesehatan .................................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................................. 14
BAB IV ............................................................................................................................. 21
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 21
4.2. Saran ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, Pemerintah telah menetapkan pandemi Coronavirus Disease 2019


(COVID-19) sebagai bencana nasional non-alam. Pandemi COVID-19 memberikan
tantangan besar dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia, juga memberikan dampak yang terlihat nyata
dalam berbagai sektor di antaranya sektor sosial, pariwisata, dan pendidikan. Perlu
segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan namun
juga diperlukan intervensi lain yang efektif melalui upaya pemberian vaksinasi.

Belakangan vaksin menjadi topik yang begitu menarik perhatian banyak orang sebab
kebutuhannya yang mendesak untuk menghambat penyebaran virus COVID-19. Dalam masa
pandemi COVID19 seperti ini contoh dari pengaplikasian ilmu kimia yang terlihat jelas
manfaatnya adalah pembuatan vaksinasi. Vaksinasi merupakan suatu pencegahan medis
yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat modern saat ini. Vaksinasi dianggap
sebagai salah satu terobosan mutakhir dalam dunia kesehatan karena bersifat preventif
dan kabarnya banyak menyelamatkan nyawa manusia. Meskipun begitu sebagian orang
masih belum paham benar tentang kegunaan dan proses pembuatan vaksin sehingga
memunculkan salah kaprah. Ada yang berpendapat bahwa vaksin mengandung bahan kimia
yang hendak memberikan efek samping berdampak buruk di masa depan. Padahal tidak begitu.
Faktanya manfaat vaksin lebih banyak dari pada risikonya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Kimia?

1
2. Bagaimana cara kerja vaksin?

3. Bagaimana Undang-undang mengatur tentang Kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami Ilmu Kimia.

2. Mengetahui dan memahami cara kerja Vaksin

3. Mengetahui dan memahami Undang-undang tentang Kesehatan

1.4 Manfaat Penulisan

1. Aspek Teoritis

Hasil yang didapatkan dari penulisan ini dengan harapan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi para akademisi dalam pengembangan ilmu
kesehatan masyarakat tentang pengelolaan rantai vaksin covid di indonesia

2. Aspek Praktis

Bagi aspek praktisi, manfaat dari hasil yang ditemukan dalam penulisan
ini dapat digunakan sebagai masukan bagi masyarakat Indonesia agar memiliki
kesadaran untuk bervaksin.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ilmu Kimia

Kimia adalah salah satu cabang dari ilmu fisik yang khusus mempelajari
sifat, struktur, susunan dan juga perubahan materi. Kimia meliputi beragam topik,
diantaranya adalah; Sifat pada partikell atom, proses kerja atom dalam membentuk
sebuah ikatan kimia yang akhirnya akan menghasilkan suatu senyawa, interaksi zat
dalam bentuk antarmolekul untuk menemukan hasil berupa sifat umum dari suatu
material dan juga melakukan Interaksi zat partikel dengan reaksi kimia guna
menghasilkan bentuk zat berbeda.

Sedangkan pengertian kimia menurut Etimologi adalah, bahwa kimia


berasal dari kata alkimia yang merupakan sebutan untuk rangkaian dari proses atau
praktik yang menggunakan komponen ilmu metalurgi, astrologi, kimia, filsafat,
pengobatan serta mistik. Meskipun begitu, para ahli memiliki persepsinya sendiri
mengenai definisi dari ilmu kimia.

Cabang ilmu kimia:

Ilmu kimia terbagi atas beberapa bidang. Dalam setiap bidang terdiri dari beberapa
cabang yang bersifat lebih khusus.

1. Kimia Analitik

Studi ini melibatkan kemampuan analisis unsur kimia dalam sebuah


sampel. Misalnya saja, berapa banyak kandungan kafein yang terdapat dalam
segelas kopi? dan lain sebagainya. Sedangkan contoh bidang yang menerapkan
kimia cabang analik ini adalah ilmu lingkungan dan forensik.

3
Kimia analitik juga memiliki dua sub cabang, yaitu analisis kuantitatif
dan kualitatif. Dimana setiap sub tersebut memiliki metode dan perannya
masing-masing dalam menemukan hasil dari permasalahan yang tengah
dihadapi.

Metode analisis dapat dibagi menjadi klasik dan instrumental.] Metode


klasik (dikenal juga sebagai metode kimia basah) menggunakan pemisahan
seperti pengendapan, ekstraksi, dan distilasi serta analisis kualitatif
berdasarkan warna, bau, atau titik leleh (organoleptis). Analisis kuantitatif
klasik dilakukan dengan menentukan berat atau volum. Metode instrumental
menggunakan suatu peralatan untuk menentukan kuantitas fisik suatu analit
seperti serapan cahaya, fluoresensi, atau konduktivitas. Pemisahan dilakukan
menggunakan metode kromatografi, elektroforesis atau fraksinasi aliran
medan.

Kimia analisis juga fokus pada peningkatan rancangan


percobaan, kemometri, dan pembuatan alat ukur baru agar dapat menyediakan
informasi kimia yang lebih baik. Kimia analisis telah diaplikasikan di
bidang forensik, bioanalisis, analisis klinik, analisis lingkungan, dan analisis
bahan.

2. Biokimia

Biokimia adalah cabang yang khusus mempelajari mengenai senyawa,


reaksi serta interaksi kimia pada organisme hidup. Cabang ini sangat erat
hubungannya dengan kimia organik. Selain itu, biokimia juga memiliki ikatan
dengan fisiologi, genetika dan juga biologi jenis molekular. Sementara itu,
seiring perkembangan zaman biokimia juga mengalami kemajuan pesat dengan
munculnya sub cabang baru seperti enzimologi, endokrinologi, biokimia klinik
dan yang terakhir adalah biokimia molekuler.

Sebagai subdisiplin dari biologi dan kimia, biokimia dapat dibagi


menjadi tiga bidang: biologi struktural, enzim, dan metabolisme. Selama

4
beberapa dekade terakhir pada abad ke-20, biokimia telah berhasil menjelaskan
proses kehidupan melalui tiga subdisiplin ilmu ini. Hampir semua bidang ilmu
hayat sedang ditemukan dan dikembangkan melalui metodologi dan penelitian
biokimia. Biokimia berfokus pada pemahaman dasar kimiawi yang
memungkinkan molekul biologis memunculkan proses-proses yang terjadi di
dalam sel hidup dan di antara sel, yang pada gilirannya berkaitan erat dengan
pemahaman jaringan dan organ, serta struktur dan fungsi organisme. Biokimia
berkaitan erat dengan biologi molekuler yang mempelajari
mekanisme molekuler dari fenomena biologi

Sebagian besar biokimia berhubungan dengan struktur, fungsi, dan


interaksi makromolekul biologis, seperti protein, asam nukleat, karbohidrat,
dan lipid. Molekul-molekul ini membangun struktur sel dan melakukan banyak
fungsi yang berhubungan dengan kehidupan. Sifat kimiawi sel juga bergantung
pada reaksi molekul dan ion kecil. Mereka dapat berupa
senyawa anorganik (misalnya air dan ion logam) atau organik (misalnya asam
amino yang digunakan untuk menyintesis protein).]Mekanisme yang digunakan
oleh sel untuk memanfaatkan energi dari lingkungannya melalui reaksi
kimia dikenal sebagai metabolisme. Temuan biokimia diterapkan terutama
di bidang kedokteran, nutrisi, dan pertanian. Dalam pengobatan, ahli biokimia
menyelidiki penyebab dan penyembuhan penyakit. Ilmu gizi mempelajari
bagaimana menjaga kesehatan dan kebugaran serta pengaruh dari kekurangan
gizi. Di bidang pertanian, ahli biokimia menyelidiki tanah dan pupuk.
Meningkatkan budidaya tanaman, penyimpanan tanaman, serta pengendalian
hama juga merupakan tujuan penerapan biokimia.

3. Kimia Anorganik

Cabang ini mengkhususkan diri dalam mempelajari sifat serta reaksi


senyawa yang terjadi pada alam. Cabang kimia anorganik berfokus terhadap
pengkajian pada bahan yang tidak memiliki kandungan hidrokarbon (CH).
Sedangkan senyawa digunakan antara lain; struktur logam, kristal, mineral,

5
katalis dan unsur yang ada dalam tabel periodik. Karena beragam unsur dan
sifat sejalan yang beragam pada turunan yang dihasilkan, kimia anorganik
berhubungan erat dengan banyak metode analisis. Metode yang lebih tua
cenderung meneliti sifat ruah seperti konduktivitas listrik dari larutan, titik
leleh, kelarutan, dan keasaman. Dengan munculnya teori kuantum dan ekspansi
yang sesuai dari perangkat elektronik, alat-alat baru telah diperkenalkan untuk
menyelidiki sifat elektronik dari molekul dan padatan anorganik. Seringkali
pengukuran ini memberikan wawasan yang relevan dengan model teoretis.
Sebagai contoh, pengukuran pada spektrum fotoelektron
dari metana menunjukkan bahwa dalam menggambarkan ikatan pada dua pusat,
ikatan dua-elektron yang diprediksi antara karbon dan hidrogen
menggunakan teori ikatan valensi tidak cocok untuk menggambarkan
proses ionisasi secara sederhana. Pandangan tersebut menyebabkan
populernya teori orbital molekul karena orbital penuh terdelokalisasi adalah
deskripsi sederhana yang lebih tepat terhadap pelepasan elektron dan eksitasi
elektron.

4. Kimia Organik

Cabang kimia organik adalah kebalikan dari anorganik. Organik fokus


mengkaji unsur karbon, antara lain; Plastik, bahan bakar, obat-obatan serta
aditif makanan. Cabang ini mempelajari unsur kimia yang terdapat pada
organisme hidup. Contoh yang paling sederhana adalah proses terjadinya
fotosintesis pada daun. Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari
ilmu kimia mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa
organik. Senyawa organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan
dapat mengandung unsur-unsur lain
seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.

Definisi asli dari kimia organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa
semua senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, tetapi telah
dibuktikan bahwa ada beberapa perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan

6
juga sangat bergantung pada kimia anorganik; sebagai contoh,
banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada logam
transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya
merupakan campuran dari senyama organik maupun anorganik. Contoh lainnya
adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan
makanan yang hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi)
memakai larutan HCl untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan
dalam senyawa anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia anorganik biasanya
berkaitan dengan senyawa karbon yang sederhana yang tidak
mengandung ikatan antar karbon misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan
mineral. Namun hal ini tidak berarti bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal
dalam senyawa organik misalnya metan dan turunannya.

Ada banyak sekali penerapan kimia organik dalam kehidupan sehari-


hari, diantaranya adalah pada bidang makanan, obat-obatan, bahan bakar,
pewarna, tekstil, parfum, dan lain sebagainya.

5. Kimia Fisik

Cabang ilmu kimia fisik mempelajari mengenai sifat fisik yang merekat
pada molekul. Selain itu, juga bekaitan erat dengan proses penyatuan unsur
atom dengan molekul. Contoh sederhananya adalah pembuatan kue tart, hal ini
dikarenakan ada proses pencampuran bahan-bahan dan juga penggunaan energi
serta panas demi mendapatkan hasil akhir yang memuaskan.

2.2 Vaksinasi

Vaksin adalah zat yang sengaja dibuat untuk merangsang pembentukan


kekebalan tubuh dari penyakit tertentu, sehingga bisa mencegah terjangkit dari
penyakit tertentu tersebut. Saat ini sudah ada 30 jenis vaksin yang diciptakan sejak
konsep vaksinasi dilakukan Edward Jenner pertama kalinya pada 1796. Bukti
keberhasilan vaksin adalah musnahnya penyakit Variola (small pox) pada 1979.

7
Sekarang kita juga dalam upaya memusnahkan campak dan polio. Indonesia sendiri
saat ini bebas polio karena program imunisasi.

Dirangkum dari laman World Health Organization (WHO), vaksin


mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan penyakit.
Namun antigen yang ada di dalam vaksin tersebut sudah dikendalikan
(dilemahkan) sehingga pemberian vaksin tidak menyebabkan orang menderita
penyakit seperti jika orang tersebut terpapar dengan antigen yang sama secara
alamiah.

Vaksinasi adalah kegiatan pemberian vaksin kepada seseorang di mana


vaksin tersebut berisi satu atau lebih antigen. Saat vaksin dimasukkan ke dalam
tubuh, sistem kekebalan tubuh akan melihatnya sebagai antigen atau
musuh. Dengan begitu, sebagai respon adanya ancaman dari musuh maka tubuh
akan memproduksi antibodi untuk melawan antigen tersebut. Namun, kekebalan
yang didapat melalui vaksinasi, tidaklah bertahan seumur hidup terhadap infeksi
penyakit berbahaya.

Ada empat jenis vaksin, berikut di antaranya:

1. Vaksin hidup. Di antaranya adalah Vaksin Polio Oral (OPV), campak,


rotavirus, demam kuning.
2. Vaksin yang sudah dimatikan. Di antaranya adalah vaksin pertusis utuh,
IPV.
3. Vaksin yang berisi sub unit dari antigen (antigen yang sudah dimurnikan).
Di antaranya vaksin Hepatitis B.
4. Vaksin yang berisi toksoid (Toksin yang sudah diinaktivasi). Di antaranya
adalah vaksin Toksoid Tetanus dan Difteri toksoid.

• Imunologi Vaksin
Vaksin yang telah dimasukkan ke dalam tubuh dapat merangsang
bangkitnya sistem imun dan tahap akhirnya adalah dibentuknya antibodi
dan sel-sel memori. Proses ini melibatkan sistem imun bawaan dan sistem

8
imun adaptif. Antigen yang masuk akan ditangkap oleh sel dendritik dan
mengalami pengolahan antigen. Selanjutnya terjadi reaksi berantai yang
menghasilkan sel pembantu dan sel memori. Sel pembantu dalam hal ini
menginduksi aktivasi sel B dalam menghasilkan antibodi.
• Bahan Vaksin
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan,
sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme
mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus).
Vaksin akan mempersiapkan sistem imun manusia atau hewan untuk
bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus,
atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem imun untuk melawan sel-sel
(kanker). Sekarang ini telah terdapat berbagai macam vaksin untuk
bermacam-macam penyakit, walaupun demikian vaksin belum ada untuk
beberapa penyakit penting, seperti vaksin untuk malaria, HIV. atau demam
berdarah.
Vaksin biasanya mengandung satu atau lebih adjuvan, yang
digunakan untuk meningkatkan respons kekebalan. Toksoid tetanus,
misalnya, biasanya diadsorpsi ke tawas. Bahan ini menyajikan antigen
sedemikian rupa untuk menghasilkan aksi yang lebih besar daripada toksoid
tetanus cair biasa.
Vaksin juga mengandung bahan pengawet untuk mencegah
kontaminasi dengan bakteri atau jamur. Sampai beberapa tahun
terakhir, thimerosal pengawet digunakan dalam banyak vaksin yang tidak
mengandung virus hidup. Pada tahun 2005, satu-satunya vaksin anak-anak
di AS yang mengandung thimerosal dalam jumlah lebih banyak adalah
vaksin influenza, yang saat ini direkomendasikan hanya untuk anak-anak
dengan faktor risiko tertentu. Vaksin influenza dosis tunggal yang diberikan
di Inggris tidak mencantumkan thiomersal (namanya di Inggris) dalam
bahan-bahannya. Pengawet dapat digunakan pada berbagai tahap produksi
vaksin, dan metode pengukuran yang paling canggih mungkin mendeteksi
jejak mereka pada produk jadi.

9
• Efektivitas Vaksin

Dalam sejarah, vaksin adalah yang terefektif untuk melawan dan


memusnahkan penyakit infeksi. Bagaimanapun, keterbatasan dari
efektivitasnya ada. Kadang-kadang, perlindungan gagal, karena sistem
kekebalan tubuh tidak memberikan respons yang diinginkan atau malah tidak
merespons sama sekali terhadap antigen yang diberikan oleh vaksin.
Kurangnya respons sistem kekebalan tubuh tersebut terjadi karena faktor-faktor
klinis seperti misalnya diabetes, penggunaan steroid, infeksi HIV atau usia.
Bagaimanapun hal ini juga terjadi karena faktor genetik, jika sistem
kekebalannya tidak memiliki galur sel B yang dapat
menghasilkan antibodi yang bereaksi efektif mengikat antigen dari patogen.

Bahkan jika yang divaksinasi mengembangkan antibodinya,


proteksinya mungkin tidak cukup; kekebalan mungkin berkembang terlalu
lambat, antibodi mungkin tidak dapat menumpas antigen sepenuhnya, atau bisa
juga terdapat berbagai galur patogen, tidak semuanya bergantung pada sistem
rekasi kekebalan. Bagaimanapun, bahkan hanya sebagian, terlambat, atau
kekebalan yang lemah, seperti terjadi pada kekebalan silang pada suatu galur
daripada galur target, mungkin meringankan infeksinya, yang menurunkan
tingkat kematian, menurunkan banyaknya yang sakit (morbiditas) dan
mempercepat penyembuhan.

Vaksinasi ulang umumnya digunakan untuk meningkatkan tanggapan


kekebalan, terutama untuk usia lanjut (50-75 tahun ke atas), di mana tanggapan
kekebalan untuk vaksin sederhana mungkin melemah. Efektivitas vaksin
bergantung pada beberapa faktor:

1) penyakit itu sendiri (vaksin untuk penyakit A lebih ampuh daripada


vaksin untuk penyakit B)
2) Starin dari vaksin (beberapa vaksin spesifik terhadapnya, atau
sekurangnya kurang efektif melawan galur tertentu dari penyakit)
3) Apakah jadwal imunisasi benar-benar dipatuhi.

10
4) Tanggapan yang berbeda terhadap vaksin; sejumlah individu tidak
memberikan tanggapan pada vaksin tertentu, berati mereka tidak
memproduksi antibodi bahkan setelah divaksin dengan benar.
5) Berbagai macam faktor seperti etnis, usia, atau kelainan genetik.

Jika individu yang divaksin tetap sakit, maka penyakitnya lebih jinak dan
tidak mudah menyebarkan penyakit daripada pasien yang tidak divaksin.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk efektivitas program vaksinasi:

1. Membuat pemodelan yang lebih hati-hati untuk mengantisipasi dampak dari


sebuah kampanye imunisasi pada epidemiologi penyakit dalam jangka
menengah dan panjang
2. Pemantauan terus menerus pada penyakit tersebut setelah penggunaan
vaksin baru
3. Tetap menjaga tingkat imunisasi yang tinggi, bahkan ketika penyakit sudah
jarang ditemukan

Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing,


menghancurkannya, dan "mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen
yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:

1. Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel; dan


2. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini
dapat berbiak
3. Jika tetap sakit, maka sakitnya akan jauh lebih ringan

Vaksin yang dilemahkan digunakan untuk melawan tuberkulosis, rabies,


dan cacar; agen yang telah mati digunakan untuk mengatasi kolera dan tifus;
toksoid digunakan untuk melawan difteri dan tetanus.

Adapun terdapat beberapa efek samping setelah menerima vaksin


seperti mual, pusing, dan muntah. Hal tersebut terjadi karena tubuh akan merespon
seolah-olah terjadi infeksi. Meskipun begitu, vaksin sejauh ini tidak virulen
sebagaimana agen "sebenarnya", dan maka dari itu harus diperkuat dengan

11
vaksinasi ulang beberapa kali tiap tahun. Suatu cara untuk mengatasi hal ini adalah
dengan vaksinasi DNA. DNA yang menyandi suatu bagian virus atau bakteri yang
dapat dikenali oleh sistem kekebalan dimasukkan dan diekspresikan dalam sel
manusia/hewan. Sel-sel ini selanjutnya menghasilkan toksoid agen penginfeksi,
tanpa pengaruh berbahaya lainnya. Pada tahun 2003, vaksinasi DNA masih dalam
percobaan, namun menunjukkan hasil yang menjanjikan.

2.3 Undang-Undang Kesehatan

UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah


keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Setiap orang berhak atas kesehatan. UU 36 tahun 2009 disahkan oleh Presiden Dr.
H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 13 Oktober 2009. Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan diundangkan oleh Andi
Matalatta, Menkumham RI dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144 dan Penjelasan Atas Undang-Undang 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan ke dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063 pada tanggal 13 Oktober 2009 di Jakarta.

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita


bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia.
Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya


pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya
pembangunan kesehatan.

12
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
pembangunan nasional.

13
BAB III

PEMBAHASAN

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-


CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala
flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah
itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala
yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak
napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi
melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan
seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu: demam (suhu tubuh di atas 38 derajat
Celsius), batuk kering, dan sesak napas. Ada beberapa gejala lain yang juga bisa
muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu: diare, sakit kepala,
konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa, hilangnya kemampuan untuk
mencium bau (anosmia), serta ruam di kulit. Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya
muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus
Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan
oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy hypoxia.

Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus
Corona atau COVID-19. Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi
pasien dan tingkat keparahannya. Beberapa pasien dengan gejala ringan atau tanpa
gejala akan di sarankan untuk melakukan protokol isolasi mandiri di rumah sambil
tetap melakukan langkah pencegahan penyebaran infeksi virus Corona.

Namun, virus corona sendiri dapat dicegah dengan cara pemberian vaksin.
Vaksin dibuat untuk mencegah penyakit. Vaksin COVID-19 adalah harapan terbaik

14
untuk menekan penularan virus corona. Namun, mungkin masih banyak masyarakat
awam yang masih mempertanyakan manfaat vaksin COVID-19, cara kerjanya, atau
mungkin efek samping yang dapat terjadi. Ada beberapa jenis vaksin yang sedang
dikembangkan. Semuanya mengandung zat yang dapat meningkatkan sistem
kekebalan yang membuat tubuh mengenali dan melawan virus yang menyebabkan
virus corona. Terkadang, proses ini menimbulkan gejala seperti demam ringan.
Gejala ini normal dan sebagai tanda bahwa tubuh sedang membangun perlindungan
terhadap virus penyebab COVID-19.

Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi


pandemi COVID-19. Namun, pembuatan vaksin COVID-19 bukanlah hal yang
mudah. Untuk memastikan efektivitas dan keamanannya, vaksin COVID-19 harus
dibuat dengan hati-hati serta lulus uji klinis.

Berikut ini adalah beberapa langkah atau proses uji klinis yang harus dilalui
dalam pembuatan vaksin COVID-19:

1. Studi praklinis.
Pada penelitian tahap awal ini, vaksin COVID-19 akan disuntikkan ke hewan
percobaan di laboratorium untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
Selama riset tersebut, para peneliti juga akan mengkaji apakah vaksin layak
digunakan atau memiliki efek samping tertentu.
2. Uji klinis fase I.
Pada tahap uji klinis fase I, vaksin disuntikkan ke beberapa sukarelawan yang
umumnya adalah orang dewasa dengan kondisi sehat. Hal ini dilakukan untuk
menguji keamanan vaksin COVID-19 dalam tubuh manusia. Jika dinyatakan
aman dan efektif, vaksin tersebut dapat memasuki uji klinis fase II.
3. Uji klinis fase II.
Pada uji klinis fase II, pengujian vaksin COVID-19 dilakukan ke lebih banyak
sukarelawan, sehingga sampel yang diperoleh pun lebih beragam. Sampel ini
akan diteliti dan dikaji ulang oleh para peneliti terkait efektivitas, keamanan,
dosis vaksin yang tepat, serta respons sistem imun tubuh terhadap vaksin yang
diberikan.

15
4. Uji klinis fase III.
Setelah lulus uji klinis fase II, vaksin akan memasuki tahap uji klinis fase III.
Pada penelitian ini, vaksin akan diberikan kepada lebih banyak orang dengan
kondisi yang lebih bervariasi. Setelah itu, para peneliti akan memantau respons
kekebalan tubuh para penerima vaksin serta memantau apakah terdapat efek
samping vaksin dalam jangka waktu lebih panjang. Penelitian ini bisa memakan
waktu hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Saat ini, penelitian terhadap vaksin COVID-19 di Indonesia sudah memasuki
tahap uji klinis fase III dengan melibatkan sekitar 1.620 sukarelawan.
5. Tahap IV setelah pengawasan pemasaran.
Studi tahap ini dilakukan setelah vaksin dinyatakan aman dan efektif digunakan,
yaitu setelah lulus uji klinis fase sebelumnya. Pada tahap ini, vaksin sudah bisa
mendapatkan izin edar dari BPOM untuk diberikan kepada manusia.

Namun, karena masih tergolong jenis vaksin baru, berbagai penelitian dan
evaluasi masih tetap perlu dilakukan untuk menilai efek vaksin dalam jangka
panjang pada manusia. Selain itu, pemerintah Indonesia juga melakukan kerja sama
dengan 4 produsen vaksin, yaitu AstraZeneca dari Inggris, serta Sinovac,
Sinopharm, dan CanSino dari China.

Izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) vaksin


COVID-19 Sinovac telah dikeluarkan pihak BPOM. Pengeluaran izin ini diberikan
karena vaksin Sinovac telah memenuhi standar efikasi (khasiat dan keamanan) dari
World Health Organization (WHO). Hasil efikasi atau khasiat dan keamanan vaksin
Sinovac tersebut telah sesuai dengan ambang batas efikasi yang ditetapkan WHO,
yaitu sebesar 50 persen. Artinya, penggunaan vaksin Sinovac aman dibanding efek
samping yang ditimbulkan.

Vaksin COVID-19 buatan Sinovac yang telah mengantongi izin BPOM ini
mengandung virus yang sudah dimatikan (inactivated virus) dan tidak mengandung
sama sekali virus hidup atau virus yang dilemahkan.

16
Dalam pembuatan vaksin ini, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia.
Vaksin ini mengandung alumunium hidroksida yang berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan vaksin. Selain itu, terkandung pula bahan lain, seperti larutan fosfat
sebagai penstabil (stabilizer) dan larutan garam natrium klorida untuk memberikan
kenyamanan dalam penyuntikan.

Dikutip dari halaman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berikut


penjelasan komponen yang umumnya ada pada vaksin:

1. Antigen.
Semua vaksin mengandung komponen aktif (antigen) yang berfungsi memicu
respons imun, atau bahan lainnya yang dirancang untuk membuat komponen
aktif tersebut. Antigen ini terbuat dari bagian-bagian kecil organisme penyebab
penyakit, misalnya protein atau gulanya. Selain itu antigen bisa juga terbuat dari
organisme penyebab penyakit yang utuh, namun dalam bentuk yang sudah
dilemahkan.
2. Pengawet.
Bahan pengawet dibutuhkan agar vaksin tidak mudah terkontaminasi begitu
wadahnya dibuka bila akan dipakai untuk vaksinasi lebih dari satu orang.
Sementara vaksin dalam wadah satu dosis pakai biasanya tidak mengandung
pengawet. Pengawet yang umum digunakan untuk vaksin adalah 2-
phenoxyethanol. Senyawa ini sudah lama digunakan dalam berbagai produk bayi
karena tidak terlalu beracun bagi manusia.
3. Stabilizer.
Stabilizer adalah senyawa yang dipakai untuk mencegah terjadinya reaksi kimia
antar komponen dan mencegah vaksin menempel pada wadah. Stabilizer yang
biasa dipakai mulai dari gula (laktosa, sukrosa), asam amino (glisina), dan
protein (rekombinan albumin manusia dari ragi).
4. Surfaktan.
Surfaktan adalah senyawa yang menjaga bahan-bahan di dalam vaksin
tercampur dengan baik, tidak menggumpal. Senyawa ini juga umum dipakai
untuk membuat makanan, seperti misalnya es krim.

17
5. Senyawa pengencer.
Air steril umum digunakan di dalam vaksin sebagai pengencer. Tujuannya agar
konsentrasi bahan yang ada di dalam vaksin sesuai sebelum digunakan.
6. Senyawa pembantu.
Beberapa vaksin dibuat dengan tambahan senyawa pembantu, seperti aluminium
fosfat, aluminium hidroksida, atau aluminium sulfat dalam dosis kecil.
Tujuannya agar respons imuns yang dihasilkan di dalam tubuh jadi lebih baik.

"Aluminium ini sudah terbukti tidak menimbulkan masalah kesehatan jangka


panjang. Manusia juga sudah terbiasa mengonsumsi aluminium setiap makan atau
minum," tulis WHO.

Jika banyak orang melakukan vaksinasi, maka peluang untuk terjangkit


penyakit tertentu menjadi sangat rendah. Hal tersebut yang juga membawa manfaat
bagi seseorang yang tidak melakukan vaksinasi. Jika bakteri atau virus tidak
memiliki inang yang mumpuni untuk tinggal dan berkembangbiak, maka bakteri
dan virus akan mati seluruhnya. Jika terlalu banyak orang yang tidak melakukan
vaksinasi, maka imunitas komunitas akan hancur dan berisiko terkena penyakit.

Hal tersebut yang membuat pemerintah mengambil kebijakan tegas


menyatakan bahwa vaksin merupakan kebijakan pemerintah untuk diberikan
kepada warganya sebagai hak agar tetap sehat dan aman dari kemungkinan infeksi
virus corona. Vaksin Covid 19 penting untuk dilakukan demi memutus mata rantai
penularan virus corona dan memberikan perlindungan kesehatan dan keamanan
seluruh masyarakat.

Terkait keamanan vaksin AstraZeneca, BPOM bersama tim pakar KOMNAS


Penilai Obat, KOMNAS PP KIPI, dan ITAGI telah melakukan kajian lebih lanjut.
BPOM juga berkomunikasi dengan WHO dan Badan Otoritas Obat negara lain dan
mendapatkan hasil investigasi dan kajian yang lengkap serta terkini terkait
keamanan vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Dengan adanya vaksin ini, pemerintah telah menunjukkan usahanya untuk


mensejahterakan rakyat Indonesia sesuai dengan isi Pancasila sila kelima yaitu

18
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, karena dengan vaksin, maka
keresahan masyarakat akan adanya virus ini perlahan mulai terobati dan tindakan
vaksin ini juga telah sesuai dengan isi dari pasal 1 ayat 1 Undang-undang tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, dimana isinya
adalah tentang pertahanan Negara yang salah satunya adalah menjaga keselamatan
segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara
dan contohnya yaitu virus.

Hasil review pada pertemuan Europe Medicines Agency yang dilaksanakan


pada 18 Maret 2021 juga memberikan hasil bahwa manfaat vaksin dalam
penanganan COVID-19 lebih besar daripada risiko efek sampingnya.“Dasar
selanjutnya, ketersediaan vaksin Covid-19 yang halal dan suci tidak mencukupi
untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dalam rangka ikhtiar mewujudkan
kekebalan kelompok. Lalu adanya jaminan keamanan penggunaannya oleh
pemerintah, serta pemerintah tidak memiliki keleluasaan memilih jenis vaksin
Covid-19 mengingat keterbatasan vaksin yang tersedia,” jelas KH. Asrorun Niam
Sholeh seraya menyebutkan bahwa itu semua tertuang di dalam Fatwa MUI Nomor
14 tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan vaksin COVID-19 produk AstraZeneca.

KH. Asrorun Niam Sholeh berpesan bahwa dengan adanya keputusan ini,
agar seluruh umat Islam wajib berpartisipasi dan tidak ragu dalam program
vaksinasi COVID-19 yang dilaksanakan pemerintah untuk mewujudkan kekebalan
kelompok dan terbebas dari wabah COVID-19. “Saatnya sekarang bersatu dan
hindari polemik yang tidak produktif,” pesannya.

Dari pesan KH. Asrorun Niam Sholeh tersebut mencerminkan implementasi


sila ketiga Pancasila, yakni masyarakat Indonesia harus bersatu melawan virus ini
salah satunya adalah dengan mengikuti anjuran pemerintah yaitu divaksin untuk
melawan virus corona ini bersama-sama.

Hak untuk vaksinasi adalah bagian dari Hak Hidup dan Hak Kesehatan,
hak tersebut disebutkan pada pasal 28H ayat 1 Undang-undang Dasar (UUD) 1945
yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

19
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.”

Ketentuan UUD ini diperkuat Undang-undang No 26 Tahun 2009 tentang


Kesehatan. Pasal 5 ayat 1 tertulis, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Pasal 14 ayat 1 UU
Kesehatan menyebut tanggung jawab pemerintah untuk mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat

Dalam hal vaksinasi ini, bukan hanya hak seorang pribadi yang dilindungi,
tapi juga hak orang lain yang mungkin karena kondisi tertentu seperti mengidap
penyakit autoimun tidak bisa melakukan vaksinasi. Jadi, pada prinsipnya vaksinasi
bukan sekedar masalah Kesehatan pribadi saja, melainkan mencegah penularan dan
membentuk hard imunity. Sebab, hidup ditengah masyarakat, prinsipnya bukan
hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga membantu orang lain yang
membutuhkan perlindungan.

Ilmu kimia sangat berperan penting dalam kehidupan untuk mengatasi


berbagai masalah yang terjadi di Indonesia bahkan dunia, pada saat ini salah satu
ilmu kimia yang berpengaruh dalam kehidupan yaitu vaksin. Upaya pemerintah
dalam penyebaran vaksin di Indonesia sudah sesuai dengan isi Pancasila dan UU
yang berlaku. Kini saatnya masyarakat Indonesia bersatu untuk melawan Covid19
salah satunya dengan berpartisipasi mengikuti anjuran pemerintah untuk divaksin,
dan mematuhi protocol kesehatan dengan gerakan 3M (mencuci tangan, memakai
masker, dan menjaga jarak). Dengan cara seperti itu dapat dinyatakan bahwa
masyarakat sudah berpartisipasi dalam memutus rantai penyebaran virus corona di
Indonesia.

20
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kimia memiliki peranan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan


bernegara di mana praktiknya menggunakan berbagai komponen ilmu yang
memiliki beberapa cabang bersifat khusus seperti kimia analitik, biokimia, kimia
anorganik, kimia organik, kimia fisik. Vaksin merupakan salah satu konsep
pembelajaran kimia yang petama kali ditemukan oleh Edward Jenner tahun 1796,
sampai saat ini pemberian vaksin diperuntukkan bagi sseorang yang menderita
penyakit tertentu, vaksin tersebut memperlihatkan bagaimana tubuh memproduksi
antibody untuk melawan antigen. Jenis vaksin terdiri dari vaksin hidup, vaksin
yang sudah dimatikan, vaksin yang berisi sub unit dari antigen, dan vaksin yang
berisi toksoid. Cita-cita bangsa Indonesia sesuai dengan pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai tujuan nasional digagas untuk dalam upaya
pembangunan terutama pembanguna Kesehatan yang merupakan unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan karena merupakan hak asasi manusia itu
sendiri.

Pandemi global COVID-19 yang sedang merambah sampai belahan dunia


melahirkan problematika baru bagi negara-bangsa, khususnya mengenai
bagaimana upaya negara untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus ini
agar tidak semakin meluas. Tahapan dalam pembuatan sebuah vaksin memang
melalui beberapa tahap sampai vaksin tersebut dapat diproduksi dan diterima
secara global, begitupun dengan pengembangan vaksin COVID-19. Vaksin
sebagai cara yang paling efektif dan ekonomis untuk mencegah penyakit menular
membuat pengembangan dari vaksin untuk memerangi infeksi SARS-CoV-2
sangat diperlukan Vaksin sosial seperti kebijakan pembatasan sosial social
distancing dan lockdown pun dilakukan oleh negara-negara sebagai respons atas

21
situasi darurat ini. Gejala infeksi yang ditimbulkan oleh COVID-19 ini
menyebabkan penderitaan yang terinveksi virus corona dengan berbagai gejala
yang muncul baik kondisi sedang sampai menyebabkan kematian. Sampai saat ini
belum ada obat yang benar-benar efektif dalam mengatasi wabah ini, untuk
menekan penyebaran virus tersebut, pemerintah memberikan upaya untuk
mengatasinya dengan pemberian vaksin, namun hal itu bukanlah perkara mudah
diperlukannya proses uji klinis dalam pembuatan vaksin yaitu studi praklinis yang
diuji pada hewan, uji klinis fase I kepada sukarelawan dewasa yang sehat, uji
klinis II kepada sukarelawan yang lebih banyak untuk memperoleh keberagaman,
uji klinis fase III kepada sukarelawan dengan kondisi yang bervariasi, dan tahap
IV pengawasan pemasaran izin edar dari BPOM.

Dalam pembuatan vaksin tersebut masih perlu adanya evaluasi, pemerintah


Indonesia juga melakukan kerja sama dengan 4 produsen vaksin, yaitu AstraZeneca
dari Inggris, serta Sinovac, Sinopharm, dan CanSino dari China. Telah dikeluarkan
izin penggunaan darurat oleh BPOM untuk penggunaak vaksin Sinovac karena
khasiat dan keamanan yang telah sesuai. Vaksin tersebut terdapat bahan kimiayang
terdiri dari alumunium hidroksida, larutan fosfat, dan larutan garam natrium
klorida. Komponen yang terdapat dalam vaksin tersebut adalah antigen sebagai
pemicu respon imun, pengawet agar vaksin tidaj mudah terkontaminasi, stabilizer
untuk mencegah reaksi kimia, surfuktan agar senyawa tidak menggumpal,
pengencer, dan senyawa pembantu seperti aluminium fosfat, aluminium hidroksida,
atau aluminium sulfat

Kebijakan pemberian vaksin kepada warga negara Indonesia dimaksud oleh


pemerintah sebagai kebijakan tegas yang diberikan untuk memenuhi hak sebagai
warga negara untuk mendapatkan hak Kesehatan dan keamanan untuk memutus
penularan virus corona. Adapun jenis vaksin yang dapat diperoleh yaitu vaksin
lemah langsung, vaksin yang tidak aktif, vaksin sub unit atau konjugasi, vaksin
toxoid, vaksin DNA, dan vaksin vector rekombinan. Sebagai sebuah pandemi,
COVID-19 telah menguji ketahanan manusia dan juga negara dalam mengatasi
situasi krisis. Tidak hanya dihadapkan pada ancaman terhadap isu kesehatan yang

22
menjadi fokus utamanya, namun situasi sosial dan ekonomi juga menjadi dua hal
yang ikut terdampak secara serius. Ilmuwan di berbagai negara terus berlomba,
menguras tenaga dan pikiran untuk berpacu dengan waktu dalam menemukan
vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit ini Dengan adanya vaksin
mengusahakan kesejahteraan rakyat Indonesia sesuai isi sila kelima Pancasila yang
berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan sesuai dengan isi dari
pasal 1 ayat 1 Undang-undang tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara, yaitu menjaga keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara dan contohnya yaitu virus. Pasal
14 ayat 1 UU Kesehatan menyebut tanggung jawab pemerintah untuk mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam hal vaksinasi ini, bukan hanya hak
seorang pribadi yang dilindungi, tapi juga hak setiap orang baik ekonomi bawah
ataupun tinggi.

4.2. Saran

Dengan meluasnya pandemi COVID-19 yang telah merenggut jutaan jiwa


di dunia, merupakan suatu kewajiban bagi kita untuk menjaga kesehatan baik
untuk diri maupun untuk lingkungan sekitar yang ditunjukkan dengan upaya
isolasi mandiri maupun dengan berbagai protokol kesehatan yang perlu kita
jalankan selama pandemi ini berlangsung. Tentu pandemi ini kemudian semakin
menyulitkan kita ketika hingga saat ini masih belum ditemukan obat yang
dianggap mampu secara efektif mengobatinya. Vaksin merupakan salah satu cara
yang dianggap mampu mempercepat normalisasi kondisi sehingga kita mampu
menjalani kehidupan kembali seperti sedia kala. Meski begitu, bukan berarti tidak
ada solusi lain. Vaksinasi merupakan salah satu upaya lain yang dapat dijalankan,
yaitu dengan memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit, termasuk COVID-
19. Dengan semakin banyak orang yang kebal terhadap virus tersebut, diharapkan
ke depannya akan tercipta herd immunity, atau imunitas kelompok yang mana
semua orang sudah memiliki kekebalan dan tidak lagi mentransmisikan virus

23
tersebut kepada orang lain. Vaksinasi ini sendiri merupakan upaya untuk
menghentikan wabah. Bersama kita dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini,
kita perlu berperan aktif di dalam menjaga diri serta menghambat penyebaran
virus. Dimulai dari kebiasaan menjalankan protokol kesehatan di kehidupan
sehari-hari, dari menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan, hingga
menghindari kontak langsung dan menjaga jarak dengan sesama. Vaksinasi
merupakan langkah berikutnya yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi dalam
menekan laju persebaran virus ini dengan meningkatkan kekebalan imunitas
tubuh sehingga kita tidak menjadi transmitter dari virus tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Firdaus. 2020. Bahan Apa Saja yang Ada di Dalam Vaksin? Ini Penjelasan
WHO. DetikHealth; detikcom. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
5252150/bahan-apa-saja-yang-ada-di-dalam-vaksin-ini-penjelasan-who

Makmun, Armanto. 2020. Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin COVID – 19.


Volume 13, Nomor 2. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Rachmaalo. 2021, January 12. Menilik Izin Vaksin COVID-19 Sinovac dan
Efektivitasnya. Alodokter; Alodokter. https://www.alodokter.com/menilik-
izin-vaksin-covid-19-sinovac-dan-efektivitasnya

Redaksi Halodoc. 2020. Vaksinasi melatih sistem kekebalan tubuh untuk


mengidentifikasi dan melawan penyakit. Begini cara kerja vaksin. Halodoc;
halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/begini-cara-kerja-vaksin-
mencegah-virus-di-dalam-tubuh

Redaksi Halodoc. 2021. Vaksin COVID-19 mampu mencegah seseorang terkena


virus corona. Inilah fakta vaksin COVID-19 yang perlu diketah. Halodoc;
halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/perlu-tahu-ini-fakta-lengkap-
mengenai-vaksin-covid-19

Sofia, Hanni. 2021. Vaksinasi, antara hak dan kewajiban warga negara. Antara
News; ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/1943320/vaksinasi-
antara-hak-dan-kewajiban-warga-negara

Valerisha Anggia. 2020. Pandemi Global COVID-19 dan Problematika Negara-


Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-digital?. Bandung:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan

Website Resmi Penanganan COVID-19. 2021. Vaksin AstraZeneca Kantongi Izin


Penggunaan dari MUI dan BPOM - Berita Terkini | Covid19.go.id.
Covid19.Go.id. https://covid19.go.id/p/berita/vaksin-astrazeneca-kantongi-
izin-penggunaan-dari-mui-dan-bpom

25
Yulianto, Eko. 2020. Virus Corona. Alodokter; Alodokter.
https://www.alodokter.com/virus-corona

26

Anda mungkin juga menyukai