Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

ISSUE ETIK DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Indriana Febriyanti (202202105)


2. Linda Arum Astuti (202202107)
3. Oktavia Herni Nurjanah (202202114)
4. Rani Kholifatu Ningrum (202202119)
5. Shifa Naura Putri Saharani (202202123)

Dosen Pembimbing : Arlina Dhian,S.Kep.Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,

kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Etika Keperawatan. Tidak lupa
sholawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Issue Etik'' dapat diselesaikan dengan bantuan banyak pihak. Kami

berharap makalah tentang “Issue Etik”dapat menjadi referensi bagi para

mahasiswa. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru

setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema Issue Etik ini masih memerlukan

penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran

pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,

kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan.Akhir kata, semoga makalah Issue Etik ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Klaten, 31 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
1.3. TUJUAN...............................................................................................................................1
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................................1
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN ETIKA KEPERAWATAN..........................................................................3
2.2 TIPE TIPE ETIKA KEPERAWATAN.................................................................................3
2.3 ISSUE ETIK DALAM KEPERAWATAN...........................................................................4
2.4 PENGERTIAN EUTHANASIA...........................................................................................4
2.5 PENGERTIAN ABORTUS...................................................................................................7
2.6 PENGERTIAN SUPPORTING DEVICES...........................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................11
3.2 SARAN................................................................................................................................11
3.3 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah menimbulkan
konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat dan falsafah keperawatan.Masalah etika
keperawatan pada dasarnya merupakan maslaah etika kesehatan,dalam kaitan ini dikenal istilah
etika biomedis atau bioetis.Istilah bioetis mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah yang
timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan ,terutama dibidang biologi dan kedokteran.

Untuk memecahkan berbagai masalah bioetis,telah dibentuk suatu organisasi internasional.Para


ahli telah mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh para tenaga kesehtan,termasuk
juga perawat.Masalah etis yang akan dibahas secara singkat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas,asapun rumusan masalah yakni:

1. Apa pengertian etika keperawatan?

2. Apa tipe-tipe etika?

3. Apa itu issue etik dalam keperawatan?

4. Apa itu Euthanasia?

5. Apa itu Abortus?

6. Apa pengertian Supporting Devices?

1.3. TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum


Setelah mahasiswa membaca dan memahami makalah ini diharapkan mampu mengetahui apa
saja yang menjadi issue etik dalam keperawatan

1
1.3.2 Tujuan Khusus
Dalam makalah ini,mahasisa dapat mengetahui dan memahami:

1.Pengertian etika keperawatan

2.tipe tipe etik

3.Issue etik dalam keperawatan

4.Euthanasia

5.Abortus

6.Supporting Devices

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA KEPERAWATAN


Etika keperawatan merupakan studi ilmu yang mengupas tentang karakter, motif dan perilaku
yang harus dilakukan seorang perawat. Etika disebut-sebut juga refleksi dari standar, sifat dan
prinsip seseorang agar berperilaku secara profesional. 

Saat berbicara etika keperawatan, maka ada yang nama nya kode etik keperawatan. Jadi kode
etik keperawatan adalah standar profesional yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman perilaku
perawat saat menjalankan profesi pekerjaannya. 

Tentu saja kode etik keperawatan ini bersifat wajib dijalankan bagi setiap perawat. Tujuannya
jelas, untuk meminimalisir terjadinya kasus dan kejadian pelanggaran kode etik selama praktek
dengan pasien.

2.2 TIPE TIPE ETIKA KEPERAWATAN


Tipe-tipe etika etika keperawatan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bioetik: merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam


etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan.Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara

ilmukehidupan, bioteknologi, pengobatan,politik, hukum, dan theologi.Bioetik lebih berfokus


pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan.

2. Clinical Ethics/ Etik Klinik:bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien.Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau
penolakandan bagaimana seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing Ethics/ Etik Keperawatan: bagian dari bioetik yang merupakan studi formal tentang
isu etik dan dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

3
2.3 ISSUE ETIK DALAM KEPERAWATAN
Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan dimana telah
terjadi perkembangan - perkembangan sesuai kemajuan ilmu dan teknologi ( revolusi
biomedis).

Kaidah-kaidah dasar moral (asas etika) Beneficence dan Non Malefience (berbuat baik dan
tidak,merugikan pasien ) sudah harus mengalami perubahan sistem nilai. Dalam banyak kasus
asas otonomi,benefience dan non Malefience justice dan asas-asas derivative belum cukup
sebagai acuan untuk pemecahan masalah yang dapat diterima .

Isu dalam pelayanan kesehatan meliputi antara lain:

1. Pemberian pelayanan yanan kesehatan

2. Penolakan dan penghentian pelayanan kesehatan

3. Informed consent

4. Konfidensialitas (kerahasiaan)

5. Advance directives and living Will

6. Awal hidup ( konsepi kehamilan, kelahiran)

7. Peningkatan mutu kehidupan dengan rekayasa genetik

8. Operasi penggantian kelamin

9. Eksperimen pada manusia : obat baru, cara pengobatan baru,alat medis baru,

10. Menunda proses kematian ( transplantasi organ, respirator, pacu jantung,hemodialisis)

11. Mengakhiri hidup (aborsi, euthanasia)

12. Kelangkaan sumber daya kesehatan ( tenaga kesehatan,dana teknologi,obat dan lain
sebagainya) yang cenderung tidak mencukupi karena jumlah penduduk yang meningkat

2.4 PENGERTIANEUTHANASIA
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk menghilangkan
penderitaannya. Prosedur ini menimbulkan pro dan kontra di berbagai negara. Lantas, bagaimana
penerapannya di Indonesia?

4
Euthanasia dapat dilakukan pada kasus tertentu, misalnya pada penderita penyakit mematikan
yang tidak dapat disembuhkan atau pada pasien yang merasa kesakitan dan kondisi medisnya
tidak bisa lagi diobati. Permintaan untuk euthanasia bisa dilakukan oleh pasien sendiri atau
keluarga pasien.

Euthanasia merupakan prosedur yang secara etis tergolong rumit dan kompleks. Di satu sisi,
tindakan ini dapat mengakhiri penderitaan pasien. Namun, di sisi lain, euthanasia juga
mengakibatkan berakhirnya nyawa pasien.

Ada banyak aspek yang dipertimbangkan dalam pelaksanaan euthanasia, mulai dari kondisi
kejiwaan atau psikologi pasien, keyakinan yang dianut pasien dan dokter, kode etik kedokteran,
hingga hukum yang berlaku di masing-masing negara.

2.4.1 Jenis-Jenis Euthanasia

Euthanasia dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa jenis euthanasia
berdasarkan tata cara pelaksanaannya:

A.Euthanasia sukarela

Euthanasia sukarela merupakan jenis euthanasia yang diminta oleh pasien dengan penuh
kesadaran dan dalam kondisi kejiwaan yang sehat. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan
untuk mengakhiri penderitaan pasien dari penyakit atau gejala penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, misalnya pada kasus kanker stadium akhir.

Ada beberapa negara yang memperbolehkan pasien untuk membuat surat pernyataan atau
informed consent yang menyatakan bahwa ia bersedia menjalani euthanasia. Namun, pasien
tersebut harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter dan psikolog.Setelah
permintaan euthanasia disetujui, dokter dapat melakukan tindakan euthanasia secara aktif.
Misalnya, dengan memberikan obat penenang dalam dosis tinggi dan obat pereda nyeri, guna
mengakhiri hidup pasien dan membebaskan pasien dari penderitaan yang dialaminya.

B.Euthanasia nonsukarela

Pada euthanasia jenis ini, keputusan untuk mengakhiri hidup bukan dibuat oleh pasien,
melainkan oleh orang tua, suami, istri, atau anak pasien. Euthanasia nonsukarela umumnya
dilakukan saat pasien tidak sadarkan diri atau berada dalam kondisi vegetatif atau koma.

C.Euthanasia pasif

5
Eutanasia pasif adalah jenis euthanasia yang dilakukan oleh dokter dengan cara mengurangi atau
membatasi pengobatan yang menopang hidup pasien, agar pasien dapat meninggal lebih cepat.

Misalnya, dengan menghentikan penggunaan ventilator pada pasien gagal napas atau koma
dengan kerusakan otak berat dan permanen. Jenis euthanasia ini biasanya dilakukan pada pasien
di ruang perawatan intensif (ICU) dengan kondisi berat yang tidak bisa disembuhkan lagi,
misalnya herniasi otak.

D.Assisted suicide atau physician-assisted suicide (PAS)

Physician-assisted suicide dilakukan jika dokter secara sadar mengakhiri hidup pasien yang
didiagnosis sakit parah dan merasa sangat menderita. Dokter akan menentukan metode PAS
yang paling efektif dan tidak menimbulkan rasa sakit, misalnya dengan pemberian obat golongan
opioid dalam dosis tinggi.

2.4.2 Penerapan Euthanasia di Indonesia

Di beberapa negara, seperti Belanda, Belgia, Luxembourg, Kanada, dan Kolombia, euthanasia
legal untuk dilakukan. Sedangkan di Jerman, Jepang, Swiss, dan beberapa negara bagian di
Amerika Serikat hanya memperbolehkan metode PAS.

Di Indonesia, euthanasia masih tergolong ilegal atau tidak boleh dilakukan. Larangan mengenai
euthanasia di Indonesia secara tidak langsung disebutkan dalam Kitab Hukum Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) Pasal 344.

Pasal tersebut berbunyi, “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling
lama 12 tahun.”

Sementara dari sisi medis, keterlibatan dokter dalam euthanasia diatur dalam Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) pasal 11 tentang pelindung kehidupan.

Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa seorang dokter dilarang terlibat, dilarang melibatkan diri,
atau tidak diperbolehkan mengakhiri kehidupan seseorang yang menurut ilmu dan pengetahuan
tidak mungkin akan sembuh, yang dengan kata lain adalah melakukan euthanasia.

Oleh karena itu, jika Anda atau keluarga Anda menderita sakit secara fisik atau mental hingga
berniat untuk mengakhiri hidup, konsultasikan ke dokter, psikolog, atau psikiater untuk
mendapatkan solusi yang paling sesuai.

6
2.5 PENGERTIANABORTUS
Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan, yakni pada usia kehamilan 22 minggu atau jika berat janin kurang dari
500 gram. Namun, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) sendiri
mendefinisikan abortus jika terjadi pada 13 minggu pertama kehamilan. Abortus sering disebut
juga keguguran atau early pregnancy loss.

Penyebab abortus belum diketahui dengan pasti, namun diduga berkaitan dengan kelainan
kromosom janin. Kelainan kromosom menyebabkan kegagalan implantasi akibat peningkatan
reaksi sistem imun ibu terhadap janin dan terganggunya perkembangan plasenta sehingga terjadi
apoptosis.

Pasien dengan abortus dapat datang dengan gejala awal kehamilan seperti terlambat menstruasi
dan tes kehamilan positif, kemudian pasien datang karena perdarahan pervaginam dan nyeri
perut bawah. Diagnosis abortus dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu abortus
mengancam/imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit, dan missed
abortion.

Penatalaksanaan abortus dapat dibedakan menjadi expectant management atau explore


management. Expectant management dilakukan dengan membiarkan hasil konsepsi meluruh
sendiri, sedangkan explore management dilakukan dengan tindakan invasif terutama jika ada
tanda infeksi dan perdarahan masif.

Sekitar 50-70% etiologi abortus disebabkan oleh anomali kromosom pada embrio. Adanya
abnormalitas kromosom bisa terjadi baik pada kromosom ovum maupun sperma. Penyebab
kelainan kromosom paling banyak adalah trisomi dan aneuploidi. Penyebab lainnya adalah
abnormalitas struktur, mosaikisme, dan efek gen.

2.5.1 Faktor Risiko


Faktor risiko abortus di antaranya:
1.Faktor plasenta, baik kelainan bentuk atau letak plasenta.
2.Faktor serviks dan uterus, meliputi inkompetensi serviks, uterus bersepta, uterus unikornis,
bikornis, atau uterus didelfis. Faktor risiko lain adalah sinekia uteri, sindrom Asherman,
endometriosis, fibroid di submukosa atau intramural, dan sindrom ovarium polikistik.
3.Usia tua : Peningkatan usia ibu berkaitan dengan risiko aneuploidi >30% pada wanita usia 40
tahun.
4.Adanya gangguan metabolik antara lain defisiensi korpus luteum, diabetes melitus, hipertensi
tidak terkontrol, gangguan ginjal, tiroid, obesitas, dan malnutrisi
5.Infeksi selama kehamilan meliputi infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes, dan Others seperti sifilis), Parvovirus B19, Mycoplasma hominis, Chlamydia
trachomatis, malaria, HIV, demam dengue, influenza, dan bakterial vaginosis.
6.Adanya abnormalitas sistem imun misalnya lupus eritematosus
sistemik dan Antiphospholipid Syndrome (APS).

7
7.Paparan lingkungan berupa radiasi, timbal, formaldehid, rokok, alkohol, obat-obatan tertentu
misalnya anestesi, NSAID, kafein, kokain, dan antidepresan.
8.Kadar homosistein yang tinggi serta kadar asam folat yang rendah juga dilaporkan
berhubungan dengan abortus spontan dan berulang.

2.6 PENGERTIAN SUPPORTING DEVICES


Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika ditinjau dari segi
keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat tambahan
yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan praktek.

2.6.1Klasifikasi Supporting Devices

1. Handheld  suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada
klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi dengan pasien, berkonsultasi dengan sesama
perawat maupun tenaga medis, mencari literatur terkait interaksi obat dan infus, sampai
menganalisis hasil laboratorium. Handheld yang digunakan dalam keperawatan disebut Personal
Digital Assistants (PDAs).

2. Handheld Device yaitu mempermudah perawat untuk mengakses sumber-sumber klinik,


pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta mempermudah akses ke jaringan
informasi sehingga penentuan keputusan secara desentralisasi dapat dilakukan yang akan
meningkatkan otonomi perawat.

3. Wireless Communication yaitu memudahkan perawat untuk memperoleh hasil pemeriksaan


laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium, ketika masih berada di
kamar pasien tanpa harus kembali ke ruang perawat terlebih dahulu

4. Alat bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para   dokter, dan alat bantu
akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis dengan sistem komputerisasi
yang canggih, melindungi jiwa banyak orang. Produk THK memenuhi standar rehabilitas
tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.

2.6.2 Contoh alat bantu Supporting Devices :


1) Oftalmoskop
Perawat menggunakan oftalmoskop (sumber cahaya dan sitem lensa dan cermin) untuk mengkaji
struktur internal mata (umunya disebut fundus). Intensitas cahaya dapat diukur, tetapi perawat
harus melindungi rasa nyaman klien dengan menggunakan intensitas cahaya yang serendah
mungkin.

8
2) Iluminator Nasal
Perawat menggunakan iluminator nasal untuk memeriksa hidung bagian dalam. Jenis ilumunator
nasal yang paling sederhana, speculum nasal, adalah peralatan dengan dua-bilahan metal yang
digunakan bersama penlight untuk mengkaji bagian bawah dan bagian tengah turbinate hidung
dan mukosa hidung. Jenis kedua dari illuminator nasal adalah illuminator yang mempunyai
pegangan seperti pegangan oftalmoskop dengan bagian kepala yang pendek, sempit dan
mempunyai sumber cahaya

3) Otoskop
Perawat menggunakan otoskop untuk mengkaji kanal auditorius eksternal dan membrane
timpani. Kepala otoskop, sama dengan pegangan yang digunakan untuk oftalmoskop, kaitkan
dan nyalakan seperti pada oftalmoskop; alat tersebut memberi pencahayaan dan pembesaran.
Berbagai speculum yang berbentuk seperti corong mempunyai diameter antara 0,32 sampai 1
cm, yang pas dengan kepala otoskop.

4) Garputala
Perawat mengguanakan garputala untuk menguji konduksi suara ketika pengkajian pendengaran
dan sensasi getar selama pengkajian neurologi. Bergetar dengan jumlah yang spesifik etiap
detiknya, garputala menciptakan karakteristik suara yang dikenal dari frekuensinya, yang diukur
dalam siklus perdetik (SPD) atau hertz (Hz). Garputala fekuensi tinggi (500-Hz sampai 1000-Hz)
membantu mengkaji fungsi pendengaran ; garputala frekuensi rendah (100-Hz sampai 400-Hz)
membantu mengkaji sensasi vibrasi.

5)Peralatan sinar X
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang digunakan untuk pergerakan reseptor sinar X. Ini
memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit transmiter dan penerim sinar ke arah
manapun dan mengambil gambar dari sudut manapun, tanpa bergantung pada posisi pasien. Saat
produk THK digunakan, getaran dan suara mesin juga dikurangi sehingga menghilangkan
kekhawatiran pasien. Sinar X yang mampu melakukan penetrasi ke dalam tubuh  pasien.

6) Pemindai CT sinar X medis


Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan tubuh pasien
dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography) dan peralatan angiografi. Pada perangkat
ini, pemandu LM THK digunakan di bagian gerakan longitudinal yang menggerakkan pasien
yang terbaring di tempat tidur selama proses pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat
mengurangi getaran dan suara selama gerakan sistem, komponen ini dapat menghilangkan
kekhawatiran pasien.

2.6.3Fungsi Klasifikasi Supporting Devices :
a. Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis terkait tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita
oleh pasien tersebut.

9
b.Fungsi Handheld Device yaitu Handheld device digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi, mempermudah penghitungan, dan
memperlancar komunikasi.

c. Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium pasien
atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.

d. Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa melakukan
pembedahan pada tubuh pasien.

e. Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal injektor reagen dalam


peralatan tes hematologikal.
f.Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.

2.6.4 Dampak Negatif Supporting Devices

1. CT Scan
CT Scan memang bisa memberikan hasil tes medis secara cepat dan rinci. Beberapa penyakit
pada anak seperti radang paru atau patah tulang juga membutuhkan alat-alat pemindai kesehatan
untuk diagnosis yang lebih akurat. 
Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko terserang
penyakit leukemia.

2. Sinar-X
Suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada dosisnya, dapat mengurangi pembelahan
sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan efek pada bayi yang belum dilahirkan. Sel-sel
yang membelah cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-x. Bayi dalam perut ibu
sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf pembelahan dengan cepat, dan
berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-beda. Pada dosis tertentu, paparan sinar-x
pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada janin yang dikandungnya,
termasuk kemungkinan terjadinya kanker pada usia dewasa.
Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang relatif
ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita hamil kecuali benar-
benar perlu,harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan rontgen sebelum mengetahui
status kehamilannya harus berbicara kepada dokternya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tataran klinis yang melibatkan interaksi antara
klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup
dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang
bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah
dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah etik, perawat
dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak
bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan
tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan
dapat dipertahankan.

Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh
pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan
dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan
standar. melaksanakan advokasi. keadaan tersebut akan dapat member jaminan bag keselamatan
pasien, penghommatan terhadap hak-hak pasien dan akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik
keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak
merugikan salah satu pihak.

Etika atau adat merupakan sesuatu yang dikenal diketahui, diulang, serta menjadi suatu
kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.

Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ditinjau dari tata cara pelaksanaannya
sebagai berikut euthanasia sukarela, euthanasia non sukarela dan euthanasia pasif.

3.2 SARAN
Isu etik dalam praktik keperawatan tentu saja bukan barang langka, yang bisa didapatkan oleh
calon perawat sekalipun. Dengan mempelajarinya secara rinci, dan dengan mengatahui akibat
yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan seorang perawat yang baik, apabila
masih melakukan tindakan di luar batas yang diperbolehkan.

Dengan adanya pembahasan menganai isu etik seperti ini, kita akan diingatkan batapa kejinya
perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi

11
semuanya itu dalam praktik keseharian kita. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, atau
referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.

3.3 DAFTAR PUSTAKA


https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/abortus

http://aanthearakaizen.blogspot.com/2014/01/supporting-devices.html?m=1

https://deepublishstore.com/etika-keperawatan/

https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/676/1/MODUL%20AJAR%20ETIKA%20KEPERAWATAN.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai