Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

DILEMA ETIK

Dosen Pembimbing :
Ns. Fathra AN, M.Kep., Sp.Kep.J
Disusun Oleh :
Kelompok 4

2011166006 Anita Astuti 2011166601 Rahmat Hidayat


2011166001 Fenny Arzi 2011166014 Sandra Moreyna
2011165993 Intan Ayuza 2011165373 Sekar Dyka Pratiwi
20111660 10 Nora Situmeang 2011165996 Winda Gaolis

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Studi Kasus ini dengan
baik. Makalah studi kasus ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.

Tugas studi kasus ini berisi tentang “Dilema Etik”. Selama proses
penyusunan Makalah studi kasus ini, penulis tidak lepas dari bimbingan,
dukungan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini serta perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 06 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2

1.3 Tujuan Pembelajaran ....................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3

1.5 Klasifikasi Istilah ............................................................................ 4

1.6 Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

1.7 Analisis Masalah ............................................................................. 5

1.8 Mind Map ........................................................................................ 6

1.9 Learning Objective .......................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1 Definisi Definisi Dilema Etik .......................................................... 8

2.2 Faktor Terjadinya Dilema Etik ........................................................ 9

2.3 Dampak Dilema Etik ....................................................................... 10

2.4 Strategi Dalam Menghadapi Dilema Etik ....................................... 10

2.5 Prinsip-prinsip Etik ......................................................................... 11

2.6 Kerangka Pemecahan Dilema Etik .................................................. 13

2.7 Aspek Legal Keperawatan .............................................................. 16

2.8 Isu Etik Keperawatan ..................................................................... 24

ii
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................ 28

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 28

3.2 Saran ................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dalam ilmu biomedik dan praktek pelayanan kesehatan telah


menyebabkan peningkatan masalah etika. Akibatnya, petugas kesehatan
menghadapi masalah etika yang semakin rumit dalam aktivitas pelayanan
profesional mereka (Leuter,2012). Profesi keperawatan membutuhkan
pengetahuan tentang etika sebagai bimbingan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan (Aghdam,2013). Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat harus
membuat keputusan dengan tujuan untuk memberikan hak perawatan terbaik bagi
pasien (Canaerts, 2014). Di dalam Simamora, R. H. (2013) mengatakan Perawat
dituntut untuk menerapkan sikap yang professional dalam memberikan pelayanan
kepada pasien. Mampu berkomunikasi efektif dan mampu untuk bekerjasama
dengan sejawat, dengan tim dan dengan pasien menjadi bagian dari sikap
profesional perawat.
Dilema etik merupakan hal yang kerap dialami oleh perawat dalam praktik
keperawatan sehari-hari. Sebab perawat dianggap bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi masalah pasien, membuat keputusan klinis dan mengevaluasi
efek klinis dari pengobatan (villa,2012). Ketika memecahkan masalah etika kita
perlu membuat pilihan atas dasar keyakinan dan perasaan baik secara fundamental
ataupun hak kita. Konsep dilema etika digunakan untuk merujuk kepada keadaan
ketika sebuah pilihan harus dibuat antara dua alternatif sama-sama memuaskan.
Tindakan keperawatan melibatkan pilihan etis dan nilai moral yang memberikan
bimbingan pada praktik keperawatan yang digambarkan berhubungan dengan rasa
kepedulian, belas kasih dan penghormatan terhadap martabat manusia (Knutson,
2012).

Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan


didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat
memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema

1
2

etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema
etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang dilema etik serta
cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh
karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang dilema etik supaya bisa
dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di
klinik atau institusi yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa dilema etik?
b. Apa saja faktor-faktor terjadinya dilema etik?
c. Apa dampak dari dilema etik?
d. Bagaimana strategi menghadapi dilema etik?
e. Apa saja prinsip-prinsip etik keperawatan?
f. Bagaimana kerangka pemecahan dilema etik?
g. Apa aspek legal keperawatan?
h. Apa saja isu etik keperawatan?

1.3 Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang konsep Hospitalisasi
pada anak
b. Tujuan Khusus
1) Memahami definisi dari dilema etik
2) Mengetahui faktor-faktor terjadinya dilemma etik
3) Mengetahui dampak dari dilema etik
4) Mengetahui strategi menghadapi dilema etik
5) Mengetahui prinsip-prinsip etik keperawatan
6) Mengetahui kerangka pemecahan dilema etik
7) Memahami aspek legal keperawatan
8) Memahami isu etik keperawatan
3

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan
pembelajaran tentang Dilema Etik.
b. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk
menunjang proses pembelajaran.

SKENARIO

Apa yang sebaiknya saya lakukan …??


Seorang pasien Tn.A usia 38 tahun masuk UGD RS X menderita sariawan
sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh dan berat badannya turun secara berangsur-
angsur. Semula Tn.A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus
dan telah turun 10 kg dari berat badan semula. Tn.A ini merupakan seorang sopir
truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang.
Kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.

Dokter menyuruh pasien untuk diopname diruang penyakit dalam karena


kondisi Tn.A yang sudah sangat lemas dan memberikan advice kepada
perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel
darahnya. Tn.A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat
tersebut untuk segera memberitahu penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan. Hasilnya mengatakan bahwa Tn.A positif terjangkit penyakit
HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn.A menghadap
dokter yang menangani Tn.A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat
menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan
bingung. Keluarga meminta kepada dokter untuk tidak memberitahukan
penyakitnya ini kepada Tn.A. Keluarga takut Tn.A akan frustasi, tidak mau
menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.

Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana disatu sisi dia harus
memenuhi permintaan keluarga namun disisi lain perawat tersebut harus
4

memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn.A karena itu merupakan hak
pasien untuk mendapatkan informasi. Tetapi secara kode etik dan standard praktik
keperawatan dan profesi, perawat tersebut tetap harus merahasiakan dengan
menjalankan prinsip etik sesuai kasus tersebut.

1.5 Klarifikasi Istilah


a. Advice adalah pemberian anjuran/ nasihat atau pemberian terapi oleh
dokter kepada pasien.
b. Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya.
c. Opname merupakan rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti
proses perangkapan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat
penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah
sakit.
d. Standar keperawatan adalah peraturan / standar / SOP yang diberikan
oleh profesi (PPNI) yang tercantum pada UU no. 38 thn 2014.
e. HIV/ AIDS yaitu HIV ( Human immunodeficiency Virus) virus yang
menyebabkan Aids dan menyerang sistem kekebalan tubuh. Aids
(acuired immune deficiency syndrom) sekumpulan gejala/penyakit
menular yang disebabkan HIV.
f. Frustasi adalah ketidakmenerima nya seseorang terhadap penyakit yang
sedang dideritanya.
g. Kode etik merupakan suatu aturan yang tertulis secara sistematik dengan
sengaja dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada.
h. Prinsip etik adalah sebuah nilai etika kode etik keperawatan.

1.6 Identifikasi Masalah


a. Mengapa perawat mengalami dilema untuk memenuhi permintaan dari
keluarga Tn.A?
5

b. Mengapa perawat & dokter memberitahu hasil laboratorium kepada


keluarga bukan ke pasien langsung? Sedangkan pasien tersebut dalam
keadaan sadar?
c. Mengapa pasien dengan HIV AIDS harus dirahasiakan menurut prinsip
etik?

1.7 Analisa Masalah


a. Hal tersebut dikarenakan perawat memegang salah satu prinsip etik
keperawatan yaitu veracity (kejujuran) yaitu untuk menyampaikan
informasi sejujurnya kepada Tn.A tentang penyakit yang dideritanya.
Namun disisi lain keluarga ingin menyembunyikan agar kondisi klien
tidak semakin memburuk.
b. Karena itu bukan merupakan kompeten perawat untuk menjelaskan
kepada keluarga Tn.A.
c. Klien dengan HIV tidak perlu dirahasiakan. Hal ini berdasarkan salah
satu prinsip etik yaitu confidenlity dimana menjaga kerahasiaan, perawat
merahasiakan segala sesuatu kondisi klien, kecuali untuk pengobatan
dan persidangan di pengadilan.
6

1.8 Mind Map

Tn.A, 38 tahun

1) Profesi supir
2) Perjalanan keluar masuk kota
3) Jadwal pupang 2 minggu s/d 1 bulan
4) Menderita sariawan sudah 3 bulan
5) BB berkurang 10 kg 3 bulan terakhir

1. Masuk IGD
2. OPNAME
3. Cek LAB
4. Hasilnya positif

Perawat diizinkan dokter memberitahu sakit Tn. A


kepada keluarga

Dilema Etik

Keluarga meminta Sesuai kode etik dan Tn.A sebagai


perawat standar keperawatan pasien berhak tahu
merahasiakan sakit profesi perawat harus tentang
Tn. A kepada Tn.A merahasiakan dengan penyakitnya
menjalankan prinsip
7

1.9 Learning Objektif


Topik Pembahasan : Dilema Etik
a. Definisi dilema etik
b. Faktor-faktor terjadinya dilema etik
c. Dampak dari dilema etik
d. Strategi menghadapi dilema etik
e. Prinsip-prinsip etik keperawatan
f. Kerangka pemecahan dilema etik
g. Aspek legal keperawatan
h. Isu etik keperawatan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dilema Etik

Menurut Thompson dan Thompson, 1985 dalam Ganz, (2015), dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana alternatif memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Tingkat stress seorang perawat saat menghadapi dilema
etik lebih sering terjadi pada perawat menengah (ketua tim) daripada kepala
ruangan. Perawat berusaha untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi terhadap
kehidupan pasien. Perawat tetap menjunjung tinggi prinsip otonomi pasien
semaksimal mungkin. Dalam kasus dilema etik keputusan diambil tergantung
pada situasi pasien. Agar keputusan dilema etik yang diambil dapat memberikan
kepuasan kepada pasien, perawat dan keluarga pasien, perlunya pertimbangan
seorang kepala ruangan dalam mengambil keputusan yang baik.

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan


mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77).

Dilema etik merupakan hal yang kerap dialami oleh perawat dalam praktik
keperawatan sehari-hari. Sebab perawat dianggap bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi masalah pasien, membuat keputusan klinis dan mengevaluasi
efek klinis dari pengobatan (villa,2012).
Berdasarkan pendapat tersebut, dilema etik adalah suatu masalah yang
dihadapi seseorang yang mengharuskan seseorang untuk membuat keputusan
alternatif baik keputusan yang memuaskan ataupun tidak.

2.2 Faktor Terjadinya Dilema Etik

Sebuah studi tentang dilema etik dan resolusi dilema etik dalam keperawatan
menemukan ada 5 faktor yang mempengaruhi terjadinya dilema etik, yaitu :

a. Kurangnya kerjasama untuk mempertahankan standar keperawatan

8
9

b. Mengabaikan pasien dan keterlibatan keluarga serta kebulatan tekad diri


sendiri
c. Tidak memberikan kepercayaan dan mempertahankan ketakinan
d. Kewajiban profesional dan tugas untuk diri sendiri
e. Memperpanjang kehidupan vs mengakhiri kehidupan ( chaowalit,
suttharengsee, & intganont, 2011)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat


keputusan etis antara lain :
a. Faktor Agama dan Adat Istiadat Agama serta latar belakang adat-istiadat
merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis. Setiap perawat
disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses.
Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan
lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
b. Faktor Sosial Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan
keputusan etis. Faktor ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya,
ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan perundang-
undangan.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kemajuan yang telah dicapai
meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu
meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan
ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan
bahan-bahan/obat-obatan baru.
d. Faktor Dana/Keuangan Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan
perawatan dapat menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
e. Faktor Pekerjaan Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya
dalam pembuatan suatu keputusan. Tidak semua keputusan pribadi
perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan dengan
keputusan/aturan tempat ia bekerja.
10

f. Kode Etik Keperawatan Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo,


menyatakan bahwa kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi
yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung
jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
g. Hak-Hak Pasien Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari
konsep hak-hak manusia. Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang
berasal dari interpretasi konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi.
(Laily Dayang, 2016)

2.3 Dampak Dilema Etik


Dampak dilema etik adalah suatu keadaan yang muncul saat berhadapan
dengan pengambilan keputusan rasional seperti rasa marah, frustasi dan takut.
Pada saat berhadapan dengan dilema Etik terdapat juga dampak :
a. Stress pada perawat
b. Klien atau lingkungan tidak lagi kohesif
c. Emosional (marah,frustasi)
d. Takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang harus di hadapi

2.4 Strategi Menghadapi Dilema Etik


7 strategi berikut akan membantu Anda untuk mendapatkan solusi terbaik
saat menghadapi dilema etika:
a. Mengidentifikasi pertanyaan etika yang diajukan oleh dilema.
Lihatlah untuk yang “seharusnya” – pertanyaan normatif tentang apa
yang seharusnya terjadi sesuai dengan norma dan standar yang berlaku.
b. Membuat daftar semua fakta yang relevan dari dilema.
Fakta apa saja yang harus diketahui dan lakukan pengumpulan fakta yang
relavan. Seringkali kita tergoda untuk menghindari diskusi etika dengan
mengklaim bahwa tidak ada cukup fakta untuk membuat keputusan.
11

c. Mengidentifikasi pemangku kepentingan dalam dilema.


Pemangku kepentingan adalah seseorang yang akan dipengaruhi oleh
keputusan yang akan diambil. Identifikasi semua pemangku kepentingan
yang akan terpengaruh dengan keputusan Anda.
d. Apa saja opsi dalam kasus ini?
Membuat daftar tindakan atau strategi, alternatif, dan pilihan yang
mungkin untuk menyelesaikan konflik tersebut. Cari informasi lebih
lanjut untuk memperkuat opsi-opsi yang Anda buat.
e. Apa yang harus saya lakukan?
Pertimbangkan opsi terbaik berdasarkan nilai inti. Mencari informasi
lebih lanjut akan sangat bergunan untuk mendasarkan pilihan Anda pada
data terbaik yang tersedia.\
f. Apa yang membenarkan pilihan Anda?
Berikan alasan yang kuat untuk mendukung opsi Anda berdasarkan pada
nilai-nilai yang dipertaruhkan.
g. Bagaimana masalah etika ini dapat dicegah?
Adakah perubahan sistematis yang bisa dibuat untuk mencegah masalah
ini terjadi lagi?

2.5 Prinsip-prinsip Etik Keperawatan


Menurut Nasrullah (2014), prinsip etik keperawatan adalah menghargai hak
dan martabat manusia, tidak akan berubah Prinsip dasar keperawatan antara lain :

a. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan


sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi
juga diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan individu untuk menuntut
perbedaan diri.
b. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian dan
juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang disebabkan
oeh diri sendiri dan orang lain.
c. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang
menjunjung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan
12

juga diterapkan pada


pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni keadilan sosial bagi
seluruh Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa prinsip keadilan
merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat menyeimbangkan dunia.
d. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang
mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang tidak
menimbulkan secara fisik maupun
mental.
e. Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
f. Fidelity ( loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat
menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
g. Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh semua
manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang diberikan
oleh orang lain.
h. Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity yang
berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga diartikan sebagai
standar pasti yang mana tindakan seseorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Moral (moralitas) Merupakan bagian dari prinsip etika keperawatan yang
sangat penting, termasuk advokasi, responsibilitas, dan loyalitas. Advokasi
dapat diartikan sebagai memberi saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Responsibilitas merupakan eksekusi terhadap
tugas tugas yang berhubungan dengan peran seseorang, dan loyalitas
merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara langsung dengan orang lain secara
profesional.
j. Value (nilai) Merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa oleh seseorang yang menjadi standar prilaku seseorang.
13

2.6 Kerangka Pemecahan Dilema Etik


Kerangka pemecahan dilema etik, menurut Kozier and Erb (1989)
a. Mengembangkan Data Dasar
1. Siapa saja orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut
seperti    klien, suami, anak, perawat, rohaniawan.
2. Tindakan yang diusulkan
Sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakit
menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan hal itu yang di
inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam
pemberi asuhan keperawatan, peran advocad (pendidik) serta sebagai
konselor yaitu membela dan melindungi klien tersebut untuk hidup
dan menyelamatkan jiwa klien dari ancaman kematian.
3. Maksud dari tindakan
Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi diharapkan klien
dapat menerima serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap
masalah yang saat ini dihadapi.
4. Konsekuensi tindakan yang diusulkan Misalnya pada kasus wanita
yang mengidap kanker payudara dan harus dilakukan pengangkatan
payudara.
Bila operasi dilaksanakan
a) Biaya Membutuhkan biaya yang cukup besar.
b) Psikososial  : Pasien merasa bersyukur diberi umur yang
panjang (bila operasi itulancar dan baik) namun klien juga
dihadapkan pada kecemasan akan kelanjutan hidupnya bila
ternyata operasi itu gagal
c) Fisik : Klien akan kehilangan salah satu payudaranya.,Begitu
juga sebaliknya jika operasi tidak dilaksanakan.
b. Identifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut
1. Untuk memutuskan apakah tindakan  dilakukan pada klien,perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
2. Apabila tindakan  tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan kode
14

etik profesi dan prinsip moral serta tidak melaksanakan perannya


sebagai pemberi asuhan keperawatan.
c. Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan
1. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi
klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
2. Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu
tindakan.
d. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan
Pihak- pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain
tim kesehatan itu sendiri, klien dan juga keluarga.
e. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat
1. Menghindarkan klien dari ancaman kematian.
2.  Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan.
3. Menghargai otonomi klien
f. Membuat keputusan 
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga
dari pertimbangan tim kesehatan lainnya.

Model Pemecahan Masalah ( Megan, 1989 )

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.

a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil

Model Murphy dan Murphy

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan


b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
15

d. Mengidentifikasi peran perawat


e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.

Menurut Purtilo Dan Cassel ( 1981)

Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik

a. Mengumpulkan data yang relevan


b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan

Menurut Thompson & Thompson ( 1981)

a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang


diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
16

2.7 Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-
masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk mewujudkan
keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang
didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi.
Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan
tinggi.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja


kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision and
Management (3)dan bidang Professional Development. Profesi pada dasarnya
memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya,
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.

Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin


melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse)
yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
17

penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP)
bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki


kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada
profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-
Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.

a. Dasar Hukum Keperawatan

Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN


2001Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

1. Pasal 32 (ayat 4) : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan


berdasarkan ilmu kedokterandan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan
kewenangan untuk itu.
2. Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : ³ Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya´. Sedangkan (ayat 2) : ³tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
18

Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan


kewenangannya perawat berkewajiban untuk :

1. Menghormati hak pasien


2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa
perawat yang sengaja :

1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin


2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal
16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17

Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992


tentang kesehatan, barang siapa dengan sengaja:

1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan


dalam pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dmaksud dalam pasal 21
ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
19

b. Standart Praktik Keperawatan

Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf
atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat
diterima sampai pada wewenangtertentu (Schroeder, 1991). Sebuah standar secara
komprehensif menguraikan semua aspek profesionalisme, termasuk sistem,
praktisi dan pasien. Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi
keperawatandan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para
anggotanya. Standar diperlukan untuk :

1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan publik


2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan
kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau
penelitian.

Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu


profesi yaitu :

1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik


terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
20

Tipe standar keperawatan :

Standar Praktek Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan


standar kerja. Fungsi standar praktek :

1. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan


2. Menetapkan level kinerja perawat
3. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
4. Kebijakan menentukan sumber ± sumber untuk memfasilitasi
pemberian asuhan

Standar AsuhanStandar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan


generik dan rencana asuhan. Fungsi standar asuhan :

1. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien


2. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

c. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat

Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang


berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat secara
umum :

1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya


2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat ±
obatan tertentu danmelaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang
± orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan ± pertanyaan
pasien dan memberikaninformasi biasanya diberikan oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal ± hal penting
kepada orang yang tepat.
21

Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku


dan hasil ± hasilnyatermasuk dlam lingkup peran profesional seseorang
sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku
tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. Akuntabilitas bertujuan :

1. Mengevaluasi praktisi ± praktisi profesional baru dan mengkaji ulang


praktisi ± praktisi yangsudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan
pertumbuhan pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan
kesehatan
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis

Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :

1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban
dari hubungankontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga
kesehatan yang ada dalamtanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hokum

Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:

1. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi,
mendorong partisipasi pasiendan penentuan keabsahan data yang
dikumpulkan.
2. Tahap diagnosa keperawatan
22

Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang


masalah ± masalahkesehatan pasien seperti pertanyaan diagnostik.
3. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga
dipertimbangkan dalammenetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya
dalam memberikan asuhankeperawatan.
5. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan
keperawatan.

Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

1. Kontrak
Ada 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan :
a) Kontrak antara perawat dengan pihak / insitusi
b) Kontrak antara perawat dengan pasien

Kontrak dinyatakan sah apabila memenuhi syarat :

a) Ada persetujuan antara pihak ± pihak yang membuat perjanjian


b) Ada kecakapan pihak ± pihak untuk membuat perjanjian
c) Ada suatu hal tertentu dan ataua suatu sebab yang halal

Tanggung jawab hukum perawat dalam praktek

Menjalankan pesanan dokter dalam hal medis. Empat hal yang harus
ditanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum

1. Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter


2. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
3. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan
komunikasi
23

4. Tanyakan pesanan terutama bila perawat tidak pengalaman

· Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri

1. Ketahui pembagian tugas mereka


2. Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
3. Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi
utama
4. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu dan
pasien yang benar
5. Lakukan setiap prosedur secara tepat
6. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan
akurat
7. Catat semua kecelakaan mengenai pasien
8. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien
9. Pertahankan kompetensi praktek keperawatan
10. Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
11. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan pastikan orang
yang diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan
memiliki pengetahuan danketerampilan yang dibutuhkan
12. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan

d) Perjanjian Atau Kontrak Dalam Perwalian

Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua
atau lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dlm konteks hukum,
kontrak sering di sebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya
mengikat orang yg satu dengan orang lain. Hukum perikatan di atur dlm UU
hukum Perdata pasal 1239 " Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus
maupun yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan2 umum
yang termatub dlm bab ini dan bab yg lalu." Lebih lanjut menurut ketentuan pasal
1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau
24

untuk tidak berbuat sesuatu. Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat
sbb:

1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian


(Consencius)
2. Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity)
3. Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab
yg halal (Legal Cause) (Muhammad 1990)
4. Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan
keperawatan.
5. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja
6. Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yg
bekerja sama
7. Kontrak juga untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yg di sepakati

2.8 Isu Etik Keperawatan

Masalah Etik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan

Kesehatan/Keperawatan Menurut Rosdahal, 1999: 45-46, masalah isu etik dan

moral yang sering terjadi dalam praktek keperawatan professional meliputi

(dikutip dari Yosef, I):

a. Organ transplantation (transplantasi organ).

b. Determination of clinical death (perkiraan kematian klinis)

Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan meninggalnya

seseorang secara klinis. Banyak kontroversi ciri-ciri dalam menentukan

mati klinis. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan organorganklien yang

dianggap sudah meninggal secra klinis. Menurut Rosdahl (1999),

kriteriakematian klinis (brain death) di beberapa Negara Amerika

ditentukan sebagai berikut: penghentian nafas setelah berhentinya


25

pernafasan artifisalselama 3 menit (inspirasi-ekspirasi); berhentinya

denyut jantung tanpa stikulus eksternal; tidak ada respon verbal dan non

verbal terhadap stimulus eksternal; hilangnya refleks-refleks (cephalic

reflexes); pupil dilatasi; hilangnya fungsi seluruh otak yang bisa

dibuktikan dengan EEG.

c. Quality of Life (kualitas dalam kehidupan)

Masalah kualitas kehidupan sering kali menjadi masalah etik. Hal ini

mendasari tim kesehatan untuk mengambil keputusan etis untuk

menentukan seorang klien harus mendapatkan intervensi atau tidak.

d. Ethical issues in treatment (isu masalah etik dalam tindakan

keperawatan)

Apabila ada tindakan yang membutuhkan biaya besar apakah tindakan

tersebut tetap dilakukan meskipun klien tersebut tidak mampu dan tidak

mau ? Masalah masalah etik yang sering muncul seperti:

1. Klien menolak pengobatan atau tindakan yang direkomendasikan

(refusal oftreatment) misalnya menolak fototerapi, menolak

operasi, menolak NGT, menolak dipasang kateter.

2. Klien menghentikan pengobatan yang sedang berlangsung

(withdrawl oftreatment)misalnya DO (Drop out) berobat pada

TBC, DO (Drop out) kemoterapi pada kanker.

3. Witholding treatment misalnya menunda pengobatan karena tidak

ada donoratau keluarga menolak misalnya transplantasi ginjal atau

cangkok jantung.
26

d. Euthanasia Euthanasia

merupakan masalah bioetik yang juga menjadi perdebatan utama di

dunia barat. Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (berarti mudah,

bahagia, atau baik) dan thanatos (berarti meninggal dunia). Jadi bila

dipadukan, berarti meninggal dunia dengan baik atau bahagia. Menurut

Oxford english dictionary, euthanasia berarti tindakan untuk

mempermudah mati dengan mudah dan tenang. Euthanasia terdiri atas

euthanasia volunter, involunter, aktif dan pasif. Pada kasus euthanasia

volunter, klien secara sukarela dan bebas memilih untuk meninggal dunia.

Pada euthanasia involunter, tindakan yang menyebabkan kematian

dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari klien dan sering kali

melanggar keinginan klien. Euthanasia aktif melibatkan suatu tindakan

disengaja yang menyebabkan klien meninggal, misalnya dengan

menginjeksi obat dosis etal. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang

melanggar hukum dan dinyatakan dalam KUHP pasal 338, 339, 345 dan

359.Euthanasia pasif dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau

perawatan suportif yang mempertahankan hidup (misalnya antibiotika,

nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh klien).

Model Pengambilan Keputusan Dilema Etik Secara Bertanggung

Jawab

a. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Teori dasar/prinsip etika

merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktek

profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan


27

keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan.Ahli filsafat

moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis

besar dapat diklasifikasikan menjadi Teori Teleologi dan

Deontologi.Kedua konsep teori ini sudah disinggung pada pokok

bahasan tentang teori etik.

b. Kerangka Pembuatan Keputusan Kemampuan membuat keputusan

masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi perawat untuk

menjalankan praktik keperawatan profesional (Fry, 1989). Dalam

membuat keputusan etis, ada beberapa unsur yang mempengaruhi,

yaitu nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep

moral perawat, dan prinsip etis dan model kerangka keputusan etis.

Unsur-unsur yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan

moral dalam praktik keperawatan (Diadaptasi dari Fry, 1991),


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dilema etik merupakan hal yang kerap dialami oleh perawat dalam praktik
keperawatan sehari-hari. Sebab perawat dianggap bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi masalah pasien, membuat keputusan klinis dan mengevaluasi
efek klinis dari pengobatan (villa,2012.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya dilema etik, yaitu kurangnya
kerjasama untuk mempertahankan standar keperawatan, mengabaikan pasien dan
keterlibatan keluarga serta kebulatan tekad diri sendiri, tidak memberikan
kepercayaan dan mempertahankan ketakinan, kewajiban profesional dan tugas
untuk diri sendiri, memperpanjang kehidupan vs mengakhiri kehidupan
( chaowalit, suttharengsee, & intganont, 2011).
Beberapa dampak dilemma etik ayitu stress pada perawat, klien atau
lingkungan tidak lagi kohesif, emosional (marah,frustasi), takut saat proses
pengambilan keputusan rasional yang harus di hadapi.
Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema
etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang dilema etik serta
cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik

3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan
pembelajaran tentang Dilema Etik.
b. Bagi institusi
Kelompok berharap Makalah ini dapat memberikan informasi lebih
lanjut sebagai bahan referensi dan penunjang proses pembelajaran untuk
pengetahuan mengenai Dilema Etik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia


CerdasSuhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta:
EGC
Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya
Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan
Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC
Amelia Nindya.2013. Buku Prinsip Etika Keperawatan.
Nasrullah, Dede. (2014). Etika dn Hukum Keperawatan untuk Mahasiswa dan
Praktisi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Purba, Jenny Marlindawani, Pujiastuti, Rr. Sri Endang, (2010). Dilema Etik &
Pengambilan Keputusan Etis dalam Praktik Keperawatan Jiwa, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai