KEPERAWATAN KRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN PERITONITIS
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Yulia Rizka,M.Kep
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Terminologi
1. Icu
2. Abdomen
3. Trauma
4. Peritonium
5. Penurunan kesadaran
6. Distensi
7. Pemeriksaana penunjang
8. Endotracheal tube
B. Pengertian terminologi
1. Icu atau Instalasi rawat intensif atau ruang perawatan intensif adalah
bagian khusus dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang
melakukan pelayanan rawat intensif.
2. Abdomen adalah bagian tubuh berupa rongga perut yang berisi alat
pencernaan.
3. Trauma setiap benturan ,luka, kesakitan atau shock yang terjadi pada fisik
dan mental individu –yang berakibat timbulnya gangguan serius.
4. Peritoneum merupakan selaput yang melapisi dinding abdomen bagian
dalam dan menyelimuti organ-organ yang terdapat pada abdomen.
5. Penurunan kesadaran adalah kondisi ketika seseorang kurang atau tidak
dapat memberi respons terhadap rangsangan apa pun. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh kelelahan, cedera, penyakit, atau efek samping obat-
obatan.
6. Distensi adalah penggelembungan atau pembesaran, biasanya mengacu
pada perut.
7. Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang
dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan
ini umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat
keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.
8. Terpasang et (Endotracheal Tube) adalah terpasang sejenis alat yang
digunakan di dunia medis untuk menjamin saluran napas tetap bebas, ETT
banyak digunakan oleh dokter dengan spesialisasi anestesi dalam
pembiusan dan operasi.
C. Identifikasi masalah
1. Apa saja tanda atau gejala terjadinya peradangan pada peritonitis?
2. Apa indikasi pasien terpasang ventilator?
3. Tindakan bedah apa yg dilakukan pada pasien peritonitis?
4. Bagaimana cara pemeriksaan GCS?
5. Pemeriksaan penunjang seperti apa yg menandakan pasien itu
leukositosis?
Pemeriksaan
Fisik
Kondisi Saat
Ini
Pemeriksaan
Penunjang
Ku: Lemah
GCS; E2V5M4 Leukositosis (+)
Distensi abdomen (+) TD : 140/95 mmHg Radang Peritonium (+)
Perut Keras (+) HR: 125 x/i
Otot perut kaku (+) S : 38.5 oC
Nyeri Tekan (+) MAP: 110
Bising Usus (-) SpO2: 93%
CRT: &s
ET (+)
Ventilator (+)
Peritonitis
1. Peritonitis kimia
2. Peritonitis septik
1. Peritonitis primer
2. Peritonitis sekunder
3. Peritonitis tersier
a). USG
a). Inspeksi
Hasil penelitian Nakeeb (Tahun 2009) Zat Zat gizi yang baik pada
pasien peritonitis adalah :
1. Glutamin
2. Omega 3
3. Protein
4. Arginin dan Zn
7. Folate dan Fe
a. Antibiotik
1) Peritonitis Primer
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien: nama, umur, agama, pekerjaan, suku/bangsa, jenis
kelamin,alamat
2. Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat, hub.
dengan pasien,
3. No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam dilakukan
pengkajian,metode pengkajian
4. Data Umum
keluhan utama: keluhan yang sangat mengganggu aktivitas klien,
pasien peritonitis biasanya mengalami nyeri di bagian abdomen
riwayat penyakit sekarang: dikaji perjalanan penyakit klien
riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang pernah diderita
kliensebelum penyakit yang diderita saai ini.
riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang
pernahmengalami penyakit atau keluhan seperti yang dialami klien
kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : CRT 7 dedtik, pasien mengalami penurunan
kesadaran
Vital Sign:HR 125 x/mnt, TD 140/95 mmHg, MAP 110, SpO2 93%
Keadaan Fisik:
Kepala: bentuk, warna rambut, ada tidaknya lesi
Mata: warna, penglihatan
Mulut: terpasang ET dan terhubung pada Ventilator
Hidung: perhatikan ada tidaknya epistaksis, nyeri tekan,
pernafasancuping hidung
Telinga: perhatikan ada tidaknya nyeri tekan, kebersihan
Thorax: perhatikan bentuk dada, kesimetrisan, suara paru dan jantung
Abdomen: distensi pada abdomen, perut teraba keras, otot perut kaku, nyeri
tekan pada abdomen, dan suara bising usus tidak terdengar.
6. Pemeriksaan penunjang : Leukositosis
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menggambarkan respons manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari
individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan
perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah
perubahan (Nikmatur, Saiful,2012).
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk menganalisis dan
mensintesis data yang telah dikelompokan dibawah pola kesehatan. Selain
itu untuk mengidentifikasi masalah, factor penyebab masalah, dan
kemampuan klien untuk dapat mencegah atau memecahkan masalah
(Nikmatur, Saiful, 2012). Untuk diagnose keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien pasca operasi laparatomi Eksplorasi Peritonitis
menurut doenges (2014) adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik ; insisi bedah, distensi
abdomen, adanya selang NGT/usus.
2) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna/makan makanan atau mengabsorpsi
nutrient cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic, status
puasan; aspirasi NGT/usus.
3) Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan faktor
eksternal ; insisi bedah, radiasi,s faktor internal ; obat-obatan,
perubahan status nutrisi, perubahan sirkulasi, faktor mekanis;
tekanan, friksi.
4) Konstipasi atau diare berhubungan dengan efek-efek anestesi,
manipulasi pembedahan, ketidakaktifan fisik, imobilisasi;
inflamasi,iritasi, malabsorpsi usus, nyeri efek obat.
5) Kuranganya pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat,
tidak mengenal sumber informasi, salah interprestasi informasi.
6) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan secara oral, (proses penyakit/
prosedur pembedahan), kehilangan berlebihan melalui rute oral;
muntah, diare, kehilangan cairan dari rute abnormal ; drain
indwelling, penghisap NG, hemorargi, penggantian tak cukup,
demam.
7) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan primer, missal penyakit kronis, prosedur invasive,
malnutrisi, lubang dari rongga abdomen/usus dengan kemungkinan
kontaminasi, stasis cairan tubuh, perubahan peristaltic.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat, lokasi, 1. Untuk
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 frekuensi nyeri memperoleh data
dengan agen jam nyeri berkurang 2. Bantu klien yang akurat
fisik; insisi sampai hilang dengan mengatur posisi sehingga dapat
criteria hasil: senyaman mungkin memberikan
bedah, distensi
1. Klien 3. Ajarkan teknik asuhan
abdomen, adanya
melaporkan distrakasi keperawatan yang
selang NGT/usus. tepat
nyeri berkurang 4. Ajarkan teknik
atau hilang nafas dalam 2. Posisi yang tepat
2. Tidak ada nyeri dan nyaman dapat
5. Kolaborasi
tekan menurunkan nyeri
dengan dokter
3. Pengalihan
dalam pemberian perhatian dapat
analgesic menurunkan nyeri
6. Kolaborasi karena klien
dengan dokter terfokus pada hal
untuk tindakan lain
pembedahan 4. Nafas dalam dapat
meningkatkan
input oksigen
sehingga otot –
otot tidak tegang
sehingga nyeri
berkurang
5. Analgesic dapat
menurunkan
nyeri
6. Mencegah
peradangan yang
lbih luas
Pemenuhan Setelah dilakukan 1. Berikan makan 1. Makanan hangat
nutrisi kurang asuhan keperawatan 3 x dalam keadaan dapat
dari kebutuhan 24 jam nutrisi terpenuhi hangat meningkatkan
berhubungan dengan criteria hasil: 2. Berikan klien nafsu makan
dengan 1. Klien makan dalam 2. Meningkatkan
ketidakmampuan menunjukan porsi kecil tapi intake makanan
mencerna/makan peningkatan sering 3. Pengetahuan
makanan atau nafsu makan 3. Berikan informasi yang adekuat
mengabsorpsi 2. Berat badan yang akurat dapat
nutrient cukup klien normal tentang meningkatkan
untuk memenuhi pentingnya nutrisi kepatuhan klien
kebutuhan 4. Motivasi klien terhadap
metabolic, status untuk intervensi
puasan; aspirasi menghabiskan 4. Dukungan dari
NGT/usus. makanannya oranglain akan
5. Timbang berat membuat klien
badan setiap hari merasa dihargai
6. Pertahankan 5. Untuk
kebersihan mulut mengetahui
yang baik perkembangan
sebelum dan klien
sesudah makan 6. Meningkatkan
7. Hindarkan klien kesejahteraan
dari rangsangan klien sehingga
yang membuat nafsu makan
klien mual dan meningkat
muntah 7. Mencegah
8. Kolaborasi kekurangan
dengan dokter nutrisi lebih
untuk pemberian parah
multivitamin 8. Meningkatkan
penambah nafsu nafsu makan
makan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan dan berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Nikmatur, Saiful, 2012).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan evaluasi adalah mengakhiri
rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan
keperawatan, meneruskan rencana tindakan keperawatan (Nikmatur,
Saiful, 2012). Macam-macam evaluasi :
1. Evaluasi Proses (Formatif)
a). Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
b). Berorientasi pada etiologi.
c). Dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang
menutupi rongga abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya). Suatu
bentuk penyakit akut, dan merupakan kasus bedah darurat yang di
sebabkan karena adanya trauma hinggan perdarahan dalam rongga
abdomen,asites,peradangan akibat infeksi bakteri dan adhesi. Peritonitis di
klasifikasikan menjadi peritonitis primer,sekunder dan tersier. Penaganan
peritonitis tidak bisa hanya dilakukan oleh satu petugas kesehatan dalam
hal ini dokter, namun membutuhkan upaya kolaborasi semua tenaga
kesehatan seperti dokter, ahli gizi, apoteker, serta perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
3.2 Saran
a). Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang
nantinya menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih
mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan
peritonitis sehingga meningkat kan kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Daldiyono, Syam AF. Nyeri abdomen akut. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor (penyunting). Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5 Jilid ke-1. Jakarta: Interna Publishing; 2010. hlm. 474-6.
Ridad MA. Infeksi. Dalam: R. Sjamsuhidajat, editor (penyunting). Buku ajar ilmu
bedah Sjamsuhidajatde jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2007. hlm.52