Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS


PENGGUNAAN CVP

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Alfian Konadi, S.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

Anita Astuti (2011166006)


Intan Ayuza (2011165993)
Nora Situmeang (2011166010)
Winda G Putri Br. M (2011165996)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunianya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tugas ini di ajukan untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Keperawatan Kritis

Makalah ini berisi tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


kasus penggunaan CVP ”. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini, untuk itu kritik dan saran akan sangat berharga untuk penulis dalam
memperbaiki penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
setiap usaha kita, Amin.

Pekanbaru, Desember 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

2.1 Konsep CVP........................................................................................................5


2.2 Asuhan Keperawatan CVP............................................................................... 13

BAB III PENUTUP...................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................................... 20
3.3 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Central Venous Pressure (CVP) atau tekanan vena sentral


merupakan salah satu metode pemantauan hemodinamik yang
bersifat invasif. CVP sering digunakan di ruang perawatan
intensif terutama pada pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan cairan, gagal jantung, evaluasi terhadap respon
terapi dan media pemberian terapi atau cairan hipertonik. Di
Inggris sekitar 200.000 kateter vena sentral dipasang (diinsersi)
setiap tahunnya (Jevon & Ewens, 2009), demikian pula di
Indonesia walaupun secara statistik tidak ada data yang pasti
menyebutkan jumlah insersi kateter vena sentral setiap tahunnya,
namun tindakan pemasangan kateter vena sentral sering
ditemukan terutama di ruang perawatan intensif seperti Intensif
care unit, Cardiovaskuler Care Unit, High Care Unit,
Intermediate Care Unit, sehingga diharapkan bagi perawat yang
bertugas di ruang perawatan intensif memiliki Pengetahuan dan
Keterampilan yang baik dalam hal pengukuran dan
pemantauan tekanan vena sentral. Pemantauan tekanan
vena sentral dapat bermanfaat dalam menilai fungsi
jantung, volume darah yang bersirkulasi, tonus vaskular dan
respon pasien terhadap terapi. Namun demikian  pengukuran
tekanan vena sentral dapat dipengaruhi sejumlah faktor yang
dapat membiaskan hasil pengukuran (meningkat/menurun dari
nilai sebenarnya), diantaranya adalah penggunaan obat
vasopresor, gravitasi (posisi pasien), faktor alat (kateter
tersumbat dan lokasi ujung kateter yang tidak tepat), faktor
kesalahan pengukuran (kalibrasi yang tidak benar dan prosedur
1
2

pengukuran yang tidak konsisten dan osilasi pernafasan) dan


pada pasien yang terpasang ventilator (terutama mode Positive
End Ekspiratory Pressure).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan kasus
penggunaan CVP?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dan
asuhan keperawatan pasien dengan kasus penggunaan CVP
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan :
1) Mampu memahami Definisi CVP
2) Mampu memahami Indikasi dan Kontra Indikasi pemasangan CVP
3) Mampu memahami Lokasi Pemasngan CVP
4) Mampu memahami Komplikasi Pemasngan CVP
5) Mengetahui faktor yang Mempengaruhi CVP
6) Mampu memahami cara Pengukuran CVP
7) Mampu memahami cara Memasang Alat Pengukur CVP
8) Mampu memahami menginterpretasikan pengukuran CVP
9) Mampu mengetahui masalah pada pemasangan CVP
10) Mampu memahami peran perawat dalam pemasangan CVP
11) Mampu memahami Asuhan Keperawatan pasien dengan CVP

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan
pembelajaran tentang konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan kasus
CVP
3

b. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk
menunjang proses pembelajaran.

SKENARIO

Ny I (33 tahun) dirujuk ke rumah sakit dengan post  persalinan hari pertama


dengan komplikasi  perdarahan hebat dan curiga berkembang menjadi syok
hipovolemik. Sebelum dirujuk pasien sudah menjalani perbaikan
hemodinamik (pemberian cairan pengganti, pemberian produk darah) namun
tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Pasien terpasanag CVP, Pasien
mendapat terapi pendamping berupa dopamin 3-10 mcg/KgBB/menit.
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan :
TTV : TD 80/60 mmH, HR 124 x/menit, RR 30x/menit, suhu
37,10C, CVP 14 (2-6 mmHg)

Respirasi : terdengar ronchi pada seluruh lapang paru dan krakles,


menggunakan simple mask  6 Lpm (menggunakan simpe
mask karena kadar PCO2 nya yang rendah)

Kardiovaskular : bunyi jantung S1 dan S2 terdengar

 Neurologi : GCS (E2 M4 V4), lebar pupil @3mm bilateral

Ekstermitas : akral dingin, terlihat sianosis, pitting edema derajat 4,


terpasang infus di ekstermitas atas kanan 100 cc/jam.

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan Keteran


gan

Kimia Darah

WBC 18.000 5.000 -10.000 mm2 Tinggi

RBC 2,8 4,2 – 5,4 Juta/uL Rendah

Hb 7,0 12 - 16 gr/dl Rendah

HT 24 36 - 46 % Rendah
4

Platelet 18.000 150.000 – 400.000 mm2 Rendah

Analisa Gas Darah

Ph 7,20 7,4 – 7,5 Rendah

PaO2 78 71,0 – 104,0 mmHg Normal

PaCO2 30 35,0 – 46,0 mmHg Rendah

HCO3 16 22,0 – 26,0 mm0l/ Rendah


L

SaO2 90 ˃85 % Normal

Urine

BUN 145 5 -25 Mg/dl Tinggi

Kreatinin 9,4 0,5 – 1,5 Mg/dl Tinggi

Elektrolit

Kalium 6,4 3,5 – 4,0 mEq/L Tinggi

Kalsium 8,0 4,5 – 5,5 mEq/L Tinggi

Natrium 130 135 - 145 mEq/L Rendah

Alk phos 154 20 - 90 U/L Tinggi

SGOT 34 7 - 34 U/L Normal

SGPT 54 8 - 50 IU/L Tinggi

Hasil diagnostik rontgen : infiltrat paru dan edema paru


5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep CVP

1. Defenisi CVP

Tekanan vena sentral (CVP) adalah nilai yang menunjukkan teknanan


darah pada vena cava dekat atrium kanan jantung. CVP merefleksikan
jumlah darah yang kembali ke jantung dan kemampuan jantung memompa
darah. CVP dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan pada atrium
kanan, yang mana secra tidak langsung menggambarkan beban awal
(preload) jantung kanan dan tekanan ventrikel kanan pada akhir diastol.
Pengukuran tekanan venasentral memberikan informasi penting mengenai
keadaan fungsi sistem kardiovaskuler pasien, kecukupan volume vaskuler
dan juga keberhasilan terapi yang diberikan.

Dikarenakan letak vena sentral yang berada didalam thoraks, maka


pengukuran CVP dipengaruhi oleh tekanan intrathorkas. Akibatnya, hasil
CVP berfluktuatif sesuai pernapasan, CVP berkurang pada saat inspirasi
spontan dan meningkat saat tekanan respirasi positif. Untuk itu,
pengukuran CVP harus dilakukan pada akhir ekshalasi ketika otot respiasi
relaksasi dan tekanan intrathoraks stabil pada saat istirahat.

2. Indikasi Dan Kontraindikasi Pemasangan CVP

a. Indikasi CVP

1) Pengukuran tekanan vena sentral (CVP)

2) Operasi jantung,

3) Operasi lain yang banyak perdarahan


6

4) Pasien yang mendapatkan obt vasoaktif per drip (tetesan) dan obat
inotropik

5) Trauma mayor

6) Pengambilan darah yang sering

7) Pemberian cairan IV super cepat

8) Pengukuran oksigenasi vena sentral

9) Pemberian nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau


cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam
sistem sirkulasi

10) Sebagai jalam masuk vena bila semua tempat Iv lainnya telah
lemah

b. Kontraindikasi Pemasangan CVP

1) Nyeri dan inflamasi pada area penusukan

2) Bekuan darah karena tertekuknya kateter

3) Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepas

4) Tromboplebitis

5) Microshock

6) Disritmia jantung

7) Pembedahan leher

8) Insersi kawat pacemaker

3. Lokasi Pemasangan CVP

a. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
7

b. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan

c. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi


phlebitis

d. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat


di atas vena kava superior

4. Komplikasi Pemasangan CVP

a. Pneumothorax

Terjadi pada kateter yang ditempatkan di dada, nsidentertinggi


dijumpai pada kateterisasi vena subklavia. Pada kateterisasi vena
jugularis interna, risiko pneumothoraks dapat diminimalisir dengan
penggunaan bantuan bimbingan ultrasound.

b. Infeksi

Infeksi dapat terjadi didalam kateter atau disekitar sisi pemasangan dan
didiagnosis serta dikuatkan oleh kultur darah. Penggantian kateter dan
selang yang sering, sesuai dengan kebijakan rumah sakit merupakan
tindakan pencegahan primer.

c. Thrombosis

Trombosis dapat bervariasi dalam ukurannya. Thrombosis minor dapat


dibilas tanpa sisa, kecuali thrombus tidak dapat dibilas. Pasien dapat
mengalami edema pada tangan yang paling dekat dengan sisi kateter,
berbagai derajat nyeri leher dan distensi vena jugular.

d. Emboli Udara

Emboli udara terjadi sebagai akibat masuknya udara pada sistem dan
berjalan ke ventrikel kanan melalui vena kava. Penurunan curah
jantung mungkin merupakan indikator awal dari masalah ini. Jika
8

masalah ini dicurigai, perawat harus membalikan pasien ke sisi kiri


pada posisi trendelenburg. Ini akan menyebabkan udara naik ke
dinding ventrikel kanan dan memperbaiki aliran darah. Oksigen harus
diberikan pada pasien kecuali dikontraindikasikan.

5. Faktor Yang Mempengaruhi CVP

Tekanan vena sentral ditentukan oleh empat komponen, yaitu:


volume darah, fungsi kardiak, tekanan intratorakal dan tonus vasomotor.
Barbeito & Mark (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi volume
darah dan fungsi kardiak yang ikut mempengaruhi tekanan pada atrium
kanan, yakni:

a. Fungsi ventrikel yang mengalirkan darah keseluruh tubuh. Dalam keadaan


fungsi sistolik dan diastolik yang normal, ventrikel dapat menerima cairan
yang besar tanpa adanya peningkatan tekanan vena sentral namun bila
fungsinya menurun pemberian cairan walaupun sedikit mengakibatkan
tekanan vena sentral meningkat secara signifikan.

b. Volume darah yaitu sekitar dua pertiga dari volume darah berada di
sistem vena. Penurunan volume darah pada berbagai keadaan atau
dehidrasi maka tekanan vena sentral dapat menurun. Gravitasi yaitu
apabila seseorang berdiri maka aliran vena lebih banyak didistribusikan
ke vena ekstremitas bawah sehingga tekanan vena sentral akan menurun
sedangkan pada posisi berbaring akan terjadi hal sebaliknya.

c. Tonus vena verifer yaitu vena kontriksi yang terjadi pada saat olah raga,
stress, perdarahan, syok dan gagal jantung akan meningkatkan tekanan
vena sentral. Sebaliknya pada suhu yang panas terjadi venodilatasi dan
tekanan vena sentral akan menurun. 5. Pompa otot skeletal yaitu pada saat
olah raga otot akan memompa vena di ekstremitas dan akan mendorong
aliran balik ke jantung, hal ini akan meningkatkan tekanan vena sentral
dan volume sekuncup saat olah raga, sebaliknya bila seseorang berdiri dan
9

diam maka tidak ada pompa ke vena dan aliran balik ke jantung berkurang
mengakibatkan curah jantung berkurang.

Tekanan intratorakal di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ;


osilasi pernafasan, dimana saat inspirasi tekanan intratorakal menjadi lebih
negatif dan tekanan intra abdominal lebih positif, hal ini akan
meningkatkan beda tekanan yang juga meningkatkan pengisian dari vena
sentral. Sebaliknya dalam keadaan ekspirasi tekanan di sekeliling jantung
hampir sama dengan tekanan atmosfir sehingga aliran balik vena
berkurang. Tekanan intratorakal juga dapat dipengaruhi pada pasien yang
terpasang ventilator terutama penggunaan mode PEEP. Tonus vaskuler
dapat dipengaruhi oleh pemberian obat vasopresor yang akan
menyebabkan vasokontriksi sehingga akan menunjukan peningkatan CVP.
Pada kondisi ini volume darah tidak bertambah tetapi pembuluh menjadi
lebih kecil.

6. Cara Pengukuran CVP

a. Secara non invasif

Dapat dilakukan denan cara mengukure tekanan vena jugularis

b. Secara invasif

Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena cava


superior atau atrium kanan. Teknik pengukuran dapat
menggunakan manometer air atau transduser

2) Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis.


Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem transduser

7. Cara Memasang Alat Pengukur CVP


10

a. Cara merangkai

1) Hubungkan set infus dengan cairan NaCl 0.,9%

2) Keluarkan udara dari selang infus

3) Hubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock

4) Hubungkan threeway stopcock dengan selang infus

5) Hubungkan manometer line dengan threeway stopcock

6) Keluarkan udara dari manometer line

7) Isi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O

8) Hubungkan manometer line dengan kateter yang sudah


terpasang

b. Transduser

Cara merangkai:

1) Ambil heparin sebanyak 500 unit kemudian masukkan ke dalam


cairan infus

2) Hubungkan cairan tersebut dengan infus

3) Keluarkan udara dari selang infus

4) Pasang cairan infus pada kantong tekanan

5) Hubungkan transduser dengan alat infus

6) Pasang threeway stopcock dengan alat flush

7) Hubungkan bagian distal dengan selang infus dengan alat flush

8) Hubungkan manometer dengan threeway stopcock


11

9) Keluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk


memudahkan, berisedikit tekanan pada kantong tekanan

10) Pompa kantong tekanan sampai 300 mmHg

11) Hubungkan kabel transduser dengan monitor

12) Hubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang

13) Lakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran

Cara Pengukuran :

1) Berikan penjelasan kepada pasien

2) Atur posisi pasien

3) Lakukan levelling. Levelling adalah menjajarkan letak jantung


(atrium kanan) dengan skala pengukur atau transduser

4) Letak jantung dapat ditentukan dengan cara membuat garis


pertemuan antara sela ICS IV dengan garis pertengahan aksila

5) Tentukan nilai CVP dengan memperhatikan undulasi pada


manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi

6) Bereskan alat-alat

7) Beritahu pasien bahwa tindakan telah selesai

8. Interpretasi Pengukuran CVP

CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan

penilaiannya adalah sebagai berikut :

a. CVP Rendah : < 4 cmH2O

b. CVP Normal : 4-10 cmH2O


12

c. CVP Sedang : 10-15 cmH2O

d. CVP Tinggi : > 15 cmH2O (Menunjukkan adanya gangguan kerja


jantung (insufisiensi kardiak)

9. Masalah Yang Sering Ditemui Pada Pemantauan CVP

Hinds dan Watson (1996) yang dikutip oleh Jevon P, Ewens B &
Pooni JS (2009), mengidentifikasi masalah-masalah pada pemantauan
tekanan vena sentral, yang berkaitan dengan alat & tehnik pengukuran
CVP, yakni:

a. Kateter yang tersumbat; keadaan ini akan menghasilkan


pembacaan yang persisten tinggi dengan gambar yang mendatar.

b. Kalibrasi yang tidak benar, jika menggunakan tranduser dan


osiloskop, makasistem harus dikalibrasi sesuai rekomendasi pabrik
yang tercantum dalam petunjuk manual penggunaan alat.

c. Prosedur pengukuran yang tidak konsisten; pastikan prosedur


dilakukan dengan konsisten (posisi pasien dan titik referensi yang
identik) untuk pengukuran tekanan vena sentral serial.

d. Infus yang terus diberikan; pengukuran tekanan vena sentral


yang tinggi palsu akan menyebabkan infus terus diberikan melalui
kateter CVP selama prosedur. Selain itu cairan infus mengandung
obat vasoaktif, maka resultan pembilasan dapat menyebabkan
periode mendadak instabilitas jantung. Infus harus dimatikan
selama dilakukan pengukuran CVP.

e. Ujung kateter berada di ventrikel kanan; keadaan ini akan


menyebabkan pembacaan tekanan tinggi yang tidak diharapkan.

f. Osilasi pernafasan; pengukuran harus dilakukan pada akhir


ekspirasi, terutama jika pasien mengalami distres pernafasanatau
13

sedang diventilasi karena CVP akan menjadi lebih tinggi secara


artifisial akibat tekanan intratoraks yang positif.

10. Peran Perawat Dalam Pemasangan CVP

a. Sebelum Pemasnagan

1) Siapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk


pemantauan

2) Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan


pemantauan dan mengatur posisi sesuai dengan daerah
pemasangan.

b. Saat pemasangan

Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:

1) Melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak


atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan
midaksila. Zero balance: dilakukan pada setiap pergantian
dinas , atau gelombang tidak sesuai dengan kondisi klien

2) Melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi


monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.

2.2 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Primary survey

1) Airway

Tidak ada sumbatan jalan nafas

2) Breathing
14

- Peningkatan frekuensi pernafasan

- Penggunaan otot bantu pernafasan

- Terlihat retraksi dindidng dada

3) Circulation

- Tanda-tanda vital dapat meningkat/menurun

- b) CRT > 3 detik

- Distensi vena jugularis

- Adanya S3 pada suara jantung

4) Dissability

- Dapat terjadi penurunan kesadaran

5) Exprosure

- Cvp terpasang dengan baik

6) Foley catheter

- Dapat terjadi oliguria

b. Secondary survey

1) Sign/Symptom

Pasien mengatakan pusing, lemah dan sulit bernafas, wajah tampak


pucat

2) Allergy

Tidak ada riwayat alergi

3) Medication
15

Dopamin 3-10 mcg/KgBB/menit.


4) Post Illnes
Riwayat penyakit masa lalu, pasien tidak punya riwayat sakit
jantung dan pernafasan, pasien hanya pernah sakit batuk dan
demam ringan saja
5) Last Meal
Riwayat Nutisi Pasien seimbang hal ini terlihat dari kesimbangan
Tinggi badan pasien 156 cm dan berat badan pasien 65 kg
6) Events
Pasien post partum 1 hari dengan perdarahan hebat

2. Analisa Data

No Data Masalah

Data Mayor Data Minor Etiologi

1 Ds: Ds: - Perubahan Resiko


preload penurunan
Pasien mengatakan curah
lelah dan lemas jantung
Do:
Do:
Murmur
Distensi vena jantung
jugukaris

2 Ds: Ds: pasien Hambatan Pola nafas


merasa upaya tidak efektif
Pasien mengatakan kekurangan pernafasan
sesak nafas dan oksigen
kesulitan bernafas
Do: Pernfasan
Do: cuping hidung
bernafas dengan
menggunakan otot
bantu pernafasan,
takipnea

3. Diagnosa Keperawatan
16

a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


preload
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

4. Perencanaan Keperawatan

a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


preload

Tujuan dan Kriteria hasi Intervensi Rasionalisasi


l (NOC) (NIC)

Setelah dilakukan NIC : Perawatan Jantung 1.Peningkatan


asuhan keperawatan ataupun
selama3 menit, Aktivasi Keperawatan: penurunan status
diharapkan: sirkulasi dapat
- Lakukan penilaian
terlihat pada
NOC: Status sirkulasi komprehensfpada
manifestasi klinis
sirkulasi perifer
di bagian perifer
- Dipertahankan
- Monitor tanda-tanda tubuh
pada level 4
vital
2.Perubahan
- Ditingkatkan ke
- Auskultasi bunyi tanda vital pasien
level 5
jantung menjadi indikator
1= Sangat Berat status sirkulasi
- Catat tanda dan pasien
2= Berat gejala penurunan
curah jantung 3.Mengetahui
3= Sedang keadaan umum
- Monitor status pasien
4= Ringan pernapasan Monitor
keseimbangan 4.S1 dan
5= Tidak ada murmur yang
cairan
Dengan kriteria hasil: menonjolberhubu
- Monitor nilai
ngan dengan
- Suara napas laboratorium yang curah jantung
tambahan (- ) tepat meningkat pada
keadaan
- Distensi vena - Evaluasi perubahan hipermetabolik,a
leher (-) tekanan darah danya S3
- Lakukanterapirelaks sebagai tanda
17

- Kelelahan ( -) asi, sebagaimana adanya


mestinya kemungkinan
- gangguan gagal jantung
kognisi (-) - Kolaborasi : berikan
obat sesuai dengan 5.Statuspernapas
- Wajah pucat (-) ] indikasi an salah indicator
yang dapat
menunjukkan
adanya gagal
jantu

b. Pola nafas tidak efektif

Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi


Kriteria hasil
(NOC) (NIC)

Setelah NIC:Manajemen Jalan Napas


dilakukan
asuhan Aktivitas Keperawatan 1.
keperawatan Mengetahui
- Monitorirama,kecepkedalaman tingkat
10 menit/
dan kesulitan bernafas gangguan yang
jam terjadi dan
- Catat pergerakan dada,
membantu
Diharapkan: catat keseimetrisan, penggunaan
dalam
otot-otot bantu nafas, dan
menentukan
NOC: Status retraksi dinding dada
intervensi yang
Pernapasan
- Monitor pola nafas akan diberikan
Dipertahank (misalnya, bradipneu, takipneu,
2.
an pada hiperventilasi, kusmaul,
Menunjukkan
level ..4.. pernapasan 1:1, apneustik,
keparahan dan
respirasi biot dan pola ataxic)
Ditingkatkan gangguan
ke level - Palpasi kesimetrisan ekspansi respirasi yang
5 paru terjadi dan
menentukan
1= Deviasi - Perkusi torak anterior dan intervensi yang
berat dari posterior dari apeks ke basis akan diberikan
kisaran paru kanan dan kiri
normal 3.
- Catat lokasi trakea Mengetahui
2= Deviasi permasalahan
yang cukup - Auskultasi suara nafas, catat jalan nafas
berat dari area dimana terjadi penurunan yang dialami
kisaran atau tidaknya ventilasi dan dan keefektifan
keberadaan suara nafas
18

normal tambahan pola nafas klien


untuk
3= Deviasi - Monitor nilai fungsi paru, memenuhi
sedang dari terutama kapasitas vital paru, kebutuhan
kisaran volume inspirasi normal, oksigen tubuh
normal volume ekspirasi maksimal
selama 1 detik sesuai data yang
4= Deviasi tersedia
ringan dari 4.
kisaran - Monitor peningkatan kelelahan, Kesimetrisan
normal kecemasan dan kekurangan menggambarka
udara pada pasien n apakah paru-
5= Tidak ada
deviasi dari - Monitor keluhan sesak nafas paru
kisaran pasien, termasuk kegiatan yang mengembang
normal meningkatkan atau dengan
memperburuk sesak nafas sempurna
Dengan tersebut
kriteria hasil: 5.Melihat
- Berikan bantuan terapi oksigen apakah ada
Frekuensi sesuai dengan kebutuhan pasien obstruksi di
pernapasan salah satu
normal [ +] bronkus atau
adanya
Irama
gangguan pada
pernapasan
ventilasi
normal [+ ]
6.Melihat ada
Kedalaman
atau tidaknya
insprirasi
deviasi trakea
normal [ +]
7.Suara nafas
Napasan
tambahan dapat
cuping
menjadi
hidung [- ]
indicator
Penggunaan gangguan
otot bantu kepatenan jalan
pernapasan nafas yang
[ -] tentunya akan
berpengaruh
Retraksi terhadap
dinding dada kecukupan
[ -] pertukaran
udara. Adanya
Sianosis [ -] bunyi ronchi
menandakan
terdapat
penumpukan
19

secret atau
secret berlebih
di jalan nafas
8.Kapasitas
vital paru, yaitu
volume udara
yang dapat
dikeluarkan
semaksimal
mungkin stelah
melakukan
inspirasi
semaksimal
mungkin juga,
yang besarnya
lebih kurang
3.500 ml
9.Kelelahan
dan kecemasan
dapat
mempengaru
10.Mencegah
pasien
kekurangan
oksigen yang
lebih parah
11.Terapi
oksigen dapat
meningkatkan
ventilasi dan
asupan
oksigenhi jalan
nafas
20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tekanan vena sentral (central venous pressure, CVP) adalah


tekanan intravaskular didalam vena cava torakal. Tekanan vena sentral
menggambarkan banyaknya darah yang kembali ke dalam jantung dan
kemampuan jantung untuk memompa darah kedalam sistem arterial.
CVP adalah memasukkan kateter poliethylene dari vena tepi sehingga
ujungnya berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava.
CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis (KVS). Pengukuran
tekanan vena central (CVP) merupakan alat yang berguna dalam
perawatan pasien yang sakit akut. Pengukuran CVP menunjukkan tekanan
dalam vena besar (vena kava superior dan vena kava inferior).

3.2 Saran

Sebagai perawat profesional harus mampu memberikan asuhan


keperawatan kritis yang tepat pada pasien kondisi gawat. Termasuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CVP. Selain itu
komunikasi dan kerja sama tim dalam keperawatan kritis penting untuk
menunjang perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan
status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan
semaksimal mungkin.
21

DAFTAR PUSTAKA

Agu, L. A., & Eka, T. (2018). Pemantau Hemodinamik dari Invasif menuju
Tidak Invasif Hemodynamic Monitor from invasive to non invasive. (6), 128–137.

Milton, S. (2009). Circulation and invasive monitoring: back to


basics. Open Learning Zone Journals. Diperoleh dari
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=3cfa6966-a2d2-
49f5-989a-caa0f00a98ce%40sessionmgr12&vid=23&hid=19.

Dewi, N. H., Suryati, E., Mulyanasari, F., & Yupartini, L. (2021). Pengembangan
Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Berbasis SDKI,
SLKI, dan SIKI. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(2), 554–565.

Anda mungkin juga menyukai