Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESI UMUM DALAM TINDAKAN


HYSTEROSCOPY DIAGNOSTIC LAPAROSCOPY OPERATION
(HDLO) DENGAN MIOMA UTERI

Disusun oleh:
Dicky Prasetya 112021091

Pembimbing:
dr. Mirza Oktavian, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO
PERIODE 14 MARET-16 APRIL 2022
LEMBAR PENGESAHAN

KOORDINATOR KEPANITERAAN KLINIK


INSTALASI ANESTESI DAN REANIMASI

PRESENTASI KASUS DENGAN JUDUL


PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESI UMUM DALAM TINDAKAN
HYSTEROSCOPY DIAGNOSTIC LAPAROSCOPY OPERATION (HDLO)
DENGAN MIOMA UTERI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik
di Bagian Instalasi Anestesi dan Reanimasi
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Disusun oleh:
Dicky Prasetya
112021091

Jakarta, 2022
Telah disetujui oleh Pembimbing

dr.Mirza Oktavian, Sp.An

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis telah menyelesaikan penyusunan laporan kasus
dengan judul “Penggunaan Teknik Anestesi Umum dalam Tindakan
Hysteroscopy Diagnostic Laparoscopy Operation (HDLO) dengan Mioma Uteri”
yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
Instalasi Anestesi dan Reanimasi Rumah Sakit Kepresidenan Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Mirza
Oktavian, Sp. An selaku Dokter Pembimbing yang telah membimbing penulis dari
awal sampai akhir penyusunan laporan kasus ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada teman-teman koas yang ikut membantu dalam proses
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak untuk pengembangan ilmu kedokteran.

Jakarta, 14 Januari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................5

BAB 2. LAPORAN KASUS................................................................................6

BAB 3. LAPORAN ANESTESI..........................................................................12

BAB 4. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................19

BAB 5. PEMBAHASAN.....................................................................................27

BAB 6. KESIMPULAN.......................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi umum adalah koma yang diinduksi secara medis dengan hilangnya
refleks pelindung, akibat pemberian obat anestesi umum intravena atau inhalasi,
seringkali dalam kombinasi dengan analgesic dan agen penghambat
neuromuscular. Umumnya dilakukan pada ruang operasi untuk memperkenankan
prosedur bedah yang apabila tidak dilakukan, dapat nyeri hebat untuk pasien, atau
dalam intensive care unit atau departemen emergensi untuk memfasilitasi intubasi
endotrakeal dan ventilasi mekanikal pada pasien dalam keadaan kritis.
Berbagai macam pengobatan dapat diberikan, dengan tujuan secara keseluruhan
adalah untuk memastikan ketidaksadaran, amnesia, analgesia, dan hilangnya
refleksi system saraf otonom. Kombinasi obat optimal untuk setiap pasien dan
prosedur tertentu biasanya dilakukan oleh ahli atau tenaga kesehatan lain seperti
perawat anestesi dengan berkonsultasi dengan pasien dan ahli bedah, dokter gigi,
atau praktisi lain yang melakukan prosedur operasi.

5
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. Salsabila Rahma
No. RM : 010XXXXX
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Cempaka Putih
Usia : 26 tahun
Tanggal lahir : 25 September 1995
Pekerjaan : Dokter umum
Agama : Islam
2.2. Anamnesis
2.2.1. Keluhan Utama
Nyeri yang sangat nyeri pada saat haid sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit,
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 8 Maret 2022, pasien mengalami hari pertama haid
terakhirnya dengan adanya nyeri hebat saat haid. Darah yang keluar juga
lebih banyak daripada biasanya. Tidak ada bahan lain yang keluar selain
darah pada saat haid. Pasien sebelumnya belum pernah mengalami
keluhan serupa. Pasien mengalami menarche pertama pada umur 13 tahun
dengan siklus 28 hari dan teratur. Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali
pada umur 24 tahun. Pemakaian alat kontrasepsi disangkal oleh pasien.
Pasien tidak mengeluhkan adanya demam, sesak nafas, mual muntah, atau
adanya gigi goyang dan gigi palsu.
2.2.3. Riwayat Operasi
Pasien memiliki riwayat operasi appendiktomi pada bulan Agustus 2021 di
RSPAD Gatot Soebroto dengan anestesi umum.
2.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)

6
- Riwayat Asma (-)
- Riwayat alergi (+) terhadap debu dengan reaksi gatal, bersin, atau
bentol-bentol.
- Riwayat gangguan perdarahan (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit paru (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
2.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, jantung
dan DM.
2.2.6. Riwayat Pribadi Sosial
Pasien tidak ketergantungan terhadap zat tertentu.
2.3. Pemeriksaan Fisik
2.3.1. Tanda Vital
Keadaan Umum : Visual analogue scale (VAS) 1/10
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
BB/TB : 59 kg/159 cm
IMT : 23,3 kg/cm2
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36oC

2.3.2. Status Generalis


Kepala
Mata : Konjungtiva anemis -/-. Sklera ikterik -/- Refleks pupil +/+
Mulut : Pembukaan 3 jari. Tidak ada gigi goyang dan gigi palsu.
Mallampati I
Leher
Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-), Deviasi trakea (-).
Jarak antara os mental ke os hyoid 3

7
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Normochest, retraksi dinding dada -/-
Palpasi : Simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikular breathing sound pada kedua lapang paru.
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Iktus cordis teraba lemah
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi S1-S2 reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada suprapubik
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)
2.4. Pemeriksaan Penunjang
2.4.1. Laboratorium
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien
JENIS HASIL Hasil NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN 16/03/2022 22/03/2022

HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 12,7 12,0-16,0 g/dL
Hematokrit 37 37-47%
Eritrosit 4,6 4,3-6,0 juta/µL
Leukosit 5.340 4.800-10.800/µL
Trombosit 230.000 150.000-400.000/µL
Hitung Jenis:

8
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 5 1-3%
Batang 3 2-6%
Segmen 52 50-70%
Limfosit 33 20-40%
Monosit 7 2-8%
MCV 80 80-96 fL
MCH 27 27-32 pg
RDW 12,70 11,5-14,5%
KOAGULASI
PT 9,8 9,3-11,8 detik
APTT 28,4 23,4-31,5 detik
KIMIA KLINIK
SGOT 14 <35 U/L
Albumin 4,4 3,5-5,0 g/dL
Ureum 15 20-50 mg/dL
Kreatinin 0,74 0,5-1,5 mg/dL
eGFR 112,17 >=90
Glukosa Darah (Puasa) 99 70-100 mg/dL
Glukosa Darah (2 jam 105 70-140 mg/dL
PP)
Analisa Gas Darah
pH 7,478 7,37-7,45
pCO2 31,5 33-44 mmHg
pO2 170,4 71-104 mmHg
HCO3 23,6 22-29 mmol/L
BE 1,2 (-2)-3 mmol/L
SpO2 99,3 94-98%
IMUNOSEROLOGI
HBsAg (Rapid) Non reaktif Non reaktif
Anti HCV Non reaktif Non reaktif
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
BIOMOLEKULER
RT-PCR Covid-19 Negatif Negatif

9
2.4.2. Radiologi
USG Abdomen

Kesan:
 Cavum uteri antefleksi, 70x41x51 mm, endometrium tipis,
 Mioma intramural pada anterior 26x22x26 mm
 Ovarium kanan: Bentuk ukuran normal 20x17 mm
 Ovarium kiri: Bentuk ukuran normal 22x21 mm
2.4.3.EKG
Sinus rhythm
2.5. Diagnosis Kerja
Mioma uteri intramural
2.6. Konsultasi dengan Dokter Obstetri & Ginekologi
S: Dysmenorrhea
O: Kesadaran: compos mentis
TD: 11/70 mm Hg
Suhu: 36 C
Pernafasan: 20x/menit
Nadi: 78x/menit
V/U tenang, abdomen datar, lemas, portio licin, ostium tertutup, cut af
A: Mioma uteri
P: HDLO miomektomi
2.7. Konsultasi dengan Dokter Jantung
S: Riwayat jantung (-), sesak (-), HT (-), DM (-), RPO (-)
O: TD: 108/71 mmHg, Nadi 100x/menit, EKG normoaxis, no cardiomegaly
A: cardiac compensated
P: acc operasi resiko ringan
2.8. Konsultasi dengan Paru
S : batuk (-), Asma (-), Alergi (-), OAT (-), COVID (-), DM(-), HT(-)
O : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- , Pulmo dbn
A: Paru tenang
P: acc tindakan resko ringan

10
2.9. Rencana pembedahan
HDLO
2.10. Penggolongan ASA
ASA I
2.11. Tindakan Anestesi
Anestesi Umum

11
BAB III
LAPORAN ANESTESI

3.1 Persiapan Pre-Anestesi


1. Informed consent
2. Surat Persetujuan Operasi
3.2 Kunjungan Pre-Anestesi
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Edukasi
3.3 Persiapan Pre-Operasi
1. Ruang Perawatan
Pasien dipuasakan 6 jam sebelum operasi dilakukan
2. Persiapan di ruang transfer
a. Cek identitas pasien
b. Mengganti pakaian dengan pakaian yang telah disediakan sebelum
masuk kamar operasi
c. Pemasangan infus dilakukan pada tangan kiri pasien dengan ukuran
20 G
3. Persiapan alat di Ruang Operasi
 Patient Monitor
 Obat-obatan anestesia
 Obat-obatan emergensi
 Tatalaksana jalan nafas
 Suction apparatus
 Mesin anestesia
 Endotracheal tube (ETT) 7.0
 Orofaringeal airway
 Sungkup wajah
 Pengganti cairan (ringer laktat (RL) 500 ml)
4. Persiapan Obat
a. Obat Koinduksi

12
 Midazolam 2 mg IV
 Fentanyl 100 mcg IV
b. Induksi
- Propofol 100 mg IV
c. Muscle relaxant
- Atracurium 40 mg IV + maintenance 10 mg/jam
d. Antidotum muscle relaxant
- Neostigmine 1 mg + Sulphas atropine 0,5 mg
e. Obat tambahan
- Ondansetron 8 mg IV
- Ranitidine 50 mg IV
- Tramadol 100 mg IV
- Dexamethasone 5 mg IV
- Bactrim 1,5 gr IV
5. Terapi Cairan
Diketahui:
a. Berat badan : 60 kg
b. Lama puasa : 6 jam
c. Lama Pembedahan : 2 jam 15 menit
- Cairan Maintenance
4 ml/KgBB/Jam untuk berat badan 10 kg Pertama
2 ml/KgBB/Jam untuk berat badan 10 kg kedua
1 ml/KgBB/Jam untuk sisa berat badan
M = (4ml x 10) + (2ml x 10) + (1ml x 40)
= 40 + 20 + 40
= 100 ml/jam
- Cairan Pengganti Selama Puasa
P = M x jam puasa
= 100 x 6 jam
= 600 ml
- Cairan Pengganti akibat Operasi
Jumlah cairan pengganti pada operasi ringan adalah 0-2 ml/Kg

13
O = BB x jenis operasi
= 60 x 2 ml
= 120 ml
- Rencana Pemberian Cairan Intraoperatif
Pada 1 jam pertama = M + 1/2P + O
= 100 + 300 + 120 = 520 ml
Pada jam ke 2-3 = 2(M + 1/4P + O)
= 2(100 + 150 + 120) = 740 ml
3.4 Pelaksanaan Operasi
Pukul 09.05 WIB
a. Pasien masuk ke kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi
dengan posisi terlentang. Setelah itu dilakukan pemasangan oksimeter,
manset dan EKG.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk penilaian pra-induksi
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 123/76 mmHg
- Nadi : 72x/menit
- Suhu : 36C
- Laju nafas : 16x/menit
- Saturasi O2 : 100%
c. Dilakukan pemeriksaan sebelum induksi dimulai, yaitu sign in dengan
supervisi minimal perawat:
- Menanyakan kembali identitas, rencana tindakan dan persetujuan
akan tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien
- Memeriksa kembali apakah alat monitoring sudah terpasang dan
berfungsi dengan baik
- Menanyakan ulang tentang riwayat alergi kepada pasien
- Menanyakan tentang gangguan pernafasan yang dimiliki oleh
pasien
3.5 Pelaksanaan Anestesi
Waktu Keterangan
09:15 WIB  Mulai anestesi

14
 Melakukan pre-oksigenasi
 Pemberian obat ko-induksi:
midazolam 2 mg IV, fentantil 100
mcg IV
 Dilakukan induksi: propofol 100 mg
 Oksigenasi dengan sungkup wajah O2
6 lpm
 Pemberian muscle relaxant: atracurium
40 mg
 TD: 120/70 mmHg, nadi: 70x/menit,
SpO2 99%
09:20 WIB  Refleks bulu mata hilang
 Pemasangan ETT
 Menghubungkan ETT dengan mesin
anestesi
 Air dialirkn 2 liter per menit dan O2 2
liter per menit
 Isoflurane 1,6 vol% diberikan
 TD: 110/70 mmHg
09:30 WIB  Pemberian ondanentron 8 mg IV,
ranitidine 50 mg IV, tramadol 100 mg
IV, dan dexametason 5 mg IV
 TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit
SpO2: 100%
 Pemberian cairan RL 500 ml
09:45 WIB  Mulai pembedahan
 Pemberian fentanyl 50 mcg dan
Bactrim 1,5 gram
 TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
10:00 WIB  Pemberian atracurium 10 mg IV

15
 TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
10:15 WIB  TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
10.30 WIB  TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
10:45 WIB  TD: 120/80 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
11:00 WIB  Pemberian atracurium 10 mmHg
 TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
11:15 WIB  TD: 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
SpO2: 100%
11:30 WIB  Pemberian infus RL 500 ml
 TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
11:45 WIB  TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
12:00 WIB  Selesai Pembedahan
 TD: 120/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
12:05 WIB  TD: 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
SpO2: 100%
 Pemberian obat anestesia dihentikan
 Pemberian antidotum muscle relaxant
neostigmine 1 mg + sulfas atropine 0,5
mg IV
 Oksigenasi pasien
 Membersihkan secret jalan nafas dengan
suction
 Bila sudah nafas spontan adekuat,
melakukan ekstubasi

16
 Melepas alat monitor dari pasien
 Selesai Anestesi

3.6 Post Operasi


1. Ruang Pemulihan
Pasien masuk ke ruang pemulihan pada pukul 12:30 WIB. Lalu diberikan
oksigen dengan nasal canul sebesar 3 liter/menit. Setelah itu dilakukan
beberapa penilaian untuk menilai kondisi pasien pasca operasi, yaitu
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 18x/menit, dan
saturasi O2 98%. Pasien tidak mengalami keluhan apapun, tidak ada rasa
sakit, mual, ataupun muntah
Penilaian pulih sadar menurut Aldrette score saat awal masuk ruang
pemulihan.
Aktivitas :1
Sirkulasi :2
Pernapasan :2
Kesadaran :2
Warna kulit :2
Jumlah :9
Pasien keluar ruang pemulihan ke ruang rawat pada pukul 13:30 WIB
Penilaian pulih sadar menurut Aldrette score saat keluar ruang
pemulihan.
Aktivitas :2
Sirkulas :2
Pernapasan :2
Kesadaran :2
Warna kulit :2
Jumlah : 10
2. Instruksi Pasca Bedah selama di Ruang Pemulihan
a. Pengelolaan bila nyeri : Fentanyl 50 mcg iv
b. Pengelolaan bila mual/muntah : Ondansetron 8 mg iv
c. Infus : RL : NaCl = 20 tetes/ menit

17
d. Pemantauan tekanan darah, nadi, napas setiap 15-30 menit selama 1-2
jam

18
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Anestesi Umum

Anestesi umum adalah koma yang diinduksi secara medis dengan


hilangnya refleks pelindung pernafasan, akibat pemberian obat anestesi
umum intravena atau inhalasi, sering kali dalam kombinasi dengan
analgesic dan agen penghambat neuromuscular.1 Umumnya dilakukan
pada ruang operasi untuk memperkenankan prosedur bedah yang apabila
tidak dilakukan, dapat nyeri hebat untuk pasien, atau dalam intensive care
unit atau departemen emergensi untuk memfasilitasi intubasi endotrakeal
dan ventilasi mekanikal pada pasien dalam keadaan kritis.1 Anestesi umum
memiliki banyak tujuan mencakup ketidaksadaran, analgesia, amnesia,
imobilitas, dan paralisis.1
Berbagai macam pengobatan dapat diberikan, dengan tujuan secara
keseluruhan adalah untuk memastikan ketidaksadaran, amnesia, analgesia,
dan hilangnya refleksi system saraf otonom.1 Kombinasi obat optimal
untuk setiap pasien dan prosedur tertentu biasanya dilakukan oleh ahli atau
tenaga kesehatan lain seperti perawat anestesi dengan berkonsultasi
dengan pasien dan ahli bedah, dokter gigi, atau praktisi lain yang
melakukan prosedur operasi.1
4.2. Evaluasi Praanestesi

Sebelum melakukan prosedur yang direncanakan, penganestesi meninjau


kembali rekam medis dan atau menganamnesis pasien untuk menentukan
kombinasi obat dan dosis terbaik di mana monitoring akan dibutuhkan
untuk memastikan prosedur aman dan efektif.2 Faktor kunci pada evaluasi
ini adalah umur, indeks massa tubuh, riwayat kesehatan dan operasi,
penggunaan obat saat ini, dan waktu puasa pasien. 3 Jawaban yang
menyeluruh dan akurat penting didapatkan agar penganestesi dapat
memilih pengobatan dan prosedur yang tepat.4,5 Obat yang terjual bebas

19
dapat berinteraksi dengan obat anestesi, dan kegagalan dalam
menyampaikan informasi tersebut dapa meningkatkan risiko pasien.2-4

Aspek penting dari evaluasi praanestesi adalah penilaian jalan napas


pasien, mencakup inspeksi pembukaan mulut dan visualisasi mallampati. 6
Kondisii gigi dicek, dan fleksibilitas leher dan ekstensi kepala juga
diobservasi.7

4.3. Premedikasi

Sebelum mengadministrasi anestesi umum, penganestesi dapat


memberikan satu atau lebih obat yang meningkatkan kualitas dan
keamanan obat anestesi.8

Midazolam, sebuah benzodiazepin yang memilliki onset cepat dan durasi


pendek, efektif dalam mengurangi kecemasan preoperatif, termasuk
kecemasan perpisahan pada anak-anak.8 Dexmedetomidine dan beberapa
agen antipsikotik atipikal dapat digunakan pada anak yang tidak
kooperatif.9

Penganestesi dapat memberikan agen antiemetik seperti ondansetron,


droperidol, atau deksametason untuk mencegah mual muntah
postoperatif.9 Pengobatan premedikasi lainnya adalah opioid seperti
fentanil dan antagonis histamin seperti famotidin.9

Intervensi preanestesi non-farmakologis mencakup memainkan musik


relaksasi, pijatan, dan mengurangi cahaya dan suara sekitar untuk menjaga
tidur pasien.10 Teknik ini terlebih berguna untuk anak-anak dan pasien
dengan disabilitas interlektual.10 Meminimalkan stimulasi sensoris atau
distraksi dengan video gim dapat membantu mengurangi kecemasan
sebelum atau saat induksi anestesi umum.11

4.4 Tahap anestesia

20
Klasifikasi Guedel, mendeskripsikan empat tahap anestesi.12 Terlepas
pengobatan anestesi dan teknik pemberian yang lebih baru, yang berarti
onset lebih cepat atau pemulihan dari anestesi, prinsip ini tetap bertahan.12

Tahap pertama, yang disebut juga induksi, adalah waktu di antara


administrasi pengobatan induksi dan hilangnya kesadaran.12 Pada tahap ini,
pasien berjalan dari analgesia tanpa amnesia ke analgesia dengan
amnesia.12 Pasien dapat diajak berbicara pada tahap ini.12

Tahap kedua, yang disebut juga tahap eksitasi, waktu setelah hilangnya
kesadaran dan ditandai dengan aktivitas eksitasi dan delirium. 12 Pada tahap
ini, napas dan denyut jantung pasien dapat menjadi ireguler. Terlebih lagi,
dapat terjadi pergerakan tidak dikontrol, muntah, apnea, dan dilatasi
pupil.12 Karena kombinasi pergerakan spasme, muntah, dan pernafasan
ireguler dapat menyerang jalan napas pasien, pengobatan kerja cepat
digunakan untuk meminimalkan waktu pada tahap ini dan mencapai tahap
3 secepat mungkin.12

Tahap ketiga, yang disebut juga anestesi surgikal, otot skelet terelaksasi,
muntah berhenti, depresi pernafasan terjadi, dan pergerakan bola
melambat lalu berhenti.12 Pasien tidak sadar dan siap untuk pembedahan.12
Tahap ini dibagi menjadi empat bidang: mata berputar lalu menjadi
terpaku, refleks kornea dan laring menghilang, pupil melebar dan refleks
cahaya menghilang, dan kelumpuhan interkostal dan pernafasan
abdominal terjadi.12

Tahap keempat, yang disebut juga overdosis, di mana terlalu banyak


pengobatan anestesi diberikan dibandingkan dosis yang dibutuhkan untuk
kebutuhan pembedahan dan pasien menderita depresi batang otak dan
medulla, menyebabkan apnea dan berpotensi kolaps kardiovaskular.12
Tahap ini mematikan tanpa bantuan kardiovaskular dan pernafasan.12

4.5. Induksi

21
Anestesi umum biasanya diberikan pada kamar operasi atau di dalam
ruangan khusus anestesi di sebelah kamar operasi.13 Anestesi umum dapat
diberikan pada lokasi lain seperti ruang endoskopi, ruang intensive care
unit, departemen bedah, departemen kardiologi, departemen kedaruratan,
ambulans, atau pada tempat bencana di mana transport pasien tidak
memungkinkan.13

Pengobatan anestesi dapat diberikan melalui beberapa rute, mencakup


inhalasi, injeksi (intravena, intramuskular, atau subkutan), oral, atau
rektal.13 Setelah masuk ke sistem sirkulasi, obat akan ditransport ke
tempat aksi biokimiawinya pada sistem saraf sentral dan otonom.13

Kebanyakan anestesi umum diinduksi secara intravena atau inhalasi. 13


Pengobatan induksi intravena yang umum digunakan adalah propofol,
natrium tiopental, etomidat, metoheksital, dan ketamin.13 Anestesi inhalasi
dapat dipilih saat akses intravena sulit didapat (seperti anak-anak), saat
mengantisipasi kesulitan menjaga jalan napas, atau saat pasien memilih
itu.13 Sevofluran adalah pengobatan yang paling umum digunakan sebagai
induksi inhalasi, karena lebih tidak mengiritasi trakea dan bronkus
dibanding obat lain.13

Urutan pengobatan induksi: preoksigenasi untuk mengisi paru dengan


oksigen untuk memperbolehkan waktu apnea lebih panjang saat intubasi
tanpa memengaruhi level oksigen darah, fentanil untuk anestesi sistemik
untuk intubasi, propofol untuk sedasi untuk intubasi, dan berpindah dari
oksigen dengan campuran oksigen dan anestesi inhalasi.13

Laringoskopi dan intubasi sangat merangsang dan induksi menumpulkan


respons terhadap manuver ini sambil secara bersamaan menginduksi
keadaan hampir koma untuk mencegah kesadaran.13

4.6. Monitoring Fisiologis

Beberapa teknologi monitoring memungkinkan untuk induksi terkontrol,


pemeliharaan, dan munculnya anestesi umum, maka diperlukan

22
elektrokardiografi (EKG) berkelanjutan, oksimetri nadi berkelanjutan
(SpO2), monitoring tekanan darah, pengukuran konsentrasi pengobatan,
pengukuran oksigen, alarm, kapnografi, pengukuran suhu,
elektroensefalografi, dan pengukur kedalaman anestesia.13

4.7. Airway Management

Pasien teranestesi kehilangan refleks jalur napas (seperti batuk), patensi


jalan napas, dan terkadang pola pernafasan reguler disebabkan efek
anestesi, opioid, atau muscle relaxant. 13 Untuk menjaga jalur napas terbuka
dan meregulasi pernafasan, beberapa bentuk tuba pernafasan dimasukkan
setelah pasien tak sadar.13 Untuk memungkinkan ventilasi mekanik, tuba
endotrakeal sering digunakan, meskipun ada peralat alternatif yang dapat
membantu pernafasan, seperti sungkup wajah atau laryngeal mask
airway.13 Umumnya, ventilasi mekanik penuh hanya digunakan saat
anestesi umum yang sangat dalam diinduksi untuk prosedur besar, dan
atau dengan pasien sakit berat.13 Induksi anestesi anestesi biasanya
mengakibatkan apnea dan membutuhkan ventilasi sampai pengobatan
mereda dan pernafasan spontan dimulai.13 Dengan kata lain, ventilasi
mungkin dibutuhkan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum atau
hanya saat induksi.13 Namun, ventilasi mekanik dapat memberikan bantuan
ventilasi saat pernafasan spontan untuk memastikan pertukaran udara yang
adekuat.13

4.8. Pemeliharaan

Durasi aksi pengobatan induksi intravena umumnya 5-10 menit, di mana


setelah pemulihan spontan pemulihan akan terjadi.14 Demi memperpanjang
ketidaksadaran untuk durasi yang dibutuhkan, anestesi harus dijaga. 14 Hal
ini dicapai dengan memberikan pasien campuran oksigen yang dikontrol
dengan hati-hati dan pengobatan uap anestesi atau dengan memberikan
obat melalui kateter intravena.14 Pengobatan inhalasi sering kali dilengkapi
dengan pengobatan analgesik intravena, seperti opioid (biasanya fentanil
atau turunan fentanil) dan obat penenang (biasanya propofol atau

23
midazolam).14 Dengan anestesi berbasis propofol, namun, dilengkapi
dengan pengobatan inhalasi tidak dibutuhkan.14 Anestesi umum biasanya
dipertimbangkan aman; namun ada laporan kasus pasien dengan gangguan
pengecapan dan atau penghidu dikarenakan anestesi lokal, strok, gangguan
saraf, atau sebagai efek samping anestesi umum.14,15

Pada akhir pembedahan, administrasi pengobatan anestesi dihentikan. 14


Pemulihan kesadaran terjadi saat konsentrasi anestesi pada otak menurun
(biasanya terjadi 1-30 menit, bergantung pada durasi pembedahan).14

Pengobatan lain terkadang digunakan untuk mengobati efek samping atau


mencegah komplikasi.14 Mereka mencakup antihipertensi untuk mengobati
tekanan darah tinggi; efedrina atau fenilefrin untuk menatalaksanakan
tekanan darah rendah; salbutamol untuk menatalaksana asma,
laringospasme, atau brokospasme; dan epinefrine atau difenhidramin
untuk menatalaksana reaksi alergi.14 Glukokortikoid terkadang diberikan
untuk mencegah inflamasi dan antibiotik untuk mencegah infeksi.14

4.9. Tahap Kemunculan

Tahap kemunculan adalah kembalinya fungsi fisiologi dasar dari semua


sistem organ setelah penghentian anestesi umum.16 Tahap ini dapat disertai
dengan fenomena neurologis sementara, seperti munculnya agitasi
(kebingungan mental akut), afasia (gangguan produksi atau pemahaman
bicara), atau gangguan fokal pada fungsi sensorik atau motorik. 16
Menggigil juga sering ditemukan dan dapat menjadi signifikan secara
klinis karena menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen, produksi
karbon dioksida, cardiac output, denyut jantung, dan tekanan darah
sistemik.16 Kejadian kardiovaskular seperti peningkatan atau penurunan
tekanan darah, denyut jentung cepat, atau disaritmia jantung lain juga
umum saat tahap kemunculan dari anestesi umum, seperti gejala napas
seperti dispnea.16

4.10. Perawatan Pasca Operasi

24
Rumah sakit berusaha untuk kebangunan bebas sakit dari anestesi. 17
Meskipun bukan sebuah hasil langsung anestesi umum, nyeri postoperatif
dikelola pada ruang pemulihan anestesi dengan anestesi regional atau
pengobatan oral, transdermal, atau parenteral.17 Pasien dapat diberikan
opioid, juga pengobatan lain seperti non steroidal anti-inflammatory drugs
(NSAID) dan asetominofen.17 Terkadang, pengobatan opioid diberikan
oleh pasien sendiri melalui sistem disebut analgesik dikontrol pasien. 18
Bila pengobatan ini tidak dapat mengatasi nyeri dengan efektif, anestesi
lokal dapat diinjeksi langsung pada saraf pada prosedur dinamakan nerve
block.19,20

Pada kamar pemulihan, banyak tanda vital yang dimonitor, mencakup


saturasi oksigen, ritme jantung dan respirasi, tekanan darah, dan suhu
tubuh.21-23

Menggigil postanestesi umum ditemukan.17 Di samping menyebabkan


ketidaknyamanan dan nyeri eksaserbasi, menggigil menujukkan dapat
meningkatkan konsumsi oksigen, pelepasan katekolamin, cardiac output,
denyut jantung, tekanan darahm dan tekanan intraokular. 24 Beberapa
teknik digunkana untuk menurunkan keluhan menggigil, seperti selimut
hangat, atau membungkus pasien dengan alat penghangat tubuh
konveksi.25-28 Bila menggigil tidaj dapat diatasi dengan alat penghangat
eksternal, pengobatan seperti deksmedetomidin, atau agonis α2 lainnya,
antikolinergik, stimulan sistem saraf pusat, atau kortikosteroid dapat
digunakan.29-31

Pada banyak kasus, opioid yang digunakan pada anestesi umum dapat
menyebabkan ileus postoperatif, meskipun pada pembedahan non-
abdominal.32 Pemberian antagonis µ-opioid seperti alvimopan secepatnya
setelah pembedahan dapat membantu menurunkan keparahan dan durasi
ileus.32

Komplikasi berat anestesi umum adalah hipertermia malignan. 33.34


Penatalaksanaan untuk hipertermia malignan adalah pemberian dantrolene

25
intravena, antidotum yang diketahui satu-satunya, pemberhentian
pengobatan pencetus, dan terapi pendukung diarahkan kepada koreksi
hipertermia, asidosis, dan disfungsi organ.16

4.11. Mortalitas Perioperatif

Kebanyakan mortalitas perioperatif disebabkan oleh komplikasi dari


pembedahan seperti perdarahan, sepsis, dan kegagalan organ vital. 16
Kematian berhubungan langsung dengan manajemen anestesi sangat
jarang namun dapat terjadi karena aspirasi pulmonal konten gaster,
asfiksia, atau anafilaksis.35-37 Hal ini dapat terjadi dari malafungsi
peralatan terkait anestesi atau lebih umumnya terjadi akibat human error.16

26
BAB V
PEMBAHASAN
Pasien atas nama Ny. Salsabila Rahma dengan diagnosis mioma uteri intramural
akan dilakukan tindakan Hysteroscopy Diagnostic Laparoscopy Operation
(HDLO). Tindakan pembedahan berlangsung selama 2 jam 15 menit dengan
durasi anestesi 2 jam 50 menit. Berdasarkan hasil kunjungan pra anestesi
didapatkan hasil anamnesis bahwa pada tanggal 8 Maret 2022, pasien mengalami
hari pertama haid terakhirnya dengan adanya nyeri hebat saat haid. Darah yang
keluar juga lebih banyak daripada biasanya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
dan melihat hasil pemeriksaan penunjang, ditegakkan diagnosis anestesi pada
pasien ini dengan status ASA I dikarenakan pasien tidak terikat zat tertentu.

Penggunaan teknik anestesi umum pada tindakan HDLO ini dikarenakan dapat
menyebabkan nyeri hebat bagi pasien. Selain itu, durasi operasi yang lama juga
menjadi alasan untuk memberikan anestesi umum.

Selama perlakuan anestesi, perlu dipantau saturasi O2, jumlah O2 yang diberikan,
tekanan darah, konsentrasi pengobatan, Pada saat tahap premedikasi, pasien
diberikan pre-oksigenasi dan obat ko-induksi (midazolam 2 mg IV, fentanyl 100
mcg IV). Setelah itu pasien diberikan obat induksi intravena (propofol 100 mg).
Dilanjutkan dengan pemberian muscle relaxant (atracurium 40 mg), memasang
ETT dan menyambungkannya ke mesin anestesi yang sudah dinyalakan dan
diberikan obat induksi inhalasi (isoflurane). Dilanjutkan dengan pemberian obat
tambahan seperti ondansetron 8 mg IV, ranitidine 50 mg IV, tramadol 100 mg IV,
dan dexamethasone 5 mg IV. Sebagai maintenance diberikan muscle relaxant
(atracurium 10 mg) setiap 1 jam.

Pada saat di dalam ruang pemulihan pasien, RL = 20 tetes/ menit, pemantauan


tekanan darah, nadi, napas, dan bila nyeri, diberikan fentanyl 50 mcg IV, bila
mual/muntah diberikan ondansetron 8 mg IV.

27
BAB VI

KESIMPULAN

Pasien Ny. Salsabila Rahma berusia 26 tahun dengan diagnosa mioma uteri
intramural dilakukan tindakan HDLO. Teknik anestesi yang dilakukan pada
pasien ini adalah anestesi umum dikarenakan kebutuhan tingkat sedasi yang
dalam pada pasien dan durasi tindakan operasi yang relatif panjang Anestesi
umum adalah koma yang diinduksi secara medis dengan hilangnya refleks
pelindung, akibat pemberian obat anestesi umum intravena atau inhalasi,
seringkali dalam kombinasi dengan analgesic dan agen penghambat
neuromuscular. Obat-obatan anestesi yang digunakan terdiri dari midazolam,
fentanyl, propofol, dan atracurium. Adapun pemberian obat-obatan adjuvan lain,
seperti ondansetron, ranitidine, tramadol, dan dexamethasone. Pasca operasi,
keadaan umum, tanda-tanda vital, dan kondisi pasien dinyatakan stabil sehingga
pasien sudah dapat dipindahkan ke ruang perawatan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Jevtovic-Todorovic V. General anesthetics and neurotoxicity: How much do we


know? [Internet]. Anesthesiology clinics. U.S. National Library of Medicine;
2016 [cited 2022Mar24]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5477636/
2. Lederman D, Easwar J, Feldman J, Shapiro V. Anesthetic considerations for lung
resection: Preoperative assessment, intraoperative challenges and postoperative
analgesia [Internet]. Annals of translational medicine. AME Publishing Company;
2019 [cited 2022Mar24]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6712248/
3. Izumo W, Higuchi R, Yazawa T, Uemura S, Shiihara M, Yamamoto M.
Evaluation of preoperative risk factors for postpancreatectomy hemorrhage
[Internet]. Langenbeck's archives of surgery. Springer Berlin Heidelberg; 2019
[cited 2022Mar24]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6935390/
4. Budworth L, Prestwich A, Lawton R, Kotzé A, Kellar I. Preoperative
interventions for alcohol and other recreational substance use: A systematic
review and meta-analysis [Internet]. Frontiers in psychology. Frontiers Media
S.A.; 2019 [cited 2022Mar24]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6369879/
5. Siriphuwanun V, Punjasawadwong Y, Saengyo S, Rerkasem K. Incidences and
factors associated with perioperative cardiac arrest in trauma patients receiving
anesthesia [Internet]. Risk management and healthcare policy. Dove Medical
Press; 2018 [cited 2022Mar24]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6201994/
6. Anaesthesia Dof. Airway management and training in obstetric anaesthesia :
Current opinion in anesthesiology [Internet]. LWW. [cited 2022Mar24]. Available
from:
https://journals.lww.com/co-anesthesiology/Abstract/2016/06000/Airway_manage
ment_and_training_in_obstetric.3.aspx

29
7. Comparison of forces acting on ... - Wiley Online Library [Internet]. [cited
2022Mar24]. Available from: https://associationofanaesthetists-
publications.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/anae.14815
8. Cox RG, Nemish U, Ewen A, Crowe M-J. Evidence-based clinical update: Does
premedication with oral midazolam lead to improved behavioural outcomes in
children? - canadian journal of anesthesia/journal Canadien d'anesthésie
[Internet]. SpringerLink. Springer-Verlag; [cited 2022Mar24]. Available from:
https://link.springer.com/article/10.1007/BF03021583
9. Reanimation Dof Aand. Premedication of the pediatric patient – anesthesia for the
... : Current opinion in anesthesiology [Internet]. LWW. [cited 2022Mar25].
Available from:
https://journals.lww.com/co-anesthesiology/Abstract/2007/06000/Premedication_
of_the_pediatric_patient__.11.aspx
10. Mencía SB;López-Herce JC;Freddi. Analgesia and sedation in children: Practical
approach for the most frequent situations [Internet]. Jornal de pediatria. U.S.
National Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17530139/
11. Manyande A;Cyna AM;Yip P;Chooi C;Middleton P; Non-pharmacological
interventions for assisting the induction of anaesthesia in children [Internet]. The
Cochrane database of systematic reviews. U.S. National Library of Medicine;
[cited 2022Mar25]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26171895/
12. Hewer CL. The stages and signs of general anaesthesia [Internet]. British medical
journal. U.S. National Library of Medicine; 1937 [cited 2022Mar25]. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2087073/
13. Booth AWG;Vidhani K;Lee PK;Thomsett. Spontaneous respiration using
intravenous anaesthesia and hi-flow nasal oxygen (strive hi) maintains
oxygenation and airway patency during management of the obstructed airway: An
observational study [Internet]. British journal of anaesthesia. U.S. National
Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28203745/
14. Baker JJ;Öberg S;Rosenberg. Loss of smell and taste after general Anesthesia: A
case report [Internet]. A &amp; A case reports. U.S. National Library of

30
Medicine; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28767470/
15. Elterman KG, Mallampati SR, Kaye AD, Urman RD. Postoperative alterations in
taste and Smell [Internet]. Anesthesiology and pain medicine. Kowsar; 2014
[cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4286802/
16. Pardo M, Miller RD, Miller RD. Basics of anesthesia. Philadelphia, PA: Elsevier;
2018.
17. Lopez MB. Postanaesthetic shivering - from pathophysiology to prevention
[Internet]. Romanian journal of anaesthesia and intensive care. Clusium Publ
House; 2018 [cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5931188/
18. Rajpal S;Gordon DB;Pellino TA;Strayer AL;Brost D;Trost GR;Zdeblick
TA;Resnick DK; Comparison of perioperative oral multimodal analgesia versus
IV PCA for spine surgery [Internet]. Journal of spinal disorders &amp;
techniques. U.S. National Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20375829/
19. Schnabel A, Reichl SU, Weibel S, Zahn PK, Kranke P, Pogatzki-Zahn E, et al.
Adductor canal blocks for postoperative pain treatment in adults undergoing knee
surgery [Internet]. The Cochrane database of systematic reviews. John Wiley
&amp; Sons, Ltd; 2019 [cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6814953/
20. Sharma A, Goel AD, Sharma PP, Vyas V, Agrawal SP. The effect of transversus
abdominis plane block for analgesia in patients undergoing liver transplantation:
A systematic review and meta-analysis [Internet]. Turkish journal of
anaesthesiology and reanimation. Turkish Anaesthesiology and Intensive Care
Society; 2019 [cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6756312/
21. Olsen RM, Aasvang EK, Meyhoff CS, Sorensen HBD. Towards an automated
multimodal clinical decision support system at the Post Anesthesia Care Unit
[Internet]. Computers in Biology and Medicine. Pergamon; 2018 [cited

31
2022Mar25]. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0010482518302099
22. Petersen C;Wetterslev J;Meyhoff. Perioperative hyperoxia and post-operative
cardiac complications in adults undergoing non-cardiac surgery: Systematic
review protocol [Internet]. Acta anaesthesiologica Scandinavica. U.S. National
Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29664117/
23. Orbach-Zinger S;Razinsky E;Bizman I;Firman S;Gat R;Davis A;Ashwal
E;Shmueli A;Vaturi M;Gabbay-Benziv R;Eidelman LA; Perioperative
noninvasive cardiac output monitoring in parturients with Singleton and twin
pregnancies undergoing cesarean section under spinal anesthesia with
Prophylactic Phenylephrine Drip: A prospective observational cohort study
[Internet]. The journal of maternal-fetal &amp; neonatal medicine : the official
journal of the European Association of Perinatal Medicine, the Federation of Asia
and Oceania Perinatal Societies, the International Society of Perinatal
Obstetricians. U.S. National Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29788801/
24. Mahajan RP, Grover VK, Sharma SL, Singh H. Intraocular pressure changes
during muscular hyperactivity after general anesthesia [Internet]. Anesthesiology.
U.S. National Library of Medicine; 1987 [cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3826703
25. Shaw CA, Steelman VM, DeBerg J, Schweizer ML. Effectiveness of active and
passive warming for the prevention of inadvertent hypothermia in patients
receiving neuraxial anesthesia: A systematic review and meta-analysis of
randomized controlled trials [Internet]. Journal of clinical anesthesia. U.S.
National Library of Medicine; 2017 [cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5381733/
26. Alderson P;Campbell G;Smith AF;Warttig S;Nicholson A;Lewis SR; Thermal
insulation for preventing inadvertent perioperative hypothermia [Internet]. The
Cochrane database of systematic reviews. U.S. National Library of Medicine;
[cited 2022Mar25]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24895945/

32
27. Stanger R;Colyvas K;Cassey JG;Robinson IA;Armstrong P; Predicting the
efficacy of convection warming in anaesthetized children [Internet]. British
journal of anaesthesia. U.S. National Library of Medicine; [cited 2022Mar25].
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19541677/
28. Wagner K, Swanson E, Raymond CJ, Smith CE. Comparison of two convective
warming systems during major abdominal and orthopedic surgery - canadian
journal of anesthesia/journal Canadien d'anesthésie [Internet]. SpringerLink.
Springer-Verlag; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://link.springer.com/article/10.1007/BF03021491
29. Zhang J;Zhang X;Wang H;Zhou H;Tian T;Wu A; Dexmedetomidine as a
neuraxial adjuvant for prevention of perioperative shivering: Meta-analysis of
randomized controlled trials [Internet]. PloS one. U.S. National Library of
Medicine; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28829798/
30. Zhang X;Wang D;Shi M;Luo. Efficacy and safety of dexmedetomidine as an
adjuvant in epidural analgesia and anesthesia: A systematic review and meta-
analysis of randomized controlled trials [Internet]. Clinical drug investigation.
U.S. National Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27812971/
31. Lopez MB. Postanaesthetic shivering - from pathophysiology to prevention
[Internet]. Romanian journal of anaesthesia and intensive care. Clusium Publ
House; 2018 [cited 2022Mar25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5931188/
32. Leslie JB;Viscusi ER;Pergolizzi JV;Panchal SJ. Anesthetic routines: The
Anesthesiologist's role in GI Recovery and postoperative ileus [Internet].
Advances in preventive medicine. U.S. National Library of Medicine; [cited
2022Mar25]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21991449/
33. Kim KSM;Kriss RS;Tautz TJ. Malignant hyperthermia: A clinical review
[Internet]. Advances in anesthesia. U.S. National Library of Medicine; [cited
2022Mar25]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31677658/
34. Baldo BA;Rose MA; The anaesthetist, opioid analgesic drugs, and serotonin
toxicity: A mechanistic and clinical review [Internet]. British journal of

33
anaesthesia. U.S. National Library of Medicine; [cited 2022Mar25]. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31653394/
35. Engelhardt T;Webster NR; Pulmonary aspiration of gastric contents in anaesthesia
[Internet]. British journal of anaesthesia. U.S. National Library of Medicine;
[cited 2022Mar25]. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10655918/
36. Morley AH. Maternal death from aspiration asphyxia [Internet]. British Medical
Journal. U.S. National Library of Medicine; 1956 [cited 2022Mar25]. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2035010/
37. Dewachter P, Mouton-Faivre C, Emala CW, Riou B. Anaphylaxis and anesthesia:
Controversies and New Insights [Internet]. American Society of
Anesthesiologists. American Society of Anesthesiologists; 2009 [cited
2022Mar25]. Available from:
https://pubs.asahq.org/anesthesiology/article/111/5/1141/9812/Anaphylaxis-and-
AnesthesiaControversies-and-New

34

Anda mungkin juga menyukai