FEBRUARI, 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Oleh :
Pembimbing :
dr. Zulfikar Djafar., M.Kes., Sp.An
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 105505407118
Pembimbing,
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga laporan kasus dengan
judul “MANAJEMEN ANESTESI PADA PASIEN THT DENGAN TEKNIK
HIPOTENSI KENDALI” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang memberikan
pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Zulfikar Djafar.,
M.Kes., Sp.An yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan niat dan kesungguhan yang
penuh serta usaha yang maksimal dalam menyusun laporan kasus ini, masih banyak
celah yang dapat diisi untuk menyempurnakan laporan kasus ini, baik dari isi maupun
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis
harapkan.
Demikian, semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Operasi pada daerah kepala termasuk pada telinga memerlukan teknik khusus
yakni teknik hipotensi terkendali. Teknik hipotensi terkendali merupakan suatu teknik
pada anestesi umum dengan menggunakan agen hipotensi kerja cepat untuk
menurunkan tekanan darah serta perdarahan saat operasi. Prosedur ini memudahkan
operasi sehingga membuat pembuluh darah dan jaringan terlihat, serta mengurangi
kehilangan darah.
A. PREOPERATIF/PREANESTESI
I. Identitas pasien
Nama : Ny. HAP
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Berat Badan : 62 kg
Alamat : Borong
Diagnosis : Deviasi Septum
II. Anamnesis
Keluhan utama : Hidung tersumbat
a) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluh hidung bagian kiri tersumbat sejak ±6 bulan yang
lalu. Nyeri kepala (-), rhinore(-), riwayat epistaksis (-), riwayat demam (-)
Riwayat penyakit dahulu:
1) Riwayat asma (-)
2) Riwayat hipertensi (-)
3) Riwayat penyakit jantung (-)
4) Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
5) Riwayat alergi makanan (-) dan obat (-)
b) Riwayat operasi (-)
III. Pemeriksaan fisik
GCS : E4M6V5
Vital Sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernafasan : 20 x/menit
a) B1 (Breath) :
Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing: (-/-/-), potrusi mandibular (-),
leher pendek (-), gerak leher terbatas, tonsil (T1-T1), faring hiperemis (-),
frekuensi pernapasan: 20 kali/menit, suara pernapasan: vesikular (+/+),
suara pernapasan tambahan ronchi(-/-), wheezing(-/-), gigi ompong (-)
graham belakang, gigi palsu (-). Mallampati score = 2.
b) B2 (Blood) :
Akral hangat pada ekstremitas atas (-/-) dan ekstremitas bawah (-/-),
tekanan darah: 130/80 mmHg, denyut nadi : 82 kali/menit, reguler, kuat
angkat, bunyi jantung S1/S2 murni regular.
c) B3 (Brain) :
Kesadaran: Composmentis, Pupil: bulat isokor Ø 2,5 mm/2,5mm, refleks
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, defisit neurologi
(-), suhu 36,5C.
d) B4 (Bladder) :
Buang air kecil spontan, frekuensi 2-5x/hari berwarna kekuningan.
e) B5 (Bowel) :
Abdomen : Distensi (-) peristaltik (+) kesan normal, massa (-), jejas (-).
f) B6 Back & Bone :
Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), edema ekstremitas atas (-/-), edema
ekstremitas bawah (-/-).
IV. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (7/2/2023) :
Hemostasis/
Hasil Nilai rujukan
kimia
CT 9’00” 4 – 10 menit
Ureum - 0 – 50 mg/dl
V. Diagnosis
Deviasi Septum
VI. Penatalaksaan
Rencana operasi : Septoplasti
Di Perawatan :
KIE (+), surat persetujuan tindakan operasi (+), surat persetujuan tindakan
anestesi (+),
IVFD RL 18 tpm
Rencana operasi Septoplasti
Puasa 8 jam pre operasi
VII. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
maka:
B. PREINDUKSI
C. POST OPERATIF
TINJAUN PUSTAKA
Manajemen Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- “tidak” “tanpa”
dan asethetos “persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Tindakan Anestesi adalah suatu tindakan Medis, yang dikerjakan
secara sengaja pada pasien sehat ataupun disertai penyakit lain dengan derajat
ringan sampai berat bahkan mendekati kematian. Tindakan ini harus sudah
memperoleh persetujuan dari dokter Anestesi yang akan melakukan tindakan
tersebut dengan mempertimbangkan kondisi pasien, dan memperoleh
persetujuan pasien atau keluarga, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan
yaitu pembedahan, pengelolaan nyeri, dan life support yang berlandaskan
pada “patient safety”.
Anestesi dasar terbagi menjadi beberapa jenis :
Anestesia Umum :
1. Anestesi Umum Intravena
2. Anestesi Umum Inhalasi
3. Anestesi Imbang
Anestesi Regional :
1. Blok Spinal Subarachnoid
2. Blok Spinal Epidural
3. Blok Saraf Perifer
4. Blok Regional Intravena
Anestesi Lokal :
1. Anestesi Lokal
2. Anestesi Infiltrasi Lokal
Selain itu, pada anestesi sering digunakan klasifikasi ASA
(American Society of Anesthesiology) untuk menilai kebugaran fisik
seseorang :
ASA 1 : Pasien yang sehat fisik dan psikis
ASA 2 : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA 3 : Pasien dengan penyakit sistemik berat
ASA 4 : Pasien dengan penyakit sistemik berat dan penyakitnya
merupakan ancaman untuk hidupnya
ASA 5 : Pasien sekarat yang tidak diharapkan untuk selamat tanpa
tindakan pembedahan
ASA : Pasien yang dinyatakan meninggal dan organnya telah
pindahkan untuk tujuan donor
A. Teknik hipotensi terkendali
Teknik Hipotensi Terkendali merupakan suatu teknik pada anestesi umum
dengan menggunakan agen hipotensi kerja cepat untuk menurunkan tekanan
darah serta perdarahan saat operasi. Prosedur ini memudahkan operasi sehingga
membuat pembuluh darah dan jaringan terlihat serta mengurangi kehilangan
darah.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN