VENTILASI MEKANIK
Oleh :
Ninis Ilmi Octasari, S. Ked
K1A1 15 095
Pembimbing:
dr. Agussalim Ali, M.Kes.,Sp.An
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ventilasi tekanan positif pertama kali dikemukakan oleh Vesalius -
400 tahun yang lalu namun konsep tersebut baru diterapkan pada tahun 1955.
Pada tahun tersebut terjadi epidemi polio terjadi hampir di seluruh dunia
sehingga dibutuhkan bantuan ventilasi yang dapat bertindak sebagai tangki
ventilator bertekanan negatif yang dikenal dengan istilah iron lung. Seluruh
pusat pendidikan kedokteran di Swedia tutup dan mahasiswanya bekerja
selama 8 jam sehari sebagai human ventilator yang memompa paru pada
pasien dengan gangguan ventilasi. Di Boston, Amerika Serikat, Emerson
Company berhasil membuat suatu prototype alat inflasi paru bertekanan
positif yang kemudian digunakan di Massachusetts General Hospital dan
memberikan hasil yang memuaskan dalam waktu singkat. Sejak itudimulailah
era baru penggunaan ventilasi mekanis bertekanan positif serta ilmu
kedokteran dan perawatan intensif.1
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu
fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan
hipoksemia, hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator mekanik
merupakan salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi
perawatan pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU) dengan penggunaan
di Amerika Serikat mencapai 1,5 juta per tahun.2
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
positif atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan
napaspasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dalam jangka waktu lama. Alat bantu napas mekanik berperan sebagai
alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan.
Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan
metabolik, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transpor oksigen.3
Indikasi pemakaian ventilator atau ventilasi mekanis adalah henti
jantung, gagal napas, hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian
oksigen non invasif, sepsis berat, bantuan ventilasi pada pasien yang
diintubasi atas indikasi mempertahankan jalan napas, mengurangi beban
jantung pada syok kardiogenik serta pasien pasca bedah mayor yang
memerlukan bantuan ventilasi untuk memperbaiki homeostasis, gangguan
keseimbangan asam basa dan anemia.4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.N
Umur : 35 tahun
Tanggal Lahir : 17 Desember 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Tombawatu, Kecamatan Kapolala,
Kabupaten Konawe
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Bugis-Tolaki
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk : 24 Januarir 2020
RM : 56-68-34
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Baru Masuk rujukan dari RS. Dr.Soetomo dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir yang dirasakan sejak pukul pagi sekitar pukul
06.00. Pasien mengaku tidak merasakan gerakan janinnya sejak pukul
14.00. Pasien merasakan nyeri perut bagian bawah yang dirasakan sejak
pukul 15.00. Nyeri bertambah dengan perubahan posisi. Keluhan lain:
pusing (+), sakit kepala (-), penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-),
nyeri epigastrium (-), lemas (+).
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Persalinan 4 kali dan lahir normal pada kehamilan
sebelumnya di tolong oleh Dukun
Riwayat Seksio Sesaria (+) 2 tahun yang lalu
Riwayat kejang saat hamil sebelumnya (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Alergi Obat dan Makanan (-)
Riwayat ANC (+) 4x
4. Riwayat kebiasaan:
Pola makan pasien mengkonsumsi makanan berlemak dan
mengandung banyak garam (-). Riwayat konsumsi rokok dan alkohol (-),
Pasien juga jarang melakukan olahraga.
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluarga yang menderita eklampsia (-).
C. Pemeriksaan Fisik
Primary survey
Airway : Clear (+), NGT (-), ETT (-), Nasal Kanul (+)
Breathing : RR: 28 kali/menit, simetris Kanan/Kiri, Pernapasan
thorakoabdominal, vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-,
SPO2 100% dengan nasal kanul
Circulation : TD: 90/60 mmHg, N: 115 x/m reguler,kuat angkat, S:
36,0ºC
Disability : Composmentis, GCS : E4V5M6, kaku kuduk (-)
Exposure : hangat kering merah, urine 500 cc/24 jam,turgor kulit
baik.
Status Generalis
Kulit Berwarna sawo matang
Kepala Normocephal
Rambut Berwarna hitam, tidak mudah tercabut.
Mata Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), Exopthalmus (-/-),
edema palpebra -/-, Gerakan bola mata dalam batas normal,
kornea refleks (-) pupil refleks (+)
Hidung Epitaksis (-) rinorhea (-)
Telinga Otorrhea (-) nyeri tekan mastoid (-)
Mulut Bibir pucat (+) bibir kering (-) perdarahan gusi (-)
Leher Inspeksi
Bentuk leher simetris, penonjolan vena jugularis (-), tampak
tumor (-)
Palpasi
Kaku kuduk (-) , massa (-), pembesaran tiroid (-), posisi
trakea (ditengah)
Auskultasi
Bruit pd arteri karotis (-), bruit pada tiroid (-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi napas vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Cembung , ikut gerak napas
Auskultasi
DJJ (-)
Palpasi
TFU 3 jari diatas Umbilikus
Ekstremitas Inspeksi
-peteki -/-, edema -/-, deformitas -/-
-ekstremitas atas tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
krepitasi dan teraba dingin
-ekstremitas bawah terdapat nyeri tekan (-/-), tidak terdapat
krepitasi dan teraba dingin
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Kimia Darah dan Elektrolit (24-1-2020)
Parameter Nilai Rujukan Satuan
GDS 121 70-180 Mg/dl
Darah Rutin (24-1-2020)
Parameter Nilai Rujukan Satuan
WBC 22,87 4.00-10.00 103/uL
RBC 3,84 3.50-5.50 106/Ul
HGB 11,5 11.0-15.0 g/Dl
HCT 34,4 36.0-48.0 %
MCV 89,6 80.0-99.0 fL
MCH 29,9 26.0-32.0 Pg
MCHC 33,4 32.0-36.0 g/dL
PLT 264 100-300 103/uL
E. Resume
Pasien Baru Masuk rujukan dari RS. Dr.Soetomo dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir yang dirasakan sejak pagi sekitar pukul 06.00.
Pasien mengaku tidak merasakan gerakan janinnya sejak pukul 14.00. Pasien
merasakan nyeri perut bagian bawah yang dirasakan sejak pukul 15.00. Nyeri
bertambah dengan perubahan posisi. Keluhan lain: pusing (+), sakit kepala (-),
penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri epigastrium (-), lemas (+).
Riwayat Penyakit Dahulu pada pasien yaitu riwayat Persalinan 4 kali
dan lahir normal pada kehamilan sebelumnya di tolong oleh Dukun, riwayat
Seksio Sesaria (+) 2 tahun yang lalu,riwayat kejang saat hamil sebelumnya (-),
riwayat Hipertensi (-), riwayat Asma (-), riwayat Diabetes Mellitus (-), riwayat
Alergi Obat dan Makanan (-), dan Riwayat ANC (+) 4x. Riwayat kebiasaan
pasien yaitu pola makan pasien mengkonsumsi makanan berlemak dan
mengandung banyak garam (-), riwayat konsumsi rokok dan alkohol (-) dan
pasien juga jarang melakukan olahraga. Riwayat Penyakit Keluarga yaitu
tidak ada yang memiliki riwayat eklampsia.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dengan GCS
E4V5M6, kaku kuduk (-). Tekanan Darah: 90/60 mmHg, Nadi: 115
kali/menit, reguler, Suhu: 36,0ºC. Pada perabaan, Ekstremitas bawah teraba
kering, urine 500 cc/24 jam, turgor kulit baik.
Pemeriksaan Laboratorium didapatkan WBC: 22,87 u/L, HCT: 34,4
u/L. Berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis pasien adalah
Kematian Janin dalam Rahim dengan Ruptur uteri.
F. Assesment
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat disimpulkan :
Diagnosis pre operatif : G4P3A0 + Gravid Aterm + KJDR + Ruptur Uteri
Status Operatif : ASA II E
Jenis Operasi : Laparotomi
Jenis Anastesi : General Anastesi
G. Tindakan Operasi
1. Intra Operatif
Jenis Anastesi :General Anastesi
a. Persiapan Pre-Operasi :
1) Pre-operasi
a) Informed consent terhadap pasien dan keluarga mengenai
tindakan pembedahan dan anestesi
b) Pemberian antibiotik profilaksis ceftriaxon 2 gram/iv 30’-60’
sebelum tindakan
c) Monitoring tekanan darah, saturasi, heart rate, respiration rate
d) Maintenance cairan tubuh
Infus : terapi cairan
Kebutuhan cairan pasien 2 cc/kgBB/jam
Kebutuhan cairan selama operasi di hitung dengan rumus :
M = kebutuhan cairan/jam
PP = 8 x kebutuhan cairan/jam
SO = 4/6/8 x (Berat Badan)
Pemberian jam I (1/2 PP) + M + SO
Pemberian jam II & III (1/4 PP) + M + SO
Sehingga didapatkan perhitungan sbb :
M = 2cc x 65 = 130 cc/jam
PP = 8 x 130 = 1040 cc
SO = 6 x 65 = 390 cc
Jam pertama = 520 + 130 + 390 = 1040 cc
Jam kedua = 260 + 130 + 390= 780 cc
2) Premedikasi
a) Ondansetron 4 mg/iv
b) Dexamethasone 10 mg/iv
c) Midazolam 3mg/iv
d) Fentanyl 100 mcg/iv
3) Induksi Anestesia
Propofol 100 mg/iv
Sevofluran volume 2 %
4) Pemeliharaan (Maintenance)
Atracurium basylate30 mg/iv
Fentanyl 50 mcg/iv
Propofol 100 mg/iv
Efedrin 50 mg/iv
Tramadol 100 mg/iv
Ketorolac 30 mg/iv
5) Tehnik anastesi :
a) injeksi midazolam 3 mg kemudian fentanyl 100 mcg
selanjutnya propofol 100 mg
b) menaikkan O2 4L/m, sevofluran volume 2 %
c) face mask di dekatkan ke wajah pasien
d) periksa refleks bulu mata untuk memastikan pasien sudah
tertidur
e) pasang fase mask ke wajah pasien
f) lakukan maneuver airway kemudian dilakukan bagging
g) segera lepaskan sungkup dan pasang laringoskop secepatnya
untuk mencegah penurunan saturasi
h) ETTdimasukan di mulut pasien sebelah kanan
i) Setelah ETT masuk, cuff dikembangkan
j) Segera pasang selang airway ke ETT
k) Memastikan udara masuk ke dalam paru dengan mendengarkan
menggunakan stetoskop untuk memastikan bunyi nafas paru
kiri dan kanan sama
l) Melakukan fiksasi ETT menggunakan Tape
m) Selanjutnya pernafasan dikontrol dengan bagging dari mesin
anastesi.
2. Intra Operasi
a. Pukul 23.30 WITA pasien masuk kamar operasi , manset dipasang di
tangan kanan dan monitor saturasi di tangan kiri
b. Premedikasi injeksi pukul 23.40
c. Pukul 23.45 WITA dilakukan induksi
d. Pukul 23.50 dilakukan intubasi
e. Operasi di mulai pukul 23.58
Laporan monitor anestesi selama operasi:
-VAS 10/10
A: ASA 2 E
Sabtu, Pasien menjalani Operasi
24/1/2020
Pukul
23.30
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan napas dengan alat bantu napas
mekanik atau ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang
mengalami kelelahan atau kegagalan. Ventilasi mekanik digunakan untuk
membantu atau menggantikan napas spontan. Ventilasi mekanik ini
diaplikasikan dengan alat khusus yang dapat mendukung fungsi ventilasi dan
memperbaiki oksigenasi melalui penggunaan gas dengan konten tinggi
oksigen dan tekanan positif.3
Fungsi ventilator umumnya adalah mengembangkan paru selama
inspirasi, dapat mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi, mencegah paru
untuk menguncup sewaktu ekspirasi, serta dapat mengatur waktu dari fase
ekspirasi ke fase inspirasi. Semua ventilator mekanik canggih dilengkapi oleh
monitor pengukur tekanan (pressure gauge), pembatas tekanan untuk
mencegah paru dari barotrauma (pressure limiting device), pengaman (alarm)
tekanan tinggi dan rendah, serta pengatur volum paru (spirometer).4
C. Fisiologi Pernapasan
Fungsi utama respirasi (pernapasan) adalah memperoleh O2 untuk
digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh
sel. Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan: respirasi
internal dan respirasi eksternal.6
Istilah respirasi internal atau respirasi sel merujuk kepada proses-
proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari
molekul nutrient.6
Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian
dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Respirasi eksternal mencakup empat langkah:
1. Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru
sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal)
dan kantung udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh
tindakan mekanis bernapas atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk
menyesuaikan aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan
metabolik tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2
2. O2 dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler paru melalui proses difusi
3. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
4. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).6
Gambar 1. Ventilasi tekanan negatif, iron lung (kiri), rocking bed (kanan)
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Ny. N, Perempuan usia 35 tahun rujukan dari RS. Dr.Soetomo dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir yang dirasakan sejak pagi sekitar pukul
06.00. Pasien mengaku tidak merasakan gerakan janinnya sejak pukul 14.00.
Pasien merasakan nyeri perut bagian bawah yang dirasakan sejak pukul 15.00.
Nyeri bertambah berat dengan perubahan posisi. Keluhan lain: pusing (+),
sakit kepala (-), penglihatan kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri epigastrium
(-), lemas (+).
Riwayat Penyakit Dahulu pada pasien yaitu riwayat Persalinan 4 kali
dan lahir normal pada kehamilan sebelumnya di tolong oleh Dukun, riwayat
Seksio Sesaria (+) 2 tahun yang lalu, riwayat kejang saat hamil sebelumnya (-
), riwayat Hipertensi (-), riwayat Asma (-), riwayat Diabetes Mellitus (-),
riwayat Alergi Obat dan Makanan (-), dan Riwayat ANC (+) 4x. Riwayat
kebiasaan pasien yaitu pola makan pasien mengkonsumsi makanan berlemak
dan mengandung banyak garam (-), riwayat konsumsi rokok dan alkohol (-)
dan pasien juga jarang melakukan olahraga. Riwayat Penyakit Keluarga yaitu
tidak ada yang memiliki riwayat eklampsia.
Pemeriksaan tanda vital menunjukkan Tekanan Darah: 90/60 mmHg,
Nadi: 115 kali/menit, reguler, Suhu: 36,0º, SpO2 100%. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemas dengan GCS E1V5M6.
Pada pemeriksaan Leopold 2 tidak terdengar denyut jantung janin. Pada
perabaan, kulit teraba hangat, kering, urine 500 cc/24 jam, turgor kulit baik.
Diagnosis Pre Operatif pasien ini adalah G4P3A0 + Gravid Aterm +
KJDR + Ruptur Uteri dengan status fisik ASA 2 E. Tindakan yang
direncanakan untuk pasien ini adalah Pro Histerektomi Total dengan
Tubektomi Bilateral. Diagnosa Post Operatif adalah Post Histerektomi +
Gagal napas e.c Bleeding e.c Ruptur Uteri.
B. Pembahasan
Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Angka kejadian
ruptur uteri di Indonesia masih tinggi yaitu berkisar antara 1:92 sampai 1:428
persalinan. Angka-angka tersebut masih sangat tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara maju yaitu antara 1:1250 sampai 1:2000 persalinan.
Angka kematian Ibu akibat ruptur uteri juga masih tinggi yaitu berkisar antara
17,9% sampai 62,6%, sedangkan angka kematian anak pada ruptur uteri
berkisar antara 89,1% sampai 100%. Janin umumnya meninggal pada ruptur
uteri. Janin hanya dapat ditolong apabila pada saat terjadinya ruptur uteri ia
masih hidup dan segera dilakukan laparatomi untuk melahirkannya. Angka
kematian janin pada ruptur uteri mencapai 85%.4
Ruptur uteri pada bekas seksio sesaria biasanya terjadi tanpa banyak
menimbulkan gejala, hal ini terjadi karena tidak terjadi robekan secara
mendadak melainkan terjadi perlahan-lahan pada sekitar bekas luka. Daerah
disekitar bekas luka lambat laun makin menipis sehingga akhirnya benar-
benar terpisah dan terjadilah ruptur uteri. Robekan pada bekas sayatan lebih
mudah terjadi karena tepi sayatan sebelah dalam tidak berdekatan,
terbentuknya hematom pada tepi sayatan, dan adanya faktor lain yang
menghambat proses penyembuhan. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko
pada pasien yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri, dimana pasien
memiliki Riwayat seksio sesaria 2 tahun yang lalu. Pasien ini tidak segera ke
Rumah Sakit ketika darah keluar sejak pagi, keadaan ini menyebabkan pasien
kehilangan banyak darah dan datang ke Rumah Sakit dalam keadaan lemah.
Kemudian ketika di lakukan Pemeriksaan Leopold tidak ditemukan denyut
jantung janin.4
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada
kehamilan lanjut dan persalinan. Faktor etiologi ruptur uteri pada pasien ini
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu faktor trauma pada uterus, faktor jaringan
parut pada uterus, dan faktor yang terjadi secara spontan. Faktor prediposisi
terjadinya ruptur uteri dipengaruhi oleh faktor uterus dimana Ibu telah
melakukan Seksio Sesaria sebelumnya sehingga tebentuk jaringan parut pada
dinding abdomen, ibu, janin, plasenta, dan persalinan.4
Setelah dilakukan tindakan Histerektomi Total, akibat perdarahan
pasien mengalami gagal napas sehingga dilakukan tindakan pemasangan
Ventilator Mekanik. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik pada pasien ini
adalah pasien mengalami gagal napas yang disebabkan oleh syok hipovolemik
karena perdarahan akibat ruptur uteri. Pada gagal napas ini, aliran darah ke
paru tidak mencukupi oksigenasi atau pembersihan CO2. Semua jenis syok
menyebabkan proses metabolik seluler yang akan memicu terjadinya jejas sel,
organ failure, dan kematian. Syok akan menyebabkan paling tidak tiga respon
pernapasan, yaitu: peningkatan ruang mati ventilasi, disfungsi otot-otot
pernapasan, dan inflamasi pulmoner. Gagal napas dibagi 2, yaitu Tipe 1
(hipoksemi) bila PaO2< 60 mmHg (sering ditemukan pada kerusakan
parenkim paru, seperti pneumonia, emboli paru dan acute respiratory distress
syndrome/ARDS) dan Tipe 2 (hiperkapni) bila PaCO2> 50 mmHg (sering
ditemukan pada pasien neuromuskuler seperti Myastenia Gravis/MG dan
GBS) circulation/sirkulasi Nilai apakah sirkulasi adekuat dan hemodinamik
stabil. Meliputi tekanan darah/MAP (target: 100–120 mmHg), tekanan vena
sentral (jika terpasang CVC, dengan target 5–12 mmHg) ), dan cerebral
perfusion pressure/CPP (target 50-70 mmHg).9
Pada pasien ini membutuhkan perawatan di ICU dengan ventilator
karena sistem respirasi pada pasien ini gagal mencapai oksigenasi, ventilasi
atau kebutuhan metabolisme. Indikasi untuk rawat ICU pada pasien ini adalah
karena hemodinamik pasien yang tidak stabil dan memerlukan monitoring
ketat.
Mode ventilasi mekanik yang paling umum digunakan adalah ventilasi
pressure support, tekanan yang ditambahkan untuk mencapai volume total 5–
8 mL/kgBB dan frekuensi pernapasan <25 kali/menit. Pasien yang koma atau
dengan pola pernapasan abnormal memerlukan controlled mechanical
ventilation; SIMV (Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation)
merupakan pilihan utama.
Mode ventilator yang digunakan pada pasien ini adalah mode SIMV
(Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation). Pada mode SIMV,
pengaturan volume tidal disesuaikan dengan usaha napas spontan pasien dan
jika tidak ada nafas spontan volume tidal yg dikeluarkan oleh ventilator akan
disesuaikan dengan mengaturan frekwensi nafas (preset rate) sehingga volume
minimal terpenuhi. Bila pasien bernapas spontan maka bantuan ventilator
untuk memberikan volume tidal tidak ada, akan tetapi mesin akan tetap
mengalirkan oksigen.10
Pasien dipasangkan Ventilator Mekanik selama 1 hari kemudian
dilepaskan karena telah memenuhi syarat penyapihan. Problem yang
menyebabkan pasien membutuhkan ventilator telah teratasi, pasien telah sadar
dan responsive, respon terhadap analgesik yang baik, dapat batuk, fungsi usus
normal, tidak ada distensi abdomen, Status metabolik mengarah ke normal,
HB cukup. Selanutnya angka-angka yang digunakan untuk memprediksi
weaning yang berhasil:
- Minute ventilation: < 10 lpm
- Kapasitas vital/BB: > 10 ml/kgBB
- Laju napas < 35 x/menit
- Volume tidal/BB : > 5 ml/kgBB
- Tekanan inspirasi maksimal : < - 25 cmH2O
- PaO2/PAO2 : > 0,35
- RR/Volume tidal : < 105
- PaO2/FiO2 : > 200 mmHg (26,3 kPa)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem respirasi merupakan sistem yang penting dalam kehidupan,
yang berfungsi dalam mengadakan pertukaran O2 dan CO2. Apabila fungsi
respirasi mengalami gangguan atau kegagalan, maka kebutuhan oksigen untuk
memenuhi metabolisme tidak dapat dipenuhi. Disinilah peran ventilator
mekanik sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami
kegagalan.
Alat bantu napas mekanik yang sering digunakan saat ini adalah jenis
ventilasi tekanan positif. Ventilator ini memberikan tekanan positif kedalam
rongga dada sehingga memulai proses inspirasi. Terdapat 4 jenis ventilator
berdasarkan mekanisme kerjanya yakni: pressure cycled, time-cycled,
volumecycled, dan flow-cycled.
Selain harus memilih ventilator berdasarkan mekanisme kerjanya,
merupakan hal yang penting untuk mengatur mode ventilator menyesuaikan
keadaan masing-masing pasien di ICU. Terdapat beberapa mode yang sering
digunakan diikuti dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing mode.
Mode tersebut antara lain : CMV, Assist-controlled ventilation, IMV, SIMV,
PEEP, CPAP, dan lain-lain. Sebelum pemasangan ventilator mekanik, penting
untuk sebelumnya menganalisis penyulit yang dapat terjadi, di antaranya
adalah ventilator associated pneumonia (VAP), atelektasis, barotrauma, dan
efek pada gastrointestinal. Pasien dengan ventilasi mekanik tidak dianjurkan
untuk berlama-lama menggunakan alat bantu napas tersebut, sehingga
diperlukan pula pengetahuan tentang teknik penyapihan dari ventilator.
DAFTAR PUSTAKA