Anda di halaman 1dari 30

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LARYNGOPHARYNGEA
L REFLUX (LPR)

Nurul Inayah Ramadhany C014202020


Rifqa Rati Inggit C014181079
Hanan Nashrullah Furqaan C014181047

Pembimbing Supervisor
dr. Raja Pahlevi Sp.T.H.T.K.L(K)
PENDAHULUAN

• Laryngopharyngeal Reflux (LPR) merupakan kerusakan pada mukosa


laring yang disebabkan oleh asam lambung dan enzim pepsin naik dari
lambung menuju esofagus dan mengiritasi laring dan faring.
• Laryngopharyngeal Reflux (LPR) banyak ditemukan sekitar 20% dari
populasi dewasa di belahan bumi bagian barat dengan usia diatas 40
tahun, rata-rata berusia 57 tahun. Prevalensi pria lebih banyak
dibandingkan wanita yaitu 55% : 45% dan meningkat pada usia 44
tahun.

Spencer M. Laryngopharyngeal Reflux and Singers: Diabolus in Gula. Journal of Singing. 2006.
Smith J, Houghton L. The Oesephagus and Cough: Laryngo-pharyngeal Reflux, Microaspiration and Vagal Reflexes. Smith and Houghton Cough Journal. 2013.
Rusmarjono, Hermani B. Nyeri Tenggorokan. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, et al. Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher, buku ajar ilmu kesehatan. Edisi 6. Jakarta: FKUI. 2011.
Irfandy, Dolly. Laryngopharyngeal Reflux. Bagian telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
PEMBAHASAN
ANATOMI FARING

Spencer M. Laryngopharyngeal Reflux and Singers: Diabolus in Gula. Journal of Singing. 2006
ANATOMI LARING

Ballenger, JJ. Penyakit telinga hidung tenggorok, dan leher. Jilid I. Jakarta. Bina Rupa Aksara: 2003.
ANATOMI ESOFAGUS

Gray H. Chapter 35: Mediastinum. In: Standring S, ed. Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 40th ed. New York, NY: Churchill Livingstone Elsevier; 2008.
FISIOLOGI TENGGOROK

0 03 0
1 Respirasi Fonetik 5

Penghidu Pengatur Penyaring dan


02 Kondisi 04 Pelindung
Udara

Marieb, Elain N., Hoehn, Katja. 2013. Human Anatomy & Physiology. 9th ed. USA: Pearson. 803-806
Dhilon, RS., Charles AE. 2013. Ear, Nose, and Head and Throat and Neck Surgery: An Illustrated Colour Text. 4th ed. USA: Elsevier. 30-35
DEFINISI
 Laryngopharyngeal Reflux (LPR) merupakan
kerusakan pada mukosa laring yang
disebabkan oleh asam lambung dan enzim
pepsin naik dari lambung menuju esofagus
dan mengiritasi laring dan faring
 Beberapa sinonim untuk LPR antara lain :
Reflux Laryngitis, Laryngeal Reflux,
Gastropharyngeal Reflux,
Pharyngoesophageal Reflux,
Supraesophageal Reflux, Extraesophageal
Reflux, Atypical Reflux.

Spencer M. Laryngopharyngeal Reflux and Singers: Diabolus in Gula. Journal of Singing. 2006.
ETIOLOGI

REFLUKS FAKTOR GAYA HIDUP LAINNYA


ASAM FISIK Pola makan Infeksi
LAMBUNG Gangguan
Merokok Vocal abuse
fungsional Upper
Esophageal Alkohol Alergi
Sphincter (UES)
Kebiasaan berbaring Iritasi dari polusi
Hiatal hernia setelah makan udara
Abnormalitas
kontraksi
esophagus
Pengosongan
lambung lambat

Soperadi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti J. 2012. Buku Ajar IImu Penyakit THT Edisi Ke 7 Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Small, Peter., Paul KK, Harold K. Allergic Rhinitis. Allergy Asthma Clin Immunol. 2018. 14(2): 31-41.
EPIDEMIOLOGI

Chong, Sher Ney; Chew, Fook Tim (2018). Epidemiology of allergic rhinitis and associated risk factors in Asia. World Allergy Organization Journal, 11(1), 17–. doi:10.1186/s40413-018-0198-z
Kairavini N.A, dkk. 2020. Hubungan Tungau Debu Rumah Terhadap Angka Kejadian Rinitis Alergi Yang Berobat di Poli THT RSUD Bangli Tahun 2019. Jurnal Kedokteran. Vol. 05 No. 02; p57
FAKTOR RISIKO

Paparan Debu dan


Riwayat Keluarga
Polutan

Paparan Asap Memiliki Hewan


Rokok Peliharaan

Nurhutami, A.D,dkk. 2020. Faktor Resiko Rhinitis Alergi Pada Anak Usia 13-14 tahun Di Semarang. Diponegoro Medical Journal Volume 9, Nomor 2 http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-ISSN : 2540-8844
KLASIFIKASI
Klasifikasi rinitis alergi oleh Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA)

Durasi gejala :

 Intermiten – gejala muncul kurang dari 4 hari dalam seminggu atau kurang dari 4 minggu.

 Persisten – gejala muncul setidaknya 4 hari dalam seminggu dan lebih dari 4 minggu.

Keparahan gejala :
(gangguan tidur, gangguan aktivitas sehari-hari,gangguan waktu senggang dan/atau olahraga, gangguan
sekolah atau pekerjaan, dan gejala yang dapat mengganggu):

 Mild – tidak terdapat salah satu gangguan di atas.

 Moderate-Severe – terdapat minimal satu gangguan di atas.

Brożek JL, Bousquet J, Agache I, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) guidelines-2016 revision. J Allergy Clin Immunol. 2017 Oct;140(4):950-958. doi: 10.1016/j.jaci.2017.03.050.
Patofisiologi
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase

1. Immediate phase allergic reaction 2. Late phase allergic reaction atau reaksi
atau reaksi alergi fase cepat (RAFC) alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-
yang berlangsung sejak kontak 4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase
dengan alergen sampai 1 jam hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat
setelahnya berlangsung 24-48 jam

Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. 2012. Rhinitis Alergi. Dalam: Soepardi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti J. Buku Ajar IImu Penyakit THT-KL. Edisi ke 7. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. p.106-10.
PATOFISIOLOGI

Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. 2012. Rhinitis Alergi. Dalam: Soepardi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti J. Buku Ajar IImu Penyakit THT-KL. Edisi ke 7. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. p.106-10.
Martin, Bjorn., Alexander W, Edward U. 2018. Allergic Rhinitis: To Sneeze or to Wheeze. Pollen is The Question, What is The Answer. South African Pharmaceutical Journal, 85(5). DOI: 10.1111/pai.12719
DIAGNOSIS
Anamnesis
 Bersin-bersin
 Hidung tersumbat
 Gatal pada hidung, palatum, dan mata.
 Rinore
 Riwayat Paparan Alergen ( Riwayat Lingkungan seperti paparan debu, serbuk sari, bulu hewan dll. Riwayat
konsumsi makanan. obat-obatan seperti beta blocker, acetylsalisilic acid, non steroid inflamatory
drugs(NSAIDs )
 Riwayat atopi keluarga
 Riwayat komorbid seperti asma, sleep apneu.

Pemfis
 Kongesti dan hiperemis konka
 Secret yang jernih
 Allergic Salute
 Allergic Shiner
 Nasal Crease
 Mata merah
Martin, Bjorn., Alexander W, Edward U. 2018. Allergic Rhinitis: To Sneeze or to Wheeze. Pollen is The Question, What is The Answer. South African Pharmaceutical Journal, 85(5). DOI: 10.1111/pai.12719
Small, Peter., Paul KK, Harold K.2018. Allergic Rhinitis. Allergy Asthma Clin Immunol. 14(2): 31-41.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Eosinofil
Pemeriksaan eosinofil pada darah dan mukosa hidung ini dapat digunakan sebagai tes diagnostik pada rinitis
alergi, dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi yaitu dengan sensitivitas 82,1% dan spesifisitas
64,3%.

b. Skin Prick Test


Tes ini dilakukan dengan cara meletakkan alergen spesifik yang telah dikemas secara khusus pada kulit dibagian
volar lengan bawah, kemudian dilakukan penusukan pada ekstrak alergen ke kulit agar ekstrak dapat berada pada
lapisan epidermis. Kemudian kita tunggu sekitar 15-20 menit. Kemudian kita tunggu bercak yang akan muncul.

c. Allergen- Spesifik IgE Test


Salah satu alternatif dalam tes diagnostik selain skin prick test yaitu allergen-spesific IgE test (dilakukan dengan
proses immunosorbent assay) yang menyediakan pengukuran secara in vitro pada pasien dengan level IgE
spesifik terhadap partikel alergen.
Adelien, Puspa Zuleika. 2018. Pemeriksaan Eosinofil Kerokan mukosa hidung pada penderita Rhinitis Alergi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Small, P., Keith, P., Kim, H., 2018. Allergic Rhinitis. Allergy, Asthma & Clinical Immunology, 14(S2). DOI: 10.1186/s13223-018-0280-7
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi Nasi
Endoskopi nasi diagnostik merupakan satu pilihan pada evaluasi pasien dengan suspek rhinitis alergi. Meskipun
terkadang temuan dari endoskopi nasi tidak konsisten tetapi dapat membantu identifikasi dan mengeksklusi
penyakit lain yang dapat menyebabkan gejala serupa seperti polyposis nasi.

b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi secara rutin dalam mendiagnosis rhinitis alergi tidak rutin untuk dilakukan, tetapi tetap
menjadi pertimbangan untuk mengeksklusi/konfirmasi kondisi lain seperti rhinosinusitis. Mengingat akan terjadi
paparan radiasi yang tidak dibutuhkan

Sarah K, et all. International Consensus Statement on Allergy and Rhinology: Allergic Rhinitis. International Forum of Allergy & Rhinology 2018; Vol8(2).p108-352
DIAGNOSIS BANDING
1. Rhinitis Vasomotor
 Rhinopati Non Alergi (Tidak dimediasi IgE)
 Manifestasi Klinis mirip rhinitis alergi
 Pencetus berbeda
 Butuh pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi

2. Rhinitis Medikamentosa
 Akibat rebound efek dari dekongestan topikal
 Ada riwayat penggunaan dekongestan topikal jangka panjang
 Rhinitis medikamentosa terjadi akibat penurunan produksi norepinefrin endogen dan
menyebabkan upregulasi pada sistem parasimpatik

Sarah K, et all. International Consensus Statement on Allergy and Rhinology: Allergic Rhinitis. International Forum of Allergy & Rhinology 2018; Vol8(2).p108-352
TATALAKSANA

Avoidance Medikamentosa Imunoterapi Operatif

Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., & Restuti, R. D. (2011). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher (6th ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
TATALAKSANA

Sarah K, et all. International Consensus Statement on Allergy and Rhinology: Allergic Rhinitis. International Forum of Allergy & Rhinology 2018; Vol8(2).p108-352
GUIDELINE ARIA 2020
Visual Analog Scale
Nilai VAS pada pasien rhinitis alergi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
 Nilai VAS < 2 = terkontrol dengan baik.
 Nilai VAS 2 - 5 = terkontrol sebagian
 Nilai VAS > 5 = tidak terkontrol

Gambar disamping merupakan contoh aplikasi instrumen VAS


untuk penilaian rhinitis alergi pada smarthphone (MACVIA-
ARIA app).

Klimek Ludger et all. Visual analogue scales (VAS): Measuring instruments for the documentation of symptoms and therapy monitoring in cases of allergic rhinitis in everyday health care. Allergo J Int. 2017: 26. P16-24
GUIDELINE ARIA 2020
Assesment of Control in Untreated Symptomatic Patient

Bousquet J, et all. Next-generation Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA) guidelines for allergic rhinitis based on Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) and real-world evidence. J Allergy Clin Immunol .2020:; Vol 145(1). P70-
GUIDELINE ARIA 2020
Assesment of Control in Treated
Symptomatic Patient

Bousquet J, et all. Next-generation Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA) guidelines for allergic rhinitis based on Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) and real-world evidence. J Allergy Clin Immunol .2020:; Vol 145(1). P70-80
GUIDELINE ARIA 2020
Klasifikasi Pengobatan yang Digunakan pada Pasien
Rhinitis Alergi Berdasarkan ARIA 2020

Bousquet J, et all. Next-generation Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA) guidelines for allergic rhinitis based on Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) and real-world evidence. J Allergy Clin Immunol .2020:; Vol 145(1). P70-80
GUIDELINE ARIA 2020
Cara Step Up dan Step Down pada Pengobatan
Rhinitis Alergi berdasarkan ARIA 2020

Bousquet J, et all. Next-generation Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA) guidelines for allergic rhinitis based on Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) and real-world evidence. J Allergy Clin Immunol .2020:; Vol 145(1). P70-
GUIDELINE ARIA 2020
Cara Step Up dan Step Down pada Pengobatan
Rhinitis Alergi berdasarkan ARIA 2020

Bousquet J, et all. Next-generation Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA) guidelines for allergic rhinitis based on Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE) and real-world evidence. J Allergy Clin Immunol .2020:; Vol 145(1). P70-80
KOMPLIKASI

POLIP HIDUNG
RHINOSINUSITIS
OTITIS MEDIA EFUSI KRONIK

HIPERTROFI ADENOID ASMA

Soperadi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti J. 2012. Buku Ajar IImu Penyakit THT Edisi Ke 7 Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
PROGNOSIS

 Penyakit ini bersifat kronis


 Mengganggu kualitas hidup
 Paparan alergen dapat membuat gejala muncul kembali

Peter Small, Paul KK, Harold Kim. Allergic rhinitis. Allergy Asthma Clin Immunol. 2018; Vol 14(2). p31-41
KESIMPULAN

Rinitis alergi (RA) adalah penyakit


simtomatis pada hidung yang
terinduksi oleh proses inflamasi yang
diperantara IgE pada mukosa hidung
setelah pajanan alergen. Dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang kita
bisa melakukan diagnosis serta
tatalaksana yang tepat pada penyakit
ini. Penyakit ini adalah penyakit yang
bisa dicegah yaitu berupa edukasi
terhadap pasien penderita rinitis alergi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai