REGURGITASI MITRAL
A. Definisi
Regurgitation (kebocoran dari katup yang tidak sempurna menutup) disebabkan
oleh penyakit yang melemahkan atau merusak katup atau struktur pendukungnya. Memadai
penutupan katup mitral menyebabkan darah mengalir kembali ke atrium kiri. Aliran darah ke
seluruh tubuh menurun sebagai akibat jantung yang memompa lebih keras untuk mencoba untuk
mengimbanginya.
Insufisiensi mitral adalah daun katup mitral yang tidak dapat menutup dengan rapat
sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami kebocoran (sinonimnya adalah
regurgitasi katup mitral dan inkompetensi katup mitral).
Regurgitasi mitral memungkinkan aliran darah retrograde dari ventrikel kiri ke atrium kiri
akibat penutupan katup yang tidak sempurna. Selama sistolik, ventrikrel secara simultan
mendorong darah ke dalam aorta dan kembali kedalam atrium kiri. Kerja ventrikel kiri maupun
atrium kiri harus ditingkatkan agar dapat mempertahankan curah jantung.
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik
dan non reumatik (degenerative, endokarditis, penyakit jantungkoroner, penyakit jantung
bawaan, trauma dan sebagainya).
Di negara berkembang, terbanyak penyebab insufisiensi mitral adalah demam reumatik
yang meninggalkan kerusakan menetap dari sisa fase akut(sekuele). Sekitar 30% penderita tidak
mempunyai riwayat demam reumatik yang jelas. Manifestasi klinis sangat bervariasi tergantung
derajat gangguan hemodinamik yang ditimbulkan.
C. Patofisiologi
Regurgitasi mitral akibat reuma terjadi karena katup tidak bisa menutup sempurna
waktu sistol. Perubahan-perubahan katup mitral tersebut adalah kalsifikasi, penebalan dan
distorsi daun katup. Hal ini mengakibatkan koaptasi yang tidak sempurna waktu sistol. Selain itu,
pemendekan korda tendinea mengakibatkan katup tertarik ke ventrikel terutama bagian posterior
dan dapatjuga terjadi annulus atau rupture korda tendinea.
Selama fase sistol terjadi aliran regurgitan ke atrium kiri, mengakibatkan gelombang V
yang tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran ke aorta berkurang.Waktu diastole, darah mengalir
dari atrium kiri ke ventrikel. Darah atrium kiri tersebut berasal dari paru-paru melalui vena
pulmonalis dan juga darah regurgitan yang berasal dari ventrikel kiri waktu sistol sebelumnya.
Ventrikel kiri cepatdistensi, apeks bergerak ke bawah secara mendadak, menarik katup, kordae
danotot papilaris. Hal ini menimbulkan vibrasi membentuk bunyi jantung ketiga.
Pada insufisiensi mitral kronik, regurgitasi sistolik ke atrium kiri dan vena-vena
pulmonalis dapat ditoleransi tanpa meningkatnya tekanan di baji dan aorta pulmonalis.
D. Manifestasi Klinik
1. Sesak napas yang meningkat ketika berbaring telentang (orthopnea)
2.Merasakan sensasi jantung berdetak (palpitasi)
3. Nyeri dada - berhubungan dengan penyakit arteri koroner atau serangan jantung
4. Batuk
E. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiogram. Perubahan EKG pada penderita regurgitasi mitral tergantung pada
derajat insufisiensi, lamanya insufisiensi dan ada tidaknyapenyakit penyerta. Pada insufisiensi
mitral yang ringan mungkin hanya terlihatgambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS
yang masih normal. Padatahap yang lebih lanjut akan terlihat perubahan aksis yang akan
bergeser ke kiridan kemudian akan disertai dengan gambaran hipertrofi ventrikel kiri. Blok
berkaskanan yang tidak komplit (rsR di V1) didapatkan pada 5% penderita regurgitasi mitral.
Semakin lama insufisiensi mitral, kemungkinan timbulnya aritmia atrium semakin besar.
Kadang-kadang timbul ekstra sistol atrium, takikardia atrium danflutter atrium; paling sering
adalah fibrilasi atrium, yang awalnya paroksismal dan akhirnya menetap.
Foto toraks. Pada regurgitasi mitral ringan tanpa gangguan hemodinamik yang nyata,
besar jantung pada foto toraks biasanya normal. Pada keadaan yang lebih berat akan terlihat
pembesaran jantung akibat pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri, dan mungkin terlihat tandatanda bendungan paru. Kadang-kadang terlihat pula perkapuran pada annulus mitral.
G. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Gejala paling awal dari regurgitasi mitral adalah perasaan lemas dan lelah yang disebabkan
karena berkurangnya aliran darah, dispnea saat beraktifitas dan palpitasi. Gejala-gejala yang
berat akan tercetus oleh gagal ventrikel kiri sehingga menyebabkna penurunan curah jantung dan
kongesti paru-paru. Temuan berikut ini khas menyertai regurgitasi mitral kronis yang berat.
a)
b)
Auskultasi terdengar murmur sepanjang fase sistolik (bising holosistolik dan pansistolik).
Elektrokariogram pembesaran atrium kiri (P mitrale) bila irama sinus normal; fibrilasi atrium
2.
a)
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan ventrikel kiri memompa
darah.
b)
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru akibat
c)
3.
sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan intersisial.
Gangguan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan penurunan curah jantung ke jaringan.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan: Penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan ventrikel kiri memompa darah.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukkan tanda vital dalam batas yang diterima (disritmia terkontrol atau
hilang dan gejala gagal jantung misalnya parameter hemodinamika dalam batas
normal, output urine adekuat.
Intervensi
Rasional
Kaji dan lapor tanda penurunan curah
1.
Kejadian
jantung.
mortalitas
2.
dan
2.
yang lebih
dapat
menunjukkan
regurgitasi mitral.
3.
Tanda penurunan curah jantung
dapat diperlihatkan dengan ciri
3.
4.
Pantau adanya output urine, catat out put gangguan pulsasi (denyut kuat
9.
Hindari
maneuverdinamik
seperti
4.
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
5.
Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah
dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien
yang mungkin diperlukan.