Anda di halaman 1dari 5

Jilan T.

Kayla Z. Azalea

Norisa Nurfadila

Nur Amalina

Zalfa Humaira

XI MIPA 2

Ritual Memakan Bangkai Suku Fore

Islam mengajarkan bagaimana cara membersihkan dan mengubur mayat yang benar.
Namun berbeda dengan sebuah suku dari Papua Nugini. Jika ada sanak saudara yang
meninggal, suku Fore akan melakukan sebuah ritual khusus yang biasa kita sebut dengan
endokanibalisme.

Necrophagia atau endokanibalisme adalah tindakan memakan daging manusia yang


merupakan sanak saudara dari konsumennya. Hal ini begitu asing bagi kita, tetapi bagi suku
Fore, ini adalah ritual yang umum mereka lakukan. Ide di balik adat ini adalah kepercayaan;
bahwa dengan memakan tubuh si mayat maka sekaligus akan menghisap sifat-sifat baik
almarhum untuk diturunkan ke mereka.

Sebenarnya endokanibalisme ini sendiri masih tabu di lingkungan kita. Dari studi-studi
yang sudah dipelajari, hanya ada empat suku yang diketahui masih melakukan tradisi makan
mayat ini, salah satunya adalah suku Fore.

Suku Fore hidup di Kabupaten Okapa dari dataran tinggi Provinsi Timur, Papua Nugini.
Ada sekitar 20.000 suku Fore yang dipisahkan oleh Pegunungan Wanevinti ke dalam wilayah
Utara Fore dan Selatan Fore. Pekerjaan utama mereka untuk bertahan hidup adalah pertanian
tebang dan bakar. Bahasa Fore memiliki tiga dialek yang berbeda dan merupakan anggota

1
paling selatan dari keluarga timur pusat, New Guinea timur, dan TransNew Guinea filum
bahasa Papua.

Ketika orang Fore meninggal, di ritual ini anak-anak dan perempuan mempunyai
bagian yang besar diantara para pria disana. Seorang wanita misalnya, ia akan memakan otak
dari saudara laki-lakinya. Seorang kakak wanita ipar, ia akan memakan tangan saudara laki-
laki kandung dari suaminya, atau isi perut kakak wanita iparnya.

Pertama, sebelum disajikan dan dimakan, wanita-wanita suku akan memandikan mayat,
lalu mereka menguliti mayat itu. Kemudian semuanya dibersihkan dan dicuci, lalu siap
dimasak dan dimakan oleh seluruh warga dari suku tersebut.

Dalam sebuah praktik yang sudah ditinggalkan, endokanibalisme ternyata berdampak


pada keturunan suku Fore di Papua New Guinea hingga kini. Peneliti menyatakan, karena
kebiasaan leluhurnya itu, keturunan suku Fore mempunyai kekebalan terhadap beberapa
penyakit seperti sapi gila atau dalam bahasa setempat disebut Kuru atau juga resistensi terhadap
demensia. Resistensi ini diduga didapat karena ada gen yang berubah akibat kebiasaan
endokanibalisme.

Lalu pada tahun 1950, penyakit Kuru menjadi wabah karena orang-orang Fore selalu
mengadakan ritual endokanibalisme. Setidaknya dua persen dari populasi meninggal akibat
Kuru setiap tahunnya. Rupanya dari sinilah penyakit langka ini berasal. Penyakit langka di
dunia ini akibat mengonsumsi otak manusia yang terinfeksi.

Penyakit kuru adalah penyakit prion, yang merupakan pembawa penyakit menular yang
hanya terdiri dari protein. Prion ini tidak dapat dimusnahkan dengan panas, radiasi, atau
formalin. Prion menyebabkan berbagai penyakit degenerasi seperti kuru, scrapie, Creutzfeldt-
Jakob disease (CJD), dan bovine spongiform encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua
penyakit ini menyerang otak atau sistem saraf lainnya, mematikan, dan belum dapat
disembuhkan. Namun sebuah vaksin telah dikembangkan untuk tikus dan sedang
dikembangkan lebih lanjut untuk manusia.

Penyakit aneh ini biasanya dimulai dengan kehilangan koordinasi sehingga


membuatnya goyah saat berjalan, lalu diikuti dengan gejala lainnya seperti timbul gejala
menggigil secara tidak sadar, sakit kepala, nyeri sendi, dan kehilangan nafsu makan serta
perubahan suasana hati yang parah.

2
Perubahan suasana hati yang parah ini seperti rasa marah yang secara seketika berubah
menjadi serangan tawa yang menakutkan. Tawa seram dan mengganggu ini mendorong orang-
orang Fore menyebutnya sebagai penyakit aneh Kuru.

Dalam bahasa Inggris, arti Kuru secara kasar diterjemahkan sebagai The Laughing
Sickness. Sebagian besar orang suku mengira ia menderita penyakit mental atau disangka
mengalami kutukan.

Semakin hari semakin banyak suku Fore yang meninggal. Pada tahun 1957 hingga lima
tahun ke depan sekitar 1.000 orang meninggal akibat penyakit Kuru, sehingga membuat
penyakit ini menjadi endemik. Setelah melakukan banyak penelitian ditemukan orang yang
menderita penyakit ini mirip dengan penyakit sapi gila atau Bovine spongiform
encephalopathy.

Tapi sapi gila ditularkan akibat mengonsumsi otak dan jaringan tulang belakang sapi
yang sudah terinfeksi. Sedangkan untuk penyakit Kuru disebabkan oleh mengonsumsi jaringan
otak manusia yang terinfeksi oleh prion (protein atau partikel yang menyerang).

Umumnya perempuan suku Fore memiliki kesempatan lebih besar tertular penyakit ini
dibanding laki-laki. Hal ini karena perempuan biasanya mengonsumsi potongan dari jaringan
otak, sedangkan laki-laki tidak.

Selain itu ada beberapa alasan lain yang membuat perempuan lebih sering
mengonsumsi otak, yaitu karena laki-laki mengambil potongan daging pilihan sehingga
perempuan mau tidak mau harus mengonsumsi otak atau karena otak dianggap sebagai
makanan yang lebih lezat sehingga dikonsumsi oleh perempuan yang menyiapkan makanan.

Meski demikian perempuan memang memiliki kontak lebih lama dengan darah dan
jaringan dari otak lainnya ketika ia menyiapkan makanan, sehingga risiko terinfeksi akibat luka
terbuka yang dimilikinya lebih besar.

Akhir kata, endokanibalisme bisa disimpulkan sebagai ritual memakan bangkai atau
mayat sanak saudara dari keluarga mereka. Endokanibalisme juga mempunyai pro dan kontra
bagi suku Fore. Karena ritual inilah suku Fore bisa kebal dengan beberapa penyakit serta terus
menerus sakit Kuru. Mereka sampai sekarang masih melakukan tradisi ini, dan tidak akan ada
indikasi bahwa tradisi ini akan berhenti.

3
Pemerintahan pusat melarang adanya kanibalisme, exo-, dan endo-, dan lain-lain yang
berkaitan dengan kanibalisme, membuat suku Fore mau tak mau menghilangkan tradisi
lamanya itu, dan secara perlahan menghilangkan penyakit Kuru dan sapi gila. Mereka sekarang
mempelajari cara modern untuk hidup seperti menanam kopi dan banyak yang belajar ke luar
seperti Amerika dan Eropa.

4
Daftar Pustaka

Anwar, Firdaus. 2015. Studi: Kanibalisme Jadi Kunci Kekebalan Suku Fore Terhadap
Penyakit Otak. [Online]. https://health.detik.com/read/2015/06/11/132954/2939601/763/studi-
Endokanibalisme-jadi-kunci-kekebalan-suku-fore-terhadap-penyakit-otak. Diakses 1 Februari
2017.

Bararah, Vera Farah. 2010. Kuru, Penyakit Langka Akibat Makan Otak Manusia. [Online].
http://health.detik.com/read/2010/12/23/145846/1531799/763/Kuru-penyakit-langka-akibat-
makan-otak-manusia?ld991103763. Diakses 1 Februari 2017.

Burley, Mikel. 2016. Eating Human Beings: Varieties of Cannibalism and the Heterogeneity
of Human Life, Philosophy. [Online]. http://onlinelibrary.wiley.com/. Diakses 5 Februari 2017.

Clark, Josh. 2008. How Cannibalism Works. [Online].


http://people.howstuffworks.com/cannibalism2.htm. Diakses 5 Februari 2017.

Dole, Gertrude. 1962. Division of Anthropology: Endocannibalism Among The Amahuaca


Indians. [Online]. http://onlinelibrary.wiley.com/. Diakses 5 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai