Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 191

Laporan Kasus

Tata Laksana Anestesi pada Sectio Caesar Pasien G4P3A0H3


gravid aterm 38-39 minggu dengan Hipertiroid

1 2
Muhammad Zulfadli Syahrul , Nabila Jasmine

Abstrak
Hipertiroidisme merupakan peningkatan abnormal konsentrasi serum dari hormon tiroid bebas. Kelainan tiroid
merupakan abnormalitas endokrin kedua tersering dalam masa kehamilan dan telah diketahui bahwa disfungsi tiroid
dapat mengakibatkan efek yang merugikan baik bagi ibu maupun janin. Pasien hipertiroid memiliki risiko khusus
apabila menjalani operasi, yakni badai tiroid, yang dapat dieksaserbasi oleh beberapa kondisi termasuk anestesia,
pembedahan, perdarahan, kehamilan dan melahirkan anak (baik kelahiran normal ataupun dengan operasi
caesarean). Pada pasien yang diketahui mengidap hipertiroidisme, terdapat beberapa pertimbangan dan tindakan
khusus yang harus dilakukan, baik pada fase preoperatif, intraoperatif maupun postoperatif. Laporan kasus ini akan
membahas pelaksanaan anestesi dan pembedahan pada seorang pasien wanita (42 tahun) dengan kehamilan cukup
bulan dan riwayat hipotiroidisme terkontrol yang menjalani sectio caesarea di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Kata kunci: hipertiroid, kehamilan, anestesi, pembedahan, sectio caesarea, badai tiroid

Abstract
Hyperthyroidism is defined as an abnormal increase in the serum concentration of unbound or free thyroid
hormones. The thyroid disorders are the second most common endocrine abnormality during pregnancy and it is well
known that thyroid dysfunction during pregnancy can have deleterious effects on both mother and fetus. Hyperthyroid
patients face a certain risk during surgeries, namely thyroid storm, which could be exacerbated by conditions including
anesthesia, surgery, hemorrhage, pregnancy, and childbirth (both normal labor and caesarean delivery). Therefore, on
patients with hyperthyroidism, there are certain considerations and measures that needs to be taken during
preoperative, intraoperative, and postoperative phases of surgery. This case reported focuses on the anesthetic and
surgical process of a 42-year-old female patient with aterm pregnancy and history of controlled hyperthyroidism
undergoing caesarean section at RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Keywords: hyperthyroid, pregnancy, anesthesia, surgery, caesarean section, thyroid storm

Affiliasi penulis: 1. Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran kecemasan. Tremor, eksoftalmus dan goiter dapat
Universitas Andalas (FK Unand), 2. Prodi Profesi Dokter FK Unand
terlihat, terutama apabila disebabkan oleh penyakit
Korespondensi: Muhammad Zulfadli Syahrul
mzulfadlisyahrul@med.unand.ac.id Graves’. Fibrilasi atrium onset baru merupakan
presentasi klasik hipertiroidisme, tetapi tanda-tanda

PENDAHULUAN kardiak juga mencakup sinus takikardi dan gagal


jantung kongestif. Diagnosis hipertiroidisme
Hipertiroidisme merupakan peningkatan
dikonfirmasi dengan uji fungsi tiroid abnormal, yang
abnormal konsentrasi serum dari hormon tiroid bebas.
mungkin dapat meliputi peningkatan T4 serum dan
Hipertiroidisme bermanifestasi sebagai kondisi
2
1 T3serum dan penurunan kadar TSH.
fisiologis yang didominasi peningkatan laju metabolik.
Pasien dengan disfungsi tiroid cukup banyak
Manifestasi klinis dari kelebihan konsentrasi hormon
prevalensinya pada populasi umum. Ada banyak efek
tiroid meliputi penurunan berat badan, intoleransi
hormon tiroid pada tubuh, efek disfungsi tiroid sangat
panas, kelemahan otot, diare, reflek hiperaktif, dan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 192

beragam dan secara signifikan memperumit prosedur makanan maupun obat. Pasien tidak ada
3,4
pembedahan dan pemulihan postoperatif. mengeluhkan berdebar-debar sejak minum obat. Tidak
Dalam masa kehamilan, kelainan tiroid ada riwayat penyakit menular, kejiwaan dan keturunan
merupakan abnormalitas endokrin kedua tersering dan pada anggota keluarga.
telah diketahui bahwa disfungsi tiroid dapat Pada pemeriksaan fisik, kondisi umum pasien
mengakibatkan efek yang merugikan baik bagi ibu tampak sakit sedang dan sadar. Tekanan darah, nadi,
5
maupun janin. nafas dan suhu pasien dalam batas normal. Hasil
Pasien hipertiroid memiliki risiko khusus apabila pemeriksaan fisik kulit dalam batas normal. Kepala
menjalani operasi, yaknithyroid storm, yang dapat normocephal. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah
dieksaserbasi oleh beberapa kondisi termasuk bening. Rambut hitam dan tidak mudah rontok. Kedua
anestesia, pembedahan, perdarahan, kehamilan, dan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
melahirkan anak (baik kelahiran normal ataupun terlihat eksoftalmus. Telinga dalam batas normal.
dengan operasi caesarean). Thyroid storm terjadi Hidung dalam batas normal. Grading tonsil T1-T1.
pada 2% hingga 4% pasien hamil dengan Bentuk dada normochest, simetris kiri dan kanan pada
1
hipertiroidisme. pemeriksaan statis dan dinamis, dan dari auskultasi
Persiapan preoperatif yang adekuat harus suara napas bronkovesikular, tidak ada rhonki maupun
dilakukan untuk meminimalisir risiko thyroid storm wheezing pada kedua lapangan paru. Cor dalam batas
perioeratif. Apabila memungkinkan, operasi sebaiknya normal, tidak terdengar adanya bising pada auskultasi,
ditunda sampai pasien eutiroid. Anestesiologis dengan risiko 0,9% komplikasi kardiovaskular
hendaknya mempersiapkan diri untuk menatalaksana perioperatif berdasarkan Lee Revised Cardiac Index
1,2
thyroid storm perioeratif. (risiko kelas 2). Abdomen tampak membuncit, sesuai
dengan usia kehamilan gravid aterm, fundus uteri

KASUS teraba 3 jari di bawah processus xyphoideus, tidak

Seorang pasien wanita, berusia 42 tahun, ada his. Denyut jantung janin 130-140 kali per menit.

dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan Hepar dan lien tidak teraba, bising usus positif dengan

diagnosis utama G4P3A0H3 gravid aterm 38-39 minggu frekuensi normal. Pada pemeriksaan ekstremitas,

dan sudah pernah menjalani pembedahan sectio didapatkan akral hangat dan perfusi baik, dan

caesarea (SC) sebelumnya sebanyak satu kali pada didapatkan tremor halus pada kedua tangan. Pada

tahun 2013 atas indikasi preterm premature rupture of pemeriksaan genitalia, vulva/uretra tenang, perdarah

membranes dan disproporsi sefalopelvik. Pasien pervaginam tidak ada.

dikenal dengan riwayat hipertiroid. Pada pasien Pemeriksaan laboraturium menunjukkan

dilaksanakan pembedahan sectio caesarea pemeriksaan darah rutin dengan hasil dalam batas

transperitoneal profunda (SCTPP) elektif. normal. Prothrombin time dan APTT dalam batas

Anamnesis didapatkan pasien tidak haid sejak normal. Glukosa darah sewaktu dalam batas normal.

sembilan bulan terakhir. Tidak ada nyeri punggung Kadar ureum dan kreatinin darah dalam batas normal.

menjalar ke ari-ari, keluarnya lendir bercampur darah Kadar elektrolit kalsium, natrium, kalium dan klorida

dari kemaluan, darah yang banyak dari kemaluan, serum dalam batas normal. Bilirubin direk dan indirek

maupun air-air yang banyak dari kemaluan. Pasien dalam batas normal. SGOT dan SGPT dalam batas

mengalami gangguan buang air besar berupa feses normal. Adapun protein total pasien ini menunjukkan

yang lunak lima bulan yang lalu, jumlah dan frekuensi hasil 6,2 g/dl dengan albumin 3,5 g/dl dan globulin 2,7

dalam batas normal. g/dl, hasil tersebut menunjukkan interpretasi protein

Pasien menderita hipertiroid sejak dua tahun total dan albumin yang di bawah nilai rujukan. Hasil

yang lalu dan telah terkontrol dengan obat antitiroid. pemeriksaan hormon tiroksin (T4) bebas 10,53 pmol/L,

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes dan kadar TSH 10,68 µIU/mL, sehingga FT4 dan TSH

mellitus, hipertensi, penyakit jantung, hepar, maupun dalam batas normal.

ginjal. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 193

Pasien telah menjalani pemeriksaan lainnya PEMBAHASAN


seperti EKG dengan kesan sinus rythm, foto polos Telah dilaporkan kasus seorang wanita berusia
toraks dengan hasil dalam batas normal,dan 42 tahun, dengan diagnosis utama G4P3A0H3 gravid
ultrasonografi serta kardiotokografi. Pasien aterm 38-39 minggu dan diagnosis sekunder
dikategorikan sebagai pasien ASA II, karena adanya hipertiroid terkontrol.
riwayat hipertiroid, dengan kondisi terkontrol dengan Kehamilan manusia normalnya adalah keadaan
obat. eutiroid dengan konsentrasi serum dari T4 dan T3
Selama masa perawatan, pasien ditatalaksana bebas yang normal, walaupun terdapat peningkatan
dengan obat antitiroid berupa propylthiouracil (PTU) 2 konsentrasi serum dari TBG dan T4 total, serta
x 50 mg, sesuai anjuran Bagian Ilmu Penyakit Dalam, beberapa perubahan fisiologi tiroid dalam tubuh yang
dan sudah mengonsumsi PTU dalam dosis tersebut diatur oleh aksis hypothalamic-pituitary-thyroid
selama satu bulan terakhir. Sebelumnya pasien telah (HPT).Dalam masa kehamilan, hipertiroid muncul dari
mengonsumsi PTU dalam dosis 2 x 100 mg selama etiologi-etiologi yang sama dengan hipertiroid pada
kurang lebih dua tahun. pasien di luar kehamilan. Penyebab utama hipertiroid
Pada persiapan preoperatif, pasien mengikuti pada kehamilan adalah penyakit Graves’, dengan
protokol tatalaksana krisis tiroid sesuai anjuran Bagian prevalensi 0,2%, yang mana lebih rendah daripada
Ilmu Penyakit Dalam, yakni saat menjelang operasi populasi normal. Hal ini mungkin dikarenakan efek
dilakukan loading PTU 600 mg, kemudian satu jam menguntungkan dari imunotoleransi pada kehamilan
setelahnya Lugol 10 tetes. Selanjutnya diberikan PTU terhadap kelainan-kelainan autoimun seperti penyakit
4 x 200 mg, Lugol 4 x 10 tetes, Dexamethasone 4 x 10 1
Graves’. Kelainan tiroid tetap merupakan
mg intravena, dan Propanolol 4 x 20 mg per oral. Tiga abnormalitas endokrin kedua tersering selama masa
puluh menit menjelang operasi, pasien juga kehamilan dan telah diketahui bahwa disfungsi tiroid
diinjeksikan Ceftriaxone 2 g. Pasien puasa delapan dapat mengakibatkan efek yang merugikan baik bagi
jam menjelang operasi. Untuk operasinya, 5,6
ibu maupun janin.
dipersiapkan darah sebanyak 2 unit PRC Dipersiapkan Thyroid storm adalah suatu eksaserbasi yang
pula ruang rawatan intensif (ICU) sebagai persiapan mengancam nyawa atau dekompensasi dari kondisi
bila terjadi krisis tiroid selama masa operasi dan hipertiroid yang telah ada sebelumnya. Thyroid storm
postoperatif, serta untuk pemantauan post operatif. adalah sebuah diagnosis klinis berdasarkan gejala-
Operasi dilaksanakan sehari setelah pasien gejala dan tanda-tanda berikut: (1) demam, (2)
mulai dirawat, yaitu SCTPP dan fimbrektomi tuba gangguan mental dan emosional, (3) takikardi, (4)
dextra dan sinistra atas indikasi jumlah anak cukup. takipneu, (5) diaforesis, (6) diare. Apabila tidak
Sebelum dilakukan pembiusan, diberikan premedikasi ditatalaksana, thyroid storm dapat berprogresi menjadi
intravena Ondansetron 4 mg, dexametasone 2 ampul koma, kegagalan sistem multiorgan, dan kematian.
Pembiusan dilakukan dengan teknik regional jenis Dahulu, tingkat mortalitas kondisi ini mendekati 100%,
spinal, padalevel ketinggian blokade L3-4, dengan tetapi terapi yang lebih baik telah menurunkan
jarum spinal 27 G, dan obat marcain 10 mg+ fentanyl angkanya menjadi kurang dari 20%. Deteksi dini dan
25 mcg dengan hasil total blok. Obat-obatan lain yang tatalaksana agresif sangat penting dalam membatasi
diberikan midazolam 2 mg + fentanyl 50 mcg setelah 1,7
morbiditas dan mortalitas.
bayi lahir. Setelah operasi, pasien dipindahkan ke Mekanisme terjadinya thyroid stormbelum
Ruang Observasi Intensif (ROI) dengan. Di ROI, diketahui pasti. Beberapa teori menghubungkan
pasien kembali mendapatkan obat-obatan PTU, lugol, kejadian ini dengan peningkatan sekresi dan sirkulasi
dan propanolol secara enteral. Secara parenteral, hormon tiroid. Sekresi katekolamin mungkin juga
pasien diberikan pula obat-obatan ceftriaxon, ranitidin, dapat memainkan peranan dalam terjadinya thyroid
paracetamol, asam traneksamat, vitamin K dan storm. Pada sebagian besar kasus, thyroid storm
dexametason. dihubungkan dengan peristiwa pencetus (stres fisik

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 194

atau mental yang berat) pada pasien dengan Semua pilihan tarapeutik yang digunakan pada
hipertiroidisme yang tidak terkontrol atau tidak pasien hipertiroidisme di luar kehamilan sebenarnya
ditatalaksana dengan baik. Beberapa peristiwa yang efektif digunakan pada wanita hamil, namun efek
dapat mencetuskan thyroid storm: pembedahan, potensial pada janin mengharuskan adanya modifikasi
kelahiran anak, trauma, agen kontras teriodinisasi, dari pilihan tatalaksana hipertiroidisme selama
131
terapi dengan iodide I, stres emosional, emboli paru, kehamilan. Iodin radioaktif dikontraindikasikan selama
stroke, infeksi, ketoasidosis diabetik, hipoglikemia, kehamilan karena iodin mudah menembus plasenta.
1,8
gagal jantung kongestif, dan infark usus. Pilihan terapi selama kehamilan adalah obat-obatan
Pasien memiliki beberapa faktor risiko yang antitiroid, dimana konsumsi PTU lebih dianjurkan pada
dapat menjadi peristiwa pencetus thyroid storm ini. pasien hamil dibandingkan methimazole, terutama
Namun, saat akan dilakukan operasi, pasien berada karena adanya risiko defek kulit kepala kongenital
dalam kondisi eutiroid, karena pasien rutin (kutis aplasia kongenital) terhadap janin yang ibunya
mengonsumsi obat antitiroid berupa PTU sejak dua menggunakan methimazole. Meskipun terdapat
tahun terakhir. hubungan dengan restriksi pertumbuhan intrauterin
Oleh dokter spesialis penyakit dalam, sebagai atau IUGR dan juga kelahiran preterm, antagonis
bagian dari preparasi preoperatif, pasien dianjurkan reseptor beta-adrenergik sering dipakai selama
melanjutkan konsumsi PTU 2 x 50 mg. Kemudian, kehamilan, yaitu propanolol merupakan obat yang
pasien mengikuti protokol tatalaksana krisis tiroid paling sering digunakan untuk tatalaksana thyroid
sesuai anjuran bidang Ilmu Penyakit Dalam, yakni saat storm, karena memiliki kemampuan mengurangi
menjelang operasi dilakukan loading PTU 600 mg, konversi T4 menjadi T3 di perifer. Jika propranolol
kemudian satu jam setelahnya Lugol 10 tetes. dikontraindikasikan (misalnya pada pasien asma yang
Selanjutnya diberikan PTU 4 x 200 mg, Lugol 4 x 10 merupakan kontraindikasi relatif terhadap blokade
tetes, Dexamethasone 4 x 10 mg intravena, dan reseptor beta-adrenergik nonspesifik) atau status
Propanolol 4 x 20 mg per oral. hemodinamik pasien membutuhkan penggunaan
Tatalaksana medis hipertiroidisme adalah antagonis reseptor beta-adrenergik kerja cepat,
dengan obat-obatan yang menghambat sintesis esmolol dipertimbangkan sebagai alternatif. Pada
hormon tiroid (misalnya PTU, methimazole), pasien dengan kardiomiopati yang signifikan, yang
mencegah pelepasan hormon (misalnya iodida kalium, bisa sangat sensitif terhadap blokade reseptor beta-
natrium) atau menyamarkan tanda-tanda overaktivitas adrenergik, esmolol dapat bermanfaat karena
adrenergik (seperti propranolol). Pasien hipertiroid dosisnya dapat dengan mudah dititrasi sehingga
1,9,10
juga memiliki defisiensi glukokortikoid relatif dan menghasilkan efek yang diharapkan.
sebaiknya diberi suplementasi. Sebagai tambahan, Tatalaksana thyroid storm pada pasien hamil
meskipun antagonis beta-adrenergik tidak identik dengan pada pasien di luar masa kehamilan:
memengaruhi fungsi kelenjar tiroid, obat-obat tersebut Tindakan suportif umum (selimut pendingin, es,
menurunkan konversi perifer dari T4 menjadi T3. Iodin klorpromazin 25 - 50 mg intravena atau meperidin 25 -
radioaktif menghancurkan fungsi sel tiroid dan dapat 50 mg intravena untuk menghilangkan menggigil,
menyebabkan hipotiroidisme. Iodin radioaktif tidak hidrasi intravena, penggantian glukosa dan elektrolit,
direkomendasikan bagi pasien-pasien yang sedang asetaminofen untuk menatalaksana hipertermia,
mengandung. Adapun modalitas surgikal, seperti oksigen, glukokortikoid seperti dexamethasone
tiroidektomi subtotal, dapat digunakan sebagai dengan dosis 2-4 mg intravena per 8 jam dan
alternatif jika terapi medis gagal, tetapi jarang. Terapi hidrokortison 100 mg intravena setiap 8 jamsebagai
tersebut hanya digunakan pada pasien-pasien dengan suplementasi karena adanya defisiensi relatif dan
goiter multinodular toksik yang besar atau adenoma apabila ada hipotensi, serta multivitamin B-kompleks),
toksik soliter. Penyakit Graves’ biasanya ditatalaksana reduksi sintesis dan sekresi hormon tiroid (obat-obatan
1,9
dengan obat-obatan antitiroid atau iodin radioaktif. antitiroid seperti PTU dengan loading dose 600 - 1200

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 195

mg diikuti 200-400 mg oral setiap 6 sampai 8 jam atau kelebihan dari antagonis reseptor beta-adrenergik
methimazole 20 - 25 mg per oral setiap 6 jam, iodin dibandingkan obat-obatan antitiroid adalah waktu
yaitu iodida natrium 1 g intravena dalam 12 jam atau persiapan preoperatif yang dibutuhkan lebih singkat
larutan Lugol 4 - 8 tetes per oral setiap 6 - 8 jam atau (dua minggu dibandingkan enam sampai delapan
larutan iodida kalium jenuh 5 tetes per oral setiap 6 minggu dengan pengobatan antitiroid).
jam, dan glukokortikoid), reduksi konversi T4menjadi Direkomendasikan pula preparasi dengan antagonis
T3 (PTU, glukokortikoid, agen-agen kontras reseptor beta-adrenergik ditambah iodin sepuluh hari
radiografik, dan propranolol 60 - 80 mg oral per 4 jam sebelum pembedahan. Wanita hipertiroid sebaiknya
atau 80 - 120 mg per 6 jam), mengurangi efek menerima suplementasi glukokortikoid karena mereka
metabolik hormon-hormon tiroid (agen-agen bloker memiliki defisiensi relatif daripada simpanan
reseptor beta-adrenergik seperti propranolol, dan glukokortikoid. Belum ada penelitian terandomisasi
esmolol sebagai alternatif), manuver terapeutik lainnya prospektif yang telah membandingkan efektivitas
(pertukaran plasma, dantrolene), serta diagnosis dan berbagai metode untuk persiapan preoperatif bagi
koreksi dari penyakit dasar yang mencetuskan thyroid pasien-pasien hipertiroid. Pendekatan klinis yang
storm(misalnya pengobatan infeksi). Obat-obatan mungkin dilakukan mencakup penggunaan agen-agen
antitiroid (PTU) dapat diberikan melalui saluran terapeutik multipel seperti yang sudah dipaparkan
nasogastrik, secara oral, atau rektal. Beta-blocker sebelumnya, dengan dosis dititrasi terhadap respon
digunakan untuk gejala-gejala hiperadrenergik, dan klinis dari masing-masing pasien. Parameter klinis
dapat memperbaiki gagal jantung akibat takikardi meliputi denyut nadi terinduksi-exercise, tremor halus,
tirotoksik atau depresi miokard. Infus esmolol atau peningkatan berat badan dan pemulihan kekuatan
1,9
beta-blocker intravena lainnya dapat digunakan otot.
dengan tujuan mempertahankan denyut jantung Oleh karena banyaknya efek hormon tiroid
kurang dari seratus kali per menit. Dapat disimpulkan, pada tubuh, efek disfungsi tiroid sangat beragam dan
tatalaksana thyroid stormterdiri atas tindakan suportif secara signifikan memperumit prosedur pembedahan
umum dan administrasi glukokortikoid, PTU, iodida dan pemulihan postoperatif, sehingga sangat penting
natrium, dan beta-blocker. Tatalaksana iodin ditunda mendeteksi adanya kondisi disfungsi tiroid. Hal
sampai 1 jam setelah administrasi tionamid (PTU) tersebut akan menjadi pertimbangan penting pada
untuk mencegah peningkatan penggunaan iodin oleh persiapan preoperatif. Pembedahan elektif sebaiknya
kelenjar tiroid. Jika ada syok sirkulatori, vasopressor jangan dilanjutkan tanpa preparasi preoperatif yang
intravena berupa agonis reseptor alfa-adrenergik adekuat. Pada kasus-kasus yang mengharuskan
11,12
seperti fenilefrindapat dipakai. pembedahan emergensi, dokter hendaknya
Risiko terjadinya thyroid storm pada periode menggunakan terapi-terapi untuk thyroid storm seperti
1,13
perioperatif dapat diminimalisir dengan persiapan yang yang didiskusikan sebelumnya.
sesuai pada pasien-pasien dengan hipertiroid. Tujuan Persiapan preoperatif yang adekuat harus
terapeutik preoperatif adalah inhibisi sintesis dan dilakukan untuk meminimalisir risiko thyroid storm
sekresi hormon tiroid pada pasien yang sudah perioeratif. Apabila memungkinkan, operasi sebaiknya
memiliki riwayat hipertiroidisme dan untuk mengurangi ditunda sampai pasien eutiroid. Pasien hendaknya
vaskularitas kelenjar tiroid. Pada masa preoperatif, memiliki konsentrasi T3 dan T4 yang normal dan tidak
terapi utamanya kurang lebih sama, yakni antitiroid memiliki takikardia saat istirahat atau resting
(terutama PTU), antagonis reseptor beta-adrenergik, tachycardia. Obat-obatan antitiroid dan antagonis
glukokortikoid, dan iodin. Pasien dengan eksoftalmus beta-adrenergik dilanjutkan sampai pagi hari sebelum
sebaiknya mendapatkan perawatan untuk melindungi operasi, terutama administrasi PTU dan methimazole
mata dan mencegah abrasi kornea, terutama apabila yang memiliki waktu paruh yang singkat. Apabila
dilakukan anestesi umum. Pada beberapa pasien, pembedahan emergensi harus dilakukan walaupun
blokade reseptor beta-adrenergik mungkin cukup terdapat hipertiroidisme klinis, sirkulasi hiperdinamik
untuk mencegah thyroid storm perioperatif, dan satu dapat dikontrol dengan titrasi infus esmolol.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 196

Anestesiologis hendaknya mempersiapkan diri untuk (1) sistem kardiovaskular yang hiperdinamik dan
1,2
menatalaksana thyroid storm perioeratif. kemungkinan kardiomiopati, (2) obstruksi jalan napas
Pada teknik anestesi belum ada studi partial yang diakibatkan pembesaran kelenjar tiroid,
terandomisasi prospektif yang telah mengevaluasi (3) kelemahan otot respiratori dan (4) abnormalitas
efektivitas maupun keamanan berbagai teknik elektrolit. Penggunaan obat-obatan yang dihubungkan
anestesi pada pasien dengan hipertiroidisme. Baik dengan takikardi (ketamine, atropine) sebaiknya
anestesi umum maupun neuraxial dapat digunakan dihindari. Tirotoksikosis dihubungkan dengan
secara aman dan keputusan diambil berdasarkan peningkatan insiden miopati dan myasthenia gravis,
kondisi individual pasien, yaitu faktor seperti adanya sehingga agen-agen pemblokir neuromuskular atau
kelainan jalan nafas dan derajatnya, keterlibatan Neuromuscular Blocking Agents (NMBs) harus
kardiak dan gangguan elektrolit. Sannaboraiah et al diadministrasikan secara hati-hati. Hipertiroidisme
(2014) menyatakan bahwa secara umum pendekatan tidak meningkatkan kebutuhan anestetik, tidak ada
anestetik pada pembedahan abdominal bagi pasien- peningkatan pada konsenterasi alveolar minimal
1,2,9
pasien dengan hipertiroidisme tidak terkontrol yang (MAC).
direkomendasikan adalah kombinasi antara anestesi Pada pelaksanaan intraoperatif, fungsi
5
umum dengan teknik regional. Dikemukakan juga kardiovaskular dan suhu tubuh harus dimonitor ketat
bahwa teknik regional saja, baik spinal maupun pada pasien-pasien dengan riwayat hipertiroidisme.
epidural, dapat menyediakan manajemen anestesi dan Pasien-pasien hipertiroid yang tidak tertangani dengan
pembedahan yang sesuai pada pembedahan- baik dapat mengalami hipovolemi kronik dan rentan
pembedahan urgen seperti laparatomi dan SC. Datta terhadap respon hipotensif yang berlebihan selama
et al (2010) mengemukakan anestesia regional, induksi anestesia.
terutama anestesi spinal dapat dihindari, khususnya
untuk kelahiran caesarean apabila ibu mengonsumsi
propranolol dosis tinggi akibat hipotensi berlebihan
6
post-spinal.
Tujuan premedikasi pada pasien tirotoksik
adalah untuk menghilangkan kecemasan dan
mencegah aktivasi sistem saraf simpatik.
Benzodiazepin seperti diazepam oral (5 sampai 10
mg) atau bloker adrenergik sentral seperti klonidin (3
sampai 5 μg/kg per oral) dapat diberikan.
Antimuskarinik seperti atropine dan scopolamine tidak
direkomendasikan, karena obat-obatan tersebut
menyebabkan takikardi dan memengaruhi regulasi
panas. Pada pasien hipertiroid diluar masa kehamilan Gambar 1. Monitoring vital signs intraoperatif
telah ditekankan efektivitas daripada sedasi
preoperatif yang dalam. Penggunaan rutin teknik ini Setelah selesai dilaksanakan operasi, pasien
pada pasien yang hamil tidak direkomendasikan dipindahkan ke ROI dan pasien kembali mendapatkan
karena adanya risiko aspirasi maternal dan depresi obat-obatan PTU, lugol, dan propanolol secara
1,7
neonatal. enteral. Secara parenteral, pasien diberikan pula obat-
Beberapa karakteristik hipertiroidisme berikut obatan ceftriaxon, ranitidin, paracetamol, asam
ini mungkin dapat memengaruhi manajemen anestetik, traneksamat, vitamin K, dan dexametason.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 197

5. Sannaboraiah SK, Ramaswamy AH, Shaikh S.


Thyroid disorders during pregnancy and anesthetic
considerations. Anaesthesia, Pain, & Intensive
Care. 2014;18(3):302-7.
6. Datta S, Kodali BS, Segal S. Obstetric Anesthesia
Handbook. 5th edition. New York: Elsevier; 2010.
p.258.
7. Yao SFS. Yao & Artusio’s Anesthesiology: problem

Gambar 2. Monitoring vital signs postoperatif oriented patient management. 8th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2016.
p.754-66.
Ancaman paling serius pada pasien hipertiroid
8. Sugiyama Y, Tanaka R, Yoshiyama Y, Ichino T,
yang menjalani pembedahan, terutama pada fase
Hishinuma N, Shimizu S, et al. A case of sudden
postoperatif, adalah thyroid storm, yang ditandai
onset of thyroid storm just before cesarean section
dengan hiperpireksia, takikardi, perubahan kesadaran
manifesting congestive heart failure and pulmonary
(seperti agitasi, delirium, koma), dan hipotensi. Onset
thyroid storm ini umumnya 6 sampai 24 jam setelah edema. JA Clinical Reports. 2017;3(20):1-5.
9. Myers J, Mallaber D. Endocrine disease in
pembedahan, tetapi dapat terjadi intraoperatif,
pregnancy including diabetes mellitus, thyroid and
menyerupai hipertermia malignan. Adanya
adrenal disease. In: MacLennan K, O’Brien K,
kardiomiopati akibat hipertiroid selama masa
Macnab WR, eds. Core topics in obstetric
kehamilan atau setelah melahirkan mungkin
anaesthesia. Cambridge: Cambridge University
mengharuskan dilakukannya monitoring invasif dan
Press; 2015. p.371.
penggunaan pengobatan multipel yang memerlukan
10. Wasson C, Kelly A, Ninan D, Tran Q. Absolute
titrasi. Berdasarkan kriteria the Critical Care Minimal
Data Set (CCMDS), pasien memerlukan tingkat obstetric anesthesia review: the complete study
guide for certification and recertification. Cham:
perawatan level 2, yakni membutuhkan optimalisasi
Springer Nature Switzerland AG; 2019. p.40.
preoperatif dan dukungan satu sistem organ pada fase
14 11. Hines RL, Marschall KE. Stoelting’s anesthesia
postoperatif (sistem kardiovaskular).
and co-exisiting disease. 4th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2013. p.237-9.
DAFTAR PUSTAKA
12. Arita N, Ward JL, Marik PE. Pituitary, adrenal, and
1. Chestnut DH, Wong CA, Tsen LC, Ngan Kee WD,
thyroid diseases in the critically ill patient. In:
Beilin Y, Mhyre JM. Obstetric anesthesia principles
Roberts PR, Rodd SR, eds. Comprehensive critical
and practice. 5th edition. Philadelphia: Elsevier;
care: adult. 2nd edition. Mount Prospect: Society of
2014. p.1012-8.
Critical Care Medicine; 2017. p.806-9.
2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan
13. Swaminathan S, James RA, Chandran R, Joshi R.
& Mikhail’s clinical anesthesiology. 5th edition. New
Anaesthetic implications of severe hyperthyroidism
York: McGraw-Hill Education; 2013. p.733-5.
secondary to molar pregnancy: a case report and
3. Palace MR. Perioperative management of thyroid
review of literature. Anesthesia: Essays and
disfunction. Health Service Insights. 2017;
Researches. 2017;11(4):1116-7.
10:1178632916689677.
14. Wheatly S, O’Brien K. Maternal critical care. In:
4. Varela A, Yuste A, Villazala R, Garrido J, Lorenzo
MacLennan K, O’Brien K, Macnab WR, eds. Core
A, Lopez E. Spinal anesthesia for emergency
Topics in Obstetric Anaesthesia. Cambridge:
abdominal surgery in uncontrolled hyperthyroidism.
Cambridge University Press; 2015. p.88.
Acta Anaesthesiol Scand. 2005; 49(1):100-3.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)

Anda mungkin juga menyukai