Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skin tag

Skin tag merupakan suatu tumor jinak jaringan konektif pada dermis yang

merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Tumor yang mempunyai

warna yang sama dengan warna kulit, lunak, filiform, dan sering tumbuh di daerah

intertriginosa yang berbentuk pedunkulasi 2,3,7,9,14

Skin tag ini sering dihubungkan dengan gangguan sindrom metabolik yang

terlihat dengan adanya gejala kutaneus terhadap gangguan karbohidrat atau

metabolisme lipid, abnormalitas enzim hati dan hipertensi.15

2.1.1 Epidemiologi

Skin tag yang disebut juga dengan nama lain yaitu soft fibromas, fibroma
2,9,16
molle, fibroepitelial polip atau acrochordon , merupakan tumor yang sering

dijumpai, terutama pada usia yang lebih tua, wanita hamil, obesitas dan

diabetes.4,17

Lesi skin tag ini sering ditemukan pada populasi dewasa diatas umur 40

tahun dan peningkatan insiden dijumpai pada umur yang lebih tua, namun

dikatakan usia 50 merupakan turning point terjadinya pertumbuhan skin tag

berhenti.2,4,9,18

Perbandingan skin tag antara wanita dan pria adalah sama.18,19 Namun

menurut Waisman (1957) dijumpai bahwa skin tag 2 kali lebih sering terjadi pada

wanita dibandingkan laki-laki.2

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Etiologi

Etiologi dari skin tag belum diketahui secara pasti. Lebih sering terjadi pada

daerah garukan dan sering berhubungan dengan beberapa kondisi, termasuk

acromegali, chron disease, aging, transplantasi organ, polip kolon, kehamilan,

infeksi HPV, peningkatan jumlah sel mast, dan juga peningkatan reseptor

androgen dan estrogen serta kadar leptin.20

Skin tag juga diduga mempunyai hubungan dengan penyakit diabetes

mellitus, obesitas, dislipidemia dan resistensi insulin.7,14,16,17,20,21

Menurut penelitian Demir dan Demir (2001) menyimpulkan bahwa

munculnya skin tag kemungkinan merupakan suatu manifestasi klinis yang

penting yang mendasari ada terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, oleh

karena itu setiap pasien skin tag harus dievalusi kemungkinan menderita diabetes

mellitus.1

Skin tag juga diduga dapat terjadi akibat faktor genetik. Faktor genetik

merupakan hal yang penting untuk diteliti. Pada suatu penelitian mengatakan

setidaknya setiap dua pasien skin tag merupakan karier skin tag.2,4 Pada sindrom

birt-hogg-dube merupakan suatu genodermatosis yang merupakan penyakit

autosomal dominan, ditandai dengan munculnya tumor-tumor kulit meliputi

multipel fibrofolikuloma, trichosdiscomas dan achrocordon, yang diduga mutasi

terhadap suatu gen supresor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan

genetik ini.19

Adanya iritasi kulit yang sering dan lama diduga merupakan faktor pencetus,

terutama pada pasien obesitas. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat

memudahkan untuk terjadinya skin tag, misalnya tingginya kadar estrogen dan

Universitas Sumatera Utara


progesterone pada saat hamil, atau terganggunya kadar growth hormone pada

penderita acromegali. Para ahli mendapatkan bahwa epidermal growth factor

(EGF) dalam transforming growth factor (TGF) mempunyai peranan dalam hal

pertumbuhan skin tag.5,17,19

2.1.3 Patogenesis

Ada beberapa pendapat mengenai patogenesis dari skin tag. Terdapatnya

beberapa teori yang menyebutkan skin tag terjadi sebagai akibat tekanan yang

persisten ataupun dari gesekan yang terus menerus pada daerah permukaan kulit,

terutama pada penderita obesitas, yang menyebabkan gangguan jaringan elastik

kulit.7,15

Mekanisme dasar yang dapat menjelaskan sekelompok kelainan metabolik

pada pasien skin tag adalah keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin

didefinisikan sebagai suatu keadaan respon yang terganggu terhadap dampak

fisiologis insulin, yang mencakup metabolisme glukosa, lemak dan protein serta

terhadap faal endotel pembuluh darah.9,22 Adanya korelasi positif antara insulin

dan jumlah dari skin tag dimana insulin merupakan hormon yang dapat

meningkatkan pertumbuhan jaringan dan stimulasi pengambilan glukosa pada

jaringan, dan ketika terjadi resistensi insulin, akan mengakibatkan sel ini kurang

responsif terhadap hormon sehingga pankreas akan melakukan kompensasi

dengan memulai pembentukan insulin dalam jumlah yang banyak. Adanya suatu

keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan peningkatan pembentukan

IGF-1 dan penurunan insulin-like growth factor-binding Protein-3 ( IGFBP-3)

yang bertanggung jawab terhadap gen transkripsi anti proliferatif. Adanya

Universitas Sumatera Utara


hiperinsulinemia dan peningkatan IGF-1 secara langsung akan menginduksi epitel

dan pertumbuhan fibroblas melalui aktivasi reseptor yang selanjutnya dapat

mengakibatkan hiperplasia epidermal, perubahan endokrin yang dapat

mengakibatkan proliferasi dan pertumbuhan sel inilah mungkin dapat mendasari

pembentukan skin tag.7

Pada otot skeletal resistensi insulin berakibat gangguan pengambilan

glukosa serta gangguan pembentukan glikogen. Resistensi insulin di hati

mengakibatkan kegagalan insulin untuk menekan produksi glukosa di hati,

sedangkan di jaringan lemak resistensi insulin akan menyebabkan meningkatnya

lipolisis. Ambilan glukosa di jaringan lemak menurun sebaliknya terjadi

peningkatan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas. Hal ini ada kaitannya

dengan timbunan lemak abdomen pada obesitas. Timbunan lemak abdomen akan

memasuki aliran darah vena porta dalam jumlah besar membuat hati akan terpapar

dengan jumlah besar asam lemak bebas mengakibatkan di hati terjadi peningkatan

proses glukoneogenesis serta meningkatnya produksi very low density

lipoproteins (VLDL). Peningkatan asam lemak bebas juga mengganggu insulin di

hati dan lebih memperhebat hiperinsulinemia dan berpengaruh terhadap

mekanisme pensinyalan di otot skeletal serta menurunkan pengambilan glukosa

dan peningkatan asam lemak bebas di peredaran darah portal (menuju hati) akan

meningkatkan produksi trigliserida , apoprotein B 100 dan VLDL dari hati.22

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Gejala Klinis

Skin tag merupakan tumor jinak pada jaringan konektif dermis yang terlihat

sebagai tumor yang lunak, pedunkulasi, berwarna seperti warna kulit ataupun

hiperpigmentasi yang terjadi pada daerah pergesekan.15,23,24

Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak menimbulkan rasa nyeri

jika tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan gatal

atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini terkena kalung perhiasan atau

pakaian. Ada 3 tipe dari skin tag yang dijumpai 19, 25 :

1. Multiple, 1-2 mm merupakan papul yang berkerut dan terutama pada

daerah coli dan axilla.

2. Lesi tunggal atau filiform yang multiple , pertumbuhan yang lunak

yang terdapat di berbagai tempat, sampai dengan 5 mm.

3. Soliter, pedunkulasi atau pertumbuhan seperti “baglike” biasanya

berdiameter sekitar 10 mm tetapi bisa lebih besar, lebih sering pada

tubuh bagian bawah.

Skin tag dapat terjadi dengan lesi tunggal atau banyak dan terutama terjadi

pada daerah intertriginosa (axilla, colli, palpebra) juga sering ditemukan pada

regio vertebralis, abdomen, lumbalis dan femoralis. 14,18,19,23,24

2.1.5 Gambaran Histopatologi

Pada gambaran histopatologi menunjukkan adanya gambaran papul yang

berkerut yang memperlihatkan adanya gambaran papilomatosis, hiperkeratosis

dan akantosis yang reguler. Epidermis menunjukkan bentuk filiform, gambaran

pertumbuhan yang lunak menunjukkan adanya akantosis yang ringan sampai

Universitas Sumatera Utara


sedang dan kadang - kadang dijumpai papilomatosis. Pada tangkai jaringan

konektif terdiri dari jaringan kolagen longgar dan sering mengandung kapiler

yang berdilatasi yang berisi eritrosit. Pada bentuk pedunkulasi yang lebih besar

secara umum menunjukkan epidermis yang rata yang mendasari serabut kolagen

longgar dan adanya sel yang matur pada bagian tengah. Pada beberapa keadaan

dijumpai adanya sel lemak, mengindikasikan adanya pembentukan lipofibroma,

tetapi diagnosis skin tag ditegakkan terutama secara klinis, pemeriksaan

hisopatologi hanya digunakan sebagai konfirmasi.19,25,26

Gambar 2.1(histopatologi skin tag) : a. Skin tag yang berbatasan dengan kulit
normal, b. Adanya hiperplasia epidermis dan inflamasi kronis pada dermis atas
c. Skin tag dengan adanya hiperplasia epidermis. d. Skin tag dengan sejumlah sel
mast.19

2.1.6 Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding skin tag adalah neurofibromatosis, keratosis

seboroika dan veruka.19

Neurofibromatosis adalah suatu tumor yang disebabkan adanya kelainan

genetik pada sistem syaraf, mempunyai karakteristik dengan adanya pembentukan

tumor yang bersifat jinak, multipel yang tumbuh pada syaraf, merupakan suatu

Universitas Sumatera Utara


tumor dengan kelainan autosomal dominan yang mempunyai 2 tipe, yaitu

neurofibromatosis tipe 1 dan tipe 2. Gambaran klinis dari neurofibromatosis yaitu

adanya bercak pigmentasi pada kulit ( cafe au lait spots).5,19

Keratosis seboroika merupakan suatu lesi hiperkeratotik pada epidermis

yang sering terlihat pada permukaan kulit, mempunyai banyak variasi bentuk

yang berwarna coklat sampai hitam. Lesi mempunyai permukaan yang kasar,

dengan diameter 2 mm - 3 cm dan dapat lebih besar, merupakan suatu makula

hiperpigmentasi sampai bentuk plak, sering dijumpai pada trunkus tetapi juga

pada region fascialis , ekstermitas dan scalp.5,19

Veruka merupakan suatu proliferasi jaringan kulit dan mukosa yang

disebabkan oleh HPV, merupakan suatu lesi papul hiperkeratotik dengan

permukaan yang kasar dan irreguler yang mempunyai diamter 1 mm sampai 1 cm

dan dapat mengenai seluruh bagian tubuh tetapi lesi ini lebih sering mengenai

tangan dan kaki.5,19

2.1.7 Pengobatan

Pengobatan untuk skin tag ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,

tumor dengan ukuran lebih kecil dengan memakai curved blade scissors dan

dengan ukuran yang lebih besar biasanya dilakukan eksisi dengan tindakan bedah

kulit yang sederhana. Untuk skin tag ukuran yang lebih kecil dapat

mengaplikasikan ammonium chlorida sehingga dapat mengurangi perdarahan.19

Pengobatan seperti eksisi sederhana, elektrodesikasi dan krioterapi merupakan

pilihan pengobatan yang dapat dilakukan.6

Universitas Sumatera Utara


Teknik dengan menggunakan gunting (curved blade scissors) dindikasikan

untuk lesi pedunkulasi dan juga semua jenis pertumbuhan jaringan kulit

superfisial seperti skin tag, keratosis seboroik papular, nevus serta veruka dengan

diameter lesi yang kecil. Tindakan dengan menggunakan gunting ini dapat

dilakukan pada kelopak mata, leher, ketiak dan paha selain itu juga tergantung

pada ukuran dan morfologi bentuk dari lesi. Dengan menggunakan gunting ini,

pengangkatan lesi pada skin tag dengan jumlah yang banyak dapat dilakukan

dengan cepat dengan efek ketidaknyamanan yang kecil, teknik dengan

menggunakan gunting ini dapat dilakukan tanpa anastesi, tetapi pada lesi yang

lebih besar dan dengan dasar yang lebar diperlukan anastesi lokal. Teknik dengan

menggunakan gunting ini merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan

cepat dan mudah.19

Elektrodesikasi merupakan salah satu teknik bedah listrik yang bekerja

dengan cara memanaskan sel untuk menghilangkan air sehingga akan

mengakibatkan penghancuran jaringan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tepat

(yaitu melalui percikan kecil elektroda). Banyak ahli dermatologi yang

menggunakan cara ini untuk menghancurkan lesi yang kecil seperti skin tag, chery

angioma, keratosis seboroika dan verucca vulgaris. 19

Krioterapi merupakan metode yang sering digunakan untuk

penatalaksanaan lesi kulit yang jinak. Cairan nitrogen ini merupakan alat semprot

yang mudah digunakan dan dengan teknik yang sama banyak digunakan untuk

penatalaksanaan lesi jinak, premaligna ataupun maligna. Dosis dari pemakaian

krioterapi ini tergantung dari besarnya lesi, jenis kulit dan kedalaman lesi.19

Universitas Sumatera Utara


Teknik eksisi ini adalah suatu cara untuk membuang jaringan yang

digunakan untuk lesi yang superfisial, teknik ini memerlukan anastesi lokal dan

jarang mengakibatkan perdarahan yang berlebihan. Teknik eksisi ini memerlukan

keahlian yang baik dan juga waktu tindakan yang lebih lama. Pada eksisi

sederhana biasanya tidak memerlukan anastesi yang banyak pada saat tindakan.19

2.2 Kadar Glukosa Darah

Berdasarkan kriteria WHO (World Health Organization) kadar glukosa

darah yang normal adalah jika kadar glukosa darah puasa 70-110 mg/dl, glukosa

darah terganggu jika kadar glukosa darah puasa antara 110 -125 mg/dl, sedangkan

toleransi glukosa terganggu adalah kadar glukosa darah sesudah pembebanan

glukosa 75 gr yaitu antara 140-199 mg/dl. Sedangkan berdasarkan tabel konversi

sistem satuan SI konvensional dari pemeriksaan alat Thermo® kadar glukosa

darah puasa normal adalah 55 - 115 mg/dl. Kadar glukosa darah puasa rendah

adalah < 55 mg/dl. Kadar glukosa darah puasa tinggi (terganggu) adalah 115-125

mg/dl. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126mg/dl (diabetes).11

Peningkatan kadar glukosa darah merupakan salah satu kriteria untuk

mendiagnosis pasien diabetes mellitus.10 Menurut American Diabetes Association

(ADA) disebut diabetes mellitus jika kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, atau

bila kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa 75 g didapati ≥ 200

mg/dl.18

Keadaan hiperglikemi (kadar glukosa darah meningkat) dapat terjadi

akibat ketidakmampuan insulin untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah

(resistensi insulin) sehingga dibutuhkan kadar insulin yang lebih

Universitas Sumatera Utara


(hiperinsulinemia) untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal.3,11,27

Adanya suatu keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan

peningkatan pembentukan IGF-1 dan penurunan IGFBP-3 yang bertanggung

jawab terhadap gen transkripsi anti proliferatif. Adanya hiperinsulinemia dan

peningkatan IGF-1 secara langsung akan menginduksi epitel dan pertumbuhan

fibroblas melalui aktivasi reseptor yang selanjutnya dapat mengakibatkan

hiperplasia epidermal, perubahan endokrin yang dapat mengakibatkan proliferasi

dan pertumbuhan sel, inilah mungkin dapat mendasari pembentukan skin tag.7

Universitas Sumatera Utara


2.3 . Kerangka Teori

Kriteria:
- Poliuri Iritasi dan tekanan
- Polidipsi
- Polifagi Obesitas
- Peningkatan
Kadar Glukosa
Darah
Skin Tag Infeksi HPV

Diabetes mellitus

Dislipidemia

Resistensi
insulin Peningkatan
Peningkatan jumlah proliferasi fibroblas
sel mast dan deposisi kolagen

Peningkatan IGF-1 dan Peningkatan


penurunan IGFBP-3 produksi EGF dan
(gen transkripsi anti TGF beta 1
proliferatif)

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


2. 4. Kerangka Konsep

Kadar Glukosa Darah Puasa Skin tag

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai