NAPKIN ECZEMA
OLEH:
DISUSUN OLEH:
Residen Pembimbing
dr. Anita Indah
Dosen Pembimbing
dr. Muhlis, Sp.KK, M.Kes
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Ruam popok (diaper rash, napkin dermatitis, nappy rash) atau diaper
dan peradangan kulit pada daerah sekitar popok (diaper). Laporan mengenai
Prevalensi ruam popok pada bayi berkisar antara 7-35% dan dapat terjadi pada
awal usia satu minggu. Insidensi meningkat tiga kali lipat pada kejadian diare. Di
daerah Indonesia laporan mengenai angka kejadian ruam popok khususnya pada
Dermatitis popok adalah masalah kulit yang biasa terjadi pada bayi baru
kontak dengan urin dan feses, ,enzim proteolitik dan lipolitik feses, peningkatan
Ruam popok sering membuat bayi tidak nyama. Rasa gatal, perih, risih
dan kadang terasa sakit menyebabkan bayi gelisah dan rewel. Pengetahuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dermatitis popok, atau ruam popok, adalah istilah tidak spesifik yang
digunakan untuk mendeskripsikan salah satu dari berbagai reaksi peradangan kulit
di area popok, termasuk bokong, area perianal, alat kelamin, paha dalam dan
pinggang. Dermatitis popok adalah erupsi kulit inflamasi yang paling umum
dalam area popok pada bayi dan balita. Meskipun jarang menyebabkan masalah
untuk jangka waktu yang lama, namun ia masih menyebabkan kesulitan besar
bagi bayi dan orang tua. Kulit popok terpapar pada gesekan, hidrasi berlebihan,
pH bervariasi, dan kontak terus-menerus dengan urin dan feses, yang keduanya
2.2 Anatomi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5m2 dengan berat kira-
kira15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
2
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
Lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel
kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
3
2.2.1.4 Stratum spinosum
Juga disebut sebagai pickle cell layer terdiri atas beberapa lapis sel
Langerhans.
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastisitik dan fibrosa padat
4
dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
2.2.3.1 Par papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
2.2.3.2 Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti zat yang
bersifat iritan, radiasi, sengatan, sinar ultraviolet, infeksi. Hal ini karena adanya
impermeable terhadap pelbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman
5
terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum. Ph kulit melindungi terhadap
infeksi bakteri.
3. Fungsi ekskresi. Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dlam tubh berupa Nacl, urea, asam urat dan amonia.
5. Fungsi pengaturan suhu. Kulit melakukan peran ini melalui cara mengeluarkan
7. Fungsi keratinisasi, proses ini berlangsung normal 14-21 hari dan memberi
2.4 Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2009 prevalensi iritasi kulit (ruampopok) pada bayi cukup tinggi. Sebanyak
25% dari 6.840.507.000 bayi yang lahir didunia kebanyakan menderita iritasi kulit
(ruam popok) akibat penggunaan popok. Angka terbanyak ditemukan pada usia 6-
12 bulan. Departemen ilmu kesehatan kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum
6
pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar
antara 7-35%, dengan angka terbanyak padausia 9-12 bulan. Insiden ruam popok
berusia dibawah tiga tahun (Andi, 2012). Pemerintah memperkirakan jumlah anak
balita (bawah lima tahun) Indonesia mencapai 10% dari populasi penduduk. Jika
jumlah penduduknya 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di
Indonesia, dan 1/3 dari jumlah bayi di Indonesia mengalami ruam popok
popok, sebanyak 5 orang (50%) mengalami ruam popok, 1 orang (10%) kadang–
kadang mengalami ruam popok, 3 orang (30%) sering mengalami ruam popok,
2.5 Etiopatofisiologi
jangka panjang kulit dengan urin dan feses. Faktor lain basah yang berlebihan
keratinosit yang lebih kecil, struktur microrelief yang lebih dalam, stratum
corneum yang lebih tipis, proliferasi sel yang lebih besar, dan organisasi serat
kolagen yang berbeda dalam dermis. Matriks lipid ekstraseluler dari stratum
7
zat hidrofilik termasuk air, sedangkan corneocytes (diferensiasi keratinosit)
tekanan mekanis seperti gesekan (mis. oleh popok), bahan kimia dan enzim, serta
infeksi mikroba. Stratum korneum lebih tipis dan kurang protektif pada bayi
prematur bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan, membuatnya lebih rentan
terhadap infeksi, serta toksisitas sistemik dari penyerapan zat topikal yang
diterapkan pada kulit. Pada bayi yang lahir antara 30 dan 32 minggu usia
kehamilan, fungsi barrier kulit berkembang hanya 2-4 minggu setelah kelahiran,
bakteri dan ragi patogen, serta memainkan peran penting dalam pengembangan
kekebalan bawaan. Urine dan tinja adalah kontaminan utama area popok. Urine
dapat memiliki pH berkisar antara 4,6 hingga 8, dan tinja biasanya memiliki pH
lebih tinggi 6,5-7,5, sedangkan pH normal bokong adalah sekitar 5,5,19,28 Oleh
karena itu, paparan kulit terhadap campuran urin dan feses berkontribusi terhadap
peningkatan pH di area popok menjadi lebih banyak nilai alkali (> 7). Kenaikan
semuanya yang sangat mengiritasi kulit. Peningkatan aktivitas lipase dan protease
tinja juga bisa terjadi karena percepatan transit gastrointestinal. Oleh karena itu
lebih tinggi tingkat prevalensi dermatitis popok diamati pada bayi yang
8
dihasilkan oleh berbagai bakteri feses mengkatalisasi pemecahan urea menjadi
positif dari menyusui dalam pencegahan dermatitis popok mungkin terkait dengan
tinja bayi yang disusui memiliki pH yang jauh lebih rendah, protease lebih
rendahdan aktivitas lipase, serta konten urease yang lebih rendah dibandingkan
penggantian popok yang jarang, penggunaan antibiotik spektrum luas dalam bayi,
perawatan kulit yang buruk di area popok, penggunaan cairan sabun untuk
Pada kasus napkin eczema, pada kulit bayi, bisa didapatkan bercak makula
eritematus pada anogenital, skrotum dan penis pada laki-laki, labia dan vagina
pada perempuan, yang biasanya ditutupi dengan popok yang semakin lama
semakin membesar dan bisa meluas sampai lipatan peha. Pada beberapa kasus
juga dapat disertai dengan erosi pada kulit bayi.3
Makula adalah kelainan kulit berbatas tegas beruapa perubahan warna semata-
mata, makula eritematus adalah perubahan warna kulit yang lebih kemerah-
merahan akibat dari proses peradangan.4 Erosi adalah kelainan kulit yang
disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basal.4
Proses peradangan yang terjadi juga akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada
bayi, sehingga bayi menjadi lebih rawan dan bersikap ‘irritable’.3
9
2.8 Diagnosis
A. Anamnesis7
yaitu:
lesi kulit hadir sebelum atau setelah waktu ini, mungkin ada
lain, genitalia seperti labia majora dan skrotum, dan perut bagian
10
4) Apakah pembersihan dilakukan rutin? Apakah orang tua /
bayi dimandikan?
5) Popok mana dan krim emolien apa yang digunakan (sekali pakai
(pewangi, pengawet)?
makanan baru?
dengan diare?
B. Pemeriksaan Fisik8
dan ulserasi dapat terjadi pada stadium lanjut. Pada tahap ini, infeksi
Papula dan pustula dapat dilihat di luar tepi area eritematosa; yaitu
11
lesi satelit. Bentuk lain dari dermatitis kontak iritan terletak di tepi
popok dapat dilihat. Pada tipe ini, lesi asimetris penting untuk
diagnosis yang benar. Selain itu, kondisi klinis yang jarang dari
erosif mirip kawah. Ini lebih sering terjadi pada anak-anak dengan
C. Pemeriksaan Penunjang9
dan tes fungsi hati dan ginjal. Skrining juga dapat dilakukan pada
meliputi:
biotinidase, ammonia;
12
- Tes serologis sifilis (rapid plasma reagin [RPR] atau Venereal
Group A
yang dicurigai
- Tzank smear pada bula atau pustula; sel raksasa berinti banyak
pallidum
A. Dermatitis Kontak7
13
modern menghindari bahan-bahan ini, alih-alih memanfaatkan
4).
Gambar 3
Dermatitis popok iritan klasik, yang melibatkan cembung kulit genitoanal
Gambar 4
Dermatitis kontak iritan
14
Dermatitis kontak alergi popok kontak melibatkan seluruh area, termasuk lipatan
(Gambar 5 dan 6).
Gambar 5
Eksim kontak alergi pada lipatan dan cembungnya kulit
akibat pemakaian salep calendula
Gambar 6
Dermatitis kontak alergi
15
Dalam sejarah baru-baru ini, prevalensi dan tingkat keparahan
B. Psoriasis Infantil7
16
Gambar 8. Psoriasis pada bayi
esi pada area popok, (B) Lesi bentuk psoriasis eksudatif
C. Infeksi Candida7
17
Gambar 10 Dermatitis popok dengan pustula satelit dan papula yang
mencerminkan infeksi Candida albicans
2.10 Tatalaksana
18
bebas sabun diformulasikan dengan tepat untuk kulit bayi baru
yang disetujui untuk bayi oleh regulator, seperti the U.S. Food
b. Tisu basah10
19
Data yang tersedia menunjukkan bahwa tisu bayi tidak
fisiologis.
dengan baik.
20
dapat melindungi kulit area popok dengan melapisi permukaan
dalam air.
popok.
d. Teknologi popok10
21
untuk mencegah dermatitis popok dan memperingan gejala bila
menyerap urin dan tinja cair dan lapisan akuisisi tepat di bawah
2.10.2 Farmakologis10
daerah ini, seperti dermatitis kontak alergi, infeksi jamur atau bakteri
22
Emolien penghalang topikal atau obat-obatan dengan potensi
methemoglobinemia.
Orang tua harus dilatih dalam menggunakan jumlah yang tepat per
jangka waktu terbatas aman dan efektif dan efek sampingnya jarang
23
(maksimum satu minggu) dan diikuti oleh jeda steroid dan
topikal diterapkan dua kali sehari selama 5-7 hari mungkin cukup.
popok, meskipun tidak ada bukti yang cukup yang mendukung atau
24
DAFTAR PUSTAKA
Popok Pada Bayi Baru Lahir. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: 59.
5. Prof dr.dr Adhi Djuandha Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed 6, 2010
derajat ruam popok bayi, Jurnal penelitian Kesehatan Suara Forkes, Vol 9,
8. Tuzun, Y., Wolf, R., Baglam, S., Engin, B. 2015. Diaper (Napkin)
Dermatitis: A Fold (Intertriginous) Dermatosis. Clinics in Dermatology,
doi: 10.1016/j.clindermatol.2015.04.012.
25