Kelompok A-2
1
Kata- Kata Sulit
1. Efloresensi :
Kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata secara langsung.
2. Likhenifikasi :
Daerah kulit dengan garis- garis nyata disertai dengan penebalan akibat
garukan dan gosokan .
3. Central healing :
Lesi dimana proses penyembuhan berada di bagian tengah lesi sedangkan
bagian aktif terdapat di pinggir lesi dan merupakan ciri khas dari infeksi
jamur.
4. Skuama :
Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
5. Lesi multiple :
Lesi dengan berbagai bentuk dan ukuran.
6. Bruntus :
Lesi dengan bentuk makulopapular
2
Pertanyaan :
1. Mengapa keluhan gatal dan bercak merah timbul saat pasien berkeringat ?
12. Apa tujuan dari kontrol rutin pada kasus ini dan mengapa setelah diobati
gejala dapat timbul kembali ?
13. Sebutkan apa yang dimaksud dengan menjaga kesehatan kulit sesuai
ajaran islam ?
3
Jawaban
4. Dermatofitosis
5. Dapat diakibatkan karena adanya gesekan dari antar paha pada saat pasien
beraktifitas sehingga mencetuskan penyebaran yang bilateral.
6. Bisa, jika terjadi kontak fisik ataupun seperti pemakaian baju dan handuk
yang sama, dan sebagainya.
10. Jamur menginfeksi dari central ke perifer, sehingga jika bagian perifer
mulai terinfeksi maka bagian central sudah mengalami penyembuhan
terlebih dahulu, sehingga timbullah central healing. Dimana, central
healing ini merupakan ciri khas dari infeksi akibat jamur.
11. Kurang menjaga kebersihan, berat badan yang tidak terkontrol, serta
penggunaan pakaian dalam yang kurang baik dan bersih.
4
12. Karena penyakit ini akan terus timbul jika masih melakukan faktor
pencetusnya.
HIPOTESIS
5
SASARAN BELAJAR
1.1 Mikroskopis
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Epidemiologi
3.4 Klasifikasi
3.5 Patofisiologi
3.8 Tatalaksana
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
3.11 Pencegahan
6
LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit
1.1 Mikroskopis
1. Epidermis
2. Dermis
3. Subkutis
1. Epidermis
7
a. Keratinosit
Keratinosit adalah materi yang membentuk lapisan terluar kulit dan
memproduksi keratin,protein keras yang menjadi bahan utama rambut,
kulit, dan kuku. Mereka dihasilkan pada lapisandasar epidermis, yang
secara bertahap naik melalui berbagai lapisan epidermis yang berbeda
danakhirnya tanggal.
b. Melanosit
Sel melanosit adalah sel penghasil pigmen (melanin) yang paling banyak
terdapat di daerahanogenital, ketiak, dan puting susu. Terbanyak kedua
adalah daerah wajah. Sedangkan yangpaling sedikit ada di lengan atas
bagian dalam. Kulit yang gelap menandakan kandungan melanindalam
jumlah banyak, begitu juga sebaliknya.
c. Sel Langerhans
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum
spinosum dari epidermis.Sel langerhans merupakan makrofag turunan
sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah,dan menyajikan antigen
kepada limfosit T, yang berperan dalam perangsangan sel limfosit T.
d. Sel Merkel
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki
desmosom biasanya terdapatdalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga
terdapat di daerah dekat anyaman pembuluh darahdan serabut syaraf.
Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.
8
2. Stratum spinosum / lapisan malphigi
3. Stratum Granulosum
Terdiri dari 3-5 lapis sel gepeng, panjang sejajar permukaan kulit
Sitoplasma mengandung granula keratohialin
Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti
diantaranya
Mukosa tidak mempunyai lapisan ini
9
4. Stratum Lucidum
Merupakan lapisan jernih translusen terdiri dari 3-5 lapis sel gepeng yang
tersusun sangat rapat
Batas- batas sel tidak jelas
Sitoplasma mengandung substansi semifluid keratohialin, yg bersifat
eosinofil. Diduga dihasilkan oleh granula keratohialin
5. Stratum Korneum
Terdiri dari sel jernih , mati seperti sisik yg semakin menggepeng dan
menyatu
Inti sel tidak ada
Sitoplasma diganti keratin
Sel- sel tersusun padat tanpa batas yg tegas
Lapisan paling luar selalu mengelupas STRATUM DISJUNCTUM
2. Dermis
10
Terdiri dari 2 lapisan :
- Stratum Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis
Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
- Stratum Retikulare
Bagian yang menonjol ke subkutan
Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat serta fibroblas)
Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen
dan retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar
rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
Fibroblas, makrofag, dan sel mast rutin ditemukan di dermis. Fibroblast adalah sel
yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta elastik
di dermis.
3. Subkutis/ Hipodermis
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening.
a. Sel lemak
o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam
yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan
makanan
11
- Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal
seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur
tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energi
2) Vaskularisasi
Pleksus superfisialis
Pleksus profunda
Kulit memiliki 2 jenis kelenjar keringat:
a. kelenjar keringat apokrin
b. kelenjar keringat merokrin
12
C. Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis. Rambutditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, klitorisdan labia minora. Pertumbuhan rambut
pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, danpubis sangat
dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga
olehhormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari
sebuah invaginasi epidermal,yaitu folikel rambut yang selama masa
pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujungdisebut bulbus rambut.
Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila
dermismengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel
rambut. Ada dua macamtipe rambut, yaitu rambut lanugo dan rambut
terminal. Komposisi rambut terdiri atas karbon50-60%, hidrogen 6,36%,
nitrogen 17,14%, sulfur 5,0%, dan oksigen 20,80%. Rambt dapatdibentuk
dengan mempengaruhi gugus disulfida misalnya dengan panas atau bahan
kimia.
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia
terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, alkali kuat
lainnya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra
13
violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur. Hal
diatas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan
serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit
terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning.
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat
lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dan kulit.
Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 - 6,5
sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun
jamur. Proses kreatinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier) mekanis
karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut
lemak. Permeabilitas kulit terhadap oksigen dan karbondioksida dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara
saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada
yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak beguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuhberupa NaCl, urea, asam urat, dana amonia.
Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya
memproduksi serum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amonion,
pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum yang diproduksi
melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga
menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit
pada pH 5 - 6.5.
14
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, (termoregulasi)
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan
pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup
baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis. Pada bayi biasannya
dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi
ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih
banyak mengandung air dan Na.
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi
sel granulosom. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14- 21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologis.
9. Fungsi Kosmetis
15
misalnya traktus intestinal, respiratorius, urogenital dan lain lain. Dikenal
bebrapa penyakit jamur profunda dengan klinis dan manifestasi yang
berbeda diantaranya, Aktinomikosis, Nekardiosis, Blastomiksis,
Histoplasmosis, Kandidosis, Kromoblastomikosis dan lainnya.
2. Mikosis superfisialis
Mikosis superfisialis dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
- Dermatofitosis
- Nondermatofitosis (ptiriasis versicolor, piedra hitam, piedra putih,
tinea nigra palmaris, otomikosis, keratomikosis)
- Kandidiasis kutis
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
a) Microsporum
b) Trichophyton
c) Epidemophyton
Selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang sama diantara dermatofita,
misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan dan penyebab
penyakit. Hingga kini terdapat 41 spesies dermatofita, masing masing 2 spesies
Epidermophyton, 17 spesies Microsporum, dan 21 spesies Tricophyton.
3.3 Epidemiologi
Tinea kruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah
tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki- laki
dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea
kruris. Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan
diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab. Adanya maserasi dan oklusi
kulit pada lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban yang akan
memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari
tubuh lain.
16
Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita
dermatomikosis yang dirawat di IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998 sampai dengan 31
Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19 penderita
dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24 tahun (26,3%),
penderita wanita hampir sebanding dengan laki-laki(10:9). Dermatomikosis
terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris et Korporis,
Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.
Jenis organisme penyebab dermatomikosis yang berhasil dibiakkan pada
beberapa rumah sakit tersebut yakni: T.rubrum, T.mentagrophytes, M.canis,
M.gypseum, M.tonsurans, E.floccosum, Candida albicans, C.parapsilosis,
C.guilliermondii, Penicillium, dan Scopulariopsis. Menurut Rippon tahun 1974
ada 37 spesies dermatofita yang menyebabkan penyakit di dunia.
3.4 Klasifikasi
Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus,
yaitu :
a) Tinea imbrikata : dermatofitosis dengan susunan skuama yang
konsentris dan disebabkani Trichophyton concentricum
b) Tinea favosa atau favus : dermatofitosis yang terutama
disebabakan Tricophyton schoenleini; secara klinis antara lain
terbentuk skutula dan berbagai seperti tikus (mousy odor)
c) Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukan daerah
kelainan.
d) Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskripif
morfologis.
3.5 Patofisiologi
17
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur
baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui
tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat
ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau
autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum.
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa
atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan
enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi
peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum
menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi
(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi
suatu reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik,
zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu
dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian
dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang
rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha
bagian dalam.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela
jari paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah
sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
e. Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit,
penetrasi melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon host.
1. Perlekatan.
18
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada
jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan
flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak
yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik.
2. Penetrasi.
Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum
korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi.
Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik,
yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga
membantu penetrasi jamur kejaringan. Fungal mannan didalam dinding sel
dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit.
Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari
epidermis.
3. Perkembangan respons host.
Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang
terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity
(DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita.
Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi
primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya
negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan
oleh peningkatan pergantian keratinosit.
Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans
epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T
melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk
menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier
epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi.
Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh
3.6 Manifestasi Klinis
Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat, lesi berbatas tegas, tepi
meninggi yang dapat berupa bintil- bintil atau kemerahan atau lenting lenting
kemerahan (papul), atau kadang terlihat lenting lentik yang berisi nanah (pustul).
Daerah tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Garukan
yang terus menerus dapat menyebabkan gambaran penebalan kulit. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa tanda khas dari dermatofitosis adalah terdapat skuama, papula
yang tersusun melingkar dengan bagian tepi lebih aktif atau eritem sedangkan di
bagian tengah tampak menyembuh disertai gejala yang terasa gatal terutama bila
berkeringat.
19
A. TINEA KAPITIS (Scalp ring worm;Tinea Tonsurans)
20
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka,
anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.Bentuk yang
klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif.
Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan
akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sirsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papula-papula
dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea
korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya
meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan
ini dapat terjadibersama-sama dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah: T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. M.
gipseum, M. kanis, M. audolini. Penyakit ini sering menyerupai:
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.
Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini
sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari
harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif
bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila
ada infeksi sekunder.
21
Ada 3 bentuk Tinea pedis:
1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah
jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di
celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila
menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi
dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hyperkeratosis
Terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan
punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang
dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel
dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal
yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama
melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat
dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk
yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu
dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah: T
.rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan:
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari
pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia
trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak
mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah
kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen
jamur.Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali,
penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah
beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak
gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah
seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama T. rubrum, T. mentagrophytes
Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten
22
F. TINEA BARBE
Penderita Tinea barbe ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,
jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2
bentuk yaitu superfisialis dan kerion
1) Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-
mula kecil selanjutnya meluas ke arah luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini
menyerupai tinea korporis.
2) Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta
atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan:
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam
G. TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous
dengan skuama yang melingkar.Apabila diraba terasa jelas skuamanya
menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak
menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh
skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan
tubuh sehingga menyerupai:
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun
Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan
dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas
ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin
meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah
memiliki keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak
lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif
berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada
tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena
dermatophytosis.
23
Pemeriksaan Fisik dan Lab.
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri
dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang
tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan
disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran
likenifikasi.
2. Dengan mikroskopis
Untuk melihat elemen jamur (skuama, kuku & rambut)
Menggunakan KOH 10-20 %
Bahan pemeriksaan: kulit, kuku & rambut , dibersihkan dg alkohol
70% utk mengangkat kotoran.
Bahan pemeriksaan kulit: skuama diambil dari daerah pinggir lesi yg
> aktif, bukan dari tengah lesi
Bahan pemeriksaan kuku: diambil dari bagian kuku yg diduga
terinfeksi dg skalpel / kuret kulit, diambil fragmen kuku
Bahan pemeriksaan rambut: dipilih rambut yg tidak mengkilap atau
kusam
Skuama :
Skuama + KOH 20% biarkan 5` - 10`
Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan
diapragma ditutup atau dikecilkan
(+) : berarti ada jamurnya
24
Terlihat :
- batang-batang seperti pita panjang
- beruas-ruas
- bercabang
- pada ujungnya ada budding
- fluorescensi kuning kehijauan
- tidak terikat pada batas2 sel str. Corneum
Rambut
Potongan rambut + KOH 10% biarkan 10` - 15`
sesudah 15` dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah
diapragma ditutup atau dikecilkan.
Kalau (+) akan tampak spora :
- Endothrix spora berderet-deret diantara cuticula dalam
rambut.
- Ectothrix spora menempel pada rambut.
Kuku
Potongan-potongan kuku direndam dengan KOH 20 % dalam tabung
kecil, biarkan selama 48 jam dalam suhu kamar, kuku akan hancur
jadi bubur.
Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan
diapragma ditutup / dikecilkan.
Kalau (+) : didapat spora dan atau mycelium
25
Spesifisitas mencapai 98%.
Untuk mengetahui jenis jamurnya dapat dilakukan biakan pada
media agar Sabouraud yang telah ditambahkan antibiotik
(kloramfenikol) untuk menghindari kontaminasi bakteri.
Diagnosis Banding
26
Nyeri -/+ - - -
Gatal + - - -
Papul + - - eritema
eritem
Obat anti jamur topikal digunakan untuk pengobatan infeksi lokal pada kulit
tubuh yang tidak berambut (glabrous skin), namun kurang efektif untuk
pengobatan infeksi pada kulit kepala dan kuku, infeksi pada tubuh yang kronik
dan luas, infeksi pada stratum korneum yang tebal seperti telapak tangan dan kaki.
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat anti jamur topikal lebih sedikit
dibandingkan obat anti jamur sistemik.
Golongan azol – imidazol ditemukan setelah tahun 1960, relatif berspektrum luas,
bersifat fungistatik dan bekerja dengan cara menghambat sintesis ergosterol jamur
yang mengakibatkan timbulnya defek pada membran sel jamur. Obat anti jamur
golongan azol seperti klotrimazol, ketokonazol, ekonazol, oksikonazol,
sulkonazol dan mikonazol, mempunyai kemampuan menggangu kerja enzim
sitokrom P-450 lanosterol 14-demethylase yang berfungsi sebagai katalisator
untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol.
27
Klotrimazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan klotrimazol cream 1%,
dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan
selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
Ekonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan ekonazol cream 1%, dosis
dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan
selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
Mikonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol cream 2%, dosis
dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan
selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
Ketokonazol
Sulkonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan sulkonazol 1% cream Dosis
dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya untuk
pengobatan tinea korporis, tinea kruris dioleskan 1 atau 2 kali sehari selama 3
minggu dan untuk tinea pedis dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu.
Oksikonazol
Tiokonazol
Untuk infeksi pada kulit digunakan tiokonazol 1% cream, dosis dan lamanya
pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya untuk pengobatan tinea
korporis dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu, untuk tinea pedis dioleskan 2
kali sehari selama 6 minggu, untuk tinea kruris dioleskan 2 kali sehari selama 2
minggu.
28
GOLONGAN ALILAMIN / BENZILAMIN
Naftifine
Terbinafin
Butenafin
Butenafin merupkan golongan benzilamin dimana struktur kimia dan aktifitas anti
jamurnya sama dengan golongan alilamin. Butenafine bersifat fungisidal terhadap
dermatofit dan dapat digunakan untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris dan
tinea pedis dan bersifat fungisidal. Dioleskan 1 kali sehari selama 4 minggu.
Pemberian obat anti jamur sistemik digunakan untuk pengobatan infeksi jamur
superfisial dan sistemik (deep mikosis), obat-obat tersebut yaitu :
1. GRISEOFULVIN
Penicilium mold. Pertama kali diteliti digunakan sebagai anti jamur pada
tumbuhan dan kemudian diperkenalkan untuk pengobatan infeksi dermatofita
pada hewan. Pada tahun 1959, diketahui griseofulvin ternyata efektif untuk
pengobatan infeksi jamur superfisial pada manusia. Griseofulvin merupakan obat
anti jamur yang pertama diberikan secara oral untuk pengobatan dermatofitosis.
Mekanisme kerja
29
Aktifitas spektrum
Farmakokinetik
Pemberian griseofulvin secara oral dengan dosis 0,5 - 1 gr, akan menghasilkan
konsentrasi puncak plasma sebanyak 1 mikrogram / ml dalam waktu 4 jam dan
level dalam darah bervariasi. Griseofulvin mempunyai waktu paruh di dalam
plasma lebih kurang 1 hari, dan ± 50 % dari dosis oral dapat di deteksi di dalam
urin dalam waktu 5 hari dan kebanyakan dalam bentuk metabolit.
Dosis
Pada saat ini, griseofulvin lebih sering digunakan untuk pengobatan tinea kapitis.
Tinea kapitis lebih sering dijumpai pada anak-anak disebabkan oleh Trychopyton
tonsurans.
Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa 500 -1000 mg / hari
(mikrosize) dosis tunggal atau terbagi dan 330 – 375 mg / hari (ultramikrosize)
dosis tunggal atau terbagi. Anak - anak ≥ 2 tahun 10 - 15 mg / kg BB / hari
(mikrosize), dosis tunggal atau terbagi dan 5,5 - 7,3 mg / kg BB / hari
(ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi. Lama pengobatan untuk tinea korporis
dan kruris selama 2 - 4 minggu, untuk tinea kapitis paling sedikit selama 4 - 6
minggu, untuk tinea pedis selama 4 - 8 minggu dan untuk tinea unguium selama 3
30
- 6 bulan.
Efek samping
Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit kepala, mual, muntah dan
sakit pada abodominal. Timbunya reaksi urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi
pada sebagian pasien.
Interaksi obat
2. KETOKONAZOL
Mekanisme kerja
Aktifitas spektrum
Farmakokinetik
31
Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin
dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat eccrine. Penghantaran akan menjadi
lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3 - 4 minggu.
Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, sekurangnya 10 hari setelah obat
dihentikan.
Ketokonazol mempunyai distribusi yang luas melalui urin, saliva, sebum, kelenjar
keringat eccrine, serebrum, cairan pada sendi dan serebrospinal fluid (CSF).
Namun, ketokonazol 99% berikatan dengan plasma protein sehingga level pda
CSF rendah.
Ketokonazol dimetabolisme di hati dan diubah menjadi metabolit yang tidak aktif
dan diekskresi bersama empedu ke dalam saluran pencernaan.
Dosis
Dosis ketokonazol yang diberikan pada orang dewasa 200 mg / hari, dosis tunggal
dan untuk kasus yang serius dapat ditingkatkan hingga 400 mg / hari sedangkan
dosis untuk anak-anak 3,3 – 6,6 mg / kg BB, dosis tunggal. Lama pengobatan
untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2 - 4 minggu.
Efek samping
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering di jumpai.
Ketokonazol juga dapat menimbulkan efek hepatotoksik yang ringan tetapi
kerusakan hepar yang serius jarang terjadi. Peninggian transaminase sementara
dapat terjadi pada 5-10% pasien. Efek samping yang serius dari hepatotoksik
adalah idiosinkratik dan jarang ditemukan yaitu 1:10000 dan 1:15000, biasanya
djumpai pada pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 2 minggu. Untuk
pengobatan jangka waktu yang lama, dianjurkan dilakukan pemeriksaan fungsi
hati. Dosis tinggi ketokonazol (>800 mg/hari) dapat menghambat sintesis human
adrenal dan testikular steroid yang dapat menimbulkan alopesia, ginekomasti dan
impoten.
Interaksi obat
32
efektifitas ke dua obat.
3. ITRAKONAZOL
Mekanisme kerja
Aktifitas spektrum
Farmakokinetik
Itrakonazol mempunyai ikatan protein yang tinggi pada serum melebihi 99%
sehingga konsentrasi obat pada cairan tubuh seperti pada CSF jumlahnya sedikit.
Namun sebaliknya konsentrasi obat di jaringan seperti paru-paru, hati dan tulang
dapat mencapai 2 atau 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada serum. Konsentrasi
itrakonazol yang tinggi juga ditemukan pada stratum korneum akibat adanya
sekresi obat pada sebum. Itrakonazol tetap dapat ditemukan pada kulit selama 2-4
minggu setelah pengobatan dihentikan dengan lama pengobatan 4 minggu
sedangkan pada jari kaki itrakonazol masih dapat ditemukan selama 6 bulan
setelah pengobatan dihentikan dengan lama pengobatan 3 bulan.
Kurang dari 0,03% dari dosis itrakonazol akan di ekskresi di urin tanpa
mengalami perubahan tetapi lebih dari 18% akan di buang melalui feces tanpa
mengalami perubahan. Itrakonazol di metabolisme di hati oleh sistem enzim
hepatik sitokrom P- 450. Kebanyakan metabolit yang tidak aktif akan di ekskresi
oleh empedu dan urin. Metabolit utamanya yaitu hidroksitrakonazol yang
merupakan suatu bioaktif.
Dosis
33
Dosis pengobatan untuk dermatofitosis adalah 100 mg/hari. Lama pengobatan
untuk tinea korporis atau tinea kruris adalah selama 2 minggu tetapi untuk tinea
manus dan tinea pedis adalah selama 4 minggu.
Efek samping
Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti mual,
sakit pada abdominal dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala,
pruritus dan ruam allergi.
Efek samping yang lain yaitu kelainan test hati yang dilaporkan pada 5% pasien
yang ditandai dengan peninggian serum transaminase, ginekomasti dilaporkan
terjadi pada 1% pasien yang menggunakan dosis tinggi, impotensi dan penurunan
libido pernah dilaporkan pada pasien yang mengkonsums itrakonazol dosis tinggi
400 mg /hari atau lebih.
Interaksi obat
Itrakonazol dan metabolit utamanya merupakan suatu inhibitor dari sistem enzim
human hepatic sitokrom P-450-3A4 sehingga pemberian itrakonazol bersama
dengan obat lain yang metabolismenya melalui sistem tersebut dapat
meningkatkan konsentrasi azol, interaksi obat ataupun ke duanya. Itrakonazol
dapat memperpanjang waktu paruh dari obat-obat seperti terfenadin, astemizol,
midazolam, triazolam, lovastatin, simvastatin, cisaprid, pimozid, quinidin.
Itrakonazol juga dapat meningkatkan konsentrasi serum digoxin, siklosporin,
takrolimus dan warfarin.
4. TERBINAFIN
Terbinafin merupakan anti jamur golongan alilamin yang dapat diberikan secara
oral. Pertama kali ditemukan pada tahun 1983, di gunakan di Eropa sejak tahun
1991 dan di Amerika Serikat pada tahun 1996.
Mekanisme Kerja
34
disebut dengan efek fungisidal.
Aktifitas spectrum
Farmakokinetik
Terbinafin di absorbsi dengan baik jika diberikan dengan cara oral yaitu 70% dan
akan tercapai konsentrasi puncak dari serum berkisar 0,8-1,5 mg/L setelah
pemberian 2 jam dengan 250 mg dosis tunggal. Pemberian bersama makanan
tidak mempengaruhi absorbsi obat.
Terbinafin bersifat lipofilik dan keratofilik, terdistribusi secara luas pada pada
dermis, epidermis, jaringan lemak dan kuku. Konsentrasi plasma terbinafin
terbagi dalam tiga fase dimana waktu paruh terbinafin yang terdistribusi di dalam
plasma yaitu 1,1 jam ; eliminasi waktu paruh yaitu 16 dan 100 jam setelah
pemberian 250 mg dosis tunggal ; setelah 4 minggu pengobatan dengan dosis 250
mg /hari terminal waktu paruh rata-rata yaitu 22 hari di dalam plasma. Di dalam
dermis- epidermis, rambut dan kuku eliminasi waktu paruh rata-rata yaitu 24-28
hari.
Terbinafin di metabolisme di hepar dan metabolit yang tidak aktif akan di ekskresi
melalui urin sebanyak 70% dan melalui feces sebanyak 20%.
Dosis
Terbinafin tersedia dalam bentuk tablet 250 mg tetapi tidak tersedia dalam bentuk
parenteral.
Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku.
Dosis terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari tetapi pada pasien dengan
ganguan hepar atau fungsi ginjal (kreatinin clearence < 50 ml/menit atau
konsentrasi serum kreatinin > 300 μmol/ml) dosis harus diberikan setengah dari
dosis diatas. Pengobatan tinea pedis selama 2-6 minggu, tinea korporis dan kruris
selama 2-4 minggu sedangkan infeksi pada kuku tangan selama 3 bulan dan kuku
35
kaki selama 6 bulan atau lebih.
Efek samping
Interaksi obat
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
36
Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan
penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat
dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.
3.11 Pencegahan
Salah satu hadits yang terkait dengan hal itu adalah sebagai berikut.
Wudu merupakan salah satu mekanisme canggih yang Allah Swt. tetapkan
atas orang beriman untuk menjaga kebersihan kulit ini. Apabila ada najis atau
kotoran yang menempel pada kulit, ibadah shalat yang dilaksanakan bisa menjadi
batal. Itulah mengapa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk berwudu
37
menjelang shalat. Penemuan-penemuan ilmiah terbaru semakin menguatkan
pandangan bahwa wudu sangat efektif untuk menjaga kesehatan kulit manusia.
Pakaian gaya Barat dirancang bukannya untuk menutup aurat, tetapi untuk
mendatangkan syahwat. Akibatnya, pergaulan antara pria dan wanita cenderung
tidak mengenal kehormatan diri dan tidak lagi didasari oleh iman dan akhlaq yang
terpuji. Sikap dan perilaku tidak terhormat seperti digambarkan di atas sangat
dibenci oleh Islam. Sehingga untuk mencegah dan menangkalnya, Islam telah
mensyariatkan pemakaian jilbab bagi wanita muslim.
Rasulullah saw bersabda, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita itu bila sudah
menstruasi (baligh) tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali ini dan ini. Dan beliau
menunjukkan muka dan telapak tangannya.” (HR Abu Dawud dan Aisyah)
38
DAFTAR PUSTAKA
Menaldi, Sri Linuwih. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Badan
penerbit FKUI.
http://www.bekamhijamah.com/index.php?Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Aldjoe
frie:Menjaga_kesehatan_kulit_badan_dan_wajah_dengan_sistem_Islam
Indraini : Pravelensi folikulitis pitisporum diantara pasien akne vulgaris dan
erupsi di Poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusomo, Jakrta: tesis, Program Pendidikan Dokter Spesialis FKUI,
Jakarta (2001)
Jacinto-JAmora, S.: Tamesis, J; Katigbak, M.L.: Ptyrosporoum folikulitis in the
Philippines; Diagnosis prevalence and management. J. Am. Acad. Dermatol;695-6
(1991)
Rippon, J.W.: Medical Mycology. The Pathogenic Fungi and the Pathogenic
Actinomycetes (W.B. Sauders Company, Philadelphia, London, Toronto 1982)
Siregar, R. dan Thaha, M.A.: Sporothricosis kulit pada RSUP Palembang, jilid I,
hal 334-339 (KONAS PADVI,Surabaya 1976)
Martin AG. Fungal disease with cutaneous involvement in dermatology.
Dermatology in general medicine. New york : Mc Graw Hill.
39