Disusun oleh:
Iqbal Musyaffa (1102015100)
Raudha Kasmir (1102015190)
Pembimbing :
dr. FX Andi Haris R, Sp. An
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DN
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dewi Sartika, Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tanggal MRS : 20 September 2021
Tanggal Operasi : 21 September 2021
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Pengobatan :
Suami pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah mengobati keluhannya.
Tanda-tanda vital
● Laju napas : 20 kali/menit
● Nadi : 68 kali/menit
● Tekanan darah : 90/70 mmHg
● Suhu : 38ºC
● Saturasi : 99%
Status Gizi
Berat Badan : 65 Kg
Tinggi Badan : 165 Cm
BMI : 23,89 (Normoweight)
Kepala : macrocephal
Mata : conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), kaku kuduk (+)
Paru : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung : S1dan S2 regular, gallop -/-, murmur -/-
Abdomen : bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
Laboratorium (20/09/2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujuk
HB 10,4 12-14
Leukosit 11.560 5.000-10.000
Trombosit 525.000 150.000-400.000
Hematokrit 30 37-43
Eritrosit 3,88 4-5
HITUNG JENIS
Segmen 86 50-70
Limfosit 8 20-40
Monosit 6 2-8
Eosinofil 0 1-3
Basofil 0 0-1
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 118 < 200 mg/dl
Ureum 21 10-50 mg/dl
Creatinine 0,5 0,5- 1,3
Estimasi GFR 127 >=90
Albumin 4,0 3,5-5,2 g/dl
SGOT 26,1 <31
SGPT 42,0 <31
ELEKTROLIT
Natrium 118 135-145
Kalium 3,5 3,5-5,0
Chlorida 82 98-108
ANALISA GAS DARAH
PH 7,57 7,35-7,45
pCO2 29 35-45
PO2 59 85-95
O2 Saturasi 94 85-95
HCO3 29 21-25
Base Excess 4 -2,5-+2,5
Total CO2 27 21-27
V. DIAGNOSIS KERJA
Hidrocephalus Akut dengan Meningitis
VI. TINDAKAN / PROSEDUR
VP Shunt
PERSIAPAN ANESTESI
I. DIAGNOSIS PRE-OPERASI
Hidrocephalus Akut dengan Meningitis
Breathing (B1)
• Airway tidak ada hambatan jalan nafas
• Mallampati 1
• Gerakan leher baik terbatas
• Respiration rate 20 kali permenit
• Thorax Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Blood (B2)
• Blood pressure 90/70 mmHg
• Heart rate 68 kali permenit
• SpO2 99 %
• CRT < 2 detik
Brain (B3)
• GCS 12 E3M6V3
• Apatis
• Keadaan umum sakit sedang
Bladder (B4)
• Tidak terpasang kateter urin
Bowel (B5)
• Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Bone (B6)
• Tidak ada gigi palsu dan gigi goyang
• Tidak ada fraktur dan deformitas
Pre-Operasi :
• Informed Consent
• Pasien puasa 6 jam pre-operatif
• Premedikasi di IBS
• Pasang infus 1 jalur
Persiapan Obat
• Pre medikasi
pemasangan IV RL
Persiapan Alat
• Stetoskop, Laringoskop
• Endotracheal Tube (ETT) ukuran 7
• Mesin Ventilator
• Sungkup muka dewasa
• Oropharyngeal Airway
• Plester / Tape
• Mandrin / Stillete
• Spuit 10 cc
• Suction
Intubasi : Head Tilt-Chin Lift → lalu memasukan laryngoscope dan ETT no. 7.5 →
selanjutnya pemberian oksigenasi dengan Oksigen 2L : Nitrous Oxide (N2O) 2L
campuran dengan isoflurane 2% MAC
- Suara pernapasan: kanan = kiri
- Fiksasi pada kedalaman 20 cm
- Maintenance dgn N2O : O2 = 50% : 50% dan Isoflurane 2% MAC
Intra Operasi
• Lama operasi : 60 menit ( 11.00 – 12:00 WIB )
• Lama anestesi : 75 menit
• Posisi : Supine
Induksi : Propofol 100 mg IV, Fentanyl 200 mcg IV, Rocuronium 30mg
Maintenance : O2 2L : N2O 2L Inhalasi Isofluran 2% MAC
Medikasi Intraop:
• Inj. Dexketoprofen 50mg
• Inj. Ondansentron 8 mg
• Inj. Fentanyl 200 mcg
• Inj. Propofol 100mg
• Inj. Rocuronium Bromide 30mg
• Inj. Sulfate Atropine 0,75mg
• Inj. Neostigmen 1,5 mg
• Inj. Transamin 200 mg
• Inj. Lidocain 30 mg
Cairan Intraoperatif
RL 500 ml
PASCA ANESTESI
Pasien sadar pada pukul 12.15 dan dipindah ke recovery room pukul 12.20.
TD: 100/70 mmHg, HR: 70 x/menit, RR : Spontan, 20 x/menit
Pemberian cairan : RL 20 tpm
Score Aldrete
• Aktivitas 2
• Pernapasan 2
• Sirkulasi 2
• Kesadaran 1
• Saturasi oksigen 2
• Total skor 9 → Pasien pemulihan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Faktor respirasi
Pada setiap inspirasi sejumlah zat anestesia akan masuk ke dalam
paru-paru (alveolus). Dalam alveolus akan dicapai suatu tekanan parsial
tertentu. Kemudian zat anestesia akan berdifusi melalui membrane
alveolus. Epitel alveolus bukan penghambat disfusi zat anestesia, sehingga
tekanan parsial dalam alveolus sama dengan tekanan parsial dalam arteri
pulmonaris. Hal- hal yang mempengaruhi hal tersebut adalah:
f Konsentrasi zat anestesia yang dihirup/ diinhalasi; makin tinggi
konsentrasinya, makin cepat naik tekanan parsial zat anestesia dalam
alveolus.
f Ventilasi alveolus; makin tinggi ventilasi alveolus, makin cepat
meningginya tekanan parsial alveolus dan keadaan sebaliknya pada
hipoventilasi.
• Faktor sirkulasi
• Faktor jaringan
1. Perbedaan tekanan parsial obat anestesia antara darah arteri dan
jaringan.
2. Koefisien partisi jaringan/darah: kira-kira 1,0 untuk sebagian besar zat
anestesia, kecuali halotan.
3. Aliran darah terdapat dalam 4 kelompok jaringan:
a) Jaringan kaya pembuluh darah (JKPD) : otak, jantung, hepar,
ginjal. Organ-organ ini menerima 70-75% curah jantung hingga
tekanan parsial zat anestesia ini meninggi dengan cepat dalam
organ-organ ini. Otak menerima 14% curah jantung.
b) Kelompok intermediate : otot skelet dan kulit.
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan
penyakit yang sedang dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan dan masa
pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran
pemeriksaan EKG dan foto thoraks.
4. Klasifikasi status fisik
Obat anestesi intravena dapat digolongkan dalam 2 golongan: 1.) Obat yang
terutama digunakan untuk induksi anestesi, contohnya golongan barbiturat,
eugenol, dan steroid; 2.) obat yang digunakan baik sendiri maupun kombinasi
untuk mendapat keadaan seperti pada neuroleptanalgesia (contohnya:
droperidol), anestesi dissosiasi (contohnya: ketamin), sedative (contohnya:
diazepam). Dari bermacam-macam obat anesthesia intravena, hanya beberapa
saja yang sering digunakan, yakni golongan: barbiturat, ketamin, dan
diazepam.
PROPOFOL
Propofol adalah salah satu dari kelompok derivat fenol yang banyak
digunakan sebagai anastesia intravena. Pertama kali digunakan dalam praktek
anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Propofol dikemas dalam cairan
emulsi berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10
mg).(7)
BAB lll
KESIMPULAN
Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi umum adalah adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anestesi meliputi faktor respirasi, faktor
sirkulasi, faktor jaringan dan faktor zat anestetika.
Anestesi intravena ideal membutuhkan kriteria yang sulit dicapai oleh hanya
satu macam obat yaitu larut dalam air dan tidak iritasi terhadap jaringan, mula kerja
cepat, lama kerja pendek, cepat menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek
analgesia, disertai oleh amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah
dihilangkan oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi dari tubuh, tidak atau sedikit
mendepresi fungsi respirasi dan kardiovaskuler, pengaruh farmakokinetik tidak
tergantung pada disfungsi organ, tanpa efek samping (mual muntah), menghasilkan
pemulihan yang cepat.
Stadium anestesi menurut Guedel dibagi menjadi 4 stadium yaitu :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Klasifikasi Status Fisik
5. Masukan Oral
6. Premedikasi
7. Obat-obat Induksi Intravena
8. Pemeliharaan Anastesi (Maintanance)
9. Pemulihan Anastesi
DAFTAR PUSTAKA
Dewoto HR, et al. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, cetak ulang dengan tambahan, tahun
2012. Analgesik opioid dan antagonisnya. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2012;
210-218
Fentanyl. Available at: http://www.webmd.com/pain-management/fentanyl. Accessed on
2 juni 2014
Ganiswara, Silistia G., 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology).
Alih Bahasa: Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta,
Latief, Said A, Sp.An; Suryadi, Kartini A, Sp.An; Dachlan, M. Ruswan, Sp.An.
Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta 2010; 46-47, 81
Muhiman, Muhardi, dr. et al. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta; 65-71
Propofol. Available at: http://reference.medscape.com/drug/diprivan-propofol-
343100#0.
Werth, M. 2010. Pokok-Pokok Anestesi. Jakarta: EGC