Pembimbing :
dr.Yedi Fourdiana S, Sp.OG
Disusun Oleh:
Iqbal Musyaffa
1102015100
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Iqbal Musyaffa
2
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan dengan kehamilan kembar memiliki resiko lebih tinggi dari pada
persalinan dengan janin satu atau tunggal. Semakin banyak jumlah janin yang
dikandung ibu, semakin tinggi resiko yang akan ditanggung ibu. Morbiditas dan
mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda,
oleh karena itu mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan
komplikasi bukanlah hal yang berlebihan. Komplikasi yang dapat terjadi pada
kehamilan kembar ada berbagai macam, komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
seperti hipertensi gestasional, diabetes melitus gestasional, preeklampsia, dan
anemia. Sedangkan komplikasi pada janin yang dapat terjadi seperti prematuritas,
kematian janin, pertumbuhan janin yang tidak seimbang, twin-to-twin syndrome
serta twin reversed arterial perfusion (TRAP). Untuk alasan tersebut, kehamilan
kembar dianggap sebagai kehamilan yang beresiko tinggi.
Preeklampsia berat pada ibu hamil dapat terjadi 2-3 kali lebih banyak
daripada kehamilan tunggal. Ditambah lagi dengan adanya berbagai faktor risiko
seperti usia ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah kunjungan ANC dan riwayat
hipertensi. Penanganan preeklampsia berat pada kehamilan ganda umumnya sama
seperti kehamilan tunggal. Dengan manajemen dan antenatal yang adekuat,
komplikasi yang lebih serius dapat dicegah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEHAMILAN MULTIPEL
2.1.1 DEFINISI
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
2.1.3 ETIOLOGI
Faktor risiko untuk kehamilan ganda dapat dibagi menjadi alami dan
didapat. Faktor risiko alami meliputi ras, usia ibu dan riwayat keluarga kembar
dizigotik. Faktor resiko didapat seperti perawatan infertilitas melalui penggunaan
agen penginduksi ovulasi atau transfer gamet / zigot multipel.(1)
4
1. Ras
Frekuensi kehamilan multipel bervariasi pada setiap ras. Insidensi
berdasarkan ras yaitu 1 kehamilan multipel setiap 100 kehamilan pada 14
wanita kulit putih, sedangkan 1 pada setiap 80 kehamilan pada wanita kulit
hitam. Hasil survei pada salah satu komunitas di Nigeria menunjukkan
kehamilan multipel terjadi setiap 20 kehamilan. Perbedaan ini mungkin
merupakan akibat variasi ras terhadap tingkat follicle-stimulating hormone
(FSH). (1)
3. Hereditas
Riwayat keluarga dengan kehamilan monozigot dapat terjadi pada kedua
sisi ayah maupun ibu, diperkirakan hal tersebut disebabkan karena efek
dari gen tunggal yang tidak dipengaruhi oleh sisi orangtua mana yang
mendonorkan gen tersebut. Pada kehamilan dizigot, keluarga dari ibu
diperkirakan menurunkan sifat predisposisi terjadinya ovulasi multipel.
Ditemukan kehamilan dizigot 1 dari 58 kehamilan pada ibu yang terlahir
kembar dizigot, dan 1 dari 116 kehamilan dengan ayah terlahir kembar
dizigotik dan ibu terlahir tidak kembar . Hal ini sering dikaitkan dengan
tingginya tingkat gonadotropin dan insidensi yang tinggi pada riwayat
keluarga ibu.(1)
4. Gonadotropin Hipofisis
Faktor umum yang meningkatkan ras, usia, berat dan fertilitas dengan
kehamilan ganda mungkin adalah kadar FSH. Teori ini didukung oleh fakta
bahwa peningkatan fekunditas dan angka kembar dizigot yang lebih tinggi
pernah dilaporkan pada wanita yang mengandung dalam 1 bulan setelah
menghentikan kontrasepsi oral, tetapi tidak selama bulan-bulan
selanjutnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh pelepasan mendadak
gonadotropin hipofisis dalam jumlah yang lebih besar daripada biasa,
selama siklus spontan pertama setelah penghentian kontrasepsi hormonal.
(1)
5
5. Terapi Infertilisasi
Induksi ovulasi dengan menggunakan FSH dengan korionik gonadotropin
atau clomiphene citrate meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan
multipel. Insidensi kehamilan multipel pada terapi gonadotropin
konvensional 16-40%. Terapi superovulasi yang meningkatkan
kemungkinan kehamilan dengan cara mengambil folikel multipel
menghasilkan 25-30% kehamilan multipel. Faktor risiko fetus multipel
setelah stimulasi ovarium dengan menggunakan hMG yaitu peningkatan
level estradiol pada hari penyuntikkan gonadotropin serta konsentrasi dan
pergerakkan sperma. (1)
2.1.4 PATOFISIOLOGI
a. Pembelahan yang dimulai pada hari ke-3 atau 72 jam pertama setelah
fertilisasi, menghasilkan plasenta yang menyatu atau terpisah, 2 korion, 2
amnion
6
(dikorionik/diamniotik). Proses ini biasanya terjadi pada kembar dizigotik dan
⅓ dari kehamilan ganda monozigotik.
b. Pembelahan setelah hari ke 4-8, menghasilkan satu plasenta, korion
yang sama, dan 2 amnion (monokorionik/diamniotik). Proses ini
terjadi pada 2 dari 3 dari kehamilan ganda monozigotik.
c. Pembelahan yang terjadi pada hari ke 8-13, menghasilkan satu
plasenta, satu korion, dan satu amnion (monokorionik/monoamniotik),
proses ini paling jarang terjadi
d. Pembelahan yang terjadi setelah hari ke-15 akan menghasilkan kembar
yang tidak lengkap, pada proses ini dapat menghasilkan kembar
siam.
7
2. Kehamilan Gemelli Dizigotik
Gemelli dizigotik adalah hasil fertilisasi dari dua telur oleh dua
spermatozoa. Dua sel telur dikeluarkan dari dua folikel de graaf pada waktu
yang hampir bersamaan.
Ciri gemelli dizigotik adalah :
1. Jenis kelamin sama atau berbeda
2. Paras muka dan bentuk tubuh mirip dengan saudara kandung yang
lain
8
• Perbedaan tempat melekat plasenta di uterus dengan suplai darah yang
berbeda
• Insersi marginalis tali pusat dari satu janin sehingga tidak memperoleh
cukup darah dari plasenta
• Anastomosis pembuluh darah antara sirkulasi plasenta, Transfusion
Syndrome ini terjadi pada plasenta monokorionik monozigotik dimana
terjadi anastomosis pembuluh darah plasenta sehingga dapat terjadi
Acardiacus atau Fetus papyraceus.
2.1.5 DIAGNOSIS
Cara diagnosis meliputi anamnesis, inspeksi, palpasi, auskultasi. Pemeriksaan
melalui jalan lahir, radiologi, ultrasonografi dan pemeriksaan laboratorium.
Beberapa cara untuk mengenali secara dini gemelli dengan cara : 1. Anamnesis(1)
• Riwayat kembar pada sisi Ibu atau Ayah yang bersangkutan
• Usia ibu yang lanjut
• Paritas tinggi
• Ibu merasa hamil kembar lebih besar daripada hamil biasanya •
Ibu merasa aktivitas janin lebih banyak daripada biasanya
• Pemberian klomifen sitrat atau gonadotropin atau kehamilan karena
pemberian ART
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dengan palpasi sering mengalami kesulitan karena janin yang tidak
seberapa besar, cairan amnion yang sering berlebihan dan tegangnya dinding
perut. Hal ini menyebabkan tidak jarang diagnosis gemelli diketahui setelah
kembar lahir. Menurut Benson dengan palpasi diagnosis gemelli hanya dapat
dibuat 75%. Ketepatan ini sangat tergantung pada umur kehamilan, besarnya
janin, posisi janin, benyaknya cairan amnion dan tegangnya dinding perut.
• Uterus lebih besar, pada usia kehamilan 20-30 minggu, tinggi fundus lebih
tinggi 5 cm daripada kehamilan tunggal dengan usia kehamilan yang sama. •
Berat badan Ibu yang meningkat berlebihan yang tidak dapat dijelaskan oleh
edema atau obesitas.
• Polihidramnion, diakibatkan karena ukuran uterus.
9
• Ballotement lebih dari satu fetus
• Uterus terdiri dari tiga bagian besar janin
• Terdengarnya denyut jantung janin yang letaknya berjauhan
• Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan satu bayi
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium(2)
a. Darah lengkap :
Mengevaluasi anemia dan polisitemia.
b. Gas darah arteri neonatal dan gas darah tali pusat :
Mengevaluasi gangguan pernapasan, hipoksia, asidosis, dan depresi perinatal.
c. Metabolik:
Status cairan dan kadar elektrolit harus dievaluasi dan status metabolik harus
ditentukan, termasuk melalui skrining untuk hipoglikemia dan hipokalsemia. d.
Kadar bilirubin:
Untuk menyaring peningkatan risiko hiperbilirubinemia terkait dengan
prematuritas dan polisitemia.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi menjadi metode paling baik untuk mendiagnosis
kehamilan multipel. USG dapat digunakan untuk mengidentifikasi jumlah janin,
perkiraan usia kehamilan, korionisitas dan amnionisitas. Korionisitas harus
ditetapkan sesegera mungkin selama kehamilan karena dapat mempengaruhi
keputusan penatalaksanaan dimasa depan. Waktu optimal untuk diagnosis adalah
pada trimester pertama atau awal trimester kedua. Prediktor paling andal dari
kehamilan dikorionik adalah adanya dua plasenta yang terpisah. Namun, jika
plasenta telah menyatu pada saat pemeriksaan USG dilakukan, kehamilan
dikorionik diamnion dapat menunjukkan tanda “puncak kembar” atau “lambda”
pada USG. Ini mengacu pada bagian segitiga korion yang menyatu antara dua
lapisan amnion(19)
2.1.6 KOMPLIKASI
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit (NICU).
Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan bertambahnya jumlah janin
di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari kehamilan multipel merupakan bayi
dengan berat lahir rendah.
h. Kembar Siam
Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah dan kantung
amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan cakram mudigah
tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar dempet. Terdapat
beberapa jenis kembar siam, yaitu:
• Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%). Jantung
selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu, harapan hidup baik
dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
• Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%). Umumnya
masing-masing tubuh memiliki jantung masing masing, tetapi kembar siam
ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem pencernaan, dan organ-organ
lain.
• Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage. •
Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%). •
Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan tubuh
terpisah.
i. Selective Intra Uterine Growth Retardation (sIUGR)
d. Hipertensi Gestasional
Kejadian hipertensi gestasional pada kehamilan ganda meningkat 27%
dibandingkan dengan hamil tunggal. Faktor risiko yang kuat antara lain,
obesitas, usia maternal >40 tahun dan diabetes tipe 1. Kejadian hipertensi
gestasional lebih rendah dibandingkan preeklampsia pada kehamilan
ganda.
Hal ini memberikan indikasi bahwa etiologi preeklampsia dan hipertensi
gestasional berbeda. (4)
14
e. Preeklampsia
Kejadian preeklampsia pada kehamilan multipel terjadi 3 hingga 4
kali lebih sering dibandingkan kehamilan tunggal.(3,5) Penyebab
preeklampsia pada kehamilan multifetal diperkirakan terjadi beban yang
lebih tinggi pada sistem kardiovaskular, yang dimanifestasikan dengan
meningkatnya cardiac output dan penurunan resistensi vaskular. Terjadinya
preeklampsia pada kehamilan ganda juga dihubungkan dengan ukuran
plasenta yang lebih besar dan tingginya placental markers yang
bersirkulasi. Ibu preeklampsia dengan kehamilan multipel memiliki resiko
yang lebih
kecil untuk memiliki resiko penyakit kardiovaskuler pada kehidupan kelak,
dibandingkan pasien preeklampsia dengan kehamilan tunggal.(4, 5)
2.1.7 TATALAKSANA
Penanganan pada kehamilan kembar terbagi atas :
A. Antepartum
1) Diet dan pola makan yang baik, wanita dengan kehamilan normal
mengalami peningkatan 25-35 pounds setelah 9 bulan, pada kehamilan
kembar mengalami peningkatan 35-45 pounds, kehamilan triplet
peningkatan 50-60 pounds. The American College of Obstetricians and
Gynecologists merekomendasikan bahwa wanita dengan kehamilan
kembar untuk mengkonsumsi lebih 300 kalori/hari dari pada wanita
dengan hamil normal (total sekitar 2700-2800 kalori/hari)(4,6)
2) Suplemen besi dan asam folat, pemberian tablet Fe pada saat prenatal
sekurangnya 30 mg, anemia defisiensi besi adalah yang paling sering
dijumpai dan dapat meningkatkan resiko persalinan preterm.(4,6)
3) Mengurangi aktivitas dan perbanyak istirahat. Kehamilan kembar dapat
membuat keadaan tidak nyaman karena uterus yang jadi lebih besar,
istirahat akan menolong untuk meningkatkan energi.
4) Pemberian tokolitik segera, jika perlu.(6,7)
5) Pemeriksaan klinis kehamilan sekurangnya setiap 2 minggu setelah 24
minggu
15
a) Periksa keadaan servik setiap berkunjung setelah kehamilan 24
minggu melalui pemeriksaan fisik ataupun ultrasound untuk
mengetahui tanda-tanda awal kemungkinan terjadi persalinan
preterm.
b) Pengetahuan mengenai kehamilan preterm, yaitu persalinan yang
dimulai sebelum berakhirnya usia kehamilan 37 minggu. Hal ini
akan menyebabkan lahir prematur, masalah yang paling sering
dijumpai pada kehamilan kembar, yang akan menyebabkan
gangguan pernafasan pada bayi. Terapi steroid yang disuntikkan
akan membantu paru-paru bayi bekerja lebih baik.
c) Perhatikan pergerakan bayi terutama setelah umur kehamilan 32
minggu, melalui detak jantung janin yang berespon terhadap
gerakannya (nonstress test) (4,6)
6) Ultrasound obstetrik setiap 3-4 minggu setelah diagnosis. Tujuan : a)
Menentukan kemungkinan adanya gangguan pertumbuhan fetus, salah
satu janin lebih kecil dari pada janin yang lainnya kembar ini disebut
discordant. Ultrasound digunakan untuk melihat pertumbuhan dan
cairan amnion pada masing-masing janin. b) Evaluasi kelainan
kongenital.
c) Deteksi kembar siam.
d) Perbandingan berat janin.
e) Mengetahui presentasi fetus.
f) Deteksi dini adanya twin-twin transfusion.(4,6)
7) Non stress test setelah 32 minggu
a) Mengetahui keadaan janin
b) Memperkirakan adanya penekanan pada tali pusat.(4)
8) Konsultasi perinatologi
B. Intrapartum
Sebaiknya dilakukan di kamar operasi dan sudah disiapkan pemeriksaan
cross-match serta dihadiri ahli anestesi, ahli kebidanan dan ahli anak. 1) Jika
kembar presentasi vertex-vertex; dilahirkan per vaginam dengan melakukan
episiotomi mediolateral untuk mengurangi tekanan pada kepala bayi.
C. Post partum
Awasi segera terjadinya perdarahan post partum oleh karena atonia uteri
sekunder.
Pencegahan Persalinan Prematur:
a. Tirah baring
b. Terapi tokolisis
Penggunaan terapi betamimetik untuk menekan persalinan preterm pada
kehamilan kembar berhubungan dengan meningkatnya komplikasi maternal
yaitu udemparu. Sejauh ini penggunaan tokolitik profilaksistidak
menunjukkan penurunan kelahiran preterm maupun hasil yang baik pada
janin dengan dari kehamilan multipel. Betamimetik oral berhubungan dengan
peningkatan stres kardiak ibu dan janin serta diabetes melitus gestasional. (8)
Tokolisis dapat digunakan untuk memberikan efek “short-term prolongation
of pregnancy”, sehingga dapat diberikan kortikosteroid antenatal serta waktu
untuk transportasi ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih baik. Tokolisis yang
dapat digunakan untuk memanjangkan waktu kehamilan jangka pendek
adalah, calcium channel blockers atau NSAID. (8)
c. Kortikosteroid
National Institute of Health merekomendasikan pemberian kortikosteroid
antenatal pada semua pasien dengan usia kehamilan 24-34 minggu dan
berisiko melahirkan dalam 7 hari pada hamil tunggal maupun hamil multipel.
Pemberian berulang tidak dianjurkan. (8)
d. Magnesium Sulfat
Pemberian magnesium sulfat sebelum kelahiran preterm dapat menurunkan
insiden kematian dan cerebral palsy. Keuntungan tersebut akan didapatkan
jika diberikan sebelum usia kehamilan 32 minggu pada kehamilan tunggal
maupun multipel.(8)
18
2.2 PREEKLAMPSIA BERAT
2.2.1 DEFINISI
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20
minggu. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak
ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.(9)
Preeklampsia berat didefinisikan sebagai adanya salah satu gejala atau tanda
yaitu: (9)
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolikpada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama.
2. Trombositopenia: trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal: kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya 4.
Gangguan liver: peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau
adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
5. Edema Paru
6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus 7.
Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta:Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, bahwa setiap
tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang,
salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklampsia
(PE). Angka kejadiannya berkisar antara 0,51% - 38,4%. Pada negara maju angka
kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka
kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia dan eklampsia di negara berkembang
masih tinggi. preeklampsia salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas
20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. (10) Angka
kematian ibu di Indonesia akibat preeklampsia dan eklampsia adalah 10-20% (30,7
per 100.000).(10)
2.2.3 ETIOLOGI
1. Anamnesis
2) Nulipara
7) Kehamilan multiple
2. Pemeriksaan Fisik
3) Merokok
4) Obesitas
2.2.5 PATOFISIOLOGI
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau
tes urin dipstik > positif 1. Pemeriksaan urin dipstik bukan merupakan pemeriksaan yang
24
akurat dalam memperkirakan kadar proteinuria. 6,7 Konsentrasi protein pada sampel urin
sewaktu bergantung pada beberapa faktor, termasuk jumlah urin. Kuo melaporkan bahwa
pemeriksaan kadar protein kuantitatif pada hasil dipstik positif 1 berkisar 0-2400 mg/24
jam, dan positif 2 berkisar 700-4000mg/24jam. Pemeriksaan tes urin dipstik memiliki
angka positif palsu yang tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Brown, dengan tingkat positif
palsu 67-83%. Positif palsu dapat disebabkan kontaminasi duh vagina, cairan pembersih,
dan urin yang bersifat basa. Konsensus Australian Society for the Study of Hypertension in
Pregnancy (ASSHP) dan panduan yang dikeluarkan oleh Royal College of Obstetrics and
Gynecology (RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria dipstik hanya dapat
digunakan sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang sangat tinggi, dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein banding
rasio protein banding kreatinin. Pada telaah sistematik yang dilakukan Côte dkk
disimpulkan bahwa pemeriksaan rasio protein banding kreatinin dapat memprediksi
proteinuria dengan lebih baik.
2.2.7 PENATALAKSANAAN(9)
A. Manajemen Ekspektatif atau Aktif
Tujuan utama dari manajemen ekspektatif adalah untuk memperbaiki luaran
perinatal dengan mengurangi morbiditas neonatal serta memperpanjang usia
kehamilan tanpa membahayakan ibu. Manajemen ekspektatif tidak meningkatkan
kejadian morbiditas maternal seperti gagal ginjal, sindrom HELLP, angka seksio
sesar, atau solusio plasenta. Sebaliknya dapat memperpanjang usia kehamilan, serta
mengurangi morbiditas perinatal seperti penyakit membran hialin, necrotizing
enterocolitis, kebutuhan perawatan intensif dan ventilator serta lama perawatan.
Berat lahir bayi rata – rata lebih besar pada manajemen ekspektatif, namun insiden
pertumbuhan janin terhambat juga lebih banyak.
Pemberian kortikosteroid mengurangi kejadian sindrom gawat napas, perdarahan
intraventrikular, infeksi neonatal serta kematian neonatal.
Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia tanpa gejala berat
berdasarkan PNPK Preeklampsia tahun 2016 adalah sebagai berikut :
28
Gambar 4. Manajemen Ekspektatif pada Preeklampsia Berat
Indikasi untuk dilakukan pengelolaan aktif adalah salah satu sebagai berikut :
a) Kehamilan > 34 minggu
b) Adanya gejala impending eklamsia
c) Gagal perawatan konservatif
d) Diduga solusio plasenta
e) Adanya fetal distress/ gawat janin
f) IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)
g) Terjadi Oligohidramion
30
h) Tanda tanda HELLP Syndrome khususnya penurunan trombosit
yang cepat.
Pemberian magnesium sulfat lebih baik dalam mencegah kejang atau kejang
berulang dibandingkan antikonvulsan lainnya. Dosis yang digunakan:
31
1) Loading Dose: initial dose
4 gram MgSO4: intravena (10cc MgSO4 40% atau 20cc MgSO4
20%) selama 5 – 10 menit.
2) Maintenance Dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer Laktat/6 jam atau 1 – 2
gram/jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance
dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4 – 6 jam. Dosis pemeliharaan
dilanjutkan selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir,
kecuali terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan pemberian
magnesium sulfat.
C. Antihipertensi(9,14,15)
2) Nikardipine
Nikardipin merupakan calcium channel blocker parenteral,
yang mulai bekerja setelah 10 menit pemberian dan
menurunkan tekanan darah dengan efektif dalam 20 menit
(lama kerja 4 -6 jam).
b) Methyldopa
Metildopa, agonis reseptor alfa yang bekerja di sistem saraf
pusat, adalah obat antihipertensi yang paling sering digunakan
untuk wanita hamil dengan hipertensi kronis. Digunakan sejak
tahun 1960, metildopa mempunyai safety margin yang luas (paling
aman). Walaupun metildopa bekerja terutama pada sistem saraf
pusat, namun juga memiliki sedikit efek perifer yang akan
menurunkan tonus simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi
nadi, cardiac output, dan aliran darah ginjal relatif tidak
terpengaruh. Efek
samping pada ibu antara lain letargi, mulut kering, mengantuk,
depresi, hipertensi postural, anemia hemolitik dan drug-induced
hepatitis.
Metildopa biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2
atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari. Efek obat
maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk dan menetap selama
10-12 jam sebelum diekskresikan lewat ginjal. Alternatif lain
penggunaan metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam
sampai maksimum 1 g tiap 6 jam untuk krisis hipertensi. Metildopa
dapat melalui plasenta pada jumlah tertentu dan disekresikan di
ASI.
34
d. NSAID
NSAID dapat diberikan sebagai analgetic yang baik daripada
golongan opioid. NSAID juga dapat diberikan pada wanita dengan
postpartum untuk membantu menurunkan tekanan darah.(17)
Beberapa rekomendasi dalam menangani preeklampsia ataupun
hipertensi dalam kehamilan:(18)
1. Pemantauan ketat pada pasien hipertensi gestasional atau preeklampsia
tanpa perburukan, dengan penilaian serial gejala ibu dan gerakan janin
(setiap hari oleh pasien), pengukuran serial tekanan darah (dua kali
seminggu), serta penilaian jumlah trombosit dan enzim hati (mingguan)
2. Untuk pasien hipertensi gestasional, pemantauan tekanan darah
setidaknya sekali seminggu dengan penilaian proteinuria
3. Untuk pasien hipertensi gestasional ringan atau preeklampsia dengan
tekanan darah terus-menerus kurang dari 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolik, obat antihipertensi tidak disarankan.
4. Pasien hipertensi gestasional atau preeklamsia tanpa tanda perburukan
tidak perlu tirah baring.
5. Untuk pasien preeklampsia tanpa tanda perburukan, USG disarankan
untuk menilai pertumbuhan janin dan uji antenatal untuk menilai status
janin.
6. Jika terdapat tanda bukti pertumbuhan janin terhambat, dianjurkan
penilaian fetoplasenta yang mencakup velocimetry arteri Doppler
sebagai uji antenatal tambahan.
7. Untuk pasien preeklampsia dengan tekanan darah sistolik kurang dari
160 mmHg dan diastolik kurang dari 110 mmHg dan tanpa gejala,
magnesium sulfat untuk pencegahan eklampsia tidak disarankan.
8. Untuk pasien preeklampsia berat pada atau di luar 34 minggu lengkap
kehamilan, dan pada kondisi ibu atau janin tidak stabil terlepas dari usia
kehamilan, dianjurkan persalinan setelah stabilisasi ibu.
9. Untuk pasien preeklampsia berat kurang dari 34 minggu lengkap
kehamilan dengan kondisi ibu dan janin stabil, dianjurkan kehamilan
dilanjutkan, persalinan hanya pada fasilitas perawatan intensif ibu dan
bayi yang memadai
35
10. Untuk pasien preeklampsia berat, manajemen konservatif kehamilan
pada 34 minggu atau kurang dari usia kehamilan, kortikosteroid
dianjurkan untuk kematangan paru janin.
11. Untuk pasien preeklampsia dengan hipertensi berat selama kehamilan
(sistolik tekanan darah minimal 160 mmHg atau diastolik minimal 110
mmHg berkelanjutan), dianjurkan terapi antihipertensi.
12. Untuk pasien preeklampsia, keputusan terminasi kehamilan tidak harus
didasarkan pada jumlah proteinuria atau perubahan jumlah proteinuria. 13.
Untuk pasien preeklampsia berat dan janin belum viable, terminasi
kehamilan dianjurkan setelah stabilisasi ibu. Manajemen konservatif
kehamilan tidak dianjurkan.
14. Kortikosteroid disarankan diberikan dan terminasi kehamilan
ditangguhkan selama 48 jam jika kondisi ibu dan janin tetap stabil pada
pasien preeklamsia berat dan janin viable di usia kehamilan kurang dari
34 minggu lengkap dengan salah satu dari berikut:
• In partu
36
• Edema paru
• Solusio plasenta
• Disseminated intravascular coagulation
• Kematian janin intrapartum
2.2.8. KOMPLIKASI(16)
Pada kasus preeklampsia yang segera ditangani
A. Ibu
1. Selama kehamilan: (a) Eklampsia (2%) - lebih banyak pada kasus akut
dibandingkan pada kasus subakut, (b) Perdarahan tidak disengaja, (c)
Oliguria dan anuria, (d) Penglihatan kabur dan bahkan kebutaan, (e)
Persalinan prematur, (f) sindrom HELLP, (g) Perdarahan otak, (h)
Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
37
B. Janin
Risiko janin berhubungan dengan beratnya preeklamsia, durasi penyakit
dan derajat proteinuria. Bahaya berikut mungkin terjadi. (a) Kematian
intrauterin—akibat spasme sirkulasi uteroplasenta yang menyebabkan
perdarahan tak disengaja atau infark merah akut, (b) hambatan
pertumbuhan intrauterin—karena insufisiensi plasenta kronis, (c)
Asfiksia, (d) Prematuritas—baik karena onset prematur spontan
persalinan atau karena induksi prematur.
2.2.9. PROGNOSIS(16)
Prognosis preeklamsia tergantung pada masa gestasi, keparahan
penyakit dan respon terhadap pengobatan.
Jika preeklamsia terdeteksi dini, dengan pengobatan yang tepat dan
efektif, fitur preeklamsia mereda sepenuhnya dan prognosisnya tidak
buruk, prognosis baik untuk ibu maupun bayinya. Namun, jika kasus
dibiarkan tanpa perawatan atau dengan kasus onset akut, kemungkinan
besar akan terjadi komplikasi serius. Dalam kondisi seperti itu, ibu dan
bayinya berada dalam bahaya.
a. Kematian Ibu : Peningkatan kematian ibu terutama terkait dengan
eklamsia, perdarahan tidak disengaja, gagal ginjal akut, edema paru,
koagulopati intravaskular diseminata, dan sindrom HELLP. Meskipun
angka kematian telah berkurang secara signifikan di negara-negara
maju, angka itu masih tetap tinggi di negara berkembang.
b. Kematian Perinatal: Meskipun kematian ibu telah berkurang secara
signifikan, kematian perinatal masih tetap sangat tinggi bahkan di
negara maju (7-10%). Di negara berkembang, kematian perinatal tetap
sekitar 20%, sekitar 50% di antaranya lahir mati.
2.1.10. PENCEGAHAN
Pencegahan yang direkomendasikan pada PNPK Preeklampsia 2016, yaitu:(9)
a. Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap
wanita hamil sejak awal kehamilannya
38
b. Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg/hari) direkomendasikan untuk
prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi. Aspirin dosis
rendah sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu.
d. Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan terutama
pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah sebagai prevensi
preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya preeklampsia
e. Pemberian antioksidan vitamin C dan E dianggap tidak efektif serta
tirah baring dan pembatasan garam terbukti tidak bermanfaat dalam
pencegahan terjadinya preeklampsia.
Wanita dengan faktor risiko tinggi preeklamsia seperti memiliki
riwayat preeklamsia sebelumnya, kehamilan lebih dari 1, penyakit ginjal,
autoimmune, DM type 1 dan 2, serta hipertensi kronis dan wanita dengan
faktor risiko sedang serperti kehamilan pertama, hamil > 35 tahun, BMI
>30 dan lain – lain dapat diberikan aspirin low dose 81mg/hari sebagai
profilaksis dari preeklamsia diantara kehamilan 12 – 28 minggu dan hasil
optimal di kehamilan 16 minggu. Pemberian MgSO4 untuk pencegahan
kejang.(18)
39
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Istri Suami
Nama : Ny. S B. ANAMNESIS
Umur : 24 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Nama : Tn. A Umur : 23 Tahun Pendidikan : SMA
Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah: - Agama : Islam
Alamat : Kp. Pelaukan Desa Karang rahayu, Bekasi Golongan darah : -
No.RM : 201xxx
Tanggal Masuk: 28 maret 2021
Riwayat Persalinan:
N Tah Temp Usia Jenis Penolong Penyulit Anak Nifas Keada
o un at Kehamilan Persalinan an
Part Partu Kelamin BB PB Anak
us s
1 Hamil Ini
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 148/95 mmHg
Nadi : 118 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 20 x/menit (memakai sungkup)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Paru : Vesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Cembung lembut, Nyeri tekan (-), bising usus (+), striae
gravidarum (+)
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (+), CRT <2 detik
2. Status obstetri
1. Pemeriksaan luar
TFU : 31 cm
TBJ klinis : TFU – n x 155 ✇ (31 – 13) x 155 =2790
Leopoid 1: Sungsang-Kepala
Leopoid ll : Puka-Puki
Leopoid lll : Kepala-Sungsang
Leopoid lV: Konvergen
His : -
DJJ I : 155 x/menit, reguler
DJJ II : 160x/menit, reguler
2. Inspekulo : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan dalam
Vulva : Tidak ada kelainan
Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal, lunak
Pembukaan : -
Ketuban : -
Presentasi : -
3. Pemeriksaan Laboratorium
28 Maret 2021
Hematologi
Hematokrit 28 (L) % 38 – 47
Hitung jenis
Kimia Klinik
Ureum Kreatinin
Urinalisa
Urinalisa
E. RENCANA PENATALAKSANAAN
• IVFD RL 20 tpm
• Pemasangan kateter urin
• MgSO4 20% 4 gr loading dose IV
• MgSO4 40% 8 gr maintaining dose IV
• Dexamethasone 2 ampul /2jam IV
Furosemid 1ampul IV
Ceftriaxone 1gram 3x1 drip
Metildopa 250mg 3x2 tab
• Nifedipine 3 x 10 mg
• Rawat inap
• Observasi KU, TTV, DJJ
• Persiapan terminasi kehamilan indikasi kehamilan preterm dengan PEB
F. PROGNOSIS
● Ad vitam : Dubia ad bonam
● Ad functionam : Dubia ad bonam
● Ad sanactionam : Dubia ad malam
G. FOLLOW UP
Bangsal Camelia
Tanggal Temuan Klinis dan Penatalaksanaan
dan jam
pemeriksaan
28-03-2021 S : Pasein datang kembali dengan keluhan sesak, pernah
dirawat 1 minggu yang lalu dengan PEB+Gemelli
O : KU: baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 124/72 mmHg
Nadi : 120 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 36,5oC
Proteinuria +3
A : G1P0A0 H ± 33 minggu dengan PEB + Gemelli + Sesak
(ec. Susp Edema Paru)
P : IVFD RL 20 tpm
MgSO4 40% 8 gr maintaining dose IV
Pasang DC
Furosemid 1 amp
Memberikan oxsigen nasal kanul 4-5L/menit
Persiapan SC
H. DIAGNOSA AKHIR
I. PROGNOSIS
a. Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, kembar yang dilahirkan secara sectio caesarea memiliki
dua buah plasenta yang terhubung dengan kantung yang berbeda, sehingga
dapat dikatakan gemelli dizigotik. Riwayat kehamilan gemelli ini terdapat
pada sisi ayah. Selain itu, pada pemeriksaan fisik leopold I ditemukan
tinggi fundus uteri 31 cm pada usia kehamilan 33 minggu, dimana TFU
pada kehamilan tunggal dengan usia kehamilan yang sama adalah setinggi
28 cm (3 cm lebih rendah daripada TFU gemelli). Pada leopold II
ditemukan punggung janin 1 ada di sisi kanan ibu dan punggung janin 2 di
sisi kiri ibu dan dari leopold III ditemukan bagian terbawah kedua bayi
adalah kepala dan bokong. Kenaikan berat badan ibu dirasa bertambah
lebih banyak sebelumnya. Saat dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan
dua buah janin. Dengan ukuran janin yang berbeda, dimana janin I lebih
besar daripada janin II.
● Preeklampsia Berat
Pada pasien dengan preeklampsia berat, didapatkan tekanan darah
sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada
dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
Selain itu disertai dengan proteinuria dan gejala gangguan neurologis
seperti nyeri kepala dan gangguan visus. Selain itu pada pemeriksaan
ginjal ditemukan peningkatan kadar serum kreatinin >1,1 mg/dL tanpa
adanya kelainan ginjal lainnya(9). Preeklampsia berat memiliki beberapa
faktor resiko seperti umur >40 tahun, multipara dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh pasangan
baru, riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan
multiple, hipertensi kronik, penyakit ginjal dan obesitas sebelum hamil(9).
• Edema Paru
Edema paru merupakan komplikasi berat dari preeklampsia. Angka
kejadian edema paru yang merupakan komplikasi preeklampsia dilaporkan
sebanyak 2,9%.Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan pasien sesak napas
dan batuk sejak 2 hari SMRS dan dari pemeriksaan fisik didapatkan bunyi
rongki +/+ pada kedua lapang paru dan ditemukan edema tungkai , sehingga
dapat disimpulkan bahwa maternal memiliki susp edema paru.
- Quo ad vitam pada pasien ini dubia ad bonam karena setelah sectio caesaria,
pasien merasa tidak ada keluhan lain yang muncul, tekanan darah menurun
dan proteinurin menjadi menurun menjadi positif 1 setelah satu hari post
sectio caesaria.
- Quo ad functionam pada pasien ini dubia ad bonam karena pasien sudah
memiliki rencana untuk menggunakan KB suntik kembali untuk menjaga
fungsi reproduksi dari komplikasi kehamilan jarak dekat
- Quo ad sanationam pasien ini dubia ad malam karena pada pasien ini memiliki
riwayat kehamilan gemelli dan preeklampsia berat yang dapat terulang
kembali.
BAB V
KESIMPULAN
Persalinan dengan kehamilan kembar memiliki resiko lebih tinggi dari pada
persalinan dengan janin satu atau tunggal. Semakin banyak jumlah janin yang
dikandung ibu, semakin tinggi resiko yang akan ditanggung ibu .Komplikasi pada
ibu yang dapat terjadi pada kehamilan kembar ada berbagai macam, salah satunya
adalah preeklampsia. Sedangkan komplikasi pada janin yang dapat terjadi seperti
prematuritas, kematian janin, pertumbuhan janin yang tidak seimbang, twin-to-
twin syndrome serta twin reversed arterial perfusion (TRAP). Untuk alasan
tersebut, kehamilan kembar dianggap sebagai kehamilan yang beresiko tinggi.
Preeklampsia berat pada ibu hamil dapat terjadi 2-3 kali lebih banyak
daripada kehamilan tunggal. Ditambah lagi dengan adanya berbagai faktor risiko
seperti usia ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah kunjungan ANC dan riwayat
hipertensi. Penanganan preeklampsia berat pada kehamilan ganda umumnya sama
seperti kehamilan tunggal. Dengan manajemen dan antenatal yang adekuat,
komplikasi yang lebih serius dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA