Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN GEMELI

Disusun Oleh :
Andry Nur Imansyah
P27820715006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA IBU DENGAN KEHAMILAN GEMELI

1. Definisi
Gemeli atau kehamilan multipel ( multiple pregnancy ) adalah suatu kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Sering disebut juga sebagai kehamilan kembar ( twin
pregnancy ). Ibu yang melahirkan bayi kembar akan lebih banyak membutuhkan
dukungan, baik itu secara lahiriah maupun jasmaniah. Kehamilan kembar memang
beresiko terhadap persalinan yang lebih besar dibanding kehamilan tunggal. Semakin
banyak jumlah janin yang dikandung ibu, semakin tinggi resiko yang akan ditanggung ibu.
Namun, dengan segala risiko tersebut yang penting, rajin berkonsultasi ke dokter dan ikuti
semua saran kesehatan bagi kehamilan dan persalinan kembar untuk mencegah segala
kemungkinan. Wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian
khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.

2. Etiologi
Dalam berbagai literatur disebut insiden kehamilan kembar adalah 1 kehamilan kembar
dibanding 89 kehamilan tunggal. Sedangkan kembar tiga 1 berbanding 89 pangkat dua,
dan kembar empat 1 berbanding 89 pangkat tiga, dan seterusnya. Beberapa faktor berikut
menurut Mariono ikut berperan dalam menyebabkan terjadinya kehamilan ganda:
1) Ras/bangsa
Menurut literatur, ras berwarna seperti bangsa Asia dan Afrika cenderung lebih
besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras kulit putih/Eropa. Meski belum
dapat dibuktikan secara empiris, tapi pada banyak kasus memang terlihat kehamilan
ganda lebih sering dialami ibu-ibu hamil kulit berwarna dibanding mereka yang
berkulit putih.
2) Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda semakin
besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas terjadinya kehamilan ganda
akan menurun lagi.
3) Hereditas/keturunan
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan ibu). Bila dari
garis keturunan ibu ada yang kembar, maka prosentase melahirkan anak kembar
lebih besar. Namun tidak tertutup kemungkinan garis keturunan ayah bisa
menimbulkan kehamilan kembar. Yang pasti, insiden atau angka kejadian dari garis
maternal lebih besar dibanding dari garis paternal.
4) Obat-obatan
Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk mematangkan sel telurnya juga ikut
meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar. Soalnya, dengan obat tersebut
sel telur yang matang pada setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat ini biasanya
diberikan pada pasangan yang sulit hamil dengan faktor penyebab infertilitas indung
telur. Itulah mengapa, pada kasus-kasus pasangan yang sulit mendapat momongan
kemudian menjalani terapi obat-obat penyubur ini, bila akhirnya terjadi kehamilan,
biasanya merupakan kehamilan kembar.
5) Prosedur fertilisasi in vitro
Di sini beberapa embrio yang sudah dibuahi diimplantasikan dalam rahim. Jika
semua berkembang dengan baik, maka terjadi pertumbuhan lebih dari satu. Di atas
usia kehamilan 30 minggu, berat badan masing-masing janin ini umumnya lebih
ringan dibanding janin pada kehamilan tunggal di usia kehamilan yang sama.
Perbedaan berat saat persalinan bisa mencapai 1000-1500 gram. Penyebabnya
diperkirakan adalah regangan berlebih pada uterus, hingga sirkulasi darah di plasenta
mengalami penurunan.

3. Klasifikasi
a) Kembar dizigotik atau fraternal (DZ)
Kembar dizigotik (dikenal sebagai "kembar non-identik") terjadi karena zigot-
zigot yang terbentuk berasal dari sel telur yang berbeda. Terdapat lebih dari satu sel telur
yang melekat pada dinding rahim yang terbuahi oleh sel-sel sperma pada saat yang
bersamaan. Pada manusia, proses ovulasi kadang-kadang melepaskan lebih dari satu sel
telur matang ke tuba fallopi yang apabila mereka terbuahi akan memunculkan lebih dari
satu zigot.
Kembar dizigotik secara genetik tidak berbeda dari kehamilan biasa dan
berkembang dalam amnion dan plasenta yang terpisah. Mereka dapat memiliki jenis
kelamin yang berbeda atau sama. Kajian juga menunjukkan bahwa bakat melahirkan
kembar DZ diwariskan kepada keturunannya (bersifat genetik), namun hanya keturunan
perempuan yang mampu menunjukkannya (karena hanya perempuan/betina yang dapat
mengatur pengeluaran sel telur). Istilah kembar dampit diberikan bagi anak kembar
dengan kelamin berbeda.
b) Kembar monozigotik atau identik (MZ)
Kembar monozigotik terjadi ketika sel telur tunggal terbuahi dan membentuk satu
zigot (monozigotik). Dalam perkembangannya, zigot tersebut membelah menjadi embrio
yang berbeda. Kedua embrio berkembang menjadi janin yang berbagi rahim yang sama.
Tergantung dari tahapan pemisahan zigot, kembar identik dapat berbagi amnion yang
sama (dikenal sebagai monoamniotik) atau berbeda amnion. Hasil akhir dari proses
pengembaran monozigotik tergantung pada kapan pembelahan terjadi, dengan uraian
sebagai berikut :
 Apabila pembelahan terjadi didalam 72 jam pertama setelah pembuahan, maka dua
embrio, dua amnion serta dua chorion akan terjadi dan kehamilan diamnionik dan
dichorionik. Kemungkinan terdapat dua plasenta yang berbeda atau plasenta tunggal
yang menyatu.
 Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua embrio akan terjadi,
masing-masing dalam kantong yang terpisah, dengan chorion bersama, dengan
demikian menimbulkan kehamilan kembar diamnionik, monochorionik.
 Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah terbentuk,
maka pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan kantong amnion bersama,
atau kehamilan kembar monoamnionik, monochorionik.
 Apabila pembuahan terjadi lebih belakang lagi, yaitu setelah lempeng embrionik
terbentuk, maka pembelahannya tidak lengkap dan terbentuk kembar yang menyatu.
 Lebih jauh lagi, kembar identik bukan monoamniotik dapat berbagi plasenta yang
sama (dikenal dengan monokorionik, monochorionic) atau tidak. Semua kembar
monoamniotik pasti monokorionik. Berbagi amnion yang sama (atau amnion dan
plasenta yang sama) dapat menyebabkan komplikasi dalam kehamilan. Contohnya,
tali pusar dari kembar monoamniotik dapat terbelit sehingga mengurangi atau
mengganggu penyaluran darah ke janin yang berkembang.

Kembar MZ selalu berkelamin sama dan secara genetik adalah sama (klon) kecuali
bila terjadi mutasi pada perkembangan salah satu individu. Tingkat kemiripan kembar ini
sangat tinggi, dengan perbedaan kadang-kadang terjadi berupa keserupaan cerminan.
Perbedaan terjadi pada hal detail, seperti sidik jari. Bila individu beranjak dewasa,
tingkat kemiripan biasanya berkurang karena pengalaman pribadi atau gaya hidup yang
berbeda.
c) Superfekundasi
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi yang sama
pada dua koitus yang dilakukan dengan jarak waktu pendek. Kehamilan kembar ini sukar
dibedakan dengan kehamilan kembar dizigotik

4. Manifestasi klinis
a) Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin pendek
dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
b) Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga
dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
c) Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar
daripada kehamilan tunggal.
d) Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada kehamilan
kembar.
e) Solusio plasenta dapat terjadi, seperti sesak nafas, sering kencing, edema dan varises
pada tungkai bawah dan vulva.

5. Pengaruh terhadap Ibu dan Janin


a) Terhadap Ibu
 Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya.
 Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
 Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering.
 Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat
edema dan varises pada tungkai dan vulva.
 Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak
pertama lahir.
b) Terhadap Janin
 Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan
kembar: 25% pada gemeli; 50% pada triplet; dan 75% pada quadruplet, yang akan
lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur
akan tinggi.
 Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasentae, maka angka kematian bayi
kedua tinggi.
 Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian
janin.

6. Patofisiologi
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan seringkali terjadi partus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-rata
260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar
± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin dapat
ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila
terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah
monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa
monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.. Pada kehamilan kembar dizigotik hampir
selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila hambatan
pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk, bagian tubuh yang
dimiliki dapat bersama.
Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada
kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering
mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarakteristikan pada kehamilan-
kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar
pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah
935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin
tunggal.
Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit
pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang
menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin. kehamilan
kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana
diperbandingkan dengan kehamilan tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat
dari peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang
lebih besar dengan janin banyak meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama
kehamilan. Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari
20 pon. Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari
jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.
Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan
banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan
berat dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih
sekedar duduk. Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi
ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai
akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan
segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat,
amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan
diharapkan untuk memungkinkan kehamilan Berbagai macam stress kehamilan serta
kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir
tanpa kecuali akan lebih besar pada kehamilan kembar
7. Pathway
8. Pemeriksaan penunjang
a) Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda, evaluasi pertumbuhan janin
dan identifikasi presentasi janin.
b) Pemeriksaan Radiologis
Radiograf abdomen ibu sebagai upaya membuktikan adanya janin multipel dapat
membantu pada keadaan-keadaan tertentu yang jarang, biasanya apabila terdapat
gestasi multipel ordo tinggi dan belum jelas berapa banyak janin yang ada. Akan tetapi
pemeriksaan dengan rotgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosa kehamilan
ganda karena cahaya penyinaran
c) Pemeriksaan Biokimiawi
Jumlah gonadotropin korionik dalam plasma dan urin, secara rata-rata lebih tinggi
daripada yang dijumpai pada kehamilan tunggal. Kembar sering terdiagnosis sewaktu
dilakukan pemeriksaan kadar alfa-fetoprotein serum ibu, walaupun pemeriksaan ini saja
tidak bersifat diagnostik.
d) Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian kesehatan janin

9. Penatalaksanaan
 Penanganan dalam kehamilan
1. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan
harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari,
karena akan merangsang partus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih
ringan.
4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

 Penanganan dalam persalinan


1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, di tolong seperti
biasa dengan episiotomi mediolateralis.
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan
keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah dan lain-lain.
3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak membujur,
ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir deras keluar.
Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya
pasang infus profilaksis.
5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi prolaps tali
pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik,
yaitu :
a) Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau lahirkan dengan cara versi dan
ekstraksi.
b) Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau forseps.
c) Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
6. Indikasi seksio caesarea hanya pada:
a) Janin pertama letak lintang
b) Bila terjadi prolaps tali pusat
c) Plasenta previa
d) Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan anak
kedua letak kepala.
7. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum: berikan
suntikan sinto-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena.

10. Komplikasi
Komplikasi potensial meliputi hal – hal berikut :
a. Persalinan dan kelahiran prematur, yang terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering dibanding
kehamilan tunggal, dan merupakan ancaman terbesar bagi kehamilan kembar / ganda.
b. Kelainan letak (mal presentasi) kembar yang pertama, dapat bokong, oblik, atau lintang
dan diperkirakan terjadi pada 25 – 30 % kasus.
c. Persalinan disfungsional, yang disertai dengan peregangan uterus yang berlebihan.
d. Malformasi janin.
e. Prolaps tali pusat.
f. Hidramnion.
g. Anemia defisiensi besi pada bumil.
h. Pre eklampsia atau eklampsia.
i. Perdarahan antepartum, baik plasenta previa ataupun solusio plasenta, yang dapat
terjadi pada hampir 5 % kehamilan kembar.
j. Perdarahan post partum.
k. Toxaemia gravidarum, lebih sering terjadi pada kehamilan kembar dibandingkan
dengan kehamilan tunggal.

Komplikasi yang sangat jarang meliputi hal – hal berikut :


a. Kolisi (collision), yaitu persentuhan bagian – bagian janin kembar dengan kembarannya
sehingga mencegah penurunan janin.
b. Impaksi, perlekukan bagian janin dari salah satu kembar kedalam permukaan
kembarannya, sehingga memungkinkan penurunan keduanya secara bersamaan.
c. Kompaksi, proses pengeluaran janin yang betul – betul bersamaan dari kutub presentasi
keduanya yang mengisi rongga pelvis sejati dan mencegah desensus lebih lanjut
keduanya.
d. Kembar terkunci (locked twins), presentasi kembar pertama bokong dan kembar kedua
puncak kepala (verteks). Ketika kembar pertama menjalani desensus, dagunya
mengenai leher dan dagu kembar kedua diatas pintu atas panggul, dan mencegah
kemajuan selanjutnya.
e. Kembar monoamniotik, angka mortalitasnya sangat tinggi, hampir 50 %, mempunyai
tali pusat yang kusut dan bersimpul.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA IBU HAMIL DENGAN GEMELI

1. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku
bangsa, Pendidikan terakhir, alamat, tanggal pengkajian, tanggal MRS, diagnosa medis
2) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji bagaimana keadaan ibu serta janinnya
3) Riwayat kehamilan dahulu
Dikaji apakah pasien pernah hamil dengan anak kembar atau tidak
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang pernah hamil dengan anak kembar atau tidak
terutama dari garis keturunana ibu.
5) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Perlu ditanya kebiasaan klien tentang kebersihan diri
b) Pola aktifitas- latihan
Meliputi kegiatan dirumah, dirumah sakit serta lamanya aktifitas.
c) Pola nutrisi-metabolime
Ibu dengan kehamilan gemeli akan lebih banyak membutuhkan asupan nutrisi
untuk dia dan juga janinnya.
d) Pola eliminasi
Ibu dengan kehamilan gemeli akan lebih sering kencing karena pembesaran
uterus yang lebih cepat.
e) Pola tidur - istirahat
Meliputi kelemahan/keletihan, perubahan pola istirahat, adanya fraktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri
f) Pola kognitif-perseptual
Meliputi daya penglihatan, pendengaran, penciuman, perubahan kognitif pasien
serta persepsi pasien tentang penyakitnya.
g) Pola toleransi – koping stres
Meliputi upaya yang dilakukan pasien saat mendapat masalah atau mengalami
stress.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi body image, self ekstrem, kekacauan identitas
i) Pola seksual dan reproduksi
Meliputi penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola seksual pasien.
Masalah seksual berhubungan dengan penyakit.
j) Pola hubungan dan peran
Meliputi hubungan dengan rekan kerja dan teman-teman/masyarakat
k) Pola nilai dan kepercayaan
Meliputi agama, keyakinan, dan ritualisasi
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
Biasanya tidak ada gangguan
2) Mata
Biasanya konjungtiva pucat karena anemia
3) Hidung
Biasanya bersih
4) Gigi dan Mulut
Biasanya bersih
5) Telinga
Biasanya bersih dan tidak ada serumen
6) Leher
Biasanya tidak terdapat bendungan vena jugularis
7) Dada
Biasanya pasien sesak bila sampai terjadi solusio plasenta
8) Abdomen
Distensi uterus berlebihan, bisa terjadi hidramnion, teraba gerakan janin yang lebih
banyak, biasanya akan teraba 3 bagian besar janin, Terdengar 2 denyut jantung
janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya
10 denyut per menit atau sama-sama dihitung dan berselisih 10.
9) Genetalia
Biasanya akan terdapat varises pada vagina bila sampai terjadi solusio plasenta
10) Ekstremitas
Biasanya akan mengalami oedema dan juga ditemukan varises pada kaki bila
sampai terjadi solusio plasenta
7) Pemeriksaan penunjang
a) USG
b) Pemeriksaan Biokimia
c) Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian kesehatan janin
d) Radiograf abdomen (jarang dilakukan)
2. Diagnosis Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih

3. Intervensi Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan :
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan menjelaskan gejala cemas
2. Tanda vital dalam batas normal
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dantingkat aktifitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
R/ Pasien percaya dengan kita
2. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
R/ Menghindari situasi yang memperparah kecemasan klien
3. Informasikan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
R/ Membuat pasien merasa lebih tenang dan mengurangi cemasnya
4. Identifikasi tingkat kecemasan
R/ Untuk mengetahui tingkat kecemasan
5. Instruksikan pasien untuk teknik relaksasi
R/ Mengurangi kecemasan klien

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat
terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi :
1. Beri informasi tentang kebutuhan nutrisi
R/ Agar pasien memahami pentingnya nutrisi untuk dirinya
2. Beri makan sedikit tapi sering dengan porsi hangat
R/Porsi makan kecil membuat pasien lebih semangat untuk makan
3. Ajarkan pasien bagaimana cara membuat catatan makanan harian
R/Untuk mengontrol nutrisi sesuai dengan kebutuhan
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
R/ Mencegah terjadinya konstipasi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
R/ Menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien bisa melakukan aktifitas baik dengan
bantuan atau tidak
Kriteria Hasil:
1. Tanda vital dalam rentang normal
2. Mampu melakukan ADL secara mandiri
Intervensi :
1. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
R/ Tirah baring berguna untuk menurunkan kebutuhan metabolik
2. Bantu klien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat atau tidur
R/ Memberi posisi yang nyaman pada pasien
3. Bantu ADL pasien
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Monitor tanda – tanda vital
R/ Untuk memantau keadaan umum pasien
5. Monitor kadar Hb klien
R/ Untuk memantau pasien anemia atau tidak
6. Kolaborasi pemberian tranfusi darah
R/ Menggantikan darah yang keluar karena perdarahan dan meningkatkan
kadar Hb
7. Kolaborasi pemberian vitamin
R/ Meningkatkan daya tahan tubuh

4. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan manifestasi koping.
5. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan tindakan
elektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan, dan penatalaksanaannya sudah berhasil dicapai. Hasil
dari evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, dan
masalah belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, et al..2001.Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman


untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed. 2. Jakarta : EGC

Hacker, Neville F, Moore, J. G. .2001. Essential Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2. Jakarta
: Hipokrates

Ratna , Hidayati . 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika

Varney, Helen . 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai