C. Etiologi
Penyebab terjadinya serotinus belum diketahui secara pasti, namun ada faktor
yang bisa menyebabkan serotinus seperti halnya teori bagaimana terjadinya
persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori yang menjadi pendukung
terjadinya kehamilan serotinus antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat
bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan
(Sarwono Prawirohardjo, 2009: 687).
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan
postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya akan mengalami kehamilan postterm (Sarwono Prawirohardjo,
2009: 687).
6. Kurangnya air ketuban.
7. Insufisiensi plasenta (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, 2008).
G. Komplikasi
Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus
yaitu :
1. Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia
uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
2. Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar,
tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti :
a) gawat janin.
b) gerakan janin berkurang.
c) kematian janin.
d) asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus
yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti :
a) kelainan kongenital.
b) sindroma aspirasi meconium.
c) gawat janin dalam persalinan.
d) bayi besar (makrosomia).
e) pertumbuhan janin terlambat.
f) kelainan jangka panjang pada bayi.
H. Pathway
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Bila HPHT dicatat dengan baik, diketahui wanita hamil, diagnosis tidak
sukar.
2. Bila wanita tidak tahu atau lupa haid terakhirnya, maka hanyalah dengan
pemeriksaan antenatal care yang teratur dapat diikuti dengan naik nya
fundus uteri, mulainya gerakan janin maka sangat membantu diagnosis.
3. Pemeriksaan berat badan ibu, apakah berkurang? Dan juga lingkar perut
dan jumlah air ketuban.
4. Pemeriksaan Rontgenology dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia dan tulang kuboid.
5. Ultrasonografi untuk menentukan ukuran bipariental, gerakan janin dan
jumlah air ketuban.
6. Pemeriksaan sitology air ketuban : air ketuban diambil dengan amnion
sintesis baik transvaginal mau pun trans abdominal.
7. Amnioskopy untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena kekeruhan oleh mekonium.
8. Kardiotokografy untuk mengawasi dan membaca denyut jantung janin
karena insufisiensi plasenta.
9. Uji oksitoxin : dengan infuse tetes oksitoxin dan diawasi reaksi terhadap
kontraksi uterus.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
11. Pemeriksaan pH darah kepala janin.
12. Pemeriksaan sitology vagina. (Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I).
J. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. (Taufan, 2012).
3. Lakukan pemeriksaan dengan cara Bishop skore.
Bishop skore adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan
responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa
serviks bishop skore rendah artinya serviks belum matang dan memberikan
angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding serviks yang matang. Lima
kondisi yang dinilai dari serviks adalah :
a) Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama kerja.
b) Pendataran/penipisan (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di
leher rahim.
c) Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin
kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung, yang
dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm) sebagai
tonjolan tulang.
d) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan, seperti
sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh lagi, pada wanita
muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang lebih tua.
e) Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior lebih
baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan peningkatan
kelahiran spontan.
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari keluarga dan
tenaga kesehatan, menurut Wildan (2009 : 34) adalah :
a) Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b) Alasan datang : Untuk mengetahui alasan pasien datang ke tempat
pelayanan kesehatan.
c) Keluhan utama : Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS /
dan diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
d) Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang, dan
riwayat kesehatan keluarga, juga riwayat alergi dan pengobatan.
e) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien saat
menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama pasien
menikah dan berapa jumlah anaknya.
f) Riwayat obstetric
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi
(menarce), siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah
apakah cair atau menggumpal, warna darah, dismenorea, flour albus dan
untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir serta tanggal
kelahiran dari persalinan.
g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir,
tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong
persalinan, penyulit dalam bersalinan, jenis kelahiran berat badan lahir,
panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu, keadaan anak sekarang,
untuk mengetahui riwayat yang lalu sehingga bisa menjadi acuan dalam
pemberian asuhan, menurut Prawiroharjo (2008 : 414).
h) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL, berat badan
sebelum dan sekarang, periksa ANC sebelumnya dimana, berapa kali dan
keluhannya apa, suntik TT berapa kali, obat-obatan yang pernah
dikonsumsi apa saja, gerakan janin yang pertama pada usia kehamilan
berapa bulan dan gerakan sekarang kuat atau lemah, kebiasaan ibu dan
keluarga yang berpengaruh negatif terhadap kehamilannya.
i) Riwayat KB
Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, berapa lama menggunakannya, alas an mengapa
ibu menggunakan alat kontrasesi tersebut, dan mengapa ibu
menghentikan pemakaian alat kontrasepsi tersebut, menurut Huliana
(2007 :76-77).
j) Pola kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminsi, pola
aktivitas pekerjaan, pola istirahat, personal hygiene, pola seksual,
menurut Muslihatun (2009 : 137).
k) Psikososial spiritual meliputi tanggapan dan dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, ketaatan beribadah, lingkungan
yang bepengaruh.
2. Data Obyektif
Menurut Wildan (2009 : 34), pencatatan dilakukan dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang, hasil
laboratorium seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG
yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Data yang telah
dikumpulkan diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien kemudian
dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data
satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari
pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan
data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
1) Pemeriksaan Umun
a) Keadaan Umum (KU)
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu secara umum.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang mau tidur saja,
dapat dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi tidur lagi), koma (tidak
dapat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan atau rangsangan
apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada).
c) Tanda-tanda Vital (TTV)
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan darah,
nadi, respirasi, dan suhu.
d) Berat Badan (BB)
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram (Buku
Panduan Praktik Klinik Kebidanan).
e) Tinggi Badan (TB)
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter,
menurut Saminem (2009 : 23).
f) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien.
2) Pemeriksaan fisik / Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka,
mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen, punggung,
genetalia, ektermitas atas dan bawah, anus.
3) Pemeriksaan khusus obstetric, menurut Hidayat (2008 : 142-145)
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk mengetahui
apakah ada pembengkakan pada wajah dan ekstermitas, pada perut
apakah ada bekas operasi atau tidak.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu tangan, yang
berguna untuk memeriksa payudara apakah ada benjolan atau tidak,
pemeriksaan abdomen yaitu memeriksa Leopold I, II, III, dan IV.
c) Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti hamil dan
kehidupan janin. DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16 minggu.
Dengan dopler DJJ mulai terdengar usia kehamilan 12 minggu.
Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu 120-160x/menit.
3. Pemeriksaan penunjang, menurut Muslihatun (2009 : 141) :
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, dan penyakit
yang menyertai kehamilan, besalin dan nifas. Pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya : memeriksa hemoglobin, golongan darah,
rubella, VDRL / RPR dan HIV. Pemeriksaan HIV harus dilakukan
persetujuan ibu hamil.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan partus lama (serotinus) yang ditandai dengan
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca partum (mis.atonia
uteri).
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (eksisi post operasi SC)
ditandai dengan bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri).
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (luka terbuka post
operasi), post persalinan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan partus lama (serotinus) yang ditandai dengan
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi. (SDKI: D.0080).
Tingkat ansietas : (SLKI: L.09093)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 Jam, ansietas
menurun.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun (5)
2) Perilaku gelisah menurun (5)
3) Perilaku tegang menurun (5)
4) Frekuensi pernafasan menurun (5)
5) Tekanan darah menurun (5)
6) Frekuensi nadi menurun (5)
7) Pola tidur membaik (5)
Intervensi
Reduksi ansietas : (SIKI: 1.09314).
Observasi :
1) Identifikasi tingkat ansietas (mis. Kondisi, waktu, stresor)
2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik :
1) Ciptakan susasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3) Motivasi mengidentifikasi yang memicu kecemasan
4) Diskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi :
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat antlansietas, jika perlu
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (eksisi post operasi SC)
ditandai dengan bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
(SDKI : D. 0077).
Tingkat nyeri : SLKI : L.08066
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 Jam nyeri menurun.
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun (5)
2) Meringis menurun (5)
3) Gelisah menurun (5)
4) Perasaan takut mengalami cidera berulang menurun (5)
Intervensi :
Management nyeri : SIKI : 1.08238
Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri.
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
Terapeutik :
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
3) Fasilitasi istirahat tidur.
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredahkan nyeri.
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
4) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (luka terbuka post
operasi), post persalinan. (SDKI : 0142)
Tingkat infeksi : SLKI : L.14137
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 Jam, tingkat infeksi
menurun.
Kriteria hasil :
1) Demam menurun (5)
2) Kemerahan menurun (5)
3) Nyeri menurun (5)
4) Bengkak menurun (5)
Intervensi :
Pencegahan infeksi : SIKI (1.14539)
Observasi :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik :
1) Berikan perawatan kulit pada area edema
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3) Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
4) Batasi jumlah pengunjung
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010. Semarang
Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress.
com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/) (Online), diakses pada tanggal
10 januari 2015.
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara
Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi). Yogyakarta: TOSCA
Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wildan, M. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.