Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CA PARU

Disusun Oleh :
Yaniescha
Ayundita Putri
Vega Safiera
P17104

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019

LAPORAN PENDAHULUAN
CA PARU

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Ca paru atau kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010). Kanker paru dapat berupa
metastasis atau lesi primer, kebanyakan tumor ganas primer dari sistem
pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkhus (Muttaqin, 2010).
Kanker paru adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus, tumor seperti
ini adalah epidermoid, biasanya terletak dalam bronki yang besar atau mungkin
adenokarsinoma yang timbul jauh diluar paru. (Rahayu, 2012).

2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, namun paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2011).
a. Merokok
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti
merokok
b. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi menghisap asap rokok dari orang lain, mempunyai
risiko menderita kanker paru dua kali lebih besar daripada perokok aktif.

c. Paparan zat karsinogen


Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang
menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat
umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun
uranium akan meningkat jika orang tersebut juga merokok.
d. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya
rendah vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru.
Hipotesis ini didapat dari berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa
vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker.
Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan
dalam pengaturan diferensiasi sel.
e. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker
paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-
gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
(termasuk gen rb, p53, dan CDKN2).
f. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru
obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang
dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali
lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.

3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala pada kanker paru membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan
gejalah sakit pada umumnya. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah sebagai
berikut (Tim CancerHelps, 2010):
a. Sesak napas
b. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu)
c. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma
d. Batuk berdarah
e. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak
f. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas
g. Kelelahan kronis dan penururnan berat badan secara drastis
h. Bengkak pada bagian leher dan wajah

4. Patofisiologi dan Pathway


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Pathway:

5. Komplikasi
a. Hemothorax
Hemothorax adalah kondisi yang terjadi ketika ada darah pada rongga
pleura, yang terletak di antara dinding dada dan paru. Penumpukan
volume darah ini memberikan tekanan yang cukup besar pada paru
sehingga akhirnya membuat kerja paru menjadi terhambat dan
bermasalah.
b. Pneumothorax Pneumotoraks adalah suatu kondisi paru-paru yang
kolaps. Pneumothoraks terjadi saat udara memasuki ruang dia area paru-
paru (ruang pleural). Udara bisa masuk ke ruang pleura ketika terdapat
luka terbuka di dinding dada – robek atau pecahnya jaringan paru-paru
(bula paru), ini mengganggu tekanan yang membuat paru-paru
menggembung.
c. Empiema
Empiema adalah kondisi ketika kumpulan nanah terbentuk di ruang
pleura, yaitu area yang terletak di antara paru-paru dan permukaan bagian
dalam dinding dada.
d. Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian
dalam jantung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh masuknya bakteri
ke aliran darah, yang kemudian menginfeksi bagian jantung yang rusak.
e. Abses paru
Abses paru adalah infeksi paru-paru. Penyakit ini menyebabkan
pembengkakan yang mengandung nanah, kematian jaringan (nekrotik)
pada jaringan paru-paru, dan pembentukan rongga yang berisi butiran
nekrotik akibat infeksi mikroba.
f. Atelektasis
Atelektasis adalah suatu kondisi ketika sebagian atau satu lobus (segmen)
paru-paru pada seseorang tidak berfungsi. Pada atelektasis, kantung-
kantung udara (alveoli) pada paru-paru mengempis sehingga
mengganggu fungsi pernapasan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5) Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois
4) Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
c. Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Keluhan yang biasa muncul pada klien Kanker
paru – paru biasanya batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas
dan pendek – pendek, sakit kepala.
2) Riwayat kesehatan terdahulu
Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada
pasien dengan Ca Paru antara lain, perokok berat, lingkungan tempat
tinggal di daerah yang tercemar polusi udara, pernah menglami
bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.
3) Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru –
paru.
4) Riwayat psikososial
Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya,
serta interaksi social yang mungkin terhambat akibat gejala penyakit
seperti batuk yang berkepanjangan.
5) Pola – pola fungsi kesehatan
a) Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan,
mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas ,
kelesuan biasanya tahap lanjut.
b) Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan
perikordial (menujukan efusi) tachycardia, disritmia, jari tabuh.
c) Integritas Ego : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi
yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d) Eliminasi : Diare yang hilang timbul (ketidakseimbngan
hormonal)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine (Ketidakseimbngan
Hormonal).
e) Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk,
penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan
masukan cairan. Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot
(tahap lanjut 0, Edema wajah, periorbital (ketidakseimbangan
hormonal), Glukosa dalam urine.
f) Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri dada, dimana tidak/dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri
tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.
g) Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja
terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat
merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus
taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (ganguan aliran
udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area
yang mengalami lesi) Hemoptisis.
h) Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i) Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j) Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya
riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.
6) Pemeriksaaan Fisik
a) Inspeksi
 Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.
 Kesimetrisan dada,
 Retraksi otot-otot dada,
 Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
 Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat
bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.
 Kaji postur tubuh,
Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan
menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di
meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga
memperluas kernampuan ekspansi dada.
 Sianosis (kebiruan)
Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi sianosis
akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya
hipoksia
 Bentuk kuku
Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya memiliki kuku
berbentuk tabuh
 Kaji adanya edema
Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan
 Observasi apakah kulit pucat dikarenakan kesulitan bernapas
 Frekuensi batuk
Batuk biasanya terus-menerus
 Karakteristik sputum
b) Palpasi
 Nyeri pada dada
Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa
nyeri
 Taktil fremitus
Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat
menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu dintara tangan
pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh,
bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan
menyebabkan pemeriksa tidak mungkin merasakan vibrasi ini
atau vibrasi menurun
 Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan
 Capillary refill
c) Perkusi
 Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru
 Ada penumpukan cairan (sekret)
d) Auskultasi
 Suara nafas
Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas
menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks,
dan kegemukan ada substansi abnormal Jaringan fibrosa, cairan,
udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya;
substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat
bunyi napas menjadi tidak nyaring.
 Suara tambahan nafas
Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang
normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana ada
konsolidasi-contohnya pneumonia. Bunyi napas bronkial juga
terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan.
Bunyi crackles terjadi pada pneumonia, gagal jantung kongestif,
dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun
ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra
seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat
disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas,
stenosis, dan lain-lain.
 Tekanan darah
 Denyut jantung
7) Data Penunjang
 Foto dada, PA dan lateral
 CT scan/MRI
 Bronchoscope
 Sitologi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom ventilasi
(00032)
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam
alveoli (00031)
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi (00030)

3. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DX
1 Status pernapasan Manajemen jalan nafas
Setelah dilakukan perawatan 1) Observasi pernapasan
selama 3x24 jam diharapkan pasien
2) Posisikan pasien
masalah pernapasan dapat
semifowler untuk
teratasi dengan kriteria hasil:
1) Frekuensi pernapasan memaksimalkan
dalam rentang normal ventilasi
2) Kepatenan jalan nafas 3) Motivasi pasien untuk
baik bernapas pelan, dalam
3) Irama pernapasan dalam 4) Kelola pemberian
rentang normal oksigenasi

2 Status pernapasan : Monitor pernapasan


1) Monitor kecepatan,
kepatenan jalan nafas
Setelah dilakukan perawatan irama, kedalaman, dan
selama 3x24 jam diharapkan kesulitan bernapas
2) Posisikan pasien miring
kepatenan jalan nafas dapat
ke samping, sesuai
teratasi dengan kriteria hasil :
1) Kedalaman inspirasi indikasi
3) Kolaborasikan dengan
dalam rentang niormal
2) Tidak ada pernapasan dokter terapi nafas jika
cuping hidung diperlukan (nebulizer)
3) Dispnea dengan aktivitas 4) Monitor peningkatan
ringan kelelahan, kecemasan,
dan kekurangan udara
pada pasien
3 Status pernapasan : Monitor neurologi
1) Monitor tanda-tanda
pertukaran gas
Setelah dilakukan perawatan vital
2) Monitor status
selama 3x24 jam diharapkan
pernapasan
gangguan pertukaran gas dapat
Manajemen asam basa
teratasi dengan kriteria hasil :
1) Saturasi oksigen dari skala 1) Pertahankan kepatenan
1-5 jalan nafas
2) Dispnea dengan aktivitas 2) Kolaborasikan dengan
ringan dari skala 1-5 dokter pemberian obat
nyeri jika diperlukan
4. Implementasi Keperawatan
Implemetasi merupakan tindakan yang sesuai dengan tindakan yang sudah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain atau tindakan non farmakologis.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawata yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (Mitayani,
2014).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh
perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Clasification (NIC) Edisi 6. Singapore:


Elsevier

Brunner & Suddarth, 2014. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Danusantoso, Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran

Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda, Nic-Noc. Jogjakarta. Penerbit Mediaction

Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi 5. Singapore:


Elsevier

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai