Disusun Oleh :
Nim : P1908066
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
NIM : P1908066
Mengetahui,
Dosen Koordinator Keperawatan Gawat Darurat
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
AV Blok merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang
terjadi bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG)
terhambat, maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka
jarak tempuh ke tempat tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3
derajat sesuai tengan tingkat keparahan. (Lippincot, William, 2011)
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan
penanganan segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi
total AV blok dapat juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR
yang bisa normal segera setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering
diperkirakan dengan lebar kompleks QRS dan kecepatan ventrikel. Jika terjadi
distal dari His Bundle kompleks QRS biasanya melebar dan kecepatan ventrikel
biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).
Sel otot sebagaimana sel saraf maupun kelenjar digolongkan ke dalam jenis
sel eksitabel. Otot jantung merupakan salah satu jenis otot maka sebelum
melakukan aktivitas khususnya harus mendapatkan picu (rangsangan) terlebih
dahulu; excitation-contraction coupling. Jadi jelaslah bahwa hasil perekaman
aktivitas listrik otot jantung berupa elektrokardiogram sesungguhnya merupakan
gambaran peristiwa yang mengawali terjadinya kontraksi otot jatung.
Pada awalnya pemberian symbol P,Q,R,S; bukan A,B,C,D oleh Einthoven
tidak dimaksudkan untuk menggambarkan kejadian apapun yang terjadi pada otot
jantung. Namun dengan pengalaman klinis yang berulang ternyata EKGpada
akhirnya berkembang sebagai alat bantu diagnostik yang besar peranannyadalam
menegakkan diagnosa walaupun pada kasus-kasus tertentu masih harus diperkuat
dengan prosedur pemeriksaan lainnya seperti halnya, kateterisasi jantung,
echocardiografi dsb.
EKG mula-mula hanya dapat menyajikan gambar Lead I, II dan III secara
evolusioner bertambah menjadi aVR, aVL, aVF dan hantaran precordial, dengan
maksud agar dapat mempertajam analisis pembacaannya. Bahkan alatnya pun
(Elektrokardiograf) menjadi semakin portable sekaligus disertai dengan hasil
bacaanya sehingga semua orang dapat mengoprasikannya dengan mudah.
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90%
dari kematian dini tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah.
Secara global, PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah
penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang
disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti Penyakit
Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung, Hipertensi dan Stroke (Pusdatin, 2014).
Data World Health Organization (WHO, 2017) menyatakan bahwa sekitar
17,9 juta orang atau 31% penduduk dunia meninggal pertahunnya yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Lebih dari 3 juta kematian tersebut
terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian dini yang
disebabkan oleh penyakit jantung ^terjadi berkisar ^sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan
rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama
penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai
23,3 juta kematian pada tahun 2030. Oleh karena itu, penyakit kardiovaskular
menjadi perhatian utama dunia saat ini.
Penyakit jantung koroner adalah tipe penyakit kardiovaskular yang paling
banyak ditemukan, dan penyebab kematian nomor satu di dunia. Di Iran, sekitar
46% kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner (Sharifnia et al. 2013).
Coronary artery disease (CAD) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
ruptur plak pada pembuluh darah koroner dan memicu pembentukan trombus di
arteri koroner sehingga mengakibatkan gangguan pada aliran darah ke otot
jantung. Apabila aliran darah ke otot jantung berkurang, maka akan terjadi
kematian jaringan karena kekurangan oksigen dan nutrisi (Cardiac Care Network,
2013).
Di Indonesia, pada tahun 2017 didapatkan data bahwa penyakit jantung
koroner (29,0%) menduduki posisi kedua setelah stroke (29,2%) sebagai
penyebab kematian dini (Health Data, 2017). Sindrom koroner akut (SKA) atau
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah penyakit jantung paling sering ditemukan di
dunia (Monro, 2009). Istilah “SKA” mengacu kepada rentang penyakit jantung
yang bermacam-macam, mulai dari nyeri dada ringan dengan perubahan ST
segmen atipikal pada elektrokardiogram. Menurut American Heart Association
tahun 2014, Sindrom koroner akut diantaranya Unstable Angina Pectoris (UAP),
ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI) dan Non ST Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI). Didunia, lebih dari 3 juta penduduk pertahun diperkirakan
mengalami STEMI (Kumar A, et al., 2009).
Menurut American Heart Association tahun 2019, ST Elevation Myocardial
Infarction (STEMI) atau lebih dikenal sebagai “heart attack” disebabkan oleh
suplai darah yang terhambat secara terus menerus yang dapat mempengaruhi area
jantung yang luas (infark). Infark yang mendasari terjadinya SKA adalah
berkurangnya suplai oksigen miokard (disebabkan oleh atherosclerosis dan
spasme arteri koroner) atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard (seperti pada
kejadian takikardi dan anemia berat) atau keduanya (Fauci et al, 2012).
Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) merupakan indikator
kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner (Perki, 2015). Dalam
gambaran elektrokardiogram (EKG), terjadi elevasi segmen ST, Q patologis,
elevasi segmen PR, T inversi, left bundle branch block (LBBB) atau right bundle
branch block (RBBB), yang disertai takiaritmia, dan AV blok (Ramrakha & Hill,
2012). AV block merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang
terjadi jika jalur SA node ke AV node terhambat (Ganong, 2003). AV Node dapat
menjadi iskemik jika pasokan darahnya terganggu, yang terjadi karena infark
miokard terutama di Right Coronary Artery (RCA) (Simons et al., 1998).
Secara khusus, oklusi RCA proksimal memiliki insiden tinggi AV block
(24%) karena ada keterlibatan bukan hanya dari arteri nodus AV, tetapi juga
suplai arteri superior menurun, yang berasal dari bagian proksimal RCA
(Batubara, 2014). Waktu yang dibutuhkan impuls listrik untuk menjalar dari
atrium sampai ventrikel akan terekam di EKG sebagai interval PR (Sudoyo,
2010). Jika aliran ini terhambat, maka interval PR menjadi lebih panjang.
Terdapat tiga tingkat AV Block, yaitu AV Block derajat I, AV Block derajat II
(terdiri dari Mobitz I dan II), dan AV Block derajat III atau Total AV Block
(Batubara, 2014).
Total AV Blok merupakan komplikasi yang umum terjadi pada kasus STEMI,
terjadi pada 2,7% - 14% pasien (Kim, Kim, & Seo, 2014). Total AV Block/ blok
AV derajat tinggi terjadi ketika terdapat blok total di nodus AV sehingga impuls
dari atrium sama sekali tidak dapat sampai ke ventrikel. Ventrikel akan berdenyut
sendiri dari impuls yang berasal dari pacemaker nya sendiri. Total AV Block
diatasi dengan medikasi dan pemasangan pacemaker (pacu jantung).
Pacu jantung terdiri dari 2 jenis yaitu permanent pacemaker (PPM) dan
temporary pacemaker (TPM) (PERKI, 2015). Temporary Pacemaker adalah
sebuah alat pacu jantung buatan elektronik yang berfungsi sebagai pengganti
SA node yang berkontraksi dari otot jantung (Sudoyo, 2010). Pemasangan TPM
merupakan prosedur life-saving untuk mengatasi bradiaritmia, sehingga status
sirkulasi efektif dan hemodinamik kembali normal atau terapi jangka panjang
ditentukan (Hayes, 2019). Menurut Sullivan et al., (2015), tujuan utama
pemasangan TPM adalah untuk stabilisasi status sirkulasi dan hemodinamik
dengan meningkatkan ventricular rate, dibantu dengan terapi farmakologis,
sampai penyebab ditentukan dan diatasi.
Tujuan utama pemasangan TPM adalah membuat frekuensi denyut jantung
menjadi normal baik yang disebabkan jantung pasien tersebut terlalu lambat
maupun terjadinya blok pada sistem hantaran irama jantung (Batubara, 2014).
Blok sistem hantaran jantung pada kejadian SKA dapat dilihat dari
interpretasi EKG, sementara itu manifestasi klinis SKA itu sendiri meliputi nyeri
dada khas infark (nyeri menjalar ke leher, rahang, dan lengan kiri), berkeringat
dingin, dyspnea, takikardi, dan fluktuasi tekanan darah (Fauci et al, 2012).
Nyeri dada merupakan keluhan utama pasien SKA. Nyeri dada timbul secara
mendadak, dapat menjalar ke leher, bahu dan terus menuju lengan kiri. Nyeri ini
disertai sesak napas dan pucat (Aspiani, 2014). Nyeri dada disebabkan iskemia
miokard dan injury miokard karena berkurangnya aliran darah ke miokard.
Jaringan yang injury menskresikan bradykinin dan histamin, yang menstimulasi
reseptor nyeri dan menyebabkan nyeri. Nyeri dada meningkatkan aktivitas
simpatetik dan kebutuhan oksigen miokard, yang pada akhirnya menyebabkan
iskemia dan injury (Asgari & Soleimani, 2006).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan manajemen kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Untuk menggambarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan
TAVB
b. Tujuan Khusus
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien
dengan TAVB meliputi:
1) Melakukan pengkajian secara komprehensif baik fisik maupun
data penunjang
2) Merusmuskan diagnosa keperawatan dengan mengklasifikasikan
data berdasarkan data objektif dan data subjektif yang tepat, dan
menentukan prioritas diagnosis keperawatan
3) Menentukan tujuan keperawatan dan menetapkan kriteria
pencapaian tujuan
4) Merencanakan tindakan keperawatan / intervensi
5) Melaksanakan tindakan keperawatan / implementasi
6) Melakukan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan,
melakukuan tindakan asuhan keperawatan (follow up care) dengan
pendekatan SOAP (subjektif, objektif, analisa, dan planing)
7) Memodifikasi perencanaan keperawatan berdasarkan hasil
evaluasi
C. Manfaat
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Total AV blok (TAVB) atau juga disebut dengan Aterioventrikular blok
derajat 3 adalah gangguan dari sistem konduksi jantung dimana tidak ada
konduksi melalui nodus aterioventrikuler (AV node) (Budzikowski, Rottman,
2015).
Jadi, pada TAVB tidak ada konduksi sama sekali antara atrium dan
ventrikel. Atrium dan ventrikel masing-masing memiliki “beat” yang berdiri
sendiri dan tidak ada hubungan antara aktivitas atrium dan aktivitas ventrikuler
(Avdissociation) (Huff, 2012). Total AV blok merupakan keadaan gawat jantung
yang membutuhkan penanganan segera.
Namun terdapat tanda gejala yang kompleks dari masing masing stage total
AV blok yaitu:
a. Stage 1 biasanya belum muncul tanda dan gejala namun sudah dapat
dilihat gambaran EKG yang menunjukkan terlihat perpanjangan interval
P –R > 0,21 detik.
b. Stage 2 Biasanya asimtomatik, tetapi pada beberapa pasien, merasakan
kejanggalan dari detak jantung, presinkop, atau sinkop dapat terjadi; dapat
bermanifestasi pada pemeriksaan fisik sebagai bradikardia (terutama
Mobitz II) dan / atau ketidakteraturan denyut jantung (terutama Mobitz I
[Wenckebach])
c. Stage 3 sering dikaitkan dengan gejala seperti kelelahan, pusing, pusing,
presinkop, dan sinkop; terkait dengan bradikardia kecuali lokasi blok yang
terletak di bagian proksimal dari node atrioventrikular (AVN).
(Chirag M Sandesara, MD, FACC, 2014. Journal Of Cardiology.
Medscape).
16. STAGE AV BLOCK
a. AV blok derajat I: letak kelainan pada AV node dan pada EKG
terlihat perpanjangan interval P –R > 0,21 detik. Semua impuls
dihantarkan ke ventrikel. Kelainan ini sering terdapat pada usia lanjut.
Penyebab terbanyak adalah karena: Infark Miokard dan jenis Penyakit Jantung
Koroner lain, efek digitalis, ataupun karena psikologis.
Pada pemeriksaan fisik: terdengar bunyi jantung ekstra disela irama jantung
yang reguler. Frekuensi dapat terdengar sering atau jarang. Berdasarkan
frekuensi ini dapat ditentukan bigemini atau trigemini. Klasifikasi ES
umumnya pada ES ventrikel adalah sebagai berikut:
1. jumlahnya < 5/menit atau <30/jam
2. konsekutif
3. Fenomena R on T
4. Multifokal
5. Bigemini atau lebih
Kesemuanya ini sudah merupakan indikasi untuk pengobatan.
Pemeriksaan penunjang adalah EKG. Untuk pengamatan lama (24 atau
48 jam) dapat dilakukan dengan alat Holter Monitoring. Pengobatan: dengan
obat anti aritmia kelas I atau kelas III.
E. TANDA DAN GEJALA
Secara umum tanda dan gejala TAVB dapat dibedakan menjadi TAVB
asimptomatik dan simptomatik. Tanda dan gejala TAVB biasanya tergantung dengan
irama ventrikel yang muncul.
1. TAVB asimptomatik
a. Biasanya blok berada di AV node atau bundle his, memiliki irama ventrikel
antara 40-60x/menit, sehingga menghasilkan rate ventrikel yang relatif normal
dan akan membentuk kompleks QRS yang sempit.
b. Apabila irama ventrikel berada dalam rentang normal, pasien biasanya relatif
tidak menunjukkan gejala (asimptomatik), atau dengan simptom minor seperti
kelemahan fisik, letih, pusing, atau tidak toleran terhadap aktivitas.
2. TAVB simptomatik
a. Jika blok terjadi di berkas cabang (bundles branch), akan menghasilkan QRS
kompleks yang lebar dan irama ventrikel yang lebih rendah ( kurang dari
40x/menit).
b. Ketika irama ventrikel ekstrem lambat, maka akan terjadi penurunan cardiac
output dan muncul gejala-gejala TAVB simptomatik:
Stoke- Adam syncope (paling sering terjadi)
Hipotensi
Sesak napas
Gagal jantung
Nyeri dada
TAVB dapat secara cepat berubah menjadi ventricular stand still (asistole)
tanpa didahului oleh tanda peringatan sebelumnya. Maka penatalaksanaan segera
harus dilakukan pada pasien dengan TAVB simptomatik atau TAVB
asimptomatik tetapi dengan kompleks QRS yang lebar.
F. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan fisiologis pembentukan rangsang irama jantung bermula dari
SA node yang kemudian menyebar ke seluruh atrium dan diteruskan ke AV node.
Dari AV node impuls diteruskan ke his bundle kanan dan kiri sampai ke serabut
purkinye dan miokard ventrikel yang kemudian menimbulkan suatu mekanisme
kontraksi jantung.
Pada AV block total, SA node melepaskan impuls dan menyebar ke seluruh
atrium sehingga gelombang P terlihat pada EKG. Impuls ini tidak diteruskan ke
ventrikel karena dihambat / diblock secara total, tempat hambatan bisa di AV Node,
his bundle atau cabang berkas hiss. Bila blok terjadi di tingkat AV node, suatu pacu
penyelamat di junctional akan mengawali depolarisasi ventrikel dengan QRS sempit
dan frekuensi 40 – 60 X/menit, sedangkan bila blok terjadi di tingkat hiss
bundle/cabang berkas hiss, pacu penyelamat di ventirkel dengan konfigurasi
menyimpang (QRS lebar) dan frekuensi 20 – 40 X/menit. Pacu penyelamat ini bersifat
denyut ektopik sebagai pengambil alih pace maker. Pada saat terjadi TAVB dimana
frekuensi denyut jantung berkisar antara 20-60x/menit / bradikardi, maka akan terjadi
penurunan cardiac output. Saat cardiac output turun aliran darah pun akan melambat /
menurun. Sehingga menyebabkan fungsi jantung menjadi tidak adekuat, dan
menyebabkan aliran darah / perfusi ke organ- organ vital terganggu dan menjadikan
penurunan pada fungsi organ-organ vital tersebut.
G. PATWAY
Pathway Total atriumventrikular blok
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien
dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada
irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara
lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus
memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
c. Defibrilator kardioverter implantable
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia
ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai
dan memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
J. KOMPLIKASI
Komplikasi dan gejala sisa dari TAVB adalah:
1. Torsades de pointes
2. Adam’s stokes attack
3. Hipotensi
4. Cardiac failure
5. Syncope
K. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway : peningkatan sekret, suara nafas, terpasang alat bantu atau
tidak
2) Breathing : Adakah distress pernafasan, hipoksemia berat, retraksi otot
interkosta, dispnea, sesak nafas, takipnoe,bunyi whezing, hasil
laboratorium AGD, saturasi oksigen.
3) Circulation : Apakah ada takikardi,haluaran urin menurun, terjadi
penurunan TD, Bagaimana kapilery refill, sianosis
4) Disability : tingkat kesadaran, pemeriksaan head to toe.
5) Exposure : alat- alat yang terpasang di pasien.
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit
2) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
3) Riwayat sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
4) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
5) Kondisi psikososial
c. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun
berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembaban
kulit.
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,
hemoptisis.
8) Keamanan : demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Penurunan curah jantung
Fluid Management
1. Monitor status hidrasi ( membran mukus, tekanan ortostatik, keadekuatan
denyut nadi)
2. Monitor keakuratan intake dan output cairan
3. Monitor vital signs
4. Kolaborasi pemberian terapi IV
5. Kolaborasi pemberian medikasi
6. Batasi pemasukan cairan
Hipertermi
NOC: Thermoregulation
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam hipertermi teratasi
dengan kriteria hasil:
TTV dalam batas normal
NIC : Fever Treatment
1. Monitor suhu dan warna kulit
2. Monitor kehilangan cairan
3. Berikan antipiretik jika diperlukan
4. Monitor intake dan output
5. Berikan cairan IV
6. Berikan kompres dengan handuk
Risiko Infeksi
Philip I, Aaronson, Jeremy PTW. 2009. At a glance: sistem kardiovaskular. Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama.
Karo SK, Rohajoe AU, Sulistyo S, Kosasih A.2015.Buku panduan bantuan hidup
jantung lanjut: ACLS (Advanced cardiac life support). Jakarta: PERKI.