Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Ny. M DENGAN GIII P2002


DI RUANG VK
DI RSUD BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

DISUSUN OLEH :

Nama : Fransiska Fahrul Dianti


NIM : A3R22032
Prodi : Profesi Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA


TULUNGAGUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN Ny. M DENGAN KASUS
GIII P2002 DI RUANG VK
DI RSUD BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

DISUSUN OLEH :

Nama : Fransiska Fahrul Dianti


NIM : A3R22032
Prodi : Profesi Ners

Dosen Pembimbing, Pembimbing Ruangan,

Dewi Zuniawati S.Kep.,Ners.,M.Kes Sri Amah Amd., Keb


ABORTUS IMMINENS

A. DEFINISI

Abortus imminens adalah perdarahan pervagina yang terjadi pada awal


kehamilan diikuti nyeri perut seperti kram beberapa jam hingga beberapa hari
(Leveno, 2015)
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan, dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan (Padila, 2015)
Abortus imminens adalah ancaman keguguran dimana kondisi janin masih
sehat namun berisiko mengalami abortus yang sesungguhnya jika tidak ditangani
dengan baik. Abortus itu sendiri adalah pengeluaran hasil konsepsi (keguguran)
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasannya adalah usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada abortus
imminens hanya terjadi perdarahan dari vagina dan biasanya bisa mereda dengan
istirahat total (bed rest). Meskipun belum tentu berlanjut menjadi keguguran yang
sesungguhnya, namun pendarahan dapat mengancam kehidupan janin di dalam
kandungan. Perdarahan dari vagina yang terjadi selama trimester pertama kehamilan
(usia kehamilan kurang dari 12 minggu) sebenarnya suatu hal yang normal. Akan
tetapi dapat juga menjadi suatu pertanda bahwa adanya gangguan serius dalam
kehamilan (Slava V Gaufberg)

B. ETIOLOGI
Menurut (Padila, 2015) pada umumnya abortus imminens disebabkan oleh
kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma x.
2. Lingkungan sekitar tempat implatasi kurang sempurna.
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi.
4. Virus
5. Obat-obatan tembakau dan alkohol
6. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
7. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis,
8. Kelainan traktus genetalia, seperti serviks inkompetensi, retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C. KLASIFIKASI
Abortus dapat digolongkan atas dasar (Kemenkes RI. 2013):
a. Abortus Spontan
1. Abortus imminens
2. Abortus insipiens
3. Missed abortion
4. Abortus habitualis
5. Abortus infeksiosa & Septik
6. Abortus inkompletus
7. Abortus kompletus.
b. Abortus Provakatus (induced abortion)
1. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
2. Abortus Kriminalis
Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah.
1. Abortus Imminens
Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan dari:
 Terjadinya perdarahan melalui ostium uteri eksternum dalam jumlah
sedikit.
 Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali
 Uterus membesar, sesuai masa kehamilannya
 Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup
 Tes kehamilan (+).
2. Abortus Insipiens
Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri telah
membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Ciri dari jenis abortus ini
yaitu perdarahan pervaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering,
serviks terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin
kehamilan masih positif.
3. Abortus Inkomplet
Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus ini
dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Ciri
dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi, kanalis
servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.
4. Abortus Komplet
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan
pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi
dalam uterus.
5. Missed Abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8 minggu.
Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil biasanya tidak
diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi.
6. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut.
Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan
berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu.
7. Abortus Infeksius & Abortus Septik
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia bagian
atas termasuk endometritis atau parametritis. Abortus septik juga merupakan
komplikasi yang jarang terjadi akibat prosedur abortus yang aman. Abortus septik
adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1. Abortus Medisinalis
(abortus therapeutica) Abortus medisinalis adala abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis).
2. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Padila, 2015) keluhan umum pasien abortus imminens yaitu terlambat
haid atau aminore kurang dari 20 minggu, pada pemeriksaan fisik keadaan umum
tampak lemah atau kesadaran menurun. tekanan darah menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil. suhu tubuh normal atau meningkat, pendarahan pervagina,
mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi, rasa mulas atau kram perut
didaerah atas simpisis sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.

E. PATOFISIOLOGI
Proses abortus imminens biasanya berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya
berawal dari perdrahan pada desidua basialis yang menyebabkan nekrosis jaringan
diatasnya. Pada abortus immienes nekrosis yang terjadi tidak cukup dalam untuk
menimbulkan pelepasan hasil konsepsi dari dinding uterus. Namun jika tidak segera
ditangani, nekrosis dapat meluas hasil konseptus sehingga dapat berlanjut kepada
abortus inkomplet atau komplet. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu
villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap (Darma, 2015).

F. PATHWAY

Fisiologi Organ Faktor penyakit


Terganggu ibu / bapak

Abortus (mati janin <


16-28 mnggu/BB

Abortus Spontan

ABORTUS
IMMINENS

Perdarahan Nekrosis

Perdarahan Nyeri Gangguan Rasa


Abdomen Nyaman

Hipovlemi Kelemahan
Nyeri
akut

Kurang Intoleransi
pengetahuan Aktivitas

Cemas

Ansietas
G. PENCEGAHAN

1. Vitamin
Diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat
mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata
hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC)
Disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang
bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang
mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita
dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang
menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah
masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu penelitian menunjukkan,
kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak meningkatkan
risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan pasien.
Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat didentifi
kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis.5 Pada
penelitian Herbst, dkk. Ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua
kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Padila (2015) tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi pada
klien abortus imminens yaitu :
1. Istirahat tirah baring
2. Menganjurkan ibu hamil untuk tidak berhubungan seks dahulu selama 2
minggu,
3. Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegah infeksi
4. Pemberian terapi preabor, asam mefenamat dan asam folat, advis dokter
yaitu dengan pemberian progestron.
I. PENGKAJIAN
a. Identitas klien Identititas ini meliputi : nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh
petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi secara langsung dengan klien.
c. Alasan masuk Rumah Sakit Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien
datang yang berhubungan dengan Abortus imminens . Keluhan utama untuk
mengetahui masalah yang sedang dihadapi berkaitan dengan masa
kehamilan,misalnya ada pengeluaran darah dari jalan lahir, pada kasus abortus
biasa terjadi pengeluaran darah dari jalan lahir, badan terasa lemas, nyeri perut
dan penglihatan kunang-kunang.
d. Riwayat penyakit sekarang Ada tidaknya riwayat penyakit yang diderita
sekarang.
e. Riwayat penyakit dahulu Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, dan kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini.
f. Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah keluarga ada yang
menderita penyakit seperti asma, hepatitis, diabetes melitus derta penyakit
menular seperti TBC dan hepatitis.
g. Riwayat menstruasi Meliputi : haid pertama, siklus haid, lamanya haid, jumlah
darah yang keluar, pernahkan mengalami nyeri haid.
h. Riwayat pernikahan Untuk mengetahui status pernikahan, lamanya
pernikahan, menikah atau tidak menikah, berapa kali perkawinan dan berapa
jumlah anak yang dilahirkan.
i. Riwayat KB Kaji apakah pasien pernah mengikuti KB kontrasepsi, jenis
kontrasepsi, berapa lama pemakaian, rencana KB setelah kuret dan kontrasepsi
apa yang digunakan.
j. Riwayat kehamilan sekarang Untuk mengetahui selama masa kehamilan,
apakah ibu terdapat penyakit, dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut.

k. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)


1) Status generalis
 Keadaan umum : Setelah dilakukan kuret biasanya hasil yang
didapatkan sedang. Adapun tanda-tanda dari post kuret yaitu adanya
nyeri,dan lemas.
 Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, atau koma.
 Vital Sign
a) Tekanan darah, dilakukan pemeriksaan tekanan darah, sistolik 90-
130mmHg dan diastolik 70-90mmHg, tekanan darah pada abortus
normal atau menurun.
b) Suhu tubuh, normalnya 36,5º-37,5ºC.
c) Nadi, untuk mengetahui denyut nadi pasien dilakukan pemeriksaan,
normal nadi 60-100 x/ menit. Pada pasien yang mengalami
keguguran biasanya denyut nadi normal, cepat dan lambat. (Irianti,
2014)
d) Respirasi Rate, periksa frekuensi pernafasan yang dihitung dalam
menit, normalnya 16-24 x/ menit. Pada kasus abortus biasanya
didapatkan hasil pernapasan lebih lambat.
 Tinggi Badan Bila badan kurang dari 145 cm perlu diwaspadai
kemungkinan ibu mempunyai panggul yang sempit.
 Lingkar Lengan Atas Normal LILA pada ibu hamil 2,35cm, jika
kurang dari 2,35cm maka dianggap status gizi kurang.
 Pemeriksaan kepala Pemeriksaan kepala meliputi mata,hidung,mulut
dan gigi, leher,rambut
 Pemeriksaan dada Ada tidaknya nyeri dada, pergerakan pernapasan,
payudara membesar, areola ukuran lebih luas.
 Pemeriksaan abdomen Untuk mengetahui keadaan kontraksi
uterus,TFU
 Genetalia Meliputi kebersihan, raba kulit didaerah selakangan, pada
keadaan normal tidak teraba benjolan kelenjar.
 Ektremitas Untuk mengetahui apakah terdapat varises.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungana dengan agen pencedera fisiologis
3. Intolernsi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Ansietas berhubungana dengan kurang terpapar informasi

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ( D.0023 )
 Penyebab:
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
 Tanda Mayor
Subjektif:
( tidak tersedia )
Objektif:
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit
5. Turgor kulit menyempit
6. Membran mukosa kering
7. Voluem urin menurun
8. Hemtokrit meningkat
 Tanda Minor
Subjektif:
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus

Objektif:

1. Pengisian vena menurun


2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba

 Luaran Utama
Manajemen Hipovolemia
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Kekutaan nadi
2. Turgor kulit
3. Output urine
Menurun:
1. Dispnea
2. Edema perifer
Membaik:
1. Frekuensi nadi
2. Tekanan darah
3. Membrane mukosa
4. Jugular venous prresure
5. Kadar hb

 Intervensi Utama : Manajemen Hipovolemia (I.03116)


Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik :
3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan posisi modified Trendelenburg
5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk darah

2. Diagnosa : Nyeri Akut berhubungana dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)


 Penyebab :
Fisiologi

1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)


2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

 Tanda Mayor
Data Subjektif:
( Tidak tersedia )
Data Objektif:

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

 Tanda Minor
Data Subjektif
( Tidak Tersedia )
Data Objektif

1. Tekanan darah meningkat


2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

 Luaran Utama
1. Tingkat Nyeri
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Kemampuan menuuntskan aktivitas
Menurun:
1. Keluhan nyeri
2. Meringis
3. Sikap protektif
4. Gelisah
5. Kesulitan tidur
6. Muntah
7. Berfokus pada diri sendiri
Membaik:
1. Frekuensi nadi
2. Nafsu makan
 Intervensi Utama : Manajemen Nyeri (I.08238)
 Observsi

1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

 Terapeutik

10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
11. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

 Edukasi

14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi

19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


3. Diagnosa : Intoleransi aktivitas ( D.0056 )
 Penyebab:
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
 Tanda Mayor
Subjektif:
Mengeluh lelah
Objektif:
1. Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
 Tanda Minor
Subjektif:
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif:
1. Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Sianosis
 Luaran Utama
Toleransi aktivitas
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Frekuensi nadi
2. Kemudahan dalam beraktivitas sehari hari
3. Kekuatan tubuh bagian atas
4. Kekuatan tubuh bagian bawah
Menurun:
1. Keluhan lelah
2. Perasaan lemah
Membaik:
1. Tekanan darah
2. Frekuensi napas
 Intervensi Utama : Manajemen Energi
Observasi:
1. Identifikasi gangguan tubuuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
mis.cahaya,suara,kunjungan )
4. Lakukan latihan rentang gerak pasif / aktif
5. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Edukasi:
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan melakukan aktivitas bertahap
8. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurng
Kolaborasi:

9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

4. Diagnosa : Ansietas berhubungana dengan kurang terpapar informasi (D.0080)


 Penyebab:
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.

 Tanda Mayor
Subjektif:

1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.

Objektif:

1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur

 Tanda Minor
Subjektif:

1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya

Objektif:

1. Frekuensi napas meningkat.


2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremor
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.

 Luaran Utama
Tingkat Ansietas
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Verbalisasi kebingungan
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
3. Perilaku gelisah
4. Perilaku tegang
5. Keluhan pusing
6. Anorekisa
7. Palpitasi
8. Frekuensi pernapsan
9. Frekuensi nadi
10. Tekanan darah
11. Tremor
12. pucat
Membaik:
1. konsentrasi
2. pola tidur
3. perasaan keberdayaan
4. kontak mta
5. orientsasi
 Intervensi Utama : Reduksi Ansietas (I.09314)
Observasi:
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
6. Pahami situasi yang membuat ansietas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi:
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
13. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
14. Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
15. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
19. Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi:
20. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Leveno, Kenneth J. (2015). Manual komplikasi kehamilan Williams. Jakarta : EGC.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika

Darma, Gde Kiki Sanjaya. (2015). Laporan Kasus Abortus Imminens Juni 2015
Faktor Resiko, Patogenesis dan Penatalaksanaan. Diambil pada 07 Mei 2019 pukul
19.17 WIB dari website https://isainsmedis.id

PPNI ( 2016 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI ( 2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI ( 2018 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPN
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN Ny. M DENGAN GIII P2002
DI RUANG VK
DI RSUD BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

DISUSUN OLEH :

Nama : Demy Dio Alex Sandrea


NIM : A3R22014
Prodi : Profesi Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA


TULUNGAGUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN Ny. M DENGAN KASUS
GIII P2002 DI RUANG VK
DI RSUD BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

DISUSUN OLEH :

Nama : Demy Dio Alex Sandrea


NIM : A3R22014
Prodi : Profesi Ners

Dosen Pembimbing, Pembimbing Ruangan,

Dewi Zuniawati S.Kep.,Ners.,M.Kes Sri Amah Amd., Keb

Anda mungkin juga menyukai