Anda di halaman 1dari 23

1

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN KASUS GASTROENTERITIS AKUT
DI RUANG CEPAKA
DI RSUD MARDI WALUYO BLITAR

DISUSUN OLEH :

Nama : Demy Dio Alex Sandrea


NIM : A3R22014
Prodi : Profesi Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA


TULUNGAGUNG
2022/2023
2
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN KASUS GASTROENTERITIS AKUT
DI RUANG CEPAKA
DI RSUD MARDI WALUYO BLITAR

DISUSUN OLEH :

Nama : Demy Dio Alex Sandrea


NIM : A3R22014
Prodi : Profesi Ners

Dosen Pembimbing, Pembimbing Ruangan,

Shulhan Arief Hidayat , S.Kep, Ners., M.Kep Widya Dwi Pratiwi, S.Kep.Ners
NIDN. 07-1707-9203 NIP. 197906282006042015
3

GASTROENTERITIS AKUT

A. DEFINISI

Menurut WHO pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair


(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga
kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare. Begitu juga apabila buang air besar
dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan penyakit
diare
( Ratini, M. WebMD 2017 )
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air
besar dengan kondisi tinja yang encer atau berair. Diare umumnya terjadi akibat
mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit
( D’Amico, F., et al 2020 )
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi defekasi
(lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan
perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).

B. ETIOLOGI

Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):


a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-
Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.

C. MANIFESTASI KLINIS

Manisfestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsh (2013) ialah:


Berawal dari anak yang mulai gelisah, cengeng, demam, dan nafsu makan menurun. Muncul
gejala sering buang air besar dengan frekuensi sering, konsistensi tinja cair dan berwarna
4
kehiajauan karena bercampur empedu.
Bagian anus dan sekitarnya terlihat lecet hingga luka karena seringnya difekasi dan
tinja lebih asam karena banyaknya asam laktat.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
berat a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
ringan atau a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
sedang b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi, nasehati
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat ibu untuk penangan
dirumah dan kapan
kembali segera
Tanpa Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
dehidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

E. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):


a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus)
setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
5
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau
inflamasi
f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi
pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik
diabetik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
6

G. PATOFISIOLOGI

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya

karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya

mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus

dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi

perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus

dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis

bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus

akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan

elektrolit meningkat.

Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi

yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran

cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus

sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada

tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan peristaltic

yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian terjadi

diare.
7

H. PATHWAY

infeksi makanan Psikologi

Berkembang di Toksik tak Ansietas (D0080)


usus dapat diserap

Hipersekresi air & Hiperperistaltik


elektrolit Malabsorbsi
KH,Lemak,
Penyerapan makanan
Isi usus diusus menurun
Meningkatkan
tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare (D0020)

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat
Nafsu makan
menurun
Hilang cairan & elektrolit Gg Integritas Kulit
berlebihan (D0129)

Defisit Nutrisi (D0019)


Asidosis metabolik
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit
Sesak
Dehidrasi
Gangguan pertukaran gas (D0003)

Hipovolemia Risiko syok (D0039)


(0023)
Bagan 2.1 Patway Diare
Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI (2017)
8

H. PENCEGAHAN

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini.ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).Bayi harus disusui
secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari
kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang
disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula,
berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.
b. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa,
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran
untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
9

teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak


berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
3) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-
Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari
tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan
air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Ambil air dari sumber air yang bersih
2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak
4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
5)  Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
d. Mencuci Tangan
10

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang


penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak
dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
2) Bersihkan jamban secara teratur.
3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.Yang harus
diperhatikan oleh keluarga:
1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di
jangkau olehnya.
3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk
mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak
sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi
berumur 9 bulan.
11

2. Penyehatan Lingkungan
 Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
 Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah
dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila
tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan
akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
 Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus
dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan
menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan
penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria.
Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus
dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau
yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
12

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):


a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol
gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi
penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-
imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)),
defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi
atau diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
- obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal
30 mg
- klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
g. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
h. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk


mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat
catatan tentang respons kesehatan klien.
Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari
dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk menentukan strategi
perawatan. Dikenal dua jenis data pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif.
Perawat perlu memahami metode memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang
terdapat masalah yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu
didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
13

1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih
dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata
2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan lingkar kepala : 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
14

o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan
kelakuannya, cinta diri sendiri atau egoistik, mulai kenal dengan tubuhnya,
tugas utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan interpersonal,
bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk
mandiri (tak tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih.
15

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung


e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltik
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolik (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem Kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem Integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
16

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare
2. Hipovolemia
3. Defisit Nutrisi

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Diagnosa : Diare ( D.0020 )


 Penyebab :
Fisiologi
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. malabsorpsi
 Tanda Mayor
Data Subjektif:
( Tidak tersedia )
Data Objektif:
1. Defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair
 Tanda Minor
Data Subjektif
1. Urgency
2. Nyeri / kram abdomen
Data Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif
 Luaran Utama
1. Eliminasi fekal
 Luaran Tambahan
1. Fungsi gastrointestinal
17

2. Keseimbangan cairan
3. Keseimbangan elektrolit
4. Kontinensia fekal
5. Status cairan
6. Tingkat infeksi
7. Tingkat nyeri
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Kontrol pengeluaran feses
Menurun:
1. Distensi abdomen
2. Nyeri abdomen
3. Kram abdomen
Membaik:
1. Konsistensi feses
2. Frekuensi defekasi
3. Peristaltik usus
 Manajemen Diare
Observasi:
1. Identifikasi penyebab diare ( mis. Inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malasorpsi, ansietas, stress, efek obat –
obatan, pemberian botol susu)
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja )
4. Monitor tanda dan gejala hypovolemia ( mis. Takikardia, nadi teraba lemah,
tekanana darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB turun )
5. Monitor jumlah pengeluaran diare
6. Monitor keamanan peyiapan makanan
Terapeutik:
1. Berikan asupan cairan oral ( mis. Larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
2. Pasang jalur intravena
18

3. Berikan cairan intravena ( mis. Ringer asetat, ringer laktat) jika perlu
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkapdan elektrolit

Edukasi:
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas ( mis. Loperamide, difenoksilat )
2. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. Atapulgit, smektit, koalin-
pektin )
2) Diagnosa : Hipovolemi ( D.0023 )
 Penyebab :
5. Kehilangan cairan aktif
6. Kegagalan mekanisme regulasi
7. Peningkatan permeabilitas kapiler
8. Kekurangan intake cairan
9. Evaporasi
 Tanda Mayor
Data Subjektif:
( Tidak tersedia )
Data Objektif:
3. Frekuensi nadi meningkat
4. Nadi terasa lemah
5. Tekanan darah menurun
6. Tekanan nadi menyempit
7. Turgor kulit menurun
8. Membran mukosa kering
9. Volume urine menurun
10. Hematokrit meningkat
 Tanda Minor
Data Subjektif
3. Merasa lemah
19

4. Mengeluh haus
Data Objektif
3. Pengisian vena menurun
4. Status mental berubah
5. Suhu tubuh meningkat
6. Berat badan turun tiba – tiba
 Luaran Utama
1. Status cairan
 Luaran Tambahan
8. Kontrol resiko
9. Perfusi perifer
10. Status kenyamanan
11. Termoregulasi neonatus
12. Tingkat cidera
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Porsi makanan yang dihabiskan
2. Kekuatan otot mengunyah
3. Kekuatan otot menelan
4. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat
5. Pengetahuan tenatang pilihan minuman yang sehat
Menurun:
4. Nyeri abdomen
5. Diare
Membaik:
4. Berat badan
5. Nafsu makan
6. Frekuensi makan
7. Bising usus
 Manajemen Hipovolemia
Observasi:
7. Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
20

menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit


meningkat, haus, lemah)
8. Monitor Intake dan output cairan
Terapeutik:
5. Hitung kebutuhan cairan
6. Berikan posisi modified trendelenburg
7. Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
3. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:
3. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis. NaCI, RL )
4. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( mis. Glukosa 2,5%, NaCI
0,4%)
5. Kolaborasi pemberian produk darah.
3) Diagnosa : Defisit Nutrisi ( D.0019) )
 Penyebab:
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi ( mis. Finansial tidak mencukupi )
 Tanda Mayor
Subjektif:
( tidak tersedia )
Objektif:
1. berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
 Tanda Minor
Subjektif:
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram / nyeri abdomen
3. Napsu makan menurun
Objektif:
21

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot mengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Diare
 Luaran Utama
Status nutrisi
 Luaran Tambahan
1. Eliminasi fekal
2. Fungsi gastrointestinal
3. Nafsu makan
 Kriteria Hasil
Meningkat:
1. Porsi makanan yang dihabiskan
2. Pengetahaun tentang pilihan makanan yang sehat
3. Pengetahuan tentang minuman yang sehat
4. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan
Menurun:
1. Perasaan cepat kenyang
2. Nyeri abdomen
3. Diare
Membaik:
1. Frekuensi makan
2. Bising usus
3. Membran mukosa
 Intervensi Utama : Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi :
1) Identifikasi pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
2) Identifikasi makanan yang disukai klien
3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Terapeutik :
4) Berikan makanan selagi hangat
5) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Edukasi :
22

6) Anjurkan diet yang di programkan

Kolaborasi :
7) Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya (ahli gizi) untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrien yang dibutuhkan
23

DAFTAR PUSTAKA

Ratini, M, WebMD ( 2017 ). Digestive Disorder. Treatment for Diarrhea.


( https://www.webmd.com/digestive-disorders/understanding-diarrhea-treatment. )
D’Amico, F., et al. ( 2020 ). Diarrhea During COVID-19 Infection: Pathogenesis,
Epidemiology, Prevention, and Management. Clinical Gastroenterology and
Hepatology, 18(8), 1663-1672.
Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Huguera, V.Healthline ( 2016 ). What Causes Diarrhea?
( https://www.healthline.com/health/diarrhea/chronic-diarrhea )
(http://lpkeperawatan-diare-pada-anak.co.id/2013/12/laporan-pendahuluan-
diare.html#WW9EkDV7eH diakses tanggal 19 Juli 2017 pukul 16:00 WITA )
PPNI ( 2016 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI ( 2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI ( 2018 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai