OLEH:
A.ZULFIKRI.M
14220190009
CI INSTITUSI CI LAHAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE
2. Etiologi
Etiologi atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare yang
dikutip dari (Marlina, 2011) yaitu antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi Virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c) Investasi parasit: Cacing, Jamur (Candida Albicans).
2) Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan: Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: Rasa takut dan cemas
3. Klasifikasi
Pedoman dari Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada pasien diare berdasarkan klasifikasinya yang dikutip
dari (Nurarif & Kusuma, 2015) diantaranya:
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari BAB encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4) Demam
b. Diare Kronis
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dikutip dari (Nurarif & Kusuma,
2015):
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung (rencana terapi C)
c. Tidak bisa/malas
minum
d. Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
(>2 detik)
Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak cairan
a. Rewel, gelisah dengan makanan
b. Mata cekung untuk dehidrasi ringan
(rencana terapi B)
Dehidrasi sedang / ringan
c. Minum dengan lahap, b. Setelah rehidrasi,
haus nasehati ibu untuk
d. Cubitan kulit kembali penanganan di rumah
dengan lambat dan kapan kembali
segera
Tidak terdapat cukup tanda a. Berikan cairan dengan
untuk diklasifikasikan makanan, untuk
sebagai dehidrasi ringan menangani diare di
atau berat rumah (rencana terapi
A)
Tanpa dehidrasi
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik.
5. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
6. Pathways
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor Psikologi
karbohidrat, lemak, protein
DIARE
BB menurun
Kekurangan
volume cairan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik yang dapat mendukung
ditegakkannya diagnosis diare dikutip dari (Nurarif & Kusuma, 2015) antara
lain:
a. Pemeriksaan tinja, meliputi:
5) Makroskopis dan mikroskopis
6) pH dan kadar gula dalam tinja
7) biakan dan resistensi feses (colok dubur)
8) Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa (pernapasan kusmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan Posfat
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddarth (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit
penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi)
dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit
(limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
1) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg,
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3) antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
9. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
b. Keluhan Utama: BAB lebih dari 3 x
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-
5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14
hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga: Ada salah satu keluarga yang mengalami
diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan
gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
3) Perkembangan
a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
b) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
c) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul
dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
(1) berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
(2) Meniru membuat garis lurus (GH)
(3) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
(4) Melepasa pakaian sendiri (BM)
i. Pemeriksaan Fisik
a) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d) Mata : cekung, kering, sangat cekung
e) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik,
suhu meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada
daerah perianal.
i) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah
protes, putus asa, dan kemudian menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
d. Ansietas berhubungan perubahan dalam status kesehatan
3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Monitor status hidrasi 1) Mengevaluasi
tindakan keperawatan (kelembaban keadaan umum
selama 3 x 24 jam, membran mukosa, pasien
diharapkan cairan dan nadi adekuat, tekanan
elektrolit klien darah ortostatik), jika
seimbang dengan diperlukan.
kriteria hasil: 2) Dorong masukan oral 2) Mengoptimalkan
1) Turgor kulit elastis masukan oral
2) Intake dan output 3) Kolaborasikan 3) Memberikan suplai
cairan seimbang pemberian cairan cairan tubuh
3) Membrane mukosa intravena IV
lembab
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Kaji status nutrisi 1) Untuk menentukan
tindakan keperawatan pasien intervensi yang akan
selama 3 x 24 jam diberikan
diharapkan pemenuhan 2) Jaga kebersihan 2) Mulut yang bersih
kebutuhan nutrisi klien mulut, anjurkan untuk dapat meningkatkan
tercukupi dengan selalu melakukan oral nafsu makan
kriteria hasil: hygiene
1) Intake nutrisi 3) Anjurkan pasien 3) Makan sedikit demi
tercukupi makan sedikit tapi sedikit dapat
2) Asupan makanan sering meningkatkan
dan cairan intake nutrisi
tercukupi 4) Berikan informasi 4) Informasi yang
yang tepat terhadap diberikan dapat
pasien tentang memotivasi pasien
kebutuhan nutrisi untuk mrningkatkan
yang tepat dan sesuai intake nutrisi,
DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC.
Carpenitto, L. J. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 7.
Jakarta: EGC.
Markum, A. H. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Marlina, Lina. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. U Khususnya An. A
Dengan Masalah Diare Di Desa Kangkung Mranggen Demak, Undergraduate
Theses Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses tanggal 17 September
2018. <http://sasing.unimus.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-linamarlin-6268>
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction Publishing
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan
Anak. Jakarta : Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit. Jakarta: EGC.
Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
World Health Organization. 2009. Diarrhea: Why Children Are Dying And What Can
Be Done. Switzerland. Diakses tanggal 17 September 2018
<http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44174/1/9789241598415_eng.pdf