Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. “N” DENGAN GEA DI RUANG


KEPERAWATAN ANAK (TULIP) RSUD KOTA MAKASSAR

Oleh :

Ricky Saputra, S.Kep


NS0622091

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )
NIP : 19 08242007012018 NIDN.

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN
2023

BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Konsep Dasar
a. Definisi
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3x sehari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) , dengan atau tanpa darah atau
lendir.
Diare adalah suatu penyakit dimana tinja atau feses berubah
konsistensinya menjadi lembek atau cair dengan frekuensi lebih dari
normal. Sebenarnya diare merupakan salah ssatu mekanisme tubuh untuk
menegeluarkan racun yang bersumber dari makanan atau hasil metabolisme
kuman.
b. Etiologi
Diare sangat identik dengan penyakit yang disebabkan oleh
makanan.Misalnya, diare bisa muncul karena makanan basi, beracun, atau
alergi terhadap makanan.Selain itu, diare juga dapat disebabkan oleh
adanya gangguan penyerapan makanan, seperti karbohidrat (intoleransi
laktosa), lemak, dan protein. Diare pada anak juga dapat dipicu oleh
infeksi, baik berupa virus,bakteri,parasit, dan cacing perut. Selain itu, diare
juga bisa muncul karena adanya gangguan psikologis, seperti adanya rasa
takut dan cemas.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi
dalam beberap faktor yaitu :

1. Infeksi
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi : infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus,dll. Dan infeksi parasit: cacing
(ascaris,trichuris, ooxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomon as homunis) jamur (canida
albicous)
b. Infeksi parenteral
Ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media kaut
(OMA) tonsillitis/ tonsilofaringitis, bronkopeneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya.Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumr dibawah dua tahun.
2. Malaborbsi.
1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa)
serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa) Pada
anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
2) Lemak.
3) Protein.
3. Makanan, misalnya makanan basi, beracun dan alergi.
4. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.
(Idayanti & Umami, 2022)
c. Klasifikasi
1. Berdasarkan lamanya diare:
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
1) Diare sekresi (seceetory diarrhea)
2) Diare osmotic (osmotic diarrhea)
(Dwienda & Yuliana, 2014).
d. Patoflodiagram
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga
usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan
akhirnya timbullah diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Akan
tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari
peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri
yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare
juga.

Patogenesis diare akut

1. Masuknya mikroorganisme yang masih hidup ke dalam usus halus


setelah berhasil melewati rinangan asam lambung.
2. Mikroorganisme tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam
usus halus.
3. Dari mikroorganisme tersebutakan keluar toksin (toksin diaregenik).
4. Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
(Idayanti & Umami, 2022)
Patway , (Nurarif & Kusuma, 2015).

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air &


Hiperperistaltik Malabsorbsi KH,
elektrolit
lemak, protein

Isi usus Penyerapan makanan


diusus meneurun Tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB Asidosis metabolik


meningkat Gangguann
Sesak keseimbangan cairan
Kehilangan cairan & dan elektroilit
elektrolit vaskuler Gangguann
pertukaran gas Dehidrasi
Kulit perinial
Hipovolemia
Lama kontak dengan Saluran cerna
cairan dan bakteri terakumulasi toksin

Kulit lembab Terjadi anoreksi mual


dan muntah
Pertumbuhan bakteri
meningkat
Defisit nutrisi
Iritasi kulit

Gangguan
integritas kullit
e. Manifestasi klnik
1. Cengeng
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
4. Nafsu makan menurun
5. Tinja cair, lender kadang-kadang ada darahnya, lama-lama tinja bewatna
hijau dan asam
6. Anus lecet
7. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi voleme darah
berkurang nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turu
kesadaran menurun dan diakhiri dengan syok
8. Berat badan turun
9. Turgor kulit menurun
10. Mata dan ubun-ubun cekung
11. Selaput lender dan mulut serta mulut menjadi kering
(Dwienda & Yuliana, 2014)
Klasisifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare:

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan


Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup a. Beri cairan dan
tanda untuk makanan untuk
diklasifikasikan sebagai menangani diare di
dehidrasi ringan atau rumah (lihat rencana
berat terapi A)
b. Nasihati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari jika
tidak membaik
Dehidrasi ringan Terdapat dua atau lebih a. Beri anak cairan
atau dehidrasi tanda: dengan makanan
sedang a. Rewel, gelisah bentuk dehidrasi ringan
b. Mata cekung (lihat rencana terapi B
c. Minum dengan di bab dehidrasi)
lahap, haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit nasihati ibu untuk
kembali dengan penanganan di rumah
lambat dan kapan kembali
segera
Dehidrasi Terdapat dua atau lebih Beri cairan untuk diare
berat tanda: dengan dehidrasi berat
a. Letargis atau tidak (lihat rencana terapi C
sadar untuk diare di rumah sakit
b. Mata cekung di bab dehidrasi)
c. Tidak bisa minum
atau malas minum
d. Cubitan kulit perut
kembali sangat
lambat (> 2 detik)
(Nurarif & Kusuma, 2015).
f. Penatalaksanaan medic
Prinsip perawatan diare adalah:
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat - obatan
4. Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana . diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan / rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS
DIARE yaitu:
1) Dehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah Untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dapat . dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang bercdar di pasaran sudah oralit yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan carran Yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan penderita Gilare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI,
2011).
2) Diare tanpa dehidrasi
Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1-4 tahun : ½- 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun: 1-1½ gelas setiap kali anak mencret
3) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
4) Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam | pertama 75 ml/kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit sepert diare tanpa
dehidrasi.
5) Diare dengan dehidrasi berat
6) Penderita diare yang tidak dapat munum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di infus
Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang


diperlukan tiap BAB disediakan dirumah
<12 bulan 50-100 ml 400ml/ hr (2 bks)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800ml/hr (3-4
bks)
> 5 tahun 200-300 ml 800-100ml/hr (4-5
bks)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800ml/hr

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan


sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama
10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setap
2-3 menit. Pemberian cairan mi dilanjutkan sampai dengan diare
berhenti
7) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Orde
Syulhasr), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersckrcsi cpitcl usus. Cin juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan mortologi dont
terima keadaan diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
8) Teruskan pemberian ASI dan Makanan
9) Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada |, penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum
ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula
juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikari makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.
10) Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan 'pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan Oleh
parasit (amuba, giardia).
(Dwienda & Yuliana, 2014).
g. Komplikasi
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi :
1) Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB.
2) Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB.
3) Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan > 10-15% BB.
4) Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
2. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni
otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG.
3. Hipoglikemia.
4. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
5. Kejang.
6. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya
penderita mengalami kelaparan. (Idayanti & Umami, 2022)
BAB II

Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan
yang dilakukan oleh perawat untuk mempelajari keadaan pasien sebagai
langkah awal yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan klinik
keperawatan, dengan tujuan untuk menentukan data dasar tentang respon
klien terhadap masalah kesehatan atau penyakit dan kemampuan untuk
mengelola kebutuhan perawatan kesehatan (Febriana, 2017)
a. Teknik pengumpulan data terdiri dari dua macam
1. Anamnesis adalah tanya jawab atau komunikasi secara langsung
dengan pasien (Auto anamnesis) maupun tak langsung (Allo
anamnesis) dengan keluarganya untuk menggali informasi tentang
status kesehatan pasien. Komunikasi yang digunakan di sini adalah
komunikasi terapeutik yaitu suatu pola hubungan interpersonal antara
pasien dan perawat yang bertujuan untuk menggali informasi
mengenai status kesehatan pasien dan membantu menyelesaikan
masalah yang terjadi. (Edulitera, 2019)
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan terbagi atas dua macam :
1) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi : yaitu pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat.
Inspeksi digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik
b) Palpasi adalah suatu bentuk pemeriksaan dengan cara perabaan.
Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif untuk
merasakan adanya suatu perubahan yang terjadi pada tubuh
palpasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang.
Temperatur, turgor, bentuk dan ukuran massa, kelembaban,
vibrasi dan tekstur
c) Perkusi metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. tujuannya
adalah menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan
cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan
yang diberikan ke bawah jaringan, dengan perkusi kita bedakan
apa yang ada di bawah jaringan ( udara, cairan atau zat padat )
d) Auskultasi merupakan metode pemeriksaan dengan cara
mendengar yang dibantu dengan stetoskop, tujuannya untuk
mendengarkan bunyi jantung, suara nafas, bunyi usus, denyut
jantung janin, mengukur tekanan darah
(Edulitera, 2019)
2) Pemriksaan penunjang Penunjang
Dilakukan sesuai dengan indikasi contoh : pemeriksaan darah
lengkap (Edulitera, 2019)

B. DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klient individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang kaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016).
1. Diare
2. Hipovolemia
3. Gangguan integritas kulit
4. Defisit nutrisi
5. Resiko ketidakseimbangan cairan & elektrolit
C. INTERVENSI
Menurut (PPNI, 2018)

N Diagnosis Rencana tindakan keperawatan


o Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. Diare Tujuan : Manajemen Diare
Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi
tindakan keperawatan penyebab diare
selama 3x24 jam  Monitor warna ,
diharapkan masalah volume,
keperawatan diare dapat frekuensi, dan
di selesaikan konsitensi tinja
 Monitor jumlah
Kriteria hasil :
pengeluaran feses
- Fases berbentuk
Terapeutik
- BAB sehari sekali
 Berikan
- Menjaga
asupan
daerahsekitar rektal
cairan oral
dari iritasi
 Pasang jalur
- Tidak mengalami
intravena
diare
 Berikan
cairan
intravena
Edukasi
 Anjurkan makanan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap
 Anjurkan
menghindari
makanan
mengandung laktosa
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
3. Hipovolemia Tujuan : Manajemen Hipovolemia
Observasi
Setelah dilakukan  Periksa tanda dan
tindakan keperawatan gejala hipovolemia
selama 3x24 jam Terapeutik
diharapkan masalah  Hitung kebutuhan
keperawatan cairan
hipovolemia dapat di  Berikan asupan
selesaikan caiaran oral
pengeluaran diare
Kriteria hasil :
Edukasi
- Nadi, irama jantung,
 Jelaskan tujuan
frekuensi nafas
pemantauan irama
dalam batas normal
jantung
- Mata tidak cekung
 Berikan informasi
- Tidak terdapat
terkait Hipovolemia
demam

Kolaborasi
 Pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL)

4. Gangguan Tujuan : Perawatan integritas kulit


Observasi
integritas kulit
Setelah dilakukan  Identifikasi
tindakan keperawatan
penyebab
selama 3x24 jam
gangguan
diharapkan masalah
integritas kulit
keperawatan gangguan
 Hindari produk
integritas kulit dapat di
berbahan dasar
selesaikan
alcohol pada kulit
kering.
Kriteria hasil :
- Tidak terdapat
luka/lesi pada kulit
- Mampu Terapeutik

mempertahankan  Jelaskan tujuan

- kelembaban kulit proses

dan perawatan alami pemantuan


integritas kulit

Edukasi

 Anjurkan
meningkatkan
asupan
pemberian nutrisi
Kolaborasi
 Pemberian
analgetik, jika
perlu
5. Defisit Nutrisi Tujuan : Pemantauan nutrisi
Observasi

Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor yang


tindakan keperawatan mempengaruhi asupan
selama 3x24 jam gizi
diharapkan masalah 2. Identifkasi perubahan
keperawatan defisit
berat badan
nutrisi dapat di
3. Identifikasi kelainan
selesaikan
pada eliminasi (mis.
diare, darah, lendir)
Kriteria hasil :
4. Monitor mual dan
- Terjadi peningkatan
muntah
berat badan
5. Monitor asupan oral
- Mampu
Terapeutik
mengidentifikasi
1. Monitor mual dan
kebutuhan nutrisi
muntah
- Tidak terdapat tanda
2. Monitor asupan oral
malnutrisi
3. Timbang berat badan
- Tidak terjadi
4. Ukur antropometrik
penurunan berat
(mis. IMT, pengukuran
badan
Edukasi
1. Berikan penjelasan
terkait nutrisi yang baik
2. Informasikan hasil
pemantuan pada
keluarga
Kolaborasi
1. Kolaborasi gizi
2. Lakukan pemantuan
nutrisi

6. Resiko Tujuan : Observasi


1. Identifikasi
ketidakseimbanga
kemungkinan
n cairan & Setelah dilakukan penyebab
tindakan keperawatan ketidakseimbangan
elektrolit
elektrolit
selama 3x24 jam 2. Monitor
diharapkan masalah mual,muntah dan
diare
keperawatan Resiko
3. Monitor kehilangan
ketidakseimbnagan cairan
Terapeutik
cairan dan elektrolit
1. Atur interval waktu
dapat di selesaikan, pemantauan sesuia
dengan kondisi
dengan :
pasien
Kriteria hasil : 2. Dokumentasi hasil
pemantauan
- Asupan cairan
Edukasi
meningkat 1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
- Membran
pemantauan
mukosa 2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
membaik
perlu
- Turgor kulit Kolaborasi
membaik

D. DISCHARGE PLANNING
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan
minuman (misal oralit)
2. Ajarkan mengenai tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata cekung, turu agar
kulit tidak elastis, membran mukosa kering) Dan segera dibawa ke dokter
3. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya
4. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan
gangguan gizi yang terjadi
5. Banyak minum air
6. Hindari konsumsi minuman bersoda atau minuman ringan yang banyak
mengandung glukosa karena glukosa atau gula dapat menyebabkan air
terserap ke usus sehingga memperberat kondisi diare
7. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali sesudah
buang air besar atau kecil dan sebelumnya menyiapkan makanan untuk
mencegah penularan diare
8. Hindari produk susu dan makanan berlemak tinggi serat atau sangat manis
hingga gejala diare membaik
(Nurarif & Kusuma, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ballsy, D. H. et al. (2021). Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. (A. Karim,


Ed.) (Pertama). Yayasan Kita Menulis.

Dwienda, O., & Yuliana, R. (2014). Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita dan
anak prasekolah untuk para bidan. (G. Pangestu, Ed.) (Pertama).
Yogyakarta: Deepublish.

Edulitera. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Pertama). Malang: PT


Literindo Berkah Karya.

Febriana, D. V. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. (Nutt, Ed.). Yogyakarta: PT


Anak Hebat Indonesia.

Idayanti, T., & Umami, S. F. (2022). Asuhan neonatus, bayi dan balita untuk
mahasiswa kebidanan. (Risnawati, Ed.) (Pertama). Yogyakarta: Rizmedia
putaka Indonesia.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. (B. & O. Yudha, Ed.) (pertama).
Yogyakarta: Mediaction.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).


jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(edisii 1). jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai