Oleh :
1906.14901.268
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
DI SETUJUI OLEH
A. Definisi
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Hidayat , 2016).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air
besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
persisten terjadi selama kurang lebih 14 hari.
B. Klasifikasi
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
2. Diare yang berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
C. Etiologi
Terdapat 3 klasifikasi dalam etiologi diare pada anak
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun
adanya infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli
dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile
dapat diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis)
yang paling sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus
urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan,
antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome,
enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut
ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi,
penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi
atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak
tepat. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan juga dapat menyebabkan diare dan menggunakan botol susu
yang kurang bersih.
D. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis, somnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovolemik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam / kusmaul.
E. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan
kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan
usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh
gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis,
misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui
stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang
ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab
diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2017).
Isi usus
Penyerapan makanan di
usus
Diare
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan kulit
cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis
mengarahkan dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah
bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak
spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C.
Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin,
bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja.
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2010).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber
non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25
kg
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas
kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa
data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik.
Konsep dasar keperawatan anak meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas orang tua
c. Identitas saudara kandung
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
(Khusus anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
2. Natal
3. Post natal
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
7. Riwayat psichososial
a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah
c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
d. Hubungan antara anggota keluarga
e. Pengasuh anak
8. Riwayat spritural
a. Support system dalam keluarga
b. Kegiatan keagamaan
9. Reaksi hipotalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Pemahan anak tentang sakit dan rawat inap
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
b. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
c. Eliminasi
1. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
2. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
d. Istirahat / tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
e. Olahraga
f. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
g. Aktivitas / mobilitas fisik
Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan
bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada penderita diare adalah :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Kerusakan integritas kulit b/d ekspresi / BAB sering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhv penurunan
intake makanan
4. Diare b/d proses infeksi, inflamasi diusus
5. Resiko syok (hipovolemi) b/d kehilangan cairan dan elektrolit
C. RENCANA KEPERAWATAN
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
2. Monitor tingkat HB dan hematokrit
3. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
4. Monitor berat badan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition management
dari kebutuhan tubuh berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan intake makanan yang tidak nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria 2. Pertahankan pasien untuk intake IV
adekuat (00002). hasil: 3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
4. Berikan informasi tentang kebutuhan
badan
nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Menunjukan peningkatan fungsi
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
pengecapan dari menelan
yang dibutuhkan pasien
- Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti Nutrition Monitoring
1. Monitor adanya penurunan berat
badan
2. Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
3. Monitor turgor kulit, pucat,
kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
4. Monitor kadar albumin, total protein,
HB, dan kadar HT
3 Diare berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan Diarhea Management
infeksi dan parasit selama 1 x 24 jam diharapkan diare pasien 1. Evaluasi efek samping pengobatan
terhadap gastrointestinal.
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Evaluasi intake dan output
3. Identifikasi faktor penyebab diare
- Feses berbentuk, BAB sehari sekali-tiga
4. Monitor tanda dan gejala diare
hari
5. Monitor persiapan makan yang aman.
- Menjaga daerah sekitar resital dari iritasi
6. Berikan oralit sebagai pertolongan
- Tidak mengalami diare
pertama
- Mempertahankan turgor kulit
7. Pertahankan kebersihan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2017. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike
Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta :
Erlangga.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction
Publishing.