Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GASTROENTERITIS DISEASE (GED) DI RUANG PERISTI BAYI


RSUD SIDOARJO

Disusun untuk memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Anak di RSUD Kabupaten Sidoarjo

Oleh :

Rismilah Mazidatul Kholilah

1906.14901.268

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GASTROENTERITIS DISEASE (GED) DI RUANG PERISTI BAYI

Sidoarjo, Februari 2020

Disusun Oleh :

Rismilah Mazidatul Kholilah


1906.14901.268

DI SETUJUI OLEH

Pembimbing Institusi Pembimbing lahan

Ika Arum, S.Kep., Ners., M.Biomed ( )


TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Hidayat , 2016).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air
besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
persisten terjadi selama kurang lebih 14 hari.

B. Klasifikasi
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
2. Diare yang berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

C. Etiologi
Terdapat 3 klasifikasi dalam etiologi diare pada anak
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun
adanya infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli
dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile
dapat diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis)
yang paling sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus
urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan,
antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome,
enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut
ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi,
penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi
atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak
tepat. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan juga dapat menyebabkan diare dan menggunakan botol susu
yang kurang bersih.

D. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis, somnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovolemik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam / kusmaul.

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan


Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
berat a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
e. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan
berat badan 5-10%
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
ringan atau a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
sedang b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit kembali dengan nasehati ibu untuk
lambat penangan dirumah dan
e. Dehidrasi ringan bila terjadi kapan kembali segera
penurunan berat badan 2,5-5%.
Tanpa Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
dehidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dan bila terjadi penurunan dirumah
berat badan 2,5%. b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

E. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan
kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan
usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh
gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis,
misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui
stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang
ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab
diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2017).

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak


yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang
dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit
dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan
yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik
dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
F. Pathway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air &


elektrolit
Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di
usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan

Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan kulit
cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)
G. Komplikasi
1.    Dehidrasi
2.    Syok hipovolemik
3.    Kejang
4.    Bakterimia
5.    Malnutrisi
6.    Hipoglikemia
7.    Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis
mengarahkan dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah
bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak
spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C.
Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin,
bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja.

Menurut (Rubebsten dkk, 2017) jika merupakan episode akut tunggal


dan belum mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan
berikut:

a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah


untuk Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila
ada riwayat perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit
(ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter,
Clostridium difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau
kangkaer (atau kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai
diasnostik.
2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan
prioritas diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED,
biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin
serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk
penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja : hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi
pankras, sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan
penyakit seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah
lebih menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras
karena, bahkan ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa
ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya kolistik limfositik, kolitis
kolagenosa).

I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2010).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber
non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah
bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia
dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl
isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan
cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan

<3 < 1 bln 150 125 25 300

3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250

10-15 2-5 thn 100 080 25 205

15-25 5-10 thn 080 025 25 130

Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.

NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan,


pernapasan

CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah


yang terus menerus.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :


Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24
jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

- Untuk bayi berat badan lahir rendah


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.

- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15


tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25
kg

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15


tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15


tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas
kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa
data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik.
Konsep dasar keperawatan anak meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas orang tua
c. Identitas saudara kandung
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
(Khusus anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
2. Natal
3. Post natal
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
7. Riwayat psichososial
a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah
c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
d. Hubungan antara anggota keluarga
e. Pengasuh anak
8. Riwayat spritural
a. Support system dalam keluarga
b. Kegiatan keagamaan
9. Reaksi hipotalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Pemahan anak tentang sakit dan rawat inap
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
b. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
c. Eliminasi
1. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
2. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
d. Istirahat / tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
e. Olahraga
f. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
g. Aktivitas / mobilitas fisik
Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan
bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada penderita diare adalah :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Kerusakan integritas kulit b/d ekspresi / BAB sering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhv penurunan
intake makanan
4. Diare b/d proses infeksi, inflamasi diusus
5. Resiko syok (hipovolemi) b/d kehilangan cairan dan elektrolit
C. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluide management


berhubungan dengan kehilangan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Catat intake dan output yang akurat
cairan aktif (00027). cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
dapat teratasi dengan kriteria hasil: membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan ortostatik), jika diperlukan
- Input dan output cairan elektrolit
3. Monitor vital sign
seimbang.
4. Kolaborasikan cairan IV
- Menunjukkan membran mukosa lembab
5. Monitor status nutrisi
dan turgor jaringan normal.
6. Dorong masukan oral
7. Kolaborasi dengan dokter.

Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
2. Monitor tingkat HB dan hematokrit
3. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
4. Monitor berat badan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition management
dari kebutuhan tubuh berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan intake makanan yang tidak nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria 2. Pertahankan pasien untuk intake IV
adekuat (00002). hasil: 3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
4. Berikan informasi tentang kebutuhan
badan
nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Menunjukan peningkatan fungsi
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
pengecapan dari menelan
yang dibutuhkan pasien
- Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti Nutrition Monitoring
1. Monitor adanya penurunan berat
badan
2. Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
3. Monitor turgor kulit, pucat,
kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
4. Monitor kadar albumin, total protein,
HB, dan kadar HT
3 Diare berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan Diarhea Management
infeksi dan parasit selama 1 x 24 jam diharapkan diare pasien 1. Evaluasi efek samping pengobatan
terhadap gastrointestinal.
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Evaluasi intake dan output
3. Identifikasi faktor penyebab diare
- Feses berbentuk, BAB sehari sekali-tiga
4. Monitor tanda dan gejala diare
hari
5. Monitor persiapan makan yang aman.
- Menjaga daerah sekitar resital dari iritasi
6. Berikan oralit sebagai pertolongan
- Tidak mengalami diare
pertama
- Mempertahankan turgor kulit
7. Pertahankan kebersihan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2010. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk


Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2017. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike
Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) &


Nursing Outcomes Clasifications (NOC).

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta :
Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2018. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai