Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN BROCHIOLITIS DI RUANG TERATAI ATAS


RSUD SIDOARJO

Disusun untuk memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi


Ners Departemen Keperawatan Anak di RSUD Kabupaten Sidoarjo

Oleh :
Rismilah Mazidatul Kholilah
1906.14901.268

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN BRONCHIOLITIS DI RUANG TERATAI ATAS
Sidoarjo, Maret 2020

Disusun Oleh :

Rismilah Mazidatul Kholilah


1906.14901.268

DI SETUJUI OLEH

Pembimbing Institusi Pembimbing lahan

Ika Arum, S.Kep., Ners., M.Biomed ( )


A. PENGERTIAN

Bronchiolitis adalah infeksi pada saluran nafas yang menyebabkan


inflamasi dan penyumbatan pada bronkiolus. Bronchiolitis biasa dialami oleh
bayi sampai anak anak usia 2 tahun kebawah. Bronchiolitis atau biasa juga
disebut Bronkitis biasanya merupakan infeksi primer virus sebagai komplikasi
dari penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak atau rubela. infeksi
sekunder merupakan akibat bakteri, yang umumnya bakteri haemophilus
influezae atau streptococcus pnemoniae. kelenjar mukus bronkial mengalami
hipertrofi akibat asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan
keluhan pasien satu-satunya adalah batuk produktif serta sputum yang terjadi
sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut (Hinchliff, sue 2019).

Jadi bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran


udara kecil dalam paru-paru). Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus
yang banyak dan beberapa perubahan pada saluran pernafasan.

B. KLASIFIKASI

1. Bronchitis akut merupakan suatu perandangan dari bronchiole,


bronchus, dan trakea oleh berbagai sebab dan mendadak atau tiba-tiba
berlangsung sementara.

2. Bronchitis kronis merupakan suatu sindrom dimana terdapat batuk kronis


produktif selama paling sedikit 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi
berulang kali dalam jangka 2 tahun

C. ETIOLOGI

Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,


Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan
coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang
menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumonia. Penyebab lain
dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus,
pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh
parasit seperti askariasis dan jamur.

Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau
kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca,
alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan
terjadinya bronchitis.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda toksemi      : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak


keringat “Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.

2. Tanda iritasi          : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret,


rasa sakit dibawah sternum

3. Tanda obstruksi    : Sesak nafas, rasa mau muntah.

Gejala bronkitis berupa:


- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
- Lelah
- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
- Pipi tampak kemerahan
- Sakit kepala

E. PATHOFISIOLOGI

Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan
hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/
bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan
perlawanan. Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi
lendir dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus    menerus menyebabkan
kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi
semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi
silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan
pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat
mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi
perubahan fungsi bakteri. Penyempitan bronkhial lebih lanjut  dapat
terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya
dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan
mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis.
F. PATHWAY

Virus/ bakteri memasuki tubuh


(bakterimia/ viremia)

Alergen

Aktivasi IG.E

Peningkatan pelepasan
histamin

Edema mukosa sel


Resiko infeksi goblet memproduksi Demam
mukus

Batuk kering, setelah 2-3 Hipertermia


Ketidakefektifan batuk mulai berdahak dan
bersihan jalan nafas timbul lendir.
Malaise

Mungkin dahak
berwarna kuning Nutrisi kurang dari
(infeksi sekunder) kebutuhan

Perubahan pola nafas Peningkatan frekwensi


pernafasan

Penggunaan otot-otot
bantu pernafasan.

Nyeri akut
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada


peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis
paru. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian

- Lapisan teratas agak keruh

- Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)

- Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak (celluler debris).

2. Pemeriksaan fungsi paru

Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai


suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa
normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter
udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal
seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru
diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri. Udara yang keluar
dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500
ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa
70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke
bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam
proses pertukaran gas.

3. Analisa gas darah

Fungsinya untuk mendeteksi komplikasi infeksi dan pembiakan dahak untuk


menemukan bakteri penyebabnya.
4. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat


progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun. (manurung, 2008 )

H. PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan

Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari
serta dengan memanipulasi  lingkungan  di sekitar pasien dengan uap
panas atau dengan kabut dingin. Fungsinya adalah untuk membantu 
mengencerkan dahak.

2. Medis.

Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat khusus,
anti biotik tidak ada gunanya. Banyak minum terutama air buah
sangat memadahi. Obat penekan batuk tidak boleh di berikan pada
batuk yang berlendir.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Primer
1) Airway

Kaji kesulitan bernafas, kemungkinan terjadi crakles, ronchi, dan suara


nafas bronkhial pada pasien

2) Breathing

Perhatikan adanya retraksi intercosta, pernafasan cepat dan dangkal,


mungkin pula terjadi crakles, ronchi (jika terdapat sumbatan cairan),
dan suara nafas bronchial, penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi
dada.

3) Circulation

Perhatikan adanya sianosis, tacicardia, tacipnea, hipotensi (pada


stadium lanjut/shock).
4) Disability

Kaji tingkat kesadaran pasien (GCS), pergerakan bola mata, dan


reaksi pupil, fungsi motorik & sensorik.

b. Pemeriksaan fisik
1) Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
c) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
d) .Edema
e) Edema periorbital
3) Jari dan kuku
a) Sianosis
b) Clubbing finger
4) Mulut dan bibir
a) Membrane mukosa sianosis
b) Bernafas dengan mengerutkan mulut
5) Hidung
a) Pernapasan dengan cuping hidung
b) Vena leher : adanya distensi/bendungan
6) Dada
a) Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan
c) Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran /rongga pernafasan)
d) Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e) Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction
rub, /pleural friction)
f) Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
7) Pola pernafasan
a) Pernafasan normal (eupnea)
b) Pernafasan cepat (tacypnea)
c) Pernafasan lambat (bradypnea)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan peningkatan produksi sekret.

2. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus

3. Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d


malaise,  anoreksia, mual muntah..

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO CRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif   Respiratory status : Airway suction
Ventilation   Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan  Respiratory status : tracheal suctioning
untuk membersihkan Airway patency    Auskultasi suara nafas sebelum
sekresi atau obstruksi dari  Aspiration Control dan sesudah suctioning.
saluran pernafasan untuk   Informasikan pada klien dan
mempertahankan Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
kebersihan jalan nafas.   Mendemonstrasikan   Minta klien nafas dalam sebelum
batuk efektif dansuction dilakukan.
Batasan Karakteristik : suara nafas yang
  Berikan O2 dengan
        Dispneu, Penurunanbersih, tidak adamenggunakan nasal untuk
suara nafas sianosis dan dyspneumemfasilitasi suksion
        Orthopneu (mampu nasotrakeal
        Cyanosis mengeluarkan   Gunakan alat yang steril sitiap
        Kelainan suara nafassputum, mampumelakukan tindakan
(rales, wheezing) bernafas dengan
  Anjurkan pasien untuk istirahat
        Kesulitan berbicara mudah, tidak adadan napas dalam setelah kateter
        Batuk, tidak efekotifpursed lips) dikeluarkan dari nasotrakeal
atau tidak ada   Menunjukkan jalan
  Monitor status oksigen pasien
        Mata melebar nafas yang paten
  Ajarkan keluarga bagaimana
        Produksi sputum (klien tidak merasacara melakukan suksion
        Gelisah tercekik, irama nafas,
  Hentikan suksion dan berikan
        Perubahan frekuensifrekuensi pernafasanoksigen apabila pasien
dan irama nafas dalam rentangmenunjukkan bradikardi,
normal, tidak adapeningkatan saturasi O2, dll.
Faktor-faktor yangsuara nafas
berhubungan: abnormal) Airway Management
        Lingkungan : merokok,
  Mampu          Buka jalan nafas, guanakan
menghirup asap rokok,mengidentifikasikan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perokok pasif-POK, infeksi dan mencegah factorperlu
        Fisiologis : disfungsiyang dapat
         Posisikan pasien untuk
neuromuskular, hiperplasiamenghambat jalanmemaksimalkan ventilasi
dinding bronkus, alerginafas        Identifikasi pasien perlunya
jalan nafas, asma. pemasangan alat jalan nafas
        Obstruksi jalan nafas : buatan
spasme jalan nafas,        Pasang mayo bila perlu
sekresi tertahan,        Lakukan fisioterapi dada jika
banyaknya mukus, adanya perlu
jalan nafas buatan, sekresi        Keluarkan sekret dengan
bronkus, adanya eksudat batuk atau suction
di alveolus, adanya benda        Auskultasi suara nafas, catat
asing di jalan nafas. adanya suara tambahan
       Lakukan suction pada mayo
       Berikan bronkodilator bila
perlu
       Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
         Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
         Monitor respirasi dan status
O2
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
  Respiratory status : Airway Management
Definisi : Pertukaran udara Ventilation          Buka jalan nafas, guanakan
inspirasi dan/atau ekspirasi
  Respiratory status :teknik chin lift atau jaw thrust bila
tidak adekuat Airway patency perlu
  Vital sign Status          Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
-    Penurunan tekanan   Mendemonstrasikan          Identifikasi pasien perlunya
inspirasi/ekspirasi batuk efektif danpemasangan alat jalan nafas
-    Penurunan pertukaran suara nafas yangbuatan
udara per menit bersih, tidak          Pasang mayo bila perlu
ada
-    Menggunakan otot sianosis dan dyspneu
         Lakukan fisioterapi dada jika
pernafasan tambahan (mampu perlu
-    Nasal flaring mengeluarkan          Keluarkan sekret dengan
-    Dyspnea sputum, mampubatuk atau suction
-    Orthopnea bernafas dengan
         Auskultasi suara nafas, catat
-    Perubahan mudah, tidak adaadanya suara tambahan
penyimpangan dada pursed lips)          Lakukan suction pada mayo
-    Nafas pendek   Menunjukkan jalan
         Berikan bronkodilator bila
-    Assumption of 3-point nafas yang patenperlu
position (klien tidak merasa
         Berikan pelembab udara
-    Pernafasan pursed-lip tercekik, irama nafas,Kassa basah NaCl Lembab
-    Tahap ekspirasi frekuensi pernafasan
         Atur intake untuk cairan
berlangsung sangat lama dalam rentangmengoptimalkan keseimbangan.
-    Peningkatan diameter normal, tidak ada
         Monitor respirasi dan status
anterior-posterior suara nafasO2
-    Pernafasan rata- abnormal)
rata/minimal   Tanda Tanda vitalTerapi Oksigen
  Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang normal
  Bersihkan mulut, hidung dan
  Usia 1-4 : < 20 atau > 30 (tekanan darah, nadi,secret trakea
  Usia 5-14 : < 14 atau > 25 pernafasan)   Pertahankan jalan nafas yang
  Usia > 14 : < 11 atau > 24 paten
-    Kedalaman pernafasan   Atur peralatan oksigenasi
  Dewasa volume tidalnya   Monitor aliran oksigen
500 ml saat istirahat   Pertahankan posisi pasien
  Bayi volume tidalnya 6-8   Onservasi adanya tanda tanda
ml/Kg hipoventilasi
-    Timing rasio   Monitor adanya kecemasan
-    Penurunan kapasitas vital pasien terhadap oksigenasi

Faktor yang berhubungan :


        Hiperventilasi Vital sign Monitoring
        Deformitas tulang  Monitor TD, nadi, suhu,
        Kelainan bentuk dan RR
dinding dada  Catat adanya fluktuasi
        Penurunan tekanan darah
energi/kelelahan  Monitor VS saat pasien
        Perusakan/pelemahan berbaring, duduk, atau berdiri
muskulo-skeletal  Auskultasi TD pada
        Obesitas kedua lengan dan bandingkan
        Posisi tubuh  Monitor TD, nadi, RR,
        Kelelahan otot sebelum, selama, dan setelah
pernafasan aktivitas
        Hipoventilasi sindrom  Monitor kualitas dari nadi
        Nyeri  Monitor frekuensi dan
        Kecemasan irama pernapasan
        Disfungsi  Monitor suara paru
Neuromuskuler  Monitor pola pernapasan
        Kerusakan abnormal
persepsi/kognitif  Monitor suhu, warna, dan
        Perlukaan pada kelembaban kulit
jaringan syaraf tulang  Monitor sianosis perifer
belakang  Monitor adanya cushing
        Imaturitas Neurologis triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.
5. EVALUASI

Dari hasil intervensi diatas, evaluasi yang diharapkan :


a. Jalan nafas bersih, suara nafas bersih
b. Suhu tubuh normal (36 0C) atau terkontrol.
c. Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
d. Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
optimal.
e. Kebutuhan cairan terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Junadi, Purnawan, dkk.2012. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.

Manurung, Santa dkk. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2018. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Susan F. Wilson. June M. Thomson.  2019 “Respiratori Disorder” Klinical

Nursing Series.

Anda mungkin juga menyukai