A. Definisi
Vulvovaginitis merupakan masalah ginekologi yang paling sering ditemukan pada anak
dan remaja. Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina. Terdapat 3
jenis golongan jamur ini yaitu candida albicans, candida provikalis, dan candida glabrata.
Di antara ketiga jenis tersebut C. Albicans paling sering ditemukan sebagai penyebab
vulvovaginitis kandidiasis (Sari,2013).
B. Etiologi
Penyebab terbanyak vulvovaganitis adalah spesies Candida albicans (80-90%) sedangkan
penyebab terbanyak ke dua adalah Candida glabrata (10%), sedangkan 3% lainnya oleh
spesies Candida lain seperti Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei dan
Candida stellatoidea. Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu
penyebab paling umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan antibiotik
dapat menyebabkan infeksi jamur dengan membunuh antijamur normal bakteri yang hidup di
vagina. Infeksi jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-gatal dan tebal, putih discharg
vagina, dan gejala lain (Sari,2013)
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah
penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina yang
berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau.Gelembung mandi, sabun, vagina
kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah
genital, sedangkan nonabsorbent ketat atau pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam
panas. Dan kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan kekeringan
vagina dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat menyebabkan atau
memperburuk kelamin gatal dan terbakar (Sari,2013).
C. Faktor resiko
Beberapa faktor yang merupakan predisposisi atau faktor risiko, khususnya yang berkaitan
dengan dua hal, yaitu meningkatnya karbohidrat, termasuk peningkatan dan penurunan pH.
1. Kehamilan
2. Obesitas
3. Lingkungan yang hangat dan lembab
4. Pakaian atau pakaian dalam yang ketat
5. Pemakaian oral kontrasepsi
6. Pemasangan IUD (Intra Uterine Device)
7. Pemakaian antibiotika spektrum luas
8. Menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol
9. Pemakaian obat yang mengandung kortikosteroid
10. Pemakaian pencuci vagina
11. Penyakit infeksi dan keganasan yang menekan daya tahan tubuh
D. Manifestasi klinis
Keluhan subjektif penderita dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala yang ringan
didapatkan pada infeksi karena Candida albicans, sedangkan Candida non-albicans,
terutama Candida glabrata memberikan gejala yang lebih berat, relatif resisten terhadap
pengobatan dan sering terjadi rekurensi. Pruritus akut dan keputihan (fluor albus) merupakan
keluhan awal, gejala yang lebih sering adalah pruritus vulva.Keputihan tidak selalu ada dan
sering kali hanya sedikit.Sekret vagina berwarna putih, seperi krim susu/keju atau kuning
tebal tetapi dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau minimal atau kadang berbau
asam dan tidak mengganggu.Dapat timbul ekskoriasi, serviks biasanya normal, atau sedikit
eritem disertai sekret putih yang menempel pada dindingnya. Pada pemeriksaan tampak
mukosa vagina kemerahan dan pembengkakan labia dan vulva sering disertai pustulopapular
di sekeliling lesi. Penyakit dapat meluas ke perineum, vulva, dan daerah inguinal.Vulva
tampak eritem, edema, basah dan kadang tampak papul, vesikel, pustul, erosi dan eksoriasi
atau maserasi dengan hiperemi pada introitus vagina dan dapat dijumpai adanya gumpalan-
gumpalan putih serta lesi. Vulvovaginitis biasanya disertai rasa gatal yang hebat. Namun,
gejala ini tidak spesifik karena pada suatu penelitian diketahui hanya 38% pasien yang
mengeluhkan gatal hebat, tetapi pada penelitian lain 100% wanita yang menderita KKV
mengeluhkan gatal. Gejala lain yang dirasakan adalah rasa panas dan terkadang rasa sakit
terutama pada saat berkemih (disuria eksternal), saat berhubungan seksual (dispareunia) (Yan
ZE, 2012).
E. Patofisiologi (pathway)
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan
melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida
sp. Mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein
sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. Juga mengeluarkan
mikotoksin – diantaranya gliotoksin – yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan
menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi
tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu (Bobak,2004).
F. Komplikasi
- Ketidaknyamanan yang tidak hilang
- Infeksi kulit (dari garukan)
- Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Sari,2013 pememeriksaan penunjang untuk vulvovaginitis dibagi menjadi :
- Pemeriksaan mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan sediaan basah KOH 10% dapat
terlihat adanya bentuk ragi (yeast form): blastospora dan pseudohifa (seperti sosis
panjang tersambung). Dengan pewarnaan Gram dapat ditemukan pseudohifa yang
bersifat Gram positif dan blastospora.
- Kultur fungal positif
Jarang dilakukan, tetapi berguna dalam mengidentifikasi penyebab kandidosis
vulvovaginitis kambuhan atau rekuren.
- Candida on pap smear
Spesifik tetapi tidak sensitive
- Konfirmasi PH vagina
Normal PH vagina adalah 4-4,5
H. Penanganan
Terapi vulvovaginitis yang disebabkan Candida non-albicans pemberian obat golongan
azole tetap dianjurkan selama 7-14 hari, kecuali flukonazole karena banyak Candidda non–
albicans yang resisten. Pada pasien dengan imunokompromais, pengobatan dengan obat anti
jamur konvensional dilakukan dengan pemberian 7-14 hari. Pada pasien AIDS pengobatan
tidak ada yang benar-benar efektif. Meskipun demikian, pasien tetap perlu diterapi dengan
regimen yang ada dengan waktu yang lebih lama.
Cairan vagina yang keluar akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya (Yan ZE,2012) :
- Vulvovaginitis causa jamur dapat diberikan terapi berupa miconazole, clotrimazole,
butoconazole atau terconazole ( bisa dalam bentuk krim, tablet vagina atau suppositoria ).
Fluconazole atau ketoconazole dalam bentuk tablet.
- Vulvovaginitis causa bakteri biasanya diberikan metronidazole atau clindamycin ( tablet
vagina ) atau metronidazole tablet. Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan
suntikan seftriakson dan tablet doksisiklin. Untuk infeksi klamidia dapat diberikan
Doxycylin atau azitromicin ( tablet ). Untuk infeksi trikomonas dapat diberikan
metronidazole tablet.
- Vulvovaginitis causa human papiloma virus diberikan asam triklorasetat atau untuk
infeksi yang lebih berat diberikan larutan nitrogen atau fluouracil yang dioleskan ke kulit
vulva. Sedangkan untuk causa herpes virus diberikan asiklovir tablet.
Selain medikamentosa penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga dan menjaga kebersihan
vulva.
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
b) Keluhan
- Nyeri
- Luka
- Perubahan fungsi seksual
c) Riwayat penyakit
- Sekarang : Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
- Dahulu : Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
d) Pemeriksaan fisik
- Dalam :
Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
Palpasi
Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan
Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan
- Luar :
Inspeksi
Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan ulkus,
keluaran dan nodul.
2. Diagnosa
- Resiko infeksi b/d kerusakan integritas kulit
- Nyeri akut b/d cedera biologis
- Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan
- Gg.rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
- Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan
3. Intervensi
Pathway
Zat asing Candida albicans Trichomonas
vaginitis
Hygiene kurang
Hubungan
sexsual
Peningkatan
konsentrasi flora normal
VULVOVAGINITIS
Ig E menstimulasi
Lesi eritema
Kerusakan
integritas
NYERI ANSIETAS
kulit