Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

“PARTUS PREMATURUS”

MELSI YUNANDA SELLA

I4051181022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018

1. Konsep Dasar
a. Pengertian
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung
telur yang mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm
sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas
(Manuaba, 2010).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium
yang dijumpai yang paling sering adalah kista demornal, kista coklat atau
kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak
janin dalam Rahim atau dapat menghalangi-halangi masukknya kepada
kedalam panggul (Wiknjosastro, 2016).
b. Etiologi
Etiologi kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Nurarif & Kusuma,
2015):
1) Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesterone diantaranya adalah:
a) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam korteks
b) Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
rupture atau folikel yang tidak matang di reabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita
yang menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium
2) Kista neoplasma
a) Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
b) Kistadenoma ovarii musinosum, asal kista ini belum pasti
kemunkinan berasal dari suatu terutama yang pertumbuhannya I
elemen mengalahkan elemen yang lain
c) Kistodenoma ovarii serosum berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ovarium)
d) Kista Endrometreid belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e) Kista dermoid berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis. Pada
kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan
tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16
minggu) karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim.
c. Manifestasi Klinik
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau
keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan
mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran
kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul,
maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air
besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang,
2013).
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini
berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnose sering ditemukan pada
saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh
adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada
perut dan timbul benjol pada perut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tak mempunyai ukuran
yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena ovarium pun
dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga satu, warna kista
putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada permukssn kista sebesar
5% isi kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
Tidak jarang kistanya sendiri pun kecil tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma) (Nurarif & Kusuma, 2015).\
d. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium,
dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus
datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior
melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis
anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone),
dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
e. Pathway

Ovarium

Sekresi hormon progesterone ↑ HCG ↑


Hiperstimulasi ovarium degeneratif

Tidak terjadi ovulasi degenerative


pada kelenjar adrenal folikel

Menurunnya Ovulasi

Terbentuknya
Operasi kisektomi Pembesaran
kista 0varium ovarium

Pre Operasi Post Operasi Menahan organ sekitar

Ansietas Penurunan Luka operasi


Tekanan sel syaraf
metabolisme
tumor

Hipolisis Diskontuitas
Nyeri Akut
jaringan

Asam laktat ↑
Port d’entri

Gangguan
metabolisme
Resiko infeksi

Intoleransi
aktivitas
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pap smear: untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan
kemungkinan adanya kanker/kista
2) Ultrasound/scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran/ lokasi massa.
3) Laparoskopi: dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial
4) Hitung darah lengkap
5) Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks
g. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah dengan pengangkatan melakukan
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan/fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih
muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan pasca
operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.
Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat.
Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita
abdomen yang ketat.
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
c) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
d) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal budaya.
2) Data subjektif
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan
oleh petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi.
a) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang
berhubungan dengan kista ovarium.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
kista ovarium.
c) Riwayat penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan keadaanya sekarang.
- Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi,
asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
- Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM
serta penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
d) Riwayat menstruasi
Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah yang
dikeluarkan dan pernahkah disminorhea.
e) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah atau
tidak, sudah berapakali menikah dan berapa jumlah anaknya.
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,
lamanya melahirkan dan cara melahirkan. Riwayat kelahiran anak
mencakup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan
bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan.
g) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah dikuret dan beralih kontrasepsi
apa
h) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau
tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut.
3) Data obyektif
Adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik pasien yang meliputi:
a) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang, buruk.
- Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
komposmentis, apatis, samnolen atau koma
- Tanda vital
 Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas
normal tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg,
diastolik 70-90 mmHg.
 Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 36,50c -37,50c.
 Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien.
 Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit.
 Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.
 Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
- Kepala, mata, mulut, leher
- Dada : Paru, Jantung dan parudara
- Abdomen : TFU, kontraksi uterus, kondisi luka SC, nyeri post OP
- Genitalia : observasi perdarahan : lochea, jumlah, warna, bau,
kondisi luka episiotomy.
- Keteterisasi : observasi karakteristik urine
- Ekstremitas : pemasangan infuse, pemasangan transfusi, edema
b. Diagnosa
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2) Resiko infeksi b.d prosedur invasif (luka operasi)
3) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
4) Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit
c. Perencanaan

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1) Nyeri akut b.d Kriteria hasil: Pain Management:
agen cedera - Mampumengontrol - Lakukan pengkajian
biologis nyeri (tahu penyebab nyeri secara
nyeri, mampu komprehensif termasuk
menggunakan tehnik lokasi, karakteristik
nonfarmakologi durasi, frekuensi,
untuk mengurangi kualitas dan faktor
nyeri, mrncari presipitasi
bantuan) - Observasi reaksi
- Melaporkan bahwa nonverbal dari
nyeri berkurang ketidaknyamanan
menggunakan - Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi terapeutik
- Mampu mengenali untuk mengetahui
nyeri (skala pengalaman nyeri pasien
intensitas, frekuensi - Kaji kultur yang
dan tanda nyeri) mempengaruhi respon
- Menyatakan rasa nyeri
nyaman setelah nyeri - Evaluasi pengalaman
berkurang nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain t
entang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
- Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
- Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipiasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih
dari satu
- Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberin
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
- Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
2) Resiko infeksi Kriteria hasil: Infection Control (Kontrol
b.d prosedur - Klien bebas dari infeksi)
invasif (luka tanda dan gejala - Pertahankan teknik
operasi) infeksi isolasi
- Mendeskripsikan - Batasi pengunjung bila
proses penularan perlu
penyakit, faktor - Instruksikan pada
yang mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya berkunjung dan setelah
- Menunjukkan berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya - Gunakan sabun
infeksi antimikroba untuk cuci
- Jumlah leukosit tangan
dalam batas normal - Cuci tangan setiap
- Menunjukkan sebelum dan sesudah
perilaku hidup sehat tindakan keperawatan
- Pertahankan lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi antibiotic
bila perlu infection
protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka/
insisi bedah
- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukkan
cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
3) Intoleransi Kriteria hasil: Activiy Therapy
aktivitas b.d - Berpartisipasi dalam - Kolaborasi dengan
imobilitas aktivitas fisik tanpa tenaga rehabilitasi
disertai peningkatan medic dalam rencanakan
tekanan darah, nadi program terapi yang
dan RR tepat
- Mampu melakukan - Bantu klien untuk
aktivitas sehari mengidentifikasi
(ADLs) secara aktivitas yang mampu
mandiri dilakukan
- Tanda-tanda vital - Bantu untuk memilih
normal aktivitas konsisten yang
- Energy psikomotor sesuai dengan
- Level kelemahan kemampuan fisik,
- Mampu berpindah: psikologi dan social
dengan atau tanpa - Bantu untuk
bantuan alat mengidentifikasi dan
- Status mendapatkan sumber
kardiopulmonal yang diperlukan untuk
adekuat aktivitas yang
- Sirkulasi status baik diinginkan
- Status respirasi: - Bantu untuk
pertukaran gas dan mengidentifikasi
ventilasi adekuat aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual
4) Ansietas b.d Kriteria Hasil: Anxiety Reduction
kurangnya - Klien mampu (penurunan kecemasan)
informasi mengidentifikasi - Gunakan pendekatan
tentang dan mengungkapkan yang menenangkan
penyakit gejala cemas - Nyatakan dengan jelas
- Mengidentifikasi, harapan terhadap pelaku
mengungkapkan dan pasien
menunjukkan tehnik - Jelaskan semua prosedur
untuk mengontrol dan apa yang dirasakan
cemas selama prosedur
- Vital sign dalam - Pahami perspektif
batas normal pasien terhadap situasi
- Postur tubuh, stress
ekspresi wajah, - Temani pasien untuk
bahasa tubuh dan memberikan keamanan
tingkat aktivitas dan mengurangi takut
menunjukkan - Dorong keluarga untuk
berkurangnya menemani anak
kecemasan - Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Daftar Pustaka
Andang, T. (2013). 45 penyakit musuh kaum perempuan. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Jannah, Nurul. (2012). Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Yogyakarta : ANDI
Manuaba, M. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.
Wiknjosastro, G. H., Rachimhadhi, T & Saifuddin, A. B. (2016). Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai