KEPERAWATAN MATERNITAS
“PARTUS PREMATURUS”
I4051181022
1. Konsep Dasar
a. Pengertian
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung
telur yang mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm
sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas
(Manuaba, 2010).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium
yang dijumpai yang paling sering adalah kista demornal, kista coklat atau
kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak
janin dalam Rahim atau dapat menghalangi-halangi masukknya kepada
kedalam panggul (Wiknjosastro, 2016).
b. Etiologi
Etiologi kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Nurarif & Kusuma,
2015):
1) Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesterone diantaranya adalah:
a) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam korteks
b) Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
rupture atau folikel yang tidak matang di reabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita
yang menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium
2) Kista neoplasma
a) Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
b) Kistadenoma ovarii musinosum, asal kista ini belum pasti
kemunkinan berasal dari suatu terutama yang pertumbuhannya I
elemen mengalahkan elemen yang lain
c) Kistodenoma ovarii serosum berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ovarium)
d) Kista Endrometreid belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e) Kista dermoid berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis. Pada
kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan
tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16
minggu) karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim.
c. Manifestasi Klinik
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau
keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan
mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran
kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul,
maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air
besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang,
2013).
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini
berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnose sering ditemukan pada
saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh
adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada
perut dan timbul benjol pada perut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tak mempunyai ukuran
yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena ovarium pun
dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga satu, warna kista
putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada permukssn kista sebesar
5% isi kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
Tidak jarang kistanya sendiri pun kecil tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma) (Nurarif & Kusuma, 2015).\
d. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium,
dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus
datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior
melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis
anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone),
dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
e. Pathway
Ovarium
Menurunnya Ovulasi
Terbentuknya
Operasi kisektomi Pembesaran
kista 0varium ovarium
Hipolisis Diskontuitas
Nyeri Akut
jaringan
Asam laktat ↑
Port d’entri
Gangguan
metabolisme
Resiko infeksi
Intoleransi
aktivitas
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pap smear: untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan
kemungkinan adanya kanker/kista
2) Ultrasound/scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran/ lokasi massa.
3) Laparoskopi: dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial
4) Hitung darah lengkap
5) Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks
g. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah dengan pengangkatan melakukan
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan/fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih
muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan pasca
operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.
Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat.
Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita
abdomen yang ketat.
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
c) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
d) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal budaya.
2) Data subjektif
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan
oleh petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi.
a) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang
berhubungan dengan kista ovarium.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
kista ovarium.
c) Riwayat penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan keadaanya sekarang.
- Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi,
asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
- Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM
serta penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
d) Riwayat menstruasi
Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah yang
dikeluarkan dan pernahkah disminorhea.
e) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah atau
tidak, sudah berapakali menikah dan berapa jumlah anaknya.
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,
lamanya melahirkan dan cara melahirkan. Riwayat kelahiran anak
mencakup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan
bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan.
g) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah dikuret dan beralih kontrasepsi
apa
h) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau
tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut.
3) Data obyektif
Adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik pasien yang meliputi:
a) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang, buruk.
- Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
komposmentis, apatis, samnolen atau koma
- Tanda vital
Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas
normal tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg,
diastolik 70-90 mmHg.
Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 36,50c -37,50c.
Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien.
Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit.
Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.
Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
- Kepala, mata, mulut, leher
- Dada : Paru, Jantung dan parudara
- Abdomen : TFU, kontraksi uterus, kondisi luka SC, nyeri post OP
- Genitalia : observasi perdarahan : lochea, jumlah, warna, bau,
kondisi luka episiotomy.
- Keteterisasi : observasi karakteristik urine
- Ekstremitas : pemasangan infuse, pemasangan transfusi, edema
b. Diagnosa
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2) Resiko infeksi b.d prosedur invasif (luka operasi)
3) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
4) Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit
c. Perencanaan