Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

APLIKASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DALAM SETTING RS

NS. SUHAIMI FAUZAN, M. KEP

Disusun Oleh :

1. Suci Ramadanthy I1032141005


2. Avelintina Brigida C I1032141008
3. Audina Safitri I1032141009
4. Aulia Safitri I1032141010
5. Yossy Claudia E I1032141011
6. Tri Mutiara D I1032141020
7. Deviliani I1032141026
8. Faleria Novianti I1032141029
9. Elsa Aurellia S A I1032141039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Aplikasi manajemen keperawatan dalam setting RS.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur
mata kuliah Manajemen Keperawatan Tahun Akademik 2016/2017 di Fakultas Kedokteran,
Universitas Tanjungpura.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada :
1. Bapak Ns. Suhaimi Fauzan, M. Kep selaku dosen mata kuliah Manajemen
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura,
2. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Angkatan 2014 Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
3. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran
dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Penulis
harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memiliki
nilai ilmu pengetahuan.

Pontianak, 30 Mei 2017

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang
mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau
menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit
(Depkes RI, 2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2013
mendefinisikan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang perlindungan kepada masyarakat
pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan,
membawa konsekuensi hukum tentang kewajiban dan tanggung jawab rumah sakit
atau dokter untuk memenuhi hak-hak pasien. Para pelaku usaha atau pemberi jasa
diwajibkan untuk memberikan kompensasi, ganti rugi atau penggantian bila ada
keluhan dari konsumen. Melalui pemahaman ini diharapkan perusahaan jasa mampu
mengeliminasi tuntunan konsumen dan mengoptimalkan kepuasan konsumen.
Pasien selaku pengguna jasa menuntut pelayanan yang berkualitas dari rumah
sakit. Jasa rumah sakit digunakan pasien demi kesembuhan penyakit terdahulu, saat
ini pasien lebih bersifat kritis, terinformasi dan menuntut serta lebih memperhatikan
masalah kualitas sehingga kepuasan pribadi menjadi semacam kebutuhan yang ingin
dipenuhi selain kesembuhan pasien. Rumah Sakit Pelabuhan Medan dituntut untuk
meningkatkan kualitas akan layanan jasa kesehatan yang lebih baik, tidak saja
pelayanan kesehatan yang bersifat penyembuhan dan juga yang membutuhkan
konsultasi kesehatan, tetapi lembaga kesehatan juga dituntut dapat memberikan
kepuasan pasien rumah sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana profil singkat rumah sakit
2. Perbedaan serta persamaan kepemimpinan keperawatan di indonesia dan LN
3. Manfaat yang dirasakan pasien, pengguna jasa rs, dan staf pegawai RS
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana profil singkat rumah sakit
2. Mengetahui perbedaan serta persamaan kepemimpinan keperawatan di
indonesia dan luar indonesia
3. Mengetahui manfaat yang dirasakan pasien, pengguna jasa rs, dan staf pegawai
RS

BAB II
PENDAHULUAN

A. PROFIL SINGKAT RUMAH SAKIT


1. Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari
kata dalam bahasa Latin hospitalis yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu
bermakna menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah
sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (charitable), untuk
merawat pengungsi atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang
beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat atau parapemuda. (Indriani, 2012)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/MENKES/PER/II/ 1988
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. (Juni, 2014)
Sedangkan menurut menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pengertian Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (Indriani,
2012)
2. Sejarah
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan munculnya RS-RS milik
misi keagamaan yang pelayanannya bersifat kedermawanan. Selanjutnya muncul
rumah sakit-rumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus untuk melayani
karyawan perusahaan seperti perusahaan perkebunan, pertambangan dan sebagainya.
Setelah itu, lalu muncul RS-RS yang berasal dari praktik pribadi dokter, atau kadang-
kadang juga praktik pribadi bidan, yang mula-mula berkembang menjadi klinik.
Beberapa dasawarsa terakhir, muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun
sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.Setelah kemerdekaan,
perumahsakitan di Indonesia berkembang pesat sehingga muncul berbagai macam
rumah sakit baik milik swasta maupun milik pemerintah. Secara garis besar dapat
dibedakan adanya 2 kategori RS yaitu RS umum dan RS khusus. (Indriani, 2012)
3. Bentuk dan Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan bentuknya, Rumah Sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit
menetap, Rumah Sakit bergerak dan Rumah Sakit lapangan. Rumah Sakit menetap
merupakan rumah sakit yang didirikan secara permanen untuk jangka waktu lama
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.Rumah Sakit
bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat sementara dalam
jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Rumah
Sakit dapat berbentuk bus, kapal laut, karavan, gerbong kereta api, atau kontainer.
Rumah Sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu
selama kondisi darurat dalam pelaksanaan kegiatan tertentu yang berpotensi bencana
atau selama masa tanggap darurat bencana. Rumah Sakit lapangan dapat berbentuk
tenda di ruang terbuka, kontainer, atau bangunan permanen yang difungsikan
sementara sebagai Rumah Sakit. (Juni, 2014)
Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis pelayanan
dan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS yaitu RS
Pemerintah (RS Pusat, RS Propinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI, dan RS
Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumbar dalam negeri (PMDN) dan
sumber luar negeri (PMA). Jenis RS yang kedua adalah RS Umum, RS Jiwa, RS
Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb). Jenis RS yang ketiga
adalah RS kelas A, kelas B (pendidikan dan non-pendidikan), RS kelas C dan RS
kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979). Pemerintah sudah meningkatkan
status semua RS Kabupaten menjadi kelas C. (Juni, 2014)
Kelas RS juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Pada RS
kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk spesialistik. RS kelas B
mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. RS
kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam,
kebidanan, dan anak). Di RS kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar. (Juni,
2014)
4. Fungsi Rumah Sakit
Adapun fungsi yang harus diselenggarakan oleh rumah sakit adalah:
a. Menyelenggarakan pelayanan medis yang meliputi rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat, bedah sentral, perawatan intensif dan kegiatan pelayanan medis lain.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. (Depkes,2008).
5. Susunan Organisasi Rumah Sakit di Indonesia
Dalam Undang-undang Republik Indonesia no.44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit bahwa Pemerintah Pusat selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden RI
yang memegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia sebagaimana yang
dimaksud dalam Undang-undang dasar negara RI tahun 1945 dan yang
menyelenggarakan pemerintahan di bidang kesehatan adalah Menteri Kesehatan.
Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap bidang kesehatan adalah
penyelenggaraan Rumah Sakit yang berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai
kemanusiaan, etika, profesionalisme, manfaat, keadilan dan persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien dan mempunyai
fungsi sosial. Berdasarkan tugas dan fungsinya, Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan perorangan secara paripurna, sedangkan fungsinya adalah:
a. Penyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan dan penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Dalam keperawatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan
dengan cara (Burgess 1988 & Gillies 1988) :
a. Fungsional / penugasan
Yaitu pembagian tugas untuk perawat yang dilakukan oleh kepala ruangan
masing - masing mempunyai tugas khusus.
b. Alokasi pasien
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk beberapa klien / satu klien
oleh satu perawat saat berjaga.
c. Perawatan group / team nursing
Yaitu pelayanan lapangan dimana sekelompok perawat memberikan pelayanan
keperawatan kepada sekelompok klien, kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijasah dan berpengalaman.
d. Pelayanan keperawatan utama
Yaitu pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan sehingga satu orang
primary nursing dalam 24 jam bertanggung jawab pada klien yang di bawah
tanggung jawabnya dari masuk RS sampai pulang.
6. Manajemen Keperawatan dalam Organisasi
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan
seseorang. Hal tersebut berjalan bilamana perawat mau belajar dan menggunakan
ilmu yang ditunjukkan oleh pengalaman dan penelitian yang dikembangkan agar
fungsi organisasi dalam manajemen keperawatan semakin berkembang. (Indriani,
2012). Perawat manajer perlu bekerja untuk struktur organisasi ideal. Mereka harus
membangun, menguji, mengakui kesalahan, berkompromi, dan menerima. Mereka
harus merancang organisasi yang sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan.
Organisasi adalah produktif jika orang memberikan perhatian yang memenuhi
kebutuhan klien dan setiap karyawan merasakan kepuasan. (Indriani, 2012)
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien tidak dapat
bekerja sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Kerja sama antar perawat
dengan tim kesehatan tersebut harus ditata sehingga menghasilkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, penataan yang dimaksud adalah pengorganisasian segala
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
(Indriani, 2012)
7. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang
untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan orang
lain agar dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi (Suyanto, 2009).
Saat ini diperlukan pengembangan peran manajer keperawatan yang tidak
hanya mengembangkan pemberian pelayanan keperawatan secara khusus tetapi juga
kemampuan mengkomunikasikan berbagai kepentingan perawat dalam
pengembangan institusi RS melalui pencapaian visi RS (Mursidah, 2015)
Manajer keperawatan harus menyadari bahwa gaya kepemimpinannya
memainkan peran yang sangat besar dalam memberikan dukungan dan membentuk
komitmen positif perawat di setiap unit keperawatan (Huber, 2006).
Seorang manajer keperawatan dalam hal ini kepala ruangan harus mampu
membuat individu siap sedia menjalankan tugasnya. Dengan kemampuan
kepemimpinannya sebagai pemimpin dan pengelola, kepala ruangan dapat
menerapkan cara-cara dan teknik manajemen yang dapat membantu mencapai kinerja
pendokumentasian asuhan keperawatan yang efisien dan efektif sesuai dengan
kepentingan organisasi berupa indoktrinasi terhadap filosofi, kebijakan dan standar
asuhan keperawatan yang dimiliki. (Mursidah, 2015)
Kepala ruang dapat melakukan gaya kepemimpinan tertentu sesuai dengan
kondisi, tugas yang akan dilakukan, memotivasi dan berkomunikasi dengan perawat
pelaksana (Suharsi, 2003).
B. PERBEDAAN SERTA PERSAMAAN KEPEMIMPINAN KEPERAWATAN DI
INDONESIA DAN LUAR INDONESIA
Menurut Wong et al (2013) mengatakan bahwa ada hubungan positif antara
hubungan kepemimpinan dengan outcome pasien. Seiring pelayanan kesehatan
menghadapi penurunan ekonomi, lingkungan pekerjaan yang penuh tekanan, pensiun
mendatang para pemimpin dan diproyeksikan dengan kurangnya tenaga kerja,
menerapkan strategi untuk memastikan kepemimpinan yang efektif dan outcome pasien
yang optimal sangat penting. Namun, masih ada kesenjangan dalalm apa yang dikenal
diketahui tentang hubungan antara kepemimpinan keperawatan dan outcome pasien.
Perawat-perawat pemimpin memastikan bahwa staf dan sumber daya lainnya
sesuai untuk mencapai perawatan yang aman dan outcome pasien yang optimal. Di
organisasi tingkat perawat senior eksekutif berkontribusi dalam arah strategi melalui
partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan dan kemampuan mereka untuk
mempengaruhi bagaimana keperawatan dipraktikkan dan dihargai (Wong et al., 2013).
Gaya kepemimpinan mungkin secara luas dicirikan sebagai pendekatan yang
berfokus pada orang dan hubungan (orientasi secara relasional) untuk mencapai tujuan
umum atau sebagai gaya yang berfokus pada struktur dan tugas-tugas (orientasi tugas).
Pemimpin mengejar pendekatan hubungan manusia dan menunjukkan keprihatinan dan
menghormati pengikut, menyampaikan penghargaan dan dukungan, dan benar-benar
peduli atas kesejahteraan mereka (Wong et al., 2013).
Gaya kepemimpinan transformasional kepemimpinan adalah sebuah gaya
kepemimpinan relasional di mana pengikut memiliki kepercayaan dan rasa hormat
pemimpin dan termotivasi untuk berkembang dan bekerja di luar batas harapan untuk
mencapai tujuan organisasi (Wong et al., 2013).
Dalam jurnal Thompson (2012) menggunakan model kepemimpinan yang
transformasional untuk menggambarkan bagaimana Manajer dapat menggunakan
keterampilan kepemimpinan untuk memberi inspirasi dan dukungan staf, dengan maksud
untuk mempromosikan perawatan yang lebih baik
Sementara keterampilan manajemen yang kuat diperlukan untuk
mengimplementasikan mekanisme perencanaan, organisasi dan kontrol, keterampilan
kepemimpinan penting untuk menciptakan lingkungan yang memotivasi, visioner dan
beradaptasi di mana staf dapat berkembang. Ketika peran kepemimpinan yang terintegrasi
dengan fungsi-fungsi manajemen, inovatif pemecahan masalah dapat dicapai (Thompson,
2012).
Manajer memiliki tugas untuk memenuhi jumlah staf terampil untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Manajemen yang baik, didefinisikan oleh perencanaan oleh para
manager yang kuat, keterampilan organisasi dan kontrol. Tetapi sistem perbaikan juga
memerlukan perubahan renacana, jadi implementasi yang sukses membutuhkan
kepemimpinan serta keterampilan manajemen. Sementara manajemen dikaitkan dengan
kontrol dan organisasi, kepemimpinan membutuhkan kemampuan dalam baik mengatasi
tantangan dan memotivasi orang (Thompson, 2012).
Keputusan delegasi yang buruk juga hasil dari kecenderungan untuk overdelegate
karena keterampilan manajemen waktu pendelegasi yang lemah atau ketidakpastian
dalam kemampuannya sendiri untuk melakukan tugas yang diperlukan. Hal ini
menyebabkan beban kerja yang berlebihan yang ditempatkan pada orang lain, yang
memberikan kontribusi untuk kinerja yang buruk (Thompson, 2012).
Untuk meningkatkan kerjasama, produktivitas dan kualitas perawatan, dan
meningkatkan harga diri dan kepuasan kinerja dari semua anggota staf, pemimpin dapat
menekankan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan untuk keberhasilan dari seluruh
proyek. Sebagai contoh, mengulangi bahwa berlatih keterampilan dasar pada pasien
memberikan kontribusi untuk penilaian dan pemantauan kondisi pasien (Thompson,
2012).
Manajer yang menggunakan keterampilan kepemimpinan transformasional
bertujuan untuk mendorong staf oleh membina lingkungan yang mencakup pendidikan,
pelatihan, dan Pribadi dan pengembangan professional. Pelatihan dan pendidikan strategi
yang paling sukses ketika motivasi terintegrasi dalam program pembelajaran.
Pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang memotivasi individu karyawan dapat
berkontribusi untuk tujuan mereka sendiri dan organisasi (Thompson, 2012).
Hal ini didukung oleh jurnal Abualrub dan Alghamdi (2011), perawat Saudi
perawat cukup puas dalam pekerjaan mereka dengan pemimpin yang menunjukkan gaya
kepemimpinan transformasional. Organisasi pelayanan kesehatan adalah sistem sosial
dimana sumber daya manusia umumnya menjadi faktor paling penting untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Kepemimpinan berkaitan dengan bagaimana pengaruh pemimpin
mengubah dan mendorong pengikutnya untuk menghasilkan perubahan. Perawat manajer
harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi perawat. Perawat-
perawat manajer bertanggungjawab untuk retensi staff perawat setelah mereka direkrut.
Kepemimpinan mengacu pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
melalui membimbing, memotivasi dan mengarahkan untuk mencapai efektivitas
organisasi, manajemen mengacu koordinasi sumber daya melalui serangkaian fungsi dan
prosedur untuk mencapai tujuan organisasi tertentu. Kepemimpinan transformational (TF)
adalah gaya yang banyak disukai manajer yang. Karakteristik gaya kepemimpinan ini
dilaporkan lebih memuaskan staf perawat (Abualrub dan Alghamdi, 2011).
Pemimpin transaksional bisa memanfaatkan:
1) Pendekatan penghargaan kontingen di mana mereka memperjelas tujuan dan harapan
mereka dan hanya memberikan pengakuan atas pencapaian tujuan
2) Manajemen aktif berdasarkan pengecualian di mana mereka menentukan standar
kinerja dan menghukum pengikut yang tidak patuh dengan standar-standar
3) Gaya Laissez-faire di mana mereka pasif dan hanya mengambil tindakan setelah
masalah terjadi.
Sebaliknya, termasuk gaya kepemimpinan transformasi berkarakteristik dari
pengaruh idealis,, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan pertimbangan
individual. Pemimpin yang memotivasi secara inspirasional pengikut mereka mencoba
untuk untuk memberikan makna dan menantang untuk pekerjaan mereka. Pemimpin yang
menggunakan stimulasi intelektual pengikut mereka untuk menjadi kreatif dan inovatif,
dan melibatkan mereka dalam proses pemecahan masalah.
Di Arab Saudi, kepuasan kerja perawat manajer dan staf perawat ditemukan rata-
rataa. Faktor-faktor penentu yang paling penting dari kepuasan kerja adalah pengakuan,
aspek-aspek teknis supervisi, kondisi kerja, pemanfaatan keterampilan, bayaran dan
kemajuan pekerjaan (Abualrub dan Alghamdi, 2011).
Perawat manajer dapat menggunakan keterampilan kepemimpinan untuk
meningkatkan kepuasan kerja staf dan kepuasan pasien dengan keterampilan delegasi.
Dalam junal Wahyuningsih (2016), pendelegasian yang efektif memiliki tiga hal penting
yaitu kebebasan bertanggung jawab, komunikasi terbuka, analisis faktor-faktor seperti
sasaran organisasi, persyaratan tugas dan kemampuan karyawan. Keefektifan
pendelegasian tugas dari seorang kepala ruang merupakan hal yang sangat diharapkan
bagi semua perawat. Hal itu mempengaruhi motivasi perawat dalam bekerja terutama
dalam menyelesaikan pekerjaannya yang kompleks dan rutin. Kepuasan perawat perlu
ditingkatkan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kepada pasien.
Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberi masukan kepada
manajer tentang pendelegasian tugas yang efektif. Pendelegasian merupakan kompetensi
dari manajemen yang efektif, dimana manajer perawatan dapat melakukan tugasnya
melalui kerja bawahannya (Wahyuningsih, 2016).
Minimnya suatu proses pendelegasian akan menimbulkan dampak negatif pada
yang diberi delegasi khususnya perawat yaitu: kurangnya pengalaman, kurangnya
kompetensi, selalu menghindari tanggung jawab, sangat tergantung pada atasan,
kelebihan beban kerja dan terlalu memperhatikan hal-hal yang kurang bermanfaat. Hal
tersebut beresiko terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat, dimana
perawat dituntut untuk bertanggung jawab memberikan praktek keperawatan yang aman
dan efektif serta bekerja dalam lingkungan yang memiliki standart klinik yang tinggi.
(Wahyuningsih, 2016).
C. MANFAAT YANG DIRASAKAN PASIEN, PENGGUNA JASA RS, DAN STAF
PEGAWAI RS
1. Pasien dan Pengguna Jasa RS
Kepemimpinan berhubungan dengan perilaku perawat dalam melaksanan
kelamatan pasien karena kepemimpinan dalam hal ini pemimpin keperawatan dapat
mempengaruhi perawat untuk bekerja sama dalam melaksanakan keselamatan pasien
sehingga dapat mencapai tujuan RS berupa keselamatan pasien dan tidak terjadi
insiden keselamatan pasien. (Setiowati, 2010)
Kepemimpinan memberikan arahan yang jelas kepada perawat terkait
pelaksanaan keselamatan pasien dengan ditetapkannya standar dan kebijakan terkait
budaya keselamatan pasien. (Setiowati, 2010)
Menurut Wong et al (2013) mengatakan bahwa ada hubungan positif antara
hubungan kepemimpinan dengan outcome pasien. Seiring pelayanan kesehatan
menghadapi penurunan ekonomi, lingkungan pekerjaan yang penuh tekanan,
pensiun mendatang para pemimpin dan diproyeksikan dengan kurangnya tenaga
kerja, menerapkan strategi untuk memastikan kepemimpinan yang efektif dan
outcome pasien yang optimal sangat penting. Namun, masih ada kesenjangan dalalm
apa yang dikenal diketahui tentang hubungan antara kepemimpinan keperawatan dan
outcome pasien.
2. Staf Pegawai RS
Kepemimpinan yang baik harus mempunyai ketrampilan baik yang bersifat
klinis maupun non klinis. Ketrampilan kepemimpinan yang baik telah terbukti
meningkatkan produktifitas, memperbaiki lingkungan kerja dalam mengurangi
kelelahan dan meningkatkan kepuasan karyawan (Timothy, Laurent, & Breadney,
2007). Pengaruh kepemimpinan sangat penting sebagaimana disampaikan oleh
Casida & Parker (2011) bahwa kinerja yang unggul dan efektifitas organisasi adalah
tampilan yang konsisten dari perilaku kepemimpinan transformasional.
Perawat-perawat pemimpin memastikan bahwa staf dan sumber daya lainnya
sesuai untuk mencapai perawatan yang aman dan outcome pasien yang optimal. Di
organisasi tingkat perawat senior eksekutif berkontribusi dalam arah strategi melalui
partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan dan kemampuan mereka untuk
mempengaruhi bagaimana keperawatan dipraktikkan dan dihargai (Wong et al.,
2013).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepemimpinan dalam manajemen keperawatan merupakan hal yang sangat
penting terkait kepuasan pasien dan kualitas kerja perawat. Perawat-perawat pemimpin
memastikan bahwa staf dan sumber daya lainnya sesuai untuk mencapai perawatan yang
aman dan outcome pasien yang optimal. Perawat manajer dapat menggunakan
keterampilan kepemimpinan untuk meningkatkan kepuasan kerja staf dan kepuasan
pasien dengan keterampilan delegasi. Hal ini juga sama dalam manajemen keperawatan di
indonesia maupun di luar negeri. Keefektifan pendelegasian tugas dari seorang kepala
ruang merupakan hal yang sangat diharapkan bagi semua perawat. Hal itu mempengaruhi
motivasi perawat dalam bekerja terutama dalam menyelesaikan pekerjaannya yang
kompleks dan rutin. Kepuasan perawat perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan kepada pasien. Sementara keterampilan manajemen yang
kuat diperlukan untuk mengimplementasikan mekanisme perencanaan, organisasi dan
kontrol, keterampilan kepemimpinan penting untuk menciptakan lingkungan yang
memotivasi, visioner dan beradaptasi di mana staf dapat berkembang. Ketika peran
kepemimpinan yang terintegrasi dengan fungsi-fungsi manajemen, inovatif pemecahan
masalah dapat dicapai.
B. SARAN

1. Pasien dan keluarga


Pelaksanaan kepemimpinan, akan memberikan pengetahuan terhadap pasien dan
keluarganya terutama mengenai Aplikasi manajemen keperawatan dalam setting RS.

2. Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang Aplikasi manajemen keperawatan dalam setting
RS.

3. Instansi rumah sakit


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan
pembinaan perawat khususnya pengetahuan tentang Aplikasi manajemen keperawatan
dalam setting RS.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Subur. 2000. Administrasi Rumah Sakit di Indonesia. FKUA: Surabaya.

Swanburg, C Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manjemen Untuk Perawat Klinis.
EGC: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di Era


Desentralisasi (DRAFT). Depkes : Jakarta.

Soedarmono Soejitno, Ali Alkatari, Emil Ibrahim. 2000. Reformasi Perumahsakitan


Indonesia. Dirjen Yanmedik Depkes RI & WHO: Jakarta.

Huber, D. 2006. Leadership and nursing care management. Third Edition. Philadelphia:
W.B.Saunders Company.

Suyanto. 2009. Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit.


Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Dewi, Mursidah., Zestin, Riska. Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Dengan Kinerja
Perawat Pelaksana dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Jurnal
Manajemen Keperawatan. Mei 2015, (2:1) 13-21.

Abualrub, Raeda F dan Mohammed G. Alghamdi. 2011. The impact of leadership styles on
nurses satisfaction and intention to stay among Saudi nurses.
(http://onlinelibrary.wiley.com, di akses tanggal 28 Mei 2017)

Juliana, Thompson. 2012. Transformational leadership can improve workforce competencies.


(http://journals.rcni.com, di akses tanggal 27 Mei 2017)

Wahyuningsih, Aries, Maria Anita Yusiana. 2016. Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian
Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat. (http://
ejurnal.stikesbaptis.ac.id, diakses 29 Mei 2016)

Wong et al. 2013. The relationship between nursing leadership and patient outcomes: a
systematic review update. (http://onlinelibrary.wiley.com, di akses tanggal 28 Mei
2017.

Anda mungkin juga menyukai