Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL


Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai hidup sehatbagi
penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yangoptimal. Upaya
kesehatan dititik beratkan pada upaya penyembuhanyang berangsur-angsur kearah
keterpaduan kesehatan yangmenyeluruh.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakakt dalam bentuk pencegahan penyakit
(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan perseorangan keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
Pengertian pelayanan kesehatan lainnya, dikemukakan oleh Gani (1995) bahwa
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan
penyembuhan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan fungsi organ tubuh
seperti sedia kala.
Salah satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimamfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan
dan penelitian adalah rumah sakit. Pelayanan di rumah sakit berupa pelayanan
rawat jalan,pelayanan rawat inap,dan pelayanan gawat darurat yangmencakup
pelayanan medik dan penunjang medik. Salah satu unit pelayanan yang
mempunyai peranan yang sangat penting didalamnya adalah unit kefarmasian.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/XI/2004
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyatakan pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat

1
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Pelayanan kefarmasian akan berjalan baik bila didukung oleh SDM yang
berkualitas dan potensial. Mengingat besarnya tanggung jawab farmasis, maka
pendidikan kefarmasian bagi calon Sarjana Farmasi sangat diperlukan dalam
melaksanakan kegiatan kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit
Bhayangkara TK.III Manado merupakan kegiatan akademis, yang dimaksudkan
menjadi saranan pembelajaran bagi calon Sarjana Farmasi agar menjadi tenaga
kefarmasian yang terampil dan professional.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan yaitu, memahami kegiatan
kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit, membandingkan teori pelayanan yang
didapatkan dalam perkuliahan dengan praktek nyata di rumah sakit, mendapatkan
pengalaman langsung tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit,
meningkatkan kemampuan dalam memberikan komunikasi, informasi, edukasi
tentang penggunaan obat kepada pasien.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Memahami pekerjaan kefarmasian khususnya dalam bidang manajemen,
administrasi, dan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.Di Rumah Sakit mempunyai beberapa
jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
pelayanan perawatan, pelayananan rehabilitasi dan sebagainnya (Permenkes 4
tahun 2018).
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum,
yang dimaksudkan dengan Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik
(Depkes RI, 1992).
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
menjelaskan Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

3
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Jenis-jenis Rumah Sakit
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu Rumah
Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit Pendidikan dan
Penelitian, Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, dan Klinik (Haliman, 2012).
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis
penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam
(Ruang gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepat-
cepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Di dalamnya juga terdapat
layanan rawat inap dan perawatan intensif, fasilitas bedah, ruang bersalin,
laboratorium, dan sarana-prasarana lain.
b. Rumah Sakit Khusus atau Spesialis
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar bahwa
Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan perawatan
kesehatan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya, Rumah Sakit untuk trauma
(trauma center), Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak, Rumah Sakit Manula,
Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Gigi dan Mulut,
Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Jiwa.
c. Rumah Sakit Bersalin, dan lain-lain;
Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit ini berupa Rumah
Sakit Umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di
Fakultas Kedokteran pada suatu Universitas atau Lembaga Pendidikan
Tinggi.
d. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan
Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh suatu lembaga
atau perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota
lembaga tersebut

4
e. Klinik
Klinik merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama dengan
Rumah Sakit, tetapi fasilitas medisnya lebih.
2.1.4 Profil Rumah Sakit Bhayangkara Manado
Cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado berawal
dari diresmikannya klinik bersalin bhayangkara Manado pada tanggal 26 Februari
1996 oleh Kapolda Sulut dan kemudian berkembang menjadi TPS (Tempat
Perawatan Sementara).
Pada tanggal 29 November 2010 Rumah Sakit Bhayangkara Manado lulus
dalam pelaksanaan survei dari Tim KARS (Akreditasi Penuh tingkat 5 pelayanan
dasar) yang dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 3 November 2010.
Setahun berikut, tepatnya pada tanggal 30 Oktaber 2011, berdasarkan Surat
Keputusan Kapolri, Nomor : Kep/1549/X/2011, menjadi Rumah Sakit
Bhayangkara Tk. IV yang terakreditasi 5 pelayanan dasar dari Kementrian
Kesehatan menjadi tingkat C pada tanggal 20 Januari 2014 dengan Nomor :
HK.02.03/I/0906/2014. Rumah Sakit Bhayangkara Manado telah memperoleh ijin
operasional dari pemerintah Kotamadya Manado berdasarkan surat keputusan
Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dengan nomor:
329/2540/2/IRSA/BP2T/III/2015 tanggal 10 Maret 2015 tentang perizinan
penyelenggaraan Rumah Sakit tipe C. dan pada tanggal 31 Maret 2015 Rumah
Sakit Bhayangkara Tk.IV Manado menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III
berdasarkan keputusan Kapolri, Nomor : Kep/272/III/2015 tanggal 31 Maret
2015 tentang Peningkatan Rumah Sakit Bhayangkara Manado menjadi Tk. III .
Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado merupakan salah satu sarana
kesehatan Polri di wilayah, yang memberikan pelayanan kedokteran kepolisian
untuk mendukung tugas operasional anggota Polri dan pelayanan kesehatan
kepolisian bagi pegawai negeri pada polri dan keluarganya serta masyarakat
umum.

5
2.1.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar,
2004).
2. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya
mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara
rasional, di samping ketentuan masing-masing rumahsakit.
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Depkes,
2004) :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formulsrium rumah sakit
3. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Depkes,
2004) :

6
1. Pengelolaan PerbekalanFarmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang
merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standarobat.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang merupakan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaranyang tersedia.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku malaui pembelian (tender dan
langsung), produksi sediaan farmasi (Produksi steril dan non steril), serta
sumbangan / droping /hibah.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah
bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumahsakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
f. Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang
dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah
tidaknya terbakar, tahan / tidaknya terhadap cahaya disertai sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit untuk
pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem persediaan
lengkap di ruangan, sistem resep perseorangan, sistem unit dose, dan sistem
kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan (sentralisasi dan atau

7
desentalisai dengan sistem resep perseorangan oleh apotik rumah sakit), dan
untuk pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja (Apotik rumah
sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan
perbekalan farmasiemergensi).
2. PelayananKefarmasiandalamPenggunaanObatdanAlatKesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien meliputi seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratanklinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan(alkes).
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat danalkes.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obatdan alkes.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien /keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien /keluarga.
g. Melakukan pencampuran obatsuntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisiparenteral.
i. Melakukan penanganan obatkanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalamdarah.
k. Melakukan pencatatan setiapkegiatan.
l. Melaporkan seluruhkegiatan.
2.2 Obat
Definisi obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 tahun 2014 yaitu obat termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Sumardjo, D. (2006) melaporkan, obat
adalah suatu bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan
dipergunakan untuk keperluan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan suatu
penyakit. Obat secara umum merupakan semua bahan tunggal atau campuran
yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk mencegah, meringankan dan
menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2005). Dari beberapa definisi obat di atas

8
dapat disimpulkan bahwa obat merupakan suatu bahan kimia yang diproduksi
untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah timbulnya risiko berbagai penyakit.
2.3 Pengelolaan Obat
Pengelolaan perbekalan obat di farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Tujuannya adalah untuk
menetapkan jenisdan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhanpelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Hasratna, 2016).
2. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui proses pembelian secara langsung atau melalui
tender dari distributor, pembuatan sediaan farmasi atau berasal dari
sumbangan/hibah (Febriawati, 2013).
Rangkaian proses dalam pengadaan dimulai dari penerimaan daftar
perencanaan, membuat rencana pembelian, memilih pemasok, kemudian
melakukan negosiasi harga, menentukan waktu untuk membeli, menulis surat
pemesanan, dan menyerahkan surat pemesanan ke pemasok (Pudjaningsih, 2006).
3. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan perbekalan farmasi harus
dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam
penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta
harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan
farmasi harus ada tenaga farmasi(Hasratna, 2016).

9
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan alfabetis dengan menerapkan prinsip(First Expired First Out)
FEFO dan(First In First Out) FIFOdan disertai sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan
sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai dengan
cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi (Hasratna, 2016).
5. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis(Hasratna, 2016).
6. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat
di unit-unit pelayanan (Hasratna, 2016).
7. Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku(Hasratna, 2016).
8. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan merupakan suatu keguatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Adanya
pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi
adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran.pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang

10
umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok
Induk (Hasratna, 2016).
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan (Hasratna, 2016).
Fungsi dari pencacatan adalah:
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa).
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik
perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan
9. Monitoring dan evaluasi
Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring
dan evaluasi (monev).Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai msukan guna
penyususnan perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pelaksanaan monev dapat dilakukan secara periodik dan
berjenjang.Keberhasilan monev ditentukan oleh surpervisor maupun alat yang
digunakan.Tujuan monev adalah meningkatkan produktivitas para pengelola
perbekalan farmasi dirumah sakit agar dapat ditingkatkan secara
optimum(KemenkesRI, 2010).

11
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Sejarah
Rumah Sakit Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado adalah
satu-satunya Rumah Sakit milik POLRI di Sulawesi Utara. Berawal dari
diresmikan Klinik Bersalin Bhayangkari Manado tanggal 26 Februari
1996 oleh Kolonel Drs. Bambang Hermawan selaku Kapolda Sulut dan
kemudian berkembang menjadi tempat perawatan sementara (TPS).
Berdasarkan surat keputusan KAPOLRI No.Pol: Skep / 1549 / X / 2001
tanggal 30 Oktober 2001 menjadi RS. Bhayangkara Tingkat IV Manado.
Kemudian Rumah Sakit ini berubah tingkatan dari Tingkat IV ke Tingkat
III Sesuai Surat Keputusan KAPOLRI No. Kep / 272 / III / 2015 pada
tanggal 31 Maret 2015. Adapun uraian pergantian jabatan sebagai berikut:
1. dr.CharlesManullang : 2002-2006

2. KompolP.Elintong : 2006-2008

3. dr.MadeWijaya,SpPD : 2008-2009

4. dr.Diana Tamboto : 2009-2013

5. drg.Ignatius HendraA.Sp.KG : 2013-2018

6. dr.SigitLesmonojati,MH : 2018-2019

7. dr.N. Faizal Zulkarnain, Sp.KF.MH.Kes : 2019-sekarang.

Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado sudah Terakreditasi


Lima Pelayanan Dasar KEMENKES tingkat C Nomor:
HK.02.03/I/0906/20114. Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado
dimana pelayanan kesehatan yang diberikan selain melayani pasien
anggota POLRI, PNS POLRI dan keluarganya juga melayani pasien
umum dari semua lapisan masyarakat yang mampu maupun tidak mampu.
3.1.1 Kondisi Rumah Sakit
1. Kondisi Awal
a. Luas tanah : 5.787m2

12
b. Luas bangunan : 1.234m2
c. KapasitasTT : 15 TempatTidur
d. Personil : 9 Orang
2.  Kondisi saat ini
a. LuasTanah : 6.462m2
b. Luasbangunan : 4.878m2
c. KapasitasTT : 105 TT (tempat tidur)
d.  Personil
Personil Organik : 47 Orang
Personil Kontrak (PHL) : 171 Orang

3. Total Personil : 218 Orang


4. Batas-batas
a. Utara : Pemukiman masyarakat Karombasan Utara
b. Timur : Jalan Raya Manado Tomohon
c. Selatan : SPN Karombasan
d. Barat : Aspol SPN karombasan
3.1.2 Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terdepan dalam pelayanan dan
menjadi kebanggaan POLRI dan masyarakat umum.
3.1.3 Misi Rumah Sakit
a. Memberikan pelayanan kesehatan dengan cepat, tepat, dan ramah
secara paripurna dan berkelanjutan.
b. Meningkatkan ketrampilan para staf, perawat dan dokter untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya rumkit secara efektif dan
efisien.
3.1.4 Motto Rumah Sakit
Kesehatan adalah sebuah investasi, untuk itu jagalah kesehatan demi
masa depananda dan keluarga.

3.1.5 Tujuan RumahSakit


a. Memberikan dukungan kesehatan dalam rangka tugas

13
operasionalkepolisian
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh anggota
POLRI dan keluarga serta masyarakat umum.
3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado
3.2.1 Struktur organisasi

14
3.2.2 Alur Distribusi Obat

Gudang IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tempat Penyimpanan Obat

Rawat Jalan Rawat Inap

Pemberian obat ke
ruangan Rawat Inap
Pemberian obat langsung
kepada pasien/keluarga
pasien
Penyimpanan obat oleh
Perawat

Pemberian obat dari


Perawat ke Pasien

15
3.2.3 Alur pelayanan resep
a. Resep pasien rawat jalan

Penerimaan resep dan Pengkajian resep, salinan


persyaratan resep

Konfirmasi harga dan Entri resep dan print nota


pembayaran untuk pasien pengeluaran obat
umum

Penyiapan obat, pengemasan Pengkajian obat


obat, pembuatan etiket

Penulisan resep di buku Penyerahan obat disertai


ekspedisi resep informasi obat

16
b. Resep pasien rawat inap

Penerimaan resep Pengkajian resep, salinan


resep

Pengkajian obat Penyiapan obat, pengemasan


obat, pembuatan etiket

Penyerahan obat disertai Penulisan resep di buku


informasi obat ekspedisi resep

Konfirmasi harga dan Entri resep dan print nota


pembayaran untuk pasien pengeluaran obat
umum

17
3.2.4 Pengelolaan Obat

1. Perencanaan
Penentuan jenis obat dan pengadaannya ditentukan berdasarkan pola
penyakit yang paling sering terjadi dan kebutuhan obat di rumah sakit.

2. Pengadaan
Pengadaan obat dilakukan secara langsung oleh pihak gudang di Instalasi
Farmasi ke pihak PBF, obat dan alat kesehatan yang dipesan kemudian
masuk dan disimpan langsung di gudang instalasi farmasi. Sedangkan untuk
obat-obatan Narkotik atau Psikotropik pengadaannya dilakukan langsung
oleh Apoteker Penanggung jawab ke PBF.

3. Penerimaan
Penerimaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh pihak gudang instalasi
farmasi, sedangkan untuk obat-obat narkotika dan psikotropika diterima
langsung oleh apoteker penanggung jawab.

4. Penyimpanan
Obat disimpan menggunakan sistem alfabetis dan sesuai bentuk sediaan
(tablet, sirup, injeksi). Obat-obat yang harus disimpan pada suhu dingin
sangat diperhatikan penyimpanannnya, begitu pun dengan obat-obat high
alert dan obat narkotik serta psikotropika.

5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dilakukan dengan metode unit daily dose (UDD). UDD
merupakan salah satu satu metode dispensing dan pengendalian obat oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), di mana obat disiapkan dalam
kemasan unit tunggal siap konsumsi, dan untuk penggunaan tidak lebih dari
24 jam. Obat-obat tersebut didistribusikan atau tersedia pada ruang
perawatan pasien setiap waktu. Pendistribusian obatnya dimulai dari gudang

18
instalasi farmasi, obat-obat dimasukkan ke dalam instalasi farmasi dan
disimpan. Untuk pasien rawat jalan, obat diberikan secara langsung kepada
pasien atau keluarga pasien. Untuk pasien rawat inap, resep obat biasanya
telah ditulis secara rutin pada kartu permintaan obat dan obat diberikan
langsung pada perawat sebelum digunakan oleh pasien.

6. Pengendalian
Pengendalian persediaan obat dilakukan dengan pengecekan stok obat yang
telah habis sehingga re-stock obat maupun alat kesehatan dapat dilakukan.

7. Penghapusan
Pemusnahan obat-obat kadaluwarsa yang tidak digunakan dalam jumlah
besar yang tersimpan di unit pelayanan farmasi harus dikembalikan ke
pemasok atau dimusnahkan langsung oleh pihak berwenang.

8. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan obat dilakukan oleh tenaga kerja kefarmasian
yang ada di Instalasi Farmasi. Setiap satu macam obat memiliki satu kartu
stok, pencatatan dilakukan dengan cara menghitung sisa tiap satu macam
obat. Pencatatan akan dilakukan setiap hari pada kartu stok masing-masing
obat. Untuk golongan obat narkotika dan psikotropika pencatatannya sama
pada kartu stok, kemudian dicatat setiap berapa jumlah obat yang
dikeluarkan dan dicatat berapa jumlah sisa obat.
Untuk pelaporan di Instalasi Farmasi dilakukan selama enam bulan sekali,
pada pelaporan tersebut salah satu yang dilaporkan seperti Kejadian Nyaris
Cidera (KNC) seperti pada saat salah memberikan obat lasa, dimana obat
yang diminta adalah Omeprazole injeksi sedangkan yang diberikan adalah
Ceftriaxone injeksi atau saat pasien menyerahkan resep salep mata
gentamicin tetapi yang diberikan adalah salep kulit. Kesalahan-kesalahan
yang menyangkut keselamatan pasien merupakan kejadian yang dilaporkan
pada saat pelaporan.
9. Monitoring dan Evaluasi

19
Untuk Monitoring dan Evaluasi dilakukan dengan mengamati tingginya
presentasi dari masing-masing Kejadian Nyaris Cidera untuk kemudian bisa
diperbaiki agar presentasi kejadian nyaris cidera dapat menurun dan dapat
meminimalisir kesalahan yang menyangkut keselamatan pasien.

BAB IV
PEMBAHASAN
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian dari rumah sakit

yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan

mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan

teknis kefarmasian di rumah sakit (Dirjen Binfar dan Alkes RI, 2010).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) sebagai suatu departemen atau

unit atau bagian di suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan

dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-

undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta

kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan,

pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi,

dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan,

pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan

kesehatan di rumah sakit. Pelayanan frmasi klinik umum dan spesialis

mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang

merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar, 2004).

a. Masalah di RS Bhayangkra

Berdasarkan pengamatan, pelayanan kefarmasian di rs bhayangkara

20
manado ada beberapa masalah yang sering terjadi pada pelayanan dan

pengadaan obat, hal ini harus di lakukan perubahan agar dapat memperbaiki

system pelayanan obat tersebut menjadi lebih baik dan terarah. Beberapa

masalah tersebut yaitu, waktu pemberian obat yang masih tergolong lama

sehingga pasien harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan obat. Menurut

Rakhmisari D, (2006) Pelayanan resep obat yang lama akan berpengaruh

terhadap pasien yang dapat menyebabkan pasien tidak puas dan merasa

dirugikan karena waktu pelayanan yang lama. Waktu tunggu yang lama juga

akan mengakibatkan peningkatan waktu pelayanan, dampak dari hal ini

menyebabkan pasien tidak mau membeli obat di instalasi farmasi rumah sakit.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pasien adalah pelayanan yang

cepat dan ramah disertai jaminan tersediannya obat. Selain itu kurangnya sumber

daya manusia (SDM) di instalasi farmasi mengakibatkan beberapa stok obat

kosong atau tidak tersedia, Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor

penting yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan resep pasien rawat jalan. Kualitas dan kuantitas SDM di instalasi

farmasi rawat jalan berperan secara kritis dalam meningkatkan dan menjaga

kualitas pelayanan kesehatan, sehingga harus direncanakan sebaik-baiknya

(Ilyas, 2011).

Mediccation error juga sering terjadi di instalasi farmasi rumah sakit

bhayangkara. Kesalahan dalam proses pengobatan yang mencakup pengemasan,

administrasi termasuk catatan pemulangan pasien. Proses pengemasan adalah

pengurangan/ penghilagan dosis, sedangkan pada proses administrasi adalah

21
kurangnya control terhadap identitas pasien dan kesalahan waktu pemberian

obat.

b. Pemecahan Masalah

Apotek harus melakukan perencanaan, pengelolaan staf, pengelolaan unit

pelayanan pasien rawat jalan. Hal tersebut dilakukan karena apoteker berperan

sebagai penanggung jawab dalam unit pelayanan farmasi khususnya pelayanan

pasien rawat jalan. Fasilitas dan unit rawat jalan antara lain posisi farmasi harus

berada dalam wilayah yang mudah dijangkau oleh pasien. Dilengkapi dengan

kapasitas ruangan khusus bagi apoteker dan pasien untuk melakukan pelayanan

informasi obat (PIO), serta ruang tunggu yang sangat nyaman untuk pasien

sehingga pasien tidak merasakan bosan dan tidak membeli resep diluar instansi

rumah sakit (Permenkes, 2004).

Sumber daya manusia di Instalasi Farmasi harus di tingkatkan sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.58 tahun 2014 yaitu apoteker, tenaga

teknis kefarmasian dan Asisten Apoteker penunjang lain agar tercapai sasaran

dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Uraian tugas tertulis dari masing-

masing staf Instalasi Farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan

kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai prosedur di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit.

Mencegah agar tidak terjadi Mediccation error pada instansi rumah sakit

dengan mengebangkan teknologi baru untuk mengontrol ketepatan identitas

pasien. Namun demikian tekhnologi ini harus betul-betul dipertimbangkan

dalam proses peresepan obat. Untuk pencatatan pasien pulang menyarankan

22
suatu guideline (pedoman) yang baku dan tidak menimbulkan keraguan dalam

pencatatan resep (Lisby, 2005).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa

masih terdapat beberapa masalah dalam pelayanan resep di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Bhayangkara dan ketidaksesuaian teori dalam praktek kerja dimana

waktu pemberian obat yang masih tergolong lama sehingga pasien harus

menunggu lebih lama untuk mendapatkan obat. Pelayanan resep untuk pasien

rawat jalan dan rawat inap, dilakukan dari saat penerimaan resep hingga

penulisan resep dibuku ekspedisi resep. Sistem distribusi yang digunakan adalah

Individual Prescription untuk pasien rawat jalan, Unit Dose Dispensing dan

Floor Stock untuk pasien rawat inap. Sistem distribusi yang digunakan ini sudah

baik namun kurang optimal karena kurangnya SDM.

Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara dilakukan

dari tahap perencenaan; pengadaan obat melalui PBF; penerimaan; penyimpanan

obat; dengan sistem alfabetis, suhu penyimpanan yang sesuai serta obat-obat

high alert, narkotika dan psikotropika; pendistribusian; pengendalian;

penghapusan; pencatatan dan pelaporan obat; dan monitoring dan evaluasi.

5.2 Saran

23
1. Saran Kepada Pihak Jurusan
Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
PKL dilakukan 2 hari sebelum kegiatan berlangsung dan saat pembekalan
diharapkan materi yang didapat diperbanyak dan diperluas sehingga mahasiswa
dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan PKL.
2. Saran Untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi harus melakukan perencanaan, pengelolaan staf, pengelolaan
unit pelayanan pasien rawat jalan serta meningkatkan sumber daya manusia agar
pelayanan resep lebih baik.
3. Saran untuk mahasisa yang akan melaksanakan PKL
a. Sebaiknya mahasiswa yang hendak melaksanakan PKL kiranya bisa menguasai
teori maupun praktek kefarmasian untuk meningkatkan kemampuan dalam
melayani resep.
b. Hendaknya mahasiswa PKL dapat lebih disiplin, menjaga sikap dan mengikuti
segala aturan yang telah ditetapkan oleh instansi yang menjadi tempat PKL.

24

Anda mungkin juga menyukai