PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan farmasi Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu kegiatan di RS
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
standar pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan Farmasi RS
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan RS yang
berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya
disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya
kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan
penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk
kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Dari uraian diatas, sarana
kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas),
Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi,
praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat,
apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), pabrik obat dan bahan obat,
laboratorium kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya ( Siregar, 2004).
Salah satu unit pelayanan kesehatan yang dijadikan sebagai sarana
kesehatan yaitu Rumah Sakit. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Sarana kesehatan
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar,
2004).
Kegiatan yang dilakukan instalasi farmasi di Rumah Sakit meliputi
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan
obat dan alat kesehatan. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan,
perencanaan, pengadaan, memproduksi, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian. Pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan sangat diperlukan peran profesionalisme apoteker, sebagai salah satu
pelaksana pelayanan kesehatan (Siregar dan Amalia, 2004).
Untuk mengoptimalkan upaya kesehatan maka Rumah Sakit harus
melakukan segala hal secara terperinci dan sesuai dengan prosedur tetap yang
berlaku sesuai dengan ketentuan yang ada. Salah satu hal yang harus dilakukan
dengan baik dan sesuai dengan prosedur tetap yaitu hal yang berhubungan dengan
penyimpanan obat. Penyimpanan obat yang ada di Rumah Sakit menjadi salah
satu hal yang penting untuk diperhatikan agar mutu obat tetap terjaga dan
persediaan obat tetap ada sehingga pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dapat
berjalan dengan baik. Penyimpanan sangat penting diperhatikan karena dengan
penyimpanan yang baik maka penggunaan obat di Rumah Sakit dapat terorganisir
dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
dari penyimpanan itu sendiri adalah memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan,
dan memudahkan pencarian dan pengawasan (Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Struktur Organisasi Rumah Sakit :
a. Rumah sakit umum daerah dr. H. Aloei Saboe
b. Rumah sakit umum daerah dr. M.M Dunda Limboto
c. Rumah sakit umum daerah Otanaha Gorontalo
d. Rumah sakit umum daerah dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo
e. Rumah sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah
f. Rumah sakit Toto Kabila
1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui Struktur Organisasi Rumah Sakit :
a. Rumah sakit umum daerah dr. H. Aloei Saboe
b. Rumah sakit umum daerah dr. M.M Dunda Limboto
c. Rumah sakit umum daerah Otanaha Gorontalo
d. Rumah sakit umum daerah dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo
e. Rumah sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah
f. Rumah sakit umum daerah Toto Kabila
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018 adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Mendefinisikan Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh
tenaga medis professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien. (Supartiningsih, 2017)
Bramantoro (2017), juga menjelaskan bahwa Rumah Sakit merupakan suatu
fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya kesehatan secara
berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan pemulihan yang
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun
2014 ada dua macam rumah sakit :
1. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan
(Listiyono, 2015).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2019
berdasarkan kelasnya rumah sakit umum dikategorikan ke dalam 4 kelas mulai
dari A, B, C, D. Dimana untuk yang membedakan keempat kelas tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Bangunan dan prasarana
b. Kemampuan pelayanan
c. Sumber daya manusia
d. Peralatan.
Keempat kelas rumah sakit umum tersebut mempunyai spesifikasi dan
kemampuan yang berbeda dalam kemampuan memberikan pelayanan kesehatan,
keempat rumah sakit tersebut diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe A
Rumah sakit tipe A merupakan rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit umum
tipe A sekurang-kurangnya terdapat 4 pelayanan medik spesialis dasar yang terdiri
dari: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah dan obstetri dan
ginekologi. 5 spesialis penunjang medik yaitu pelayanan anestesiologi, radiologi,
rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi anatomi. 12 spesialis lain yaitu:
mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedic, urologi, bedah syaraf, bedah plastik
dan kedokteran forensik dan 13 subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam,
kesehatan anak, obstetrik dn ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf,
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan giggi
mulut.
b. Tipe B
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetrik
dan ginekologi. 4 spesialis penunjang medik: pelayanan anastesiologi, radiologi,
rehabilitasi medik dan patologi klinik. Dan sekurang-kurangnya 8 dari 13
pelayanan spesialin lain yaitu: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedik,
urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik: mata, syaraf,
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, urologi
dan kedokteran forensik. Pelayanan medik subspesialis 2 dari 4 subspesialis dasar
yang meliputi: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetrik dan ginekologi.
c. Type C
Rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas, mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 spesialis dasar: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,
bedah, obstetrik, dan ginekologi dan 4 spesialis penunjang medik: pelayanan
anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.
d. Type D
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 dari 4 spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetrik dan ginekologi.
e. Type E
Fasilitas : Hanya memiliki fasilitas kesehatan di bidang tertentu.
2.1.3 Organisasi Rumah Sakit
Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik dan berbeda dengan
organisasi lain, (Soedarmo, 2002). Pola organisasi rumah sakit pemerintah pada
umumnya terdiri atas badan pengurus, yayasan, dewan pembina, dewan
penyantun, badan penasehat, dan badan penyelenggaraan. Badan penyelenggaraan
terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas, dan berbagi
bagian dari instalasi. Tergantung pada besarnya rumah sakit, dapat terdiri atas satu
sampai empat wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang medik
dan keperawatan, wakil direktur keuangan dan administrasi. Susunan organisasi
rumah sakit kelas C lebih sederhana jika dibandingkan dengan kelas A atau kelas
B. Dsini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang
mengurusi administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan
jumlah staf profesional (medis dan paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap
rumah sakit ini. secara umum, jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan juga akan ikut menentukan peningkatan kelas sebuah RS disuatu
wilayah, terutama yang berlokasi ddi ibukota provinsi. Mengatur personal atau
staf yang dikenal dengan sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam rencana
dapat berjalan dengan baik. Pengaturan tugas masing-msing staf pelaksana
penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam program sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi. Struktur organisasi rumah sakit
harus efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak birokrasi. Penetapan struktur
organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas pekerjaan, memberikan
wwenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban. Mengingat
sifat rumah sakit yang berbeda dengan sifat umumnya suatu institusi.
2.1.4 Jenis Pelayanan Rumah Sakit
Kegiatan utama suatu rumah sakit adalah penyembuhan pada din seseorang
atau banyak orang, sehingga orang tersebut dapat kembali melakukan kegiatannya
sehari-hari tanpa terganggu oleh keadaan kelainan atau tidak normalnya fungsi
fisik atau jiwanya. Oleh karena besar dan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan
oleh suatu rumah sakit, maka kegiatan rumah sakit dibagi dalam beberapa
kelompok pelayanan. Kelompok ini ditunjang oleh sarana pelayanan sebagai
pelengkap kegiatan kelompok tersebut. Dengan berpedoman pada rumah sakit
yang terlengkap, kegiatan kelompok pelayanan adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan administrasi, antara lain : gedung admnistrasi rumah sakit,
pendidikan dan sebagainya.
2. Pelayanan medis antara lain : Rawat jalan (poliklinik), gawat darurat
(emergency), bedah sentral (central operating theater), obstetric dan
gynocolog dan sebaginya.
3. Pelayanan penunjang medis antara lain : Radiology, instalasi farmasi,
instalasi laboratorium, instalasi gizi, kamar jenazah.
4. Pelayanan perawatan ,antara lain : ICCU, ICU, Phisiotherapy, rawat nginap
dan sebagainya. Patologi dan sebagainya.
5. Pelayanan penunjang non-medis, antara lain : pemeliharaan sarana, genset,
incenerator, halaman/parkir, selasar dan sebagainya.
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
2.2.1 Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian dari suatu Rumah Sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-
undavvv ngan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat, atau
fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian (Sirega dan Amalia, 2004)
2.2.2 Tujuan IFRS
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan IFRS adalah untuk melangsungkan pelayanan
farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun keadaan gawat darurat
sesuai dengan keadaan pasien dan fasilitas yang tersedia; menyelenggarakan
kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika
profesi; melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat;
menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan; mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan
evaluasi pelayanan; mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan
metode.
2.2.3 Organisasi IFRS
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, struktur minimal organisasi IFRS memiliki kepala
IFRS, bagian administrasi, bagian pengelolaan perbekalan, bagian farmasi klinik
dan bagian manajemen mutu. struktur ini bersifat dinamis dan harus disesuaikan
dengan situasi serta kondisi rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin
oleh apoteker. pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker,
yang mempunyai pengealaman minimal dua tahun dibagaian farmasi rumah sakit
Apoteker memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan mempunyai
surat ijin kerja dan pada pelaksaannya Apoteker dibantu Tenaga Tekhnis
Kefarmasian (TTK).
2.1.3 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Toto Kabila
Pada mulanya bangunan Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT) adalah
merupakan bangunan peninggalan Pemerintah Jepang yang oleh Jepang didirikan
pada tahun 1942 dengan nama Bokuka (bahasa Jepang), yang artinya Gudang
tempat perbekalan. Pada waktu masa peralihan dari Pemerintahan Jepang atas
usaha dari beberapa anggota masyarakat daerah Kabupaten Gorontalo, yang di
prakarsai oleh dr. Aloei Saboe, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang
untuk dijadikan satu tempat khusus, untuk menampung orang–orang (penderita-
penderita) yang mengidap penyakit Kusta. Pada waktu itu penderita-penderita
penyakit tersebut harus diasingkan jauh dari keluarga dan masyarakat umum, oleh
karena penyakit kusta terkenal dengan sebagai penyakit menular yang sangat
berbahaya dan sangat ditakuti. Dari tahun ke tahun makin lama jumlah penderita
Kusta makin bertambah dengan jumlah 305 orang, penderita tersebut berasal dari
Kabupaten Gorontalo maupun dari daerah luar Kab. Gorontalo seperti Sulawesi
Tengah dan Kab. Minahasa (pada saat itu Pulau Sulawesi hanya ada satu
Provinsi). Dengan demikian Gudang tersebut menjadi tempat mengisolir sekaligus
menampung penderita Kusta yang kemudian dikenal oleh masyarakat dengan
sebutan Rumah Sakit Kusta Toto karena berlokasi di Desa Toto, maka diberinama
Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT). Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 402/MENKES/SK/VI/2009 tanggal 2 Juni 2009 tentang kelas Rumah
Sakit Umum Toto Kabila milik Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dengan
klasifikasi Kelas C. Dalam perkembangannya RSUD Toto Kabila menjadi Badan
Pengelola berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bone Bolango Nomor :
130/KEP/BUP.BB/IV/2011 Tanggal 7 April 2011 tentang Penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah
Sakit Umum Daerah Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango, dan pada tanggal 29
Juni 2012 RSUD Toto Kabila mendapat pengakuan dari Komisi Akreditas
Rumah Sakit (KARS) dengan Nomor Sertifikat : KARS-SERT/700/VI/2012. Pada
tahun 2014 RSUD Toto Kabila telah berubah status Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) secara penuh berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bone Bolango
Nomor 173.b/KEP/BUP.BB/130/2014 tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah Sakit
Umum Daerah Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang
kompleks dituntut untuk memberikan pelayanan dan informasi kesehatan yang
tepat. Tidak hanya mengunggulkan fasilitas kesehatan yang lengkap, namun sikap
dan layanan sumber daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh terhadap
pelayanan yang dihasilkan dan persepsi pasien. Semakin meningkatnya kesadaran
dan pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan, menyebabkan tuntutan
dalam pelayanan kesehatan semakin meningkat sehingga perlu adanya upaya
untuk mengantisipasi keadaan tersebut dengan menjaga dan mengevaluasi kualitas
pelayanan secara terus menerus agar diketahui kelebihan maupun kelemahan dari
jasa pelayanan kesehatan yang diberikan. Kesinambungan pada semua kegiatan
layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien harus dikoordinasikan dengan
efektif bagi semua bentuk pelayanan yang tersedia, baik iturujukan,rekam medik,
obat maupun laboratorium.
Salah satu Rumah Sakit yang ada di Kota Gorontalo adalah RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe. Rumah Sakit ini sebagai pusat layanan medis yang
merupakan institusi vital dalam suatu masyarakat. kehadiran Rumah Sakit ini
merupakan tuntutan harapan bagi masyarakat yang terkena penyakit. Pada Rumah
Sakit, masyarakat berharap agar penyakit yang dideritanya dapat diobati. Rumah
Sakit Aloei Saboe memberikan pelayanan kesehatan pada unit rawat inap dan unit
rawat jalan.Pelayanan rawat jalan kini merupakan salah satu pelayanan yang
menjadi perhatian utama rumah sakit di seluruh dunia, karena jumlah pasien rawat
15 jalan yang jauh lebih besar dari pasien rawat inap, sehingga pasien rawat jalan
sumber pangsa pasar yang besar yang diprediksikan akan mengimbangi
pemasukan dari pasien rawat inap di masa mendatang yang dapat meningkatkan
finansial rumah sakit. Selain itu di dalam memilih rumah sakit untuk rawat inap,
pilihan pasien biasanya dimulai dari pelayanan rawat jalan. RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki Instalasi Rawat Jalan merupakan salah satu
tempat pelayanan yang pertama, yang diharapkan pasien maupun keluarga pasien
adalah sebagai tempat pemberi informasi yang jelas sebelum pasien mendapatkan
tindakan / pelayanan berikutnya sampai memerlukan rawat inap. Sebagai bagian
dari Rumah Sakit, instalasi rawat jalan berupaya meningkatkan pelayanan
kesehatan dan berusaha memenuhi segala aspek mutu kesehatan, begitupun di
instalasi rawat jalan khususnya dipoliklinik penyakit dalam yang ada di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe, yang selalu memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
memberikan jaminan kesehatan berupa BPJS kesehatan.
3.1.1 Sejarah Singkat RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Rumah sakit umum daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota gorontalo
pertama kali dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929
dengan nama rumah sakit umum Kotamadya Gorontalo. Pada tahun 1979, rumah
sakit umum kotamadya gorontalo ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C
berdasarkan surat keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia nomor :
51/Men.Kes/SK/II/79 sebagai rumah sakit kelas pada tanggal 17 september tahun
1987 nama rumah sakit kotamadya gorontalo diubah menjadi rumah sakit umum
daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe gorontalo yang ditetapkan dengan surat
keputusan kotamadya Gorontalo Nomor 97 tahun 1987. Nama tersebut diambil
dari salah seorang perintis kemrdekaan putera gorontalo yang banyak berjasa
dalam bidang kesehatan yaitu Almarhum ALOEI SABOE yang memperoleh gelar
adat (TAA LOO TINEPA LIPU).
Pada tahun 2002 terjadi perubahan struktur organisasi tata kerja
rumahsakit menjadibadan pengelola rumah sakit umum daerah Prof. Dr. H. Aloei
saboe kota gorontalo berdasarkan surat keputusan walikota kota gorontalo
Nomor : 351 tanggal 25 Maret tahun2002. Tanggal 19 maret 2001 adalah awal
dimulainya relokasi bangunan rumah sakit umum daerah Prof. Dr. H. Aloei saboe
dengan dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gedung baru rumah
sakit. Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 19 maret mulai dimanfaatkan
gedung baru rumah sakit Prof. Dr. H. Aloei saboe kota gorontalo. Pada tahun
2009 rumah sakit Prof. Dr. H. Aloei saboe kota gorontalo ditetapkan sebagai
rumah sakit tipe B non pendidikan milik pemerintah kota gorontalo berdasarkan
surat keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
084/MENKES/SK/I/2009 tanggal 29 Januari 2009.
3.1.2 Struktur Organisasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Rumah sakit umum daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe membentuk suatu
struktur organisasi yang dapat mengatur dan membatasi wewenang sehingga tidak
terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan tugas dan tangungg jawab masing-
masing. Berikut struktur organisasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
Berdasarkan data yang kami dapatkan adalah bahwa rumah sakit dunda adalah
rumah sakit tipe B pendidikan yang mempunya satu direktur dan dua orang wakil
direktur yang sesuai dengan teori yang ada bahwa rumah sakit tipe B memiliki
direktur dan dua orang wakil direktur yaitu wakil direktur administrasi dan
keungan serta wakil direktur pelayanan & keperawatan. Rumah sakit Dunda juga
memiliki kepala bagian masing – masing yang berada dibawah tanggung jawab
wakil direktur 1 bagian administrasi & keuangan diantaranya yaitu kepala bagian
keungan, membawahi kasubag akuntansi, kasubag perbendaharaan dan kasubag
verifikasi di anggran. Kemudian kepala bagian admin membawahi kasubag
ketatausahaan, kasubag kepegawaian dan kasubag perlengkapan. Selanjutnya
kepala bagian bina program dan publikasi membawahi kasubag perencanaan dan
evaluasi, kasubag hukum dan humas, serta kasubag promkes rumah sakit.
Selanjutnya kepala bagian yang berada dibawah tanggung jawab wakil
direktur 2 yaitu kepala bagian bidang pelayanan medik yang membawahi kasie
pelayanan medik dan kasie rekam medik dan sirs. Kemudian kepala bidang
pelayanan keperawatan yang membawahi kasie pelayanan dan asuhan
keperawatan dan kasie etika dan pengembangan mutu keperawatan, Dan yang
terakhir adalah kepala bidang pelayanan penunjang yang membawahi kasie
penunjang medik dan kasie penunjang non medik.
Pada tahap pemilihan sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Unit Farmasi Rumah Sakit M.M Dunda Limboto sesuai dengan
kebutuhan yaitu berdasarkan dengan Formularium Rumah Sakit yang sesuai
dengan aturan Permenkes Nomor 72 tahun 2016 yakni Standar Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan, pola
penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan
ketersediaan di pasaran.
3.3 Jenis Pelayanan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan dilaksanakan setiap
Hari Senin – Sabtu, yang dimulai dari Pukul 08.00 – 12.00, Pelayanan Rawat Inap
dibuka 24 Jam setiap Hari. Pelayanan Intensif diantaranya yaitu ICU / ICCU
NICU, Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik meliputi Poliklinik Umum, Poliklinik
Anak, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Bedah, Poliklinik Mata, Poliklinik
Jiwa, Poliklinik Saraf, Poliklinik Bedah, Syaraf Poliklinik THT, Poliklinik Paru,
Poliklinik Jantung, Poliklinik Kulit Kelamin, Poliklinik Gigi, Poliklinik Gizi,
Poliklinik Kandungan dan Poliklinik VCT.
Kemudian pelayanan rawat inap meliputi Bangsal Kebidanan, Bangsal
Kamar Bersalin, Bangsal Penyakit Dalam, Bangsal Bedah, Bangsal Mata, Kamar
Operasi, Faviliun, Interna, IMC, Neurologi dan Obs-Gyne. Selanjutnya adalah
pelayanan Rawat Jalan yang meliputi Apotik, Laboratorium, Radiologi,
Fisioterapi, Penunjang Medik, Laboratorium, Apotik 24 jam, Radiology,
Fisioterapy, Gizi, IPS-RS, Bank Darah, PKRS, Ambulance, Sanitasi, Loundry,
Haemodialisa, Ventilator, Spirometri, Ultrasonografi (USG), Audiometri,
Treadmill Elektrokardiografi (EKG).
Dari segi keadaan infrastruktur, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
memiliki fasilitas yang cukup memadai. RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo berlokasi
di Jalan chmad A. Wahab Kecamatan Limboto, dengan type RS Kelas B
pendidikan yang sudah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLU) status bertahap sejak tanggal 1 september 2009 yang
ditetapkan dengan peraturan bupati gorontalo nomor 57 tahun 2009 rumah sakit
ini memiliki 13 jenis spesialisasi dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 218 TT.
3.3 Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha Gorontalo
DIREKTUR
DIREKTUR
dr. SERLY DAUD, M. Kes
NIP. 19740818 200604 2 005
ADMINISTRASI
AISYAH HARSATI, S.K.M.
NIP. 19850927 201407 2 001
RITA BETH HARUN, A. Md.
NIP. 19761229 201407 2 003
PJ. DEPO UGD PJ. DEPO PJ. DEPO OK PJ. GUDANG FARMASI
GADIMA UMAR, S.Si, RAWAT INAP FATRAWATI M, DEWI MASYITHA, S. Farm,
Apt FEBI KENANDA, S.Si. SANO, S. Farm, Apt Apt
NIP. 19810521 201001 2 012 NIP. 19860703 201101 2 004 NIP. 19820107 200604 2 002 NIP. 19840911 201001 2 023