Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat (Menkes, 2020). Rumah sakit adalah saran pelayanan

kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat,

atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan

terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatn (Menkes,

2004). Menurut WHO (World Health Organization) Rumah sakit

merupakan bagian internal dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO,

2020).

B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan misi dengan memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Undang –

Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan

paripurna merupakan pelayanan kesehatan yang meliputi promotive,

preventif, kuratif, dan rehabilitative (Depkes RI, 2009). Fungsi dari

rumah sakit menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor

44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah :

1. Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggara pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberi

pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggara penelitian dan pengembangan serta penmapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan

pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika dalam ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan (Depkes RI, 2009).

Rumah sakit dalam Upaya menyelenggarakan fungsinya, maka

Rumah Sakit dapat menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut :

1. Pelayanan Medis

2. Pelayanan dan asuhan keperawatan

3. Pelayanan penunjang medis dan non medis

4. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan


5. Pendidikan, penelitian, dan pengembangan

6. Administrasi, dan keuangan

C. Tujuan Rumah Sakit

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit tujuan dari Penyelenggaraan

Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

1. Mempermudah akses masyarakat untuk medapatkan pelayanan

kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia

di Rumah Sakit

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan

rumah sakit

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,

sumber daya manusia Rumah Sakit, dan Rumah Sakit (Depjes

RI, 2009)

D. Jenis Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

rumah sakit umum dan rumah sakit khusus ditetapkan klasifikasinya

oleh pemerintah berdasarkan kemampuan pelayanan, fasilitas


kesehatan, sarana penunjang, dan sumber daya manusia (Menkes,

2021).

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah

sakit umum memiliki klasifikasi yang terdiri dari kelas A, kelas B,

kelas C, dan kelas D. Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh

rumah sakit umum meliputi :

1. Pelayanan medik dan penunjang medik, yang terdiri dari :

a. Pelayanan medik umum, merupakan pelayanan medik

dasar yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi

b. Pelayanan medik spesialis, merupkaan pelayanan

yang dilakukan oleh dokter spesialis meliputi

pelayanan spesialis penyakit dalam, pelayanan

spesialis anak, pelayanan spesialis bedah, pelayanan

spesialis obstetric dan pelayanan spesialis ginekologi.

c. Pelayanan medik subspesialis, merupakan pelayanan

yang dilakukan oleh dokter subspesialis meliputi

pelayanan medik subspesialis dasar dan pelayanan

medik subspesialis lain (Menkes, 2021).

2. Pelayanan keperawatan dan kebidanan, meliputi :

a. Pelayanan asuhan keperawatan, meliputi pelayanan

berupa asuhan keperawatan generalis dan pelayanan

asuhan keperawatan spesialis

b. Pelayanan asuhan kebidanan (Menkes, 2021)


3. Pelayanan Kefarmasian, yang meliputi :

a. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan

bahan medis habis bapak (BMHP) yang dilakukan

oleh instalasi farmasi sistem satu pintu

b. Pelayanan farmasi klinik (Menkes, 2021).

4. Pelayanan penunjang, yang terdiri dari :

a. Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga

kesehatan, meliputi pelayanan laboratorium,

pelayanan rekam medik, pelayanan darah, pelayanan

gizi, pelayanan sterilisasi yang sentral, dan pelayanan

penunjang lain.

b. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga non kesehatan,

meliputi : manajemen rumah sakit, informasi dan

komunikasi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat

kesehatan, pelayanan laundry/binatu, pemulasaraan

jenazah, dan pelayanan penunjang lain (Menkes,

2021)

Rumah sakit khusus merupakan rumah sakit yang

memebrikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,

jenis penyakit, atau kekhusuan yang lainnya. Rumah sakit khusus


memiliki klasifikasi yang terdiri atas kelas A, kelas B, kelas C.

Rumah sakit khusus terdiri dari beberapa macam antara lain :

1. Rumah sakit khusus ibu dan anak

2. Rumah sakit khusus mata

3. Rumah sakit khusus gigi dan mulut

4. Rumah sakit khusus ginjal

5. Rumah sakit khusus jiwa

6. Rumah sakit khusus infeksi

7. Rumah sakit khusus telinga, hidung, tenggorokan, bedah

kepala, dan leher

8. Rumah sakit khusus paru

9. Rumah sakit khusus bedah

10. Rumah sakit khusus orthopedi

11. Rumah sakit khusus kanker

12. Rumah sakit khusus jantung dan pembuluh darah

13. Rumah sakit khusus ketergantungan obat

14. Rumah sakit khusus otak (Menkes, 2021)

Pelayanan Kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit khusus

antara lain :

1. Pelayanan medik dan penunjang medik, meliputi :

a. Pelayanan medik umum

b. Pelayanan medik spesialis sesuai kekhususan

c. Pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan


d. Pelayanan medik spesialis lain

e. Pelayanan medik subspesialis lain (Menkes, 2021)

2. Pelayanan keperawatan dan kebidanan, meliputi :

a. Pelayanan asuhan keperawatan generalis

b. Pelayanan asuhan keperawatan spesialis

c. Pelayanan asuhan kebidanan, sesuai kekhususannya

(Menkes, 2021)

3. Pelayanan kefarmasian, meliputi :

a. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan

medis habis pakai (BMHP) yang dilakukan oleh instlasi

farmasi sistem satu pintu.

b. Pelayanan farmasi klinik (Menkes, 2021)

4. Pelayanan penunjang, meliputi :

a. Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan,

meliputi pelayanan laboratorium, pelayanan rekam medik,

pelayanan darah, pelayanan pengolahan gizi, pelayanan

sterilisasi yang sentral, dan pelayanan penunjang lain.

b. Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga non

kesehatan, meliputi manajemen rumah sakit, informasi dan

komunikasi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat

kesehatan, pelayanan laundry/binatu, pemulasaraan jenzah,

dan pelayanan penunjang lain (Menkes, 2021)

E. Instalasi Farmasi Rumah Sakit


1) Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi rumah Sakit adalah suatu bagian atau unit dalam

rumah sakit, tempat terselenggaranya semua kegiatan kefarmasian

untuk rumah sakit itu sendiri (Adam, 2014). Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Adalah suatu bagian atau unit dalam rumah sakit

dibawah kepemimpinan seorang apoteker yang telah memenuhi

syarat undang-undang berlaku serta bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari pelayanan

paripurna mencakup perencanaan, dispensing obat berdasar resep

bagi pasien rawat inap ataupun rawat jalan, serta pengendalian

mutu kesehatan di rumah sakit (Adam, 2014).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan suatu organisasi

pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan produk

yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan gas medis habis

pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling,

MESO, Monitoring

Terapi Obat, Reaksi Obat yang Merugikan) bagi pasien atau

keluarga pasien.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) harus dikepalai oleh

seorang apoteker yang merupakan apoteker penannggung jawab

seluruh pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Kepala IFRS

diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di instalasi

farmasi rumah sakit minimal 3 (tiga) tahun (Menkes, 2016).


2) Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tujuan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah :

1. Melakukan pelayanan farmasi yang maksimal baik dalam

keadaan gawat darurat maupun dalam keadaan normal sesuai

keadaan pasien dan fasilitas yang ada di instalasi farmasi

rumah sakit.

2. Memberi pelayanan yang bermutu sesuai dengan hasil

evaluasi, analisa, serta telaah pelayanan.

3. Melakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi

(KIEmengenai obat yang diberikan kepada pasien.

4. Pengawasan pada obat-obatan berdasarkan aturan yang

berlaku 5. Menjalankan pelayanan sesuai dengan etik farmasi

dan prosedur kefarmasian (Adam, 2014).

3). Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, yaitu :

1. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi :

a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah

Sakit. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: formularium

dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi,

standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan, pola penyakit,

efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti,

mutu, harga, dan ketersediaan di pasaran (Menkes, 2016).

b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif,

efisien dan optimal. Pedoman perencanaan harus

mempertimbangkan: anggaran yang tersedia, penetapan

prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang

lalu, waktu tunggu pemesanan, rencana pengembangan.

Metode perencanaan terdiri dari metode konsumsi

merupakan metode perencanaan berdasarkan atas analisis

konsumsi logistik periode sebelumnya. Metode

epidemiologi merupakan metode perencanaan berdasarkan

atas analisis jumlah kasus penyakit pada periode

sebelumnya. Metode morbiditas adalah perhitungan

kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Metode

morbiditas memperkirakan keperluan obat–obat tertentu

berdasarkan dari jumlah obat, dan kejadian penyakit

umum, dan mempertimbangkan pola standar pengobatan

untuk penyakit tertentu. Metode ini umumnya dilakukan

pada program yang dinaikkan skalanya (scaling up).

Metode proxy consumption adalah metode perhitungan

kebutuhan obat menggunakan data kejadian penyakit,

konsumsi obat, permintaan, atau penggunaan, dan/atau


pengeluaran obat dari Rumah Sakit yang telah memiliki

sistem pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan

konsumsi atau tingkat kebutuhan berdasarkan cakupan

populasi atau tingkat layanan yang diberikan (Menkes,

2019).

c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang

telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. Hal yang perlu

diperhatikan yaitu Bahan baku Obat harus disertai

Sertifikat Analisa, Bahan berbahaya harus menyertakan

Material Safety Data Sheet (MSDS). Surat Pesanan dibagi

menjadi 4 surat pesanan diantaranya yaitu surat pesanan

reguler, narkotika, psikotropika, dan Obat-Obatan Tertentu

(OOT). surat pesanan yang tergolong obat reguler dibuat

dua rangkap. Satu untuk PBF dan satu untuk arsip gudang

Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Surat pesanan obat

narkotika dibuat untuk satu jenis obat narkotika. Surat

pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap, Satu lembar

Surat Pesanan asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan

diserahkan kepada PBF yang bersangkutan sedangkan satu

lembar Salinan Surat Pesanan sebagai arsip di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit. Surat pesanan psikotropika dibuat

tiga rangkap untuk satu jenis obat psikotropika rangkap

pertama berwarna putih untuk PBF, rangkap kedua warna


kuning untuk arsip rumah sakit dan rangkap ketiga warna

merah muda untuk arsip rumah sakit. Surat pesnan

obatobat tertentu 2 rangkap, rangkap pertama untuk PBF

dan rangkap kedua untuk arsip rumah sakit (Menkes,

2015).

d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Sediaan yang dibuat

di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan

terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di

Rumah Sakit tersebut (Menkes, 2016).

e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku. Penerimaan merupakan kegiatan

untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,

mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang

diterima (Menkes, 2016).

f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian. Metode penyimpanan dapat

dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan

jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan


menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan

First In First Out (FIFO) (Menkes, 2016).

g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di

Rumah Sakit. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat

dilakukan dengan cara floor stock, unit dosis, resep

perorangan, dan kombinasi (Menkes, 2016).Melaksanakan

pelayanan farmasi satu pintu. Alat Kesehatan yang

dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa

alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara

lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan

stent (Menkes, 2016).

h. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari.

untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis

ini digunakan untuk pasien rawat inap (Menkes, 2016).

i. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

(apabila sudah memungkinkan). Sistem komputerisasi

harus diadakan dan difungsikan secara optimal untuk

kegiatan sekretariat, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan

farmasi klinik (Menkes, 2016).


j. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang

terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai (Menkes, 2016).

k. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah

tidak dapat digunakan. Pemusnahan dan penarikan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan

farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan

perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar

berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory

recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin

edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan

kepada Kepala BPOM (Menkes, 2016).

1. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan,danBahanMedis Habis Pakai. Cara untuk

mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai adalah :

a) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang

digunakan (slow moving).

b) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan

dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock).


c) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan

berkala. m. Melakukan administrasi pengelolaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai. (Menkes, 2016).

2. Pelayanan farmasi dalam penggunaan obat serta alat

kesehatan, yaitu :

a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau

permintaan Obat. Kegiatan pengkajian Resep meliputi

administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan

klinis.

1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep :

a) menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai

dengan Resep.

b) menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai

dengan Resep.

2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan.

3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :

a) Warna putih untuk Obat dalam/oral;

b) Warna biru untuk Obat luar dan suntik;

c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan

bentuk suspensi atau emulsi.

4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan

terpisah untuk Obat yang berbeda untuk menjaga mutu


Obat dan menghindari penggunaan yang salah. (Menkes,

2014).

b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat.

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses

untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh

Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang

digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari

wawancara atau data rekam medik/pencatatan

penggunaan Obat pasien (Menkes, 2016).

c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat. Rekonsiliasi dilakukan

untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication

error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan

dosis atau interaksi Obat (Menkes, 2016).

d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat

baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada

pasien/keluarga pasien (Menkes, 2016)

e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang

terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai (Menkes, 2016).

3. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga

kesehatan lain. kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga

kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara

langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau


terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,

meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan

informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional

kesehatan lainnya (Menkes, 2016).

a) Memberikan konseling pada pasien/keluarganya

Pemberian konseling Obat bertujuan untuk

mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko

reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan

meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya

meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi

pasien (patient safety) (Menkes, 2016).

b) Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)

merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan

untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan

rasional bagi pasien. Terdiri dari :

1. Pemantauan efek terapi Obat.

2. Pemantauan efek samping Obat.

3. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

(Menkes, 2016).

c) Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

Merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang

terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif

dan kuantitatif (Menkes, 2016).


d) Melaksanakan dispensing sediaan steril. harus

dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik aseptik

untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan

melindungi petugas dari paparan zat untuk menjamin

sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas

dari paparan zat berbahaya serta menghindari

terjadinya kesalahan pemberian Obat.

1. Melakukan pencampuran suntik.

2. Menyiapkan nutrisi parenteral.

3. Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik.

4. Melaksanakan pengemasan ulang sediaan

steril yang tidak stabil (Menkes, 2016).

e) Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO)

kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga,

masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit.

Kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,

rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak

bias, terkini dan komprehensif (Menkes, 2016).

f) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS). (Menkes, 2016).

F. Tenaga Kefarmasian dan Kompetensinya

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah


Sakit, yang dimaksud dengan Tenaga kefarmasian adalah tenaga

yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker

dan tenaga teknis kefarmasian. Instalasi farmasi harus memiliki

apoteker dan tenaga teknik kefarmasian yang sesuai dengan beban

kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan

Instalasi farmasi rumah sakit. Tenaga Teknis Kefarmasian harus

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki

ijazah dari institusi pendidikan sesuai peraturan perundang-

undangan. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan

Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi.

Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud diperuntukkan bagi

Apoteker berupa STRA dan Tenaga Teknis Kefarmasian berupa

STRTTK (Menkes, 2011).

G. Peraturan Perundang-Undangan Rumah Sakit

1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit.

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Peraturan Meteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/2010

tentang Perizinan Rumah Sakit.

4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika


6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2020 tentang Penetapan dan Perubahan Penggolongan

Psikotropika.

7. onesia Nomor 23 Tahun 2020 tentang Penetapan dan

Perubahan Penggolongan Psikotropika 7. P.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai