Anda di halaman 1dari 5

Makalah Farmasi Rumah Sakit

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat azasi. Bagi
setiap negara masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan
masyarakatnya. Sebagai salah satu negara yang berkembang, Indonesia mempunyai tingkat
kesehatan dan kondisi pelayanan yang kurang memadai. Meskipun upaya terus dilakukan, yaitu
dalam usaha meningkatkan harapan hidup manusia, tetapi angka kematian masih cukup tinggi.

Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Seiring
dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat dibidang kesehatan maka Rumah Sakit
adalah salah satu sarana penyelenggara pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan dengan fasilitas kesehatan lebih lengkap dibanding instansi kesehatan
lainnya.

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, definisi rumahsakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
2. Tugas Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009tentang
Rumah Sakit, tugas dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan
oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan secara paripurna.
3. Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, fungsi dari rumah sakit antara lain:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisant eknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
4. Klasifikasi Rumah Sakit.
Berdasarkan Permenkes Nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan Perizinan
Rumah sakit, klasifikasi rumah sakit dikatgorikan berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan, di kategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas A,
Rumah Sakit Umum Kelas B, Rumah Sakit Umum Kelas C, dan Rumah Sakit Umum
Kelas D.
Rumah Sakit Umum Kelas D diklasifikasikan menjadi : Rumah Sakit Umum
Kelas D, dan Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.
Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi : Rumah Sakit Khusus Kelas A,
Rumah Sakit Khusus Kelas B, dan Rumah Sakit Khusus Kelas C.

Penetapan klasifikasi Rumah Sakit didasarkan pada :


a. Pelayanan,
b. Sumber daya manusia.
c. Peralatan, dan
d. Bangunan dan prasarana

a) Rumah Sakit Umum Kelas A


Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas A paling sedikit
meliputi : pelayanan medik ( pelayanan gawat darurat, pelayanan spesialis dasar,
pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medis spesialis lain, pelayanan
medik subspesialis, dan pelayanan medis spesialis gigi dan mulut ), pelayanan
kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik
( bank darah, (perawatan intensif, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam
medik ),pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap.
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Kelas A terdiri atas:
a. Tenaga medis.
b. Tenaga kefarmasian.
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kesehatan lain.
e. Tenaga nonkesehatan.
b) Rumah Sakit Umum kelas B.
Pelayanan umum yang dapat diberikan pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit Umum Kelas B paling sedikit meliputi : pelayanan medik ( pelayanan gawat
darurat, pelayanan medik spesialis dasar,pelayanan medik spesialis penunjang,
pelayanan medik spesialis lain,pelayanan medik subspesialis, dan pelayanan medik
spesialis gigi dan mulut), pelayanan medik spesialis lain paling sedikit berjumlah 8
(delapan ) pelayanan dari 13 ( tiga belas ), pelayanan medik subspesialis 4 ( empat )
subspesialis dasar, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut) paling sedikit berjumlah
3 ( tiga ) pelayanan, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik (bank darah, perawatan intensif, gizi, sterilisasiinstrumen
dan rekam medik ), pelayanan penunjang nonklinik, dan pelayanan rawat inap.
c) Rumah Sakit Umum kelas C
Pelayanan umum yang dapat diberikan pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit Umum Kelas C paling sedikit meliputi : pelayanan medik ( pelayanan medik
umum dan pelayanan medik lain seperti rumah sakit kelas A dan B, pelayanan medik
spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 1( satu ) pelayanan, pelayanan
kefarmasian,pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik(bank
darah, perawatan intensif, gizi, sterilisasi instrumen dan rekammedik ), pelayanan
penunjang nonklinik, dan pelayanan rawat inap.
d) Rumah Sakit Umum kelas D
Pelayanan umum yang dapat diberikan pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit Umum Kelas D paling sedikit meliputi : pelayanan medik ( pelayanan gawat
darurat, pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis dasar, dan pelayanan
medik spesialis penunjang) pelayanan medik spesialis paling sedikit 2 ( dua ) dari 4
( empat pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan medik spesialis
penunjang,meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium, pelayanan kefarmasian,
,pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik (bank darah,
perawatan intensif, gizi, sterilisasi instrumen dan rekammedik ), pelayanan penunjang
nonklinik, dan pelayanan rawat inap.(Anonim,2014 ).
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Definisi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit (MenKes,
2016).
2. Tugas IFRS
Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah obat,
bahan obat, gas medis dan alat kesehatan, mulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
rawat jalan dan rawat inap. IFRS berperan sangat sentral terhadap pelayanan di rumah
sakit terutama pengelolaan dan pengendalian sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan.
3. Tanggung Jawab IFRS
Mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan
tepat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis dan terapi
untuk kepentingan pasien yang lebih baik.
4. Fungsi IFRS
IFRS berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. Unit pelayanan yang
dimaksud adalah pelayanan yang bersifat manajemen (nonklinik) adalah pelayanan
yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Pelayanan
IFRS yang menyediakan unsur logistik atau perbekalan kesehatan dan aspek
administrasi.
IFRS yang berfungsi sebagai pelayanan nonmanajemen (klinik) pelayanan yang
bersentuhan langsung dengan pasien atau kesehatan lainnya. Fungsi ini berorientasi
pasien sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih luas tentang aspek yang
berkaitan dengan penggunaan obat dan penyakitnya serta menjunjung tinggi etika dan
perilaku sebagai unit yang menjalankan asuhan kefarmasian yang handal dan
profesional.

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan, dengan tujuan:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna.
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
6. Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena obat.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian pelayanan dan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Pelayanan informasi obat (PIO)
d. Konseling
e. Visite
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
g. Monitoring efek samping obat (MESO)
h. Evaluasi penggunaan obat (EPO)
i. Dispensing sediaan khusus.

BAB III

PENUTUP

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah
sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah kegiatan yang menyangkut
pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan,
pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik
di ruangan.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan


Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/menkes/sk/x/2004 Tentang


Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai