PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian
dari sumber daya kesehatan yang diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan
upaya kesehatan (UU No. 44 tahun 2009). Salah satu bagian penunjang medik di
rumah sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). IFRS adalah salah satu
unit atau bagian di rumah sakit, yang dipimpin seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab dan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memenuhi
1
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional,
yang menyelenggarakan semua fungsi kegiatan pekerjaan kefarmasian
(Permenkes No. 72 tahun 2016).
2
e. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
b. Berdasarkan pengelolaannya
1) Rumah sakit publik
Dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang
bersifat nirlaba.
2) Rumah sakit privat
Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan
Terbatas atau Persero.
c. Berdasarkan afiliasi atau orientasi pendidikan
1) Rumah Sakit Pendidikan
Merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian
secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah
Sakit Pendidikan.
2) Rumah Sakit Non Pendidikan
Merupakan rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi
dan tidak ada afiliasi dengan universitas
d. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
1) Rumah Sakit Umum
a) Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5
(lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13
(tiga belas) subspesialis.
b) Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4
(empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua)
subspesialis dasar.
5
c) Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan
4 (empat) spesialis penunjang medik.
d) Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
2) Rumah Sakit Khusus
a) Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
b) Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c) Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan
medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
6
Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau Apoteker, apabila
diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai
oleh Apoteker maka sekretarisnya adalah dokter.
Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya dua
bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan.
Biasanya, rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar
Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki
keahlian khusus, dan keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.
7
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah sakit dikembangkan berdasarkan
pertimbangan terapeutik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan
Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan
pengobatan yang rasional.
Formularium rumah sakit berisi antara lain: halaman judul, daftar nama anggota
TFT, daftar isi, informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat,
produk obat yang diterima untuk digunakan lampiran.
8
2.4. Gambaran Umum Instalasi Farmasi
2.4.1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit bagian rumah sakit yang
melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang dipimpin oleh seorang apoteker yang
profesional, kompeten dan berwenang serta hukum dalam menyelenggarakan
fasilitas pelayanan kefarmasian yang antara lain adalah perencanaan, pengadaan,
menyediakan dan mengelola semua aspek mengenai obat dan pembekalan
kesehatan di rumah sakit untuk penderita yang dirawat di rumah sakit, baik rawat
inap maupun rawat jalan.
9
2.4.3. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah:
1) Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi;
2) Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien;
3) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan resiko;
4) Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat, dan pasien;
5) Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
6) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian;
7) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
b. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
2) Pelayanan farmasi klinik
10
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
1) Apoteker
2) Tenaga Teknis Kefarmasian
b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
1) Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian
2) Tenaga Administrasi
3) Pekarya/Pembantu pelaksana
a. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
1) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
2) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
telah ditetapkan;
3) Pola penyakit;
4) Efektifitas dan keamanan;
5) Pengobatan berbasis bukti;
6) Mutu;
7) Harga; dan Ketersediaan di pasaran.
Pemilihan obat di rumah sakit berdasarkan formularium rumah sakit yang disusun
mengacu pada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit harus tersedia
untuk semua penulis Resep, pemberi obat dan penyedia obat di Rumah Sakit.
11
Adapun tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit adalah:
1) Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional
(SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medic
2) Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
3) Membahas usulan tersebut dalam rapat TFT, jika diperlukan dapat meminta
masukan dari pakar
4) Mengembalikan rancangan hasil pembahasan TFT, dikembalikan ke masing-
masing SMF untuk mendapat umpan balik
5) Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6) Menetapkan daftar obat yang masuk dalam Formularium Rumah Sakit
7) Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8) Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan
melakukan monitoring
Adapun kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit adalah:
1) Mengutamakan penggunaan obat generik
2) Memiliki rasio manfaat-resiko yang paling menguntungkan penderita
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7) Memiliki rasio manfaat-biaya yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan
tidak langsung
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicine) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang
terjangkau
b. Perencanaan Kebutuhan
Merupakan proses kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan efisien.
12
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
1) Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisis
2) Bahan berbahaya harus meyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai nomor izin edar
4) Masa kadaluarsa minimal dua tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
lain) atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan mekanisme
pengadaan dapat dilakukan melalui: pembelian, produksi/pembuatan sediaan
farmasi, dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan mendapatkan
perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik,
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak
memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
13
a) Pembelian
Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan perbekalan
farmasi. Proses pembelian mempunyai beberapa langkah yang baku dan
merupakan siklus yang berjalan terus menerus sesuai dengan kegiatan rumah
sakit. Hal yang harus diperhatikan dalam pembelian seperti: kriteria Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi kriteria
umum dan kriteria mutu obat, persyaratan pemasok, penentuan waktu pengadaan
dan kedatangan sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,
dan pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah, dan waktu.
d. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan.
14
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima
sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan.Semua
perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan
spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua perbekalan farmasi harus
ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima, perbekalan
farmasi, harus segera disimpan di dalam lemari atau tempat lain yang aman.
Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang
telah ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
1) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya
2) Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin
3) Sertifikat Analisa Produk.
e. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan adalah:
1) Memelihara mutu sediaan farmasi
2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3) Menjaga ketersediaan
4) Memudahkan pencarian dan pengawasan
Dalam penyimpanan ada beberapa komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca yang memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
3) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang
hati-hati.
15
4) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lain yang dapat menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar dan
diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
1) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang yang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya.
2) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis di ruangan harus menggunakan
tutup demi keselamatan.
16
6) Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan rapi.
7) Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan
perbekalan farmasi tetap dalam box masing-masing.
8) Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu dilakukan
rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada dibelakang
sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluarsa habis.
9) Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi walaupun
dari sumber anggaran yang berbeda.
f. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah
tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat
jenis, dan tepat jumlah. Ada beberapa cara distribusi yang dapat digunakan oleh
IFRS dalam mendistribusikan perbekalan farmasi, antara lain:
1) Resep individual
Resep individual adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien, dalam
sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS sesuai yang
tertulis pada resep.
Keuntungan sistem distribusi ini adalah semua resep dikaji langsung oleh
apoteker, yang juga dapat memberi keterangan atau informasi kepada perawat
berkaitan dengan obat penderita. Serta memberikan kesempatan untuk berinteraksi
antara apoteker-dokter-perawat-penderita, juga dapat mengendalikan perbekalan
dan mempermudah penagihan biaya obat penderita.
17
dokter Penderita
Ruang Konsumsi
Pengendalian Perawat oleh Perawat
Perawat
Penyiapan
Perawat Konsumsi
kereta obat
18
dokter Penderita
Persediaan di Persediaan
Dikendalikan oleh Apt
Ruang IFRS
Keuntungan dari sistem distribusi obat dosis unit ini yaitu: Penderita menerima
pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit 24 jam sehari dan penderita membayar
obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada unit perawat
telah disiapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit, mengurangi kesalahan obat
karena adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasikan resep/order
dokter dan membuat profil pengobatan penderita (P3) oleh apoteker, serta
pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita.
Sistem distribusi obat dosis unit dapat dilaksanakan dengan salah satu dari tiga
metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi
suatu rumah sakit.
19
a) Sistem distribusi obat dosis unit dapat diselenggarakan secara sentralisasi.
Sentralisasi dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit sentral ke semua
daerah perawatan penderita rawat inap/tinggal di rumah sakit secara
keseluruhan. Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya satu Instalasi Farmasi
Rumah Sakit tanpa adanya cabang Instalasi Farmasi Rumah Sakit di beberapa
daerah perawatan penderita.
b) Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa cabang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem
distribusi obat desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan
lengkap diruang, hanya saja sistem distribusi obat desentralisasi ini dikelola
seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian
oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit sentral.
c) Dalam sistem distribusi obat dosis unit kombinasi sentralisasi dan
desentralisasi, biasanya hanya dosis mula dan dosis keadaan darurat dilayani
cabang Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dosis selanjutnya dilayani oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi lain, seperti
pengemasan dan pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari Instalasi
Farmasi Rumah Sakit sentral.
Dokter Penderita
IFRS :
Resep / Order Konsumsi Obat Perawat
Interpretasi Apoteker
Profil Pengobatan
Penderita (P3)
Apoteker +
Kereta Obat
Perawat Cek
20
disediakan di ruangan adalah perbekalan farmasi yang diperlukan oleh banyak
penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah perbekalan farmasi yang
harganya murah mencakup perbekalan farmasi berupa resep atau perbekalan
farmasi bebas.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai bila:
1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2) Telah kadaluwarsa
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
4) Dicabut izin edarnya
21
h. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit-unit
pelayanan.
i. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
22
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Pencatatan dilakukan untuk:
a) Persyaratan Kementrian Kesehatan / BPOM
b) Dasar akreditasi Rumah Sakit
c) Dasar audit Rumah Sakit
d) Dokumentasi Rumah Sakit
2) Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan diselenggarakan ketika Instalasi Farmasi mengelola
keuangan. Administrasi keuangan adalah pengaturan anggaran, pengendalian dan
analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara
rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan adalah kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
23
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat maupun rawat jalan.
24
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
1) Membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat;
2) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
3) Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
4) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
5) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;
6) Melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
7) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang
digunakan;
8) Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
9) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
10) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat (concordance aids);
11) Mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter; dan
12) Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif
yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan:
1) Penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya
2) Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien. Informasi
yang harus didapatkan:
a) Nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
b) Reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi
c) Kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang tersisa).
25
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit
ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari
Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Adapun tujuan
dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
1) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien
2) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumrntasinya instruksi
dokter
3) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Pada tahap ini ketidakcocokan sering terjadi ketika ditemukan
perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat terjadi bila ada obat
yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat
disengaja oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak sengaja dimana
dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
26
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi, Bila terjadi ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang
dari 24 jam. Maka hal yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
a) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja
b) Mendokumentasikan alas an penghentian, penundaan, atau pengganti
c) Memberikan tanda tangan, tanggal,dan waktu dilakukannya rekonsiliasi
obat
4) Komunikasi
Komunikasi dilakukan dengan pasien/keluarga pasien/perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi.Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi
obat yang diberikan.
e. Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
27
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling
Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness
yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien
(patient safety). Secara khusus konseling obat ditujukan untuk:
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya
5) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6) Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
7) Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi
8) Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
9) Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
Adapun faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat antara lain:
a) Kriteria pasien
i. Pasien kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui)
ii. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB,DM,epilepsi,
dan lain-lain)
iii. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off)
iv. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi yang sempit
(digoxin, phenytoin)
v. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
vi. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah
f. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
28
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,
meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
29
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO
4) Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
30
4) Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat
31
BAB III
TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT
Sebagai Pendiri Rumah Sakit Islam Al Ihsan diatas luas area tanah sebesar 45.000
M2 (4,5 Ha) dan bangunan seluas 29.617,75 M2. Rumah Sakit Islam Al Ihsan
adalah salah satu amal usaha dari Yayasan Rumah sakit Islam Al Ihsan.
Rumah Sakit Islam Al Ihsan berdiri tepat pada tanggal 11 Maret 1993 (17
Ramadhan 1414 H.) bertepatan dengan peringatan turunnya Al Qur’an (Nuzulul
Qur’an), sedangkan operasional kegiatan pelayanan dimulai sejak tanggal 12
November 1995. Perubahan kepemilikan dalam perkembangannya, Rumah sakit
islam AL IHSAN pada tahun 2004 beralih kepemilikan menjadi milik Pemerintah
Provinsi Jawa Barat hingga saat ini.
32
Pada tanggal 19 Nopember 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat No : 23 Tahun 2008 Rumah sakit islam AL IHSAN berubah nama menjadi
Rumah sakit umum daerah (RSUD) AL IHSAN, kemudian pada tanggal 10 juli
2009 RSUD AL IHSAN ditetapkan untuk menerapkan PPK-BLUD melalui surat
keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat N0. 900/Kep.921-Keu/2009, RSUD AL
IHSAN merupakan unit sosioekonomi yang menjalankan pengelolaan berdasarkan
fungsi sosial dan ekonomi dengan maksud menjalankan manajemen rumah sakit
secara profesional, efisien, dan produktif.
Pada tahap awal dimulainya kegiatan operasional pelayanan rumah sakit dimulai
dengan kegiatan Rawat Jalan Umum, satu bulan kemudian dibuka pelayanan
Gawat Darurat dan Rawat Inap dengan kapasitas 96 Tempat Tidur di gedung Syifa.
Seiring tingginya tingkat kunjungan maka kemudian dibuka Rawat Inap Anak dan
Kebidanan. Pada tahun 1998, gedung baru Zaitun dan Zamzam mulai dibuka
dengan menambah jumlah tempat tidur menjadi 150 buah. Pada awal tahun 2012
Instalasi Rawat Jalan, Gawat Darurat, Laboratorium, Radiologi, Administrasi
33
Perkantoran umum dan Direksi menempati lantai 5 gedung baru bantuan APBD
Provinsi Jawa Barat, serta dikembangkan jumlah tempat tidur rawat inap tahun
2013 berjumlah 275 tempat tidur dan pada tahun 2014 ditambah menjadi sebanyak
300 tempat tidur, sedangkan kapasitas yang tersedia berjumlah 350 tempat tidur.
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat ditingkatkan kelasnya menjadi
kelas B pada tahun 2010 dengan terbitnya Keputusan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 401/MENKES/SK/III/2010 tanggal 25 Maret 2010 tentang Penetapan
Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah dengan Klasifikasi Kelas B. Pada tahun 2017, Rumah Sakit Al Ihsan
terakreditasi oleh KARS dengan kategori paripurna. Rumah Sakit ini mempunyai
sekitar 350 tempat tidur, IGD, ruangan poliklinik umum dan spesialis serta ruang
penunjang medik lainnya.
34
- Orthodonti
- Kesehatan Gigi Anak
- Konsultasi Psikologi
- Anastesi
B. Sub Spesialis
- Jantung
- Endokrin
- Bedah Spine
- Bedah Digestif
- Rematologi
- Bedah Urologi
- Endokrin
- Polmonologi dan Spriometri
Misi
a. Mewujudkan Centre of Exellent (dengan unggulan dalam pelayanan : jantung,
diabetic dan cancer);
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang profesional;
c. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang
berkualitas;
d. Mengembangkan kemitraan dalam bidang pelayanan kesehatan dan
pengembangan SDM Rumah Sakit;
e. Melaksanakan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang
menunjang pelayanan kesehatan prima;
f. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berbasis pada sistem informasi
yang terpadu.
35
3.1.5. Motto RSUD AL IHSAN
Motto yang dipegang dan dijunjung tinggi oleh RSUD Al-Ihsan adalah
I K H L A S, dengan mengandung arti yaitu :
I : Ilmiah yang dijiwai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang akan menghasilkan hidayah
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada Ilahi.
K : Kualitas pelayanan yang kami berikan adalah terbaik untuk kesembuhan
pasien.
H : Hemat dan efisien dalam memenuhi proses penyembuhan pasien dalam
hal biaya dan tenaga.
L : Lancar dalam setiap pelayanan
A : Asri dan Aman lingkungan tempat pasien dirawat sehingga pasien
merasa nyaman.
S : Sabar, Salam, Santun , Sopan, serta Senyum adalah sikap yang kami
terapkan pada setiap pelayanan.
Fasilitas dan pelayanan yang ada di RSUD Al-Ihsan Baleendah secara garis besar
dibagi atas sebagai berikut, yaitu : instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan
(BPJS dan umum & kontraktor), instalasi rawat inap, instalasi hemodialisa, cancer
center, fasilitas penunjang medis dan fasilitas penunjang lainnya.
36
RSUD Al-Ihsan Beleendah merupakan salah satu perangkat daerah Provinsi Jawa
Barat, sehingga ketenagakerjaan di rumah sakit ini sesuai dengan Peraturan
Gubernur Jawa Barat No. 18 tahun 2013 tentang Pedoman Kepegawaian Rumah
Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Pegawai RSUD Al-Ihsan
meliputi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang dikelompokkan menjadi
pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai non PNS. Pegawai non PNS meliputi
pegawai non PNS tetap dan pegawai non PNS kontrak.
37
Sedangkan untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), RSUD Al-Ihsan
memberlakukan pola ketenagaan yang meliputi ;
a. Kepala Instalasi
b. Kepala Unit
c. Koodinator pelayanan
d. Pelaksana Teknis Kefarmasian
e. Tenaga Administrasi
38
3.2.1. Pemilihan
Pemilihan perbekalan farmasi di RSUD Al-Ihsan dilakukan oleh Tim Farmasi dan
Terapi yang berpedoman pada Formularium Nasional, anggaran yang tersedia,
dan data penggunaan obat periode sebelumnya, dan rencana pengembangan. Jika
ada obat baru yang direkomendasikan dokter belum masuk ke Formularium
Rumah Sakit, dokter mengajukan ke TFT untuk dipertimbangkan dalam
penggunaannya.
Perencanaan di IFRS dilakukan secara 1 tahun sekali akhir bulan maret dan 1
bulan sekali awal bulan dan pertengahan bulan. Perencanaan tahunan dilakukan
dengan melakukan Upload LKPP ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
sedangkan untuk perencanaan bulanan dilakukan berdasarkan rekapan data dari
unit unit farmasi dikurangi dengan stok yang tersedia.
39
3.2.3. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUD Al-Ihsan adalah dengan :
a. Mengkoordinasikan pemesanan perbekalan kesehatan berupa perencanaan
permintaan dari tiap unit/depo yang meliputi sediaan obat, alat kesehatan, bahan
baku untuk obat racikan.
b. Melakukan pencatatan pemesanan, penerimaan, dan pengeluaran perbekalan
kesehatan di gudang.
Setelah dikoordinir oleh pihak gudang dan disetujui oleh kepala instalasi farmasi
maka akan ditembuskan ke Pejabat Pengadaan untuk dibuatkan Surat Pesanan.
3.2.4. Penerimaan
Penerimaan yang dilakukan di RSUD Al-Ihsan diterima dan diperiksa oleh Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Hal-hal yang harus diperhatikan saat
penerimaan adalah:
a. Kesesuaian barang yang datang dengan surat pesanan
b. Kesesuaian jumlah barang dengan faktur
c. Obat dengan stabilitas khusus, seperti kesesuaian suhu penyimpanan, bahan
baku yang berbahaya, dan penandaan high alert.
40
3.2.5. Penyimpanan
Barang yang diterima di Instalasi Farmasi perlu disimpan sebelum dilakukan
pendistribusian. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari gangguan fisik yang dapat merusak mutu
perbekalan farmasi tersebut.
Cara penyimpanan perbekalan farmasi di setiap depo farmasi dan gudang farmasi
RSUD Al-Ihsan dengan metode pola U dan bergaris yang dilaksanakan dengan
kondisi sebagai berikut :
1) Jenis Obat dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu jenis obat generik regular, e-
catalog dan obat dengan merek dagang. Obat-obatan tersebut disusun
berdasarkan susunan alfabetis pada masing-masing jenisnya.
2) Bentuk sediaan, solid (tablet dan kapsul), liquid (syrup, solution, drops),
semisolid (salep, krim, gel) dan alat kesehatan.
3) Obat yang memiliki nama dan rupa mirip (NORUM) atau Look Alike Sound
Alike (LASA) diberi label warna hijau dengan tulisan LASA berwarna putih,
disimpan dengan diberi jarak tidak berdekatan.
4) Obat High Alert diberi tanda label warna merah dengan tulisan High Alert
berwarna putih, disimpan dalam lemari terpisah.
5) Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari double pintu, double
kunci dengan penanggung jawab apoteker dan asisten apoteker.
6) Obat-obatan yang harus disimpan pada tempat penyimpanan khusus seperti
insulin, ovula, suppositoria dan vaksin disimpan pada lemari pendingin dengan
suhu udara yang terkontrol.
7) Bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar disimpan diruangan terpisah dari
perbekalan farmasi lainnya.
8) Alat atau bahan habis pakai dan alat kesehatan disimpan di ruangan terpisah
dan ditempatkan pada rak/ lemari tersendiri.
41
3.2.6. Pendistribusian
Metode distribusi yang digunakan oleh RSUD Al-Ihsan dalam mendistribusikan
perbekalan farmasi di lingkungannya, diantaranya:
3.2.7. Pengendalian
Kegiatan pengendalian yang dilakukan di RSUD Al-Ihsan adalah sebagai berikut:
1) Kartu stok
Kartu stok merupakan salah satu upaya pengendalian yang dilakukan secara
manual yang bertujuan untuuk menghindari kerugian dan mengetahui adanya
kehilangan barang. Kartu stok digunakan untuk mencatat setiap terjadi
penerimaan barang dan pengeluaran barang.
Kartu stok berisi tanggal pengisian atau pengambilan, jumlah barang yang
ditambahkan atau diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan
42
pengisian atau pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan di dalam kotak
penyimpanan masing-masing barang.
2) Stock Opname
Stock opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik keseluruhan barang
yang ada di Apotek pada periode tertentu. Pemeriksaan dilakukan untuk
mengecek apakah jumlah fisik barang sesuai dengan kartu stok atau data di
komputer.
Periode stock opname yang dilakukan di RSUD Al Ihsan dilakukan setiap satu
bulan sekali yaitu setiap akhir bulan. Selain itu, sebagain pengendalian dilakukan
juga pengecekan 4 bulan sekali terhadap obat-obat yang slow moving, obat yang
kadaluarsa dan obat yang rusak.
3.2.9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi
terdiri dari :
43
3) Sebagai pembanding, seluruh administrasi resep dipindahkan ke buku besar,
oleh petugas di bagian gudang transit.
4) Mengirimkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pelayanan farmasi klinik yang menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang telah dilaksanakan di RSUD Al-
Ihsan, sebagai berikut :
1. Penerimaan Resep
Pelayanan farmasi RSUD Al-Ihsan terbagi atas 7 depo farmasi yaitu depo rawat
inap, depo rawat jalan eksekutif, depo BPJS, depo IGD, depo hemodialisa, depo
kanker center dan depo bedah center.
Dalam penanganan pasien rawat inap VIP dan utama, resep dokter diserahkan
kepada perwat yang bertugas, selanjutnya perwat akan menyerahkan resep
tersebut kepada PKU (Prakarya Kesehatan Umum) untuk diserahkan ke depo
44
farmasi rawat inap. Sedangkan Pasien rawat inap kelas II, III, pasien rawat jalan
BPJS ataupun non BPJS, resep akan diserahkan oleh dokter kepada pasien atau
keluarga pasien yang selanjutnya akan diserahkan ke depo masing- masing.
Pada saat penyerahan resep ke depo farmasi, masing-masing pasien atau anggota
keluarga pasien yang menyerahkan resep akan mendapat nomor antrian untuk
pengambilan obat yang akan disiapkan nantinya. Khusus untuk pasien umum,
resep akan diberikan harga dulu, resep akan dilayani jika ada kesepakatan dari
pasien atau anggota keluarga pasien.
Pengkajian resep dilakukan oleh seorang Apoteker yang memiliki bukti Sertifikat
Kompetensi yang masih berlaku. Pengkajian resep diutamakan untuk pasien yang
mendapat obat polifarmasi, pasien yang mendapat instruksi khusus, pasien yang
mendapat obat dengan indeks terapi sempit, pasien dengan riwayat kepatuhan
rendah, dan obat High Alert.
45
3. Pembacaan Resep
Pembacaan resep dan pengkajian resep merupakan kegiatan yang penting
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara obat yang diresepkan dokter
dengan penyakit, membaca signa atau penandaan untuk pembuatan etiket, dan
pembacaan obat racikan. Perhitungan dosis dilakukan terhadap obat racikan dan
obat dengan indeks terapi sempit. Dosis obat yang tertera pada resep harus
disesuaikan dengan dosis obat yang tersedia. Apabila tidak sesuai maka dilakukan
konversi dosis. Selain itu, diperiksa juga kesesuaiannya dengan resep, berupa
kejelasan tulisan dokter penulis resep, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
rute, tepat waktu, ada atau tidaknya duplikasi, alergi terhadap obat, interaksi obat,
kontraindikasi, dan serta kesesuaiannya dengan bobot badan (untuk pasien
neonatus dan anak-anak).
Penyiapan dilakukan secara berurutan berdasarkan sifat resep dan nomor urut
resep. Petugas yang menyiapkan etiket membaca langsung resep asli dari dokter
sehingga diperlukan keahlian dan ketelitian dalam membaca tulisan dokter.
Terdapat 4 jenis etiket yang berlaku yaitu klip putih untuk obat obatan jadi
maupun racikan yang berbentuk padat dan untuk penggunaan oral, plastik klip
biru dan etiket biru untuk injeksi dan obat obatan luar lainnya seperti krim, salep,
tetes mata, dan obat kumur, sedangkan etiket putih untuk sirup/suspensi
penggunaan oral.
46
Survei waktu tunggu pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan
pengendalian mutu kefarmasian di RSUD Al-Ihsan. Pengendalian Mutu
Pelayanan Kefarmasian menurut Permenkes nomor 72 tahun 2016 bertujuan
untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang.
Survei ini dilakukan secara rutin dan hasilnya dievaluasi setiap bulan kemudian di
follow up dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di RSUD Al-
Ihsan.
5. Penyerahan obat
Penyerahan obat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Memanggil nama pasien atau nomor antriannya.
b. Ketika pasien datang, lakukan konfirmasi kembali dengan menanyakan nama
pasien kepada orang yang datang mengambil obat, alamat pasien, dan asal
poliklinik tempat pasien berobat atau nama dokter yang menuliskan resep.
c. Serahkan obat pada pasien dengan memberikan informasi sekurang-kurangnya
mengenai indikasi obat, cara pakai obat, cara penyimpanan obat, interaksi obat
dengan makanan, waktu obat harus dihentikan, dan minuman yang harus dihindari
selama terapi.
Pasien dengan penyakit tertentu yang baru pertama kali mendapatkan obat seperti
tuberkulosis, penyakit kronis, pasien polifarmasi geriatri, maka pasien diarahkan
ke ruang konseling oleh Apoteker.
47
6. Pengarsipan
Pada pengarsipan resep dilakukan pemisahan antara resep tunai dengan resep
mitra, juga resep yang mengandung narkotik, psikotropik, prekursor dan obat-obat
tertentu. Setelah dilakukan pemisahan, maka dilakukan penyusunan resep
berdasarkan dengan nomor urut penebusan resep, dilanjutkan dengan
penyimpanan resep setiap harinya atau setiap bulannya dengan dibuat menjadi
suatu bundel resep.
48
3.3.3. Konseling
Konseling dilakukan kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap yang
membutuhkan konseling. Konseling dapat dilakukan di semua fasilitas kesehatan
dapat dilakukan atas inisiatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien, atau
keluarganya. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
Kriteria pasien yang diberikan konseling obat pada kategori pasien rawat jalan
adalah pasien dengan polifarmasi (menggunakan banyak macam obat, lebih dari 7
jenis obat), pasien yang menggunakan alat khusus dalam administrasi obat seperti
inhaler, pasien yang membutuhkan kepatuhan yang tinggi dalam mengonsumsi
obat (seperti pada pasien HIV dan pasien tuberkulosis). Tahapan kegiatan dalam
konseling obat meliputi:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2) Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions
3) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
4) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
5) Membuatkan jadwal meminum obat
6) Penjelasan indikasi, efek samping, cara penyimpanan dan informasi lainnya
yang berkaitan dengan pengobatan
7) Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien
8) Dokumentasi.
3.3.4. Visite
Jenis visite yang dilakukan di RSUD Al-Ihsan termasuk kedalam visite mandiri
yaitu visite yang hanya dilakukan oleh apoteker saja. Kegiatan visite oleh
apoteker klinis di RSUD Al-Ihsan mengutamakan pasien yang mendapatkan obat
polifarmasi dan indeks terapi sempit, pasien HIV-AIDS dan tuberkulosis, pasien
49
di ruang perawatan intensif. Visite besar dilakukan pada pasien di ruang Intensive
Coronary Care Unit (ICCU) dan High Care Unit (HCU) dan setiap hari. Satu
orang apoteker ditempatkan khusus untuk visite di kedua ruangan tersebut. Pada
saat visite, apoteker dapat memberikan saran maupun rekomendasinya pada
formulir CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi). Selain itu pada saat
visite dilakukan pengisian form Patient medication record.
Pelaporan ESO ke pusat MESO Nasional dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam
setahun. Disiapkan dua buah lembar formulir berwarna kuning, pelaporan efek
samping obat yaitu hasil photocopy formulir Pelaporan Efek Samping Obat untuk
dikirim ke pusat MESO Nasional – BPOM RI di Jakarta minimal setahun dua
kali, dan formulir asli disimpan sebagai arsip farmasi. Risiko kejadian reaksi obat
yang tidak dikehendaki (ROTD) dapat diminimalkan dengan adanya kerjasama
yang baik antara pihak perawat ruangan, dokter, dan apoteker dalam pelaporan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
50
3.3.7. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) adalah suatu program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Faktor-
faktor yang perlu diperhatikan saat melakukan EPO adalah:
1) Indikator peresepan
2) Indikator pelayanan
3) Indikator fasilitas
51
Alur pelayanan Resep didepo BPJS adalah sebagai berikut :
52
6) Evaluasi kesesuaian obat dengan formularium RS
7) Melakukan stock opname setiap akhir bulan
8) Evaluasi obat yang death stock
a) Produk obat yang kadaluwarsa
b) Mutu obat tidak sesuai
Pada saat penyerahan resep ke depo farmasi, masing-masing pasien atau anggota
keluarga pasien yang menyerahkan resep akan mendapat nomor antrian untuk
pengambilan obat yang akan disiapkan nantinya. Khusus untuk pasien umum,
resep akan diberikan harga dulu, resep akan dilayani jika ada kesepakatan dari
pasien atau anggota keluarga pasien. Pada depo rawat inap, resep yang disiapkan
dikategorikan menjadi dua, yaitu resep yang obatnya ditunggu oleh keluarga
pasien dan resep dengan obat yang akan diantar langsung ke kamar pasien. Depo
53
farmasi rawat inap mendahulukan penyiapan obat untuk resep dengan kode resep
“A” yang berarti ditunggu.
Pasien rawat inap yang akan pulang atau meninggal dunia dapat melakukan retur
barang yang tidak terpakai seperti cairan infus atau obat injeksi. Retur barang
merupakan pengembalian barang apabila terdapat barang berlebih yang tidak
digunakan lagi oleh pasien. Untuk pasien umum akan mendapatkan pengembalian
uang (tidak 100%). Barang retur yang diterima oleh depo rawat inap, setelah
selesai dilakukan pengecekan dan entry data ke komputer, disimpan kembali pada
tempatnya masing-masing.
54
Nama Paket Isi Paket
Spalk
Set NGT Spuit 50 cc, Urine bag NGT
Set Hecting Lidokain 2%, ST. Glove, Monolon/Chromic, Spuit
55
c) Membuat surat permintaan barang atau defekta setiap sore hari yang
diserahkan kepada bagian gudang
d) Menerima barang dari gudang farmasi pada pagi hari
e) Penyimpanan barang sesuai dengan urutan abjad, LASA (Look Alike Sound
Alike), obat paten, obat generic, obat narkotika psikotropik, obat e-katalog
(bpjs), high alert, dan Alat kesehatan.
56
Managerial yang dilakukan di instalasi bedah sentral untuk pengadaan obat, alkes,
atau bahan medis habis pakai (BMHP) ini RKBF dilakukan 1 bulan sekali dengan
metode pengadaan konsumtif dan urgency atau mendesak kebutuhan dilakukan
pertengahan bulan. Defecta/ pemintaan setip hari pengadaan yang sebelumnya
akan diberikan ke gudang pada pagi harinya, dan barang datang dari gudang pada
siang harinya. Kemudian penerima mengecek barang meliputi fisik, jumlah, nama
barang dengan mengecek defecta, SBBK dan faktur. Selanjutnya barang yang
telah datang ditempatkan pada tempatnya masing masing dengan mengisi kartu
Stock barang. Stock Opname dilakukan pada akhir bulan.
57
CSSD ikut berperan dalam pengendalian infeksi nasokomial dengan kerjasama
bersama tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dengan saling
mendukung dalam menjamin keselamatan pasien (patient safety) dengan
penerapan cuci tangan dengan 6 langkah dan 5 moment. Pemantauan infeksi
nosokomial dilakukan oleh PPI di ruang operasi dan di poliklinik. Kegiatan PPI
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah
sakit.
Alat-alat yang disterilisasi di instalasi CSSD RSUD AL Ihsan dibagi menjadi tiga
macam, diantaranya:
1) Critical, alat-alat yang berhubungan langsung dengan cairan tubuh pasien
(contoh: alat bedah)
2) Semi critical, alat-alat yang berhubungan dengan mukosa
3) Non critical, alat-alat yang hanya bersentuhan dengan kulit pasien (stetoskop,
tensimeter).
58
Peralatan yang disterilisasi merupakan alat, bagian alat dan acessories. Menurut
frekuensi pemakaian, alat-alat yang disterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Single use: Merupakan alat-alat sekali pakai, tidak direkomendasikan untuk
dipakai ulang karena kemungkinan besar rusak. Contoh : Winged Infusion Set,
Suction Cath, Folley Cath, Stomach Tube.
2. Re-use: Alat-alat yang didesain untuk pemakaian berulang, tahan untuk
proses pengulangan. Contoh : Nelathon Cath, Kassa ekterbasi, dan kassa x-ray
Tahapan proses sterilisasi yang dilakukan di unit CSSD RSUD Al-Ihsan adalah
sebagai berikut :
1. Pre-cleaning untuk melemahkan mikroba yang terdapat pada permukaan alat
dan menghilangkan debris (kotoran). Pre-cleaning dilakukan dengan
penyemprotan zat kimia enzimatik selama 5-15 menit.
2. Cleaning dan pengeringan, dilakukan pembersihan dengan penyikatan setiap
bagian alat, alat harus dibuka agar setiap bagian dapat dibersihkan. Pencucian
dilakukan dengan 3 macam air yaitu air baku (air sumur), air hangat, dan air
reverse osmosis (air suling), kemudian dikeringkan.
3. Pengemasan dan penandaan dengan label, kemudian dicatat alat apa saja,
tanggal pembersihan, dan masa kadaluarsa.
4. Sterilisasi, suhu tinggi dengan suhu 121oC - 134oC selama 1 jam.
Penyimpanan, alat yang telah disterilisasi disimpan pada tempat khusus
dengan suhu dan kelembaban yang telah diatur. Alat yang gagal sterilisasi
tidak boleh disimpan di ruang penyimpanan, harus di recall dan disterilisasi
ulang.
5. Pendistribusian, dengan box atau trolley dimana petugas dari masing-masing
unit yang membutuhkan datang ke CSSD untuk mengambil alat-alat yang
dibutuhkan tersebut.
6. Dokumentasi
59
2) Suhu Rendah : Proses sterilisasi suhu rendah dilakukan untuk alat-alat yang
direkomendasikan tidak untuk re-use dengan alasan barang langka, harga
mahal dan susah didapatkan.
3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT); DTT dilakukan dengan penguapan zat kimia
tertentu. Contoh alat- alat yang disterilisasi dengan DTT adalah: selang
ventilator, kateter, dan NGT.
Jika alat tersebut telah dipakai lebih dari 10 kali, maka perlu diwaspadai
terjadinya kerusakan seperti goresan dan pengkaratan. Alat-alat tersebut dilakukan
perawatan.
Mesin-mesin, Rak penyimpanan, diatur agar tidak menempel pada dinding dengan
tujuan agar mudah dibersihkan.
60
B. IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah)
Limbah RS Al-Ihsan dikelola oleh instalasi pemeliharaan sarana RS. Instalasi ini
bertanggung jawab terhadap empat elemen penunjang di rumah sakit yaitu
kelistrikan, elektromedis, bangunan, dan kesehatan lingkungan.
5. Limbah Sitostatika
Air limbah rumah sakit dikategorikan menjadi limbah B3. Instalasi pengolahan air
limbah bertujuan untuk mengolah air limbah hasil kegiatan rumah sakit menjadi
air yang ramah lingkungan sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan. Hingga saat
ini, sistem IPAL yang dilakukan di RSUD Al-Ihsan yaitu menggunakan
pengelolaan secara biologi.
61
limbah. Bakteri yang digunakan merupakan bakteri yang sesuai dengan kondisi
limbah RSUD Al-Ihsan yang sebelumnya telah dianalisa dan dikondisikan
sehingga dapat dipastikan telah sesuai dan dapat mendegradasi limbah air yang
ada. Setiap harinya bakteri diberikan nutrisi biowaste (biological waste water
treathment) sebanyak masing-masing tabung 2 liter. Air limbah yang berasal
dari bak inlet ditarik ke bak aerasi menggunakan jet blower yang berada di
bawah bagian dalam tabung inlet.
3) Selanjutnya, limbah yang berada dalam bak inlet masuk kedalam bak klarifier,
pada proses ini terjadi pemisahan air limbah dengan lumpur, lumpur cair akan
mengalir ke dalam tabung bulat yang nantinya akan masuk kembali ke bak
aerasi dan mengalir kedalam bak sludge drying bed dibawah bak lumpur
tersebut terdapat lapisan pasir laut yang bertujuan untuk memisahkan air dan
lumpur. Lumpur yang kering akan diambil oleh pihak ketiga, sedangkan air
yang terpisah akan masuk kembali kedalam bak inlet.
4) Air limbah dalam bak klarifier dialirkan kedalam bak yang berfungsi untuk
memfilter. Filter yang digunakan masih menggunakan metode alami yaitu
lapisan menggunakan batu dan pasir. Setelah difilter air akan mengarah pada
bak klorinasi dan bak indikator yang berisi ikan. Bak indikator berfungsi untuk
mengetahui keamanan dari air yang telah diproses. Saat ikan tidak ada yang
mati menandakan bahwa air yang telah diproses sudah aman dan ramah
lingkungan.
5) Bak klorinasi merupakan bak yang mengandung kaporit. Tujuan penambahan
kaporit adalah :
a) Mengoksidasi senyawa Mg, Fe, dan H2SO4
b) Bersifat bakterisidal dan germisidal
c) Mengontrol pertumbuhan lumut dan alga yang dapat mengubah rasa dan bau
dari air
d) Menghilangkan bau tidak enak dari limbah yang diolah
6) Bak terakhir sebelum dilakukan pengaliran limbah ke lingkungan yaitu bak
adaplometer. Merupakan bak pengambilan sempel secara periodik selama 1
bulan sekali. Pengambilan sempel dilakukan pada titik yang sama. Sampel
yang diambil akan diuji di labolatorium Slopindo Lab untuk mengetahui
62
kualitas dari air limbah. Dari bak ini air dialirkan ke selokan disekitar RSUD
Al-Ihsan.
Selain pengolahan limbah cair, dikawasan IPAL terdapat juga TPS yang
menampung sampah umum dan sampah B3 hasil kegiatan rumah sakit. Sampah
umum dan sampah domestik diangkut selama 2 kali dalam seminggu. TPS
dikondisikan dalam keadaan bersih dan beraturan. Sedangkan, untuk sampah B3
menampung segala hal sampah medis seperti jarum suntik, obat kadaluarsa, bekas
vial, dll.
Pemusnahan limbah padat dilakukan oleh pihak ketiga yang akan dimusnahkan
menggunakan insenerator. Pada proses pemusnahan, limbah disatukan semuanya
tanpa ada kategori, namun ketika diambil dari ruangan, limbah tetap dipisah dan
diberi label (warna) berbeda untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi dan
membedakan perlakuan. Limbah medis harus dilaporkan jumlah dan jenisnya ke
dinas terkait yaitu Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD),
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, dan Kementrian Lingkungan Hidup.
63
3.5.7 Fasilitas Penunjang Lainnya
Fasilitas penunjang lain yang tersedia di RSUD Al-Ihsan yaitu : Pelayanan
administrasi, perpustakaan, laundry, koperasi, operator 24 jam, Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), kantin, masjid/mushola, bimbingan rohani,
ambulance pasien dan jenazah, Central Sterile Supply Departement (CSSD),
kamar jenazah dan kereta jenazah.
64
BAB IV
TUGAS KHUSUS
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Sri Mulyati
No. Rekam Medik : 00685165
Dokter : dr. Ahmad, Sp.JP
Ruang : ICCU
Umur : 57 tahun
BB / TB : 37 kg
Tanggal Masuk : 19 Agustus 2019
Tanggal Keluar : 23 Agustus 2019
Sistem Pembayaran : PBI Non BPJS
Outcome Klinik : Membaik / Sembuh /Tidak Sembuh / Pulang Paksa /
Meninggal
2. PERINCIAN PASIEN
Keluhan Utama : Sesak nafas
Diagnosis : Coronary Artery Disesase, Congestive Heart Faliure
Problem Medis : Nyeri dada
Penyakit Penyerta : Hipertensi
3. RIWAYAT
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Penyakit Sekarang :-
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi, Jantung
Penggunaan Obat :-
Alergi Obat :-
65
4. TANDA-TANDA VITAL
Tanggal
Parameter
19-08-19 20-08-19 21-08-19 22-08-19 23-08-19
TD (mmHg) 89/61 91/74 104/69 88/61 82/57
S (˚C) 36 36 36.5 36.8 36.8
Nadi (x/mnt) 130 104 96 81 65
RR (x/mnt) 18 25 20 27 20
Keterangan :
TD : Tekanan Darah
S : Suhu
N : Nadi
RR : Respiratory Rate
66
5. HASIL LABORATORIUM KOMPREHENSIF
67
6. PENGGUNAAN OBAT
Tanggal
No. Nama Obat Dosis 19 Agustus 2019 20 Agustus 2019 21 Agustus 2019 22 Agustus 2019 23 Agustus 2019
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M
Terapi Injeksi
1 Pantoprazole 1x1
2 Digoxin 1x1/2 Stop
Terapi Oral
1 Trizedon 1x1 Stop
2 CPG 1x1
3 Asam folat 1x1 Stop
5 KSR 3x1
6 Callos 3x1
7 Atorvastatin 1x1
8 Digoxin 1x1/2
9 Aspilet 1x1
68
7. ANALISIS FARMASI KLINIK
Penggunaan Obat
Tanggal
Tanggal Hasil Yang
Nama Obat Dosis Rute Henti Indikasi Obat Mekanisme Aksi Obat
Mulai Dibutuhkan
Obat
19-08-2019 Pantoprazole 1x40mg IV Diteruskan GERD Nyeri ulu hati Pantoprazole termasuk dalam
menurun golongan penghambat pompa
proton (proton pump inhibitor/
PPI) yang berkerja mengikat H+
K+ ATPase (pompa proton) di
sel parietal lambung sehingga
menghasilkan blockade sekresi
asam lambung
69
Tanggal
Tanggal Hasil Yang
Nama Obat Dosis Rute Henti Indikasi Obat Mekanisme Aksi Obat
Mulai Dibutuhkan
Obat
Asam folat 1x1mg PO 20-08-2019 Suplemen nutrisi Tidak terjadi Asam folat sangat penting untuk
kekurangan produksi koenzim dalam banyak
asam folat sistem metabolisme seperti
sintesis purin dan pirimidin
KSR (KCl) 3x600 mg PO Diteruskan Pencegahan dan Tidak terjadi Lepas secara lambat dan
pengobatan hipokalemia berkelanjutan selama 6 jam
hipokalemia mencegah tingginya konsentrasi
kalium klorida pada usus yang
dapat mengiritasi mukosa.
Pelepasan secara berkelanjutan
meningkatkan toleransi lambung
dan penyerapan yang efektif
untuk pengobatan semua jenis
defisiensi kalium, baik alkalosis
hipokloremik atau hipokalemik
70
Tanggal
Tanggal Hasil Yang
Nama Obat Dosis Rute Henti Indikasi Obat Mekanisme Aksi Obat
Mulai Dibutuhkan
Obat
Callos (Kalsium 3x500 PO Diteruskan Pencegahan dan Tidak terjadi Kalsium karbonat bekerja
Karbonat) terapi untuk gangguan sebagai antasida dengan
gangguan metabolisme menetralkan asam lambung
metabolisme atau Ca sehingga meningkatkan pH
defisiensi Ca seperti lambung dan usus. Kalsium
osteomalasia karena karbonat menghambat aktivitas
malabsorpsi, proteolitik pepsin jika pH
osteoporosis meningkat >4 dan meningkatkan
tonus spinchter esophagus yang
lebih rendah. Selain itu juga
membentuk kompleks tidak larut
dengan fosfat makanan,
sehingga mengurangi
penyerapan fosfat pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis
20-08-2019 Digoxin 1x0.125mg IV 22-08-2019 Gagal jantung, Meningkatkan Digoxin adalah glikosida
supraventricular kerja jantung jantung yang memiliki aktivitas
aritmia inotropik positif yang ditandai
dengan peningkatan kekuatan
kontraksi miokard. Digoxin juga
mengurangi konduktivitas
jantung melalui atriovena node.
Digoxin juga memberikan aksi
langsung pada otot polos
pembuluh darah dan efek tidak
langsung yang dimediasi
71
Tanggal
Tanggal Hasil Yang
Nama Obat Dosis Rute Henti Indikasi Obat Mekanisme Aksi Obat
Mulai Dibutuhkan
Obat
terutama oleh sistem saraf
otonom
21-08-2019 Lasix (Furosemid) 3x80mg IV 23-08-2019 Edema karena gagal Mengurangi Furosemid menghambat
jantung, hipertensi sesak karena reabsorpsi terutama Na dan Cl
edema pada lengkung henle.
21-08-2019 Atorvastatin 1x40 mg PO Diteruskan Hiperkolesterolemia, Tidak terjadi Atorvastatin secara selektif dan
pencegahan penyakit penyumbatan kompetitif menghambat HMG-
kardiovaskular pembuluh CoA reductase yang merupakan
darah karena enzim yang mengkatalisis
lipid konsentrasi HMG-CoA utnuk
mevalonate. Penurunan produksi
mevalonate menghasilkan
peningkatan kompensasi dalam
ekspresi LDL dan stimulasi
katabolisme LDL, akibatnya
kadar kolesterol LDL menurun
72
Tanggal
Tanggal Hasil Yang
Nama Obat Dosis Rute Henti Indikasi Obat Mekanisme Aksi Obat
Mulai Dibutuhkan
Obat
21-08-2019 Digoxin 1x0.125mg PO Diteruskan Gagal jantung, Meningkatkan Digoxin adalah glikosida
supraventricular kerja jantung jantung yang memiliki aktivitas
aritmia inotropic positif yang ditandai
dengan peningkatan kekatan
kontraksi miokard. Digoxin juga
mengurangi konduktivitas
jantung melaluiatriovena node.
Digoxin juga memberikan aksi
langsungpada ototo polos
pembuluhd arah dan efek tidak
langsung yang dimediasi
terutama oleh system saraf
otonom
21-08-2019 Aspilet (Asam 1x80 mg PO Diteruskan Pengobatan dan Suhu tubuh Menghambat sintesis
asetilsalisilat) pencegahan angina menurun dan prostaglandin oleh
pectoris dan infark tidak terjadi siklooksigenase. Menghambat
miokardium. Juga angina agregasi platelet.
mempunyai aktivitas
antipiretik dan
analgetik
73
8. CATATAN KEMAJUAN MEDIS
Tanggal Subjektif Objektif Problem Medis Monitoring dan Tindak Lanjut
Nyeri dada seperti TD : 89/61 mmHg Interaksi moderat Dapat digunakan pantoprazole
tertindih benda berat S : 36 oC Clopidogrel+Pantoprazole : namun dengan dosis yang sesuai.
disertai panas menjakar ke HR : 130 x/menit Penggunaan clopidogrel dan
lengan sampai ke RR : 18 x/menit pantoprazole bersamaan dapat
19-08-2019
pinggang menurunkan efektivitas dari
clopidogrel. Hal ini jika dosis
pantoprazole tinggi atau
penggunaannya terlalu sering.
Sesak, dada terasa berat TD : 91/74 mmHg Kadar Natrium dan Kalsium Pantau Kadar Natrium dan
S : 36 oC rendah Calos Kalsium
HR : 104 x/menit Sesak nafas dan dada terasa Pantau Heart rate
RR : 25 x/menit beratLasix Pantau Kadar Kalium
Natrium : 133 mmol/L
20-08-2019 Kalium : 3.7 mmol/L Interaksi Moderat:
Kalsium : 0.94 mmol/L Pantoprazole+digoxin
Ureum : 44 mg/dl Pantoprazole meningkatkan
Kreatinin : 0.87 mg/dl toksisitas digoxin. Penggunaan
jangka panjang PPI menyebabkan
hipermagnesemia dan
74
meningkatkan risiko toksisitas
digoxin
Clopidogrel+Pantoprazole
Penggunaan clopidogrel dan
pantoprazole bersamaan dapat
menurunkan efektivitas dari
clopidogrel. Hal ini jika dosis
pantoprazole tinggi atau
penggunaannya terlalu sering.
Kalsium karbonat+digoxin
Kalsium karbonat meningkatkan
efek digoksin secara sinergis
farmakodinamik
KCl+digoxin
KCl dan digoxin keduanya
meningkatkan serum K+
Sesak berkurang TD : 104/69 mmHg Kenaikan suhu tubuh Aspilet Pantau Heart Rate
o
S : 36.5 C Pantau Tekanan darah
21-08-2019
HR : 94 x/menit Interaksi moderat: Pantau kadar Kalium
75
RR : 20 x/menit Pantoprazole+digoxin
Pantoprazole meningkatkan
toksisitas digoxin. Penggunaan
jangka panjang PPI menyebabkan
hipermagnesemia dan
meningkatkan risiko toksisitas
digoxin
Clopidogrel+Pantoprazole
Penggunaan clopidogrel dan
pantoprazole bersamaan dapat
menurunkan efektivitas dari
clopidogrel. Hal ini jika dosis
pantoprazole tinggi atau
penggunaannya terlalu sering.
Kalsium karbonat+digoxin
Kalsium karbonat meningkatkan
efek digoksin secara sinergis
farmakodinamik
KCl+digoxin
KCl dan digoxin keduanya
76
meningkatkan serum K+
Atorvastatin+Digoxin
Atorvastatin akan meningkatkan
kadar atau efek dari digoxin.
KCl+digoxin
KCl dan digoxin keduanya
meningkatkan serum K+
Sesak berkurang TD : 88/61 mmHg Peningkatan suhu tubuh Aspilet Pantau Heart Rate
o
S : 36.8 C dilanjutkan Pantau Tekanan darah
HR : 81 x/menit Pantau kadar Kalium
RR : 27 x/menit Interaksi moderat:
Pantoprazole+digoxin
Pantoprazole meningkatkan
22-08-2019 toksisitas digoxin. Penggunaan
jangka panjang PPI menyebabkan
hipermagnesemia dan
meningkatkan risiko toksisitas
digoxin
Clopidogrel+Pantoprazole
Penggunaan clopidogrel dan
77
pantoprazole bersamaan dapat
menurunkan efektivitas dari
clopidogrel. Hal ini jika dosis
pantoprazole tinggi atau
penggunaannya terlalu sering.
Kalsium karbonat+digoxin
Kalsium karbonat meningkatkan
efek digoksin secara sinergis
farmakodinamik
Atorvastatin+digoxin
Atorvastatin akan meningkatkan
kadar atau efek dari digoxin.
KCl+digoxin
KCl dan digoxin keduanya
meningkatkan serum K+
Aspilet+digoxin
Aspilet dan digoxin keduanya
meningktkan serum K+
Aspilet+KCl
Aspirin dan KCl keduanya
78
meningktkan serum K+
Aspilet+Clopidogrel
Keduanya meningkatkan toksisitas
yang lainnya secara sinergis
farmakodinamik.
Sesak nafas, pusing TD : 82/57 mmHg Tekanan darah menurun Stop Pantau Heart Rate
S : 36 .8oC Lasix Pantau Tekanan darah
HR : 65 x/menit Pantau kadar Kalium
RR : 20 x/menit Pantoprazole+digoxin
Pantoprazole meningkatkan
toksisitas digoxin. Penggunaan
jangka panjang PPI menyebabkan
23-08-2019
hipermagnesemia dan
meningkatkan risiko toksisitas
digoxin
Clopidogrel+Pantoprazole
Penggunaan clopidogrel dan
pantoprazole bersamaan dapat
menurunkan efektivitas dari
79
clopidogrel. Hal ini jika dosis
pantoprazole tinggi atau
penggunaannya terlalu sering.
Kalsium karbonat+digoxin
Kalsium karbonat meningkatkan
efek digoksin secara sinergis
farmakodinamik
Atorvastatin+digoxin
Atorvastatin akan meningkatkan
kadar atau efek dari digoxin.
KCl+digoxin
KCl dan digoxin keduanya
meningkatkan serum K+
Aspilet+digoxin
Aspilet dan digoxin keduanya
meningktkan serum K+
Aspilet+KCl
Aspirin dan KCl keduanya
meningktkan serum K+
Aspilet+Clopidogrel
80
Keduanya meningkatkan toksisitas
yang lainnya secara sinergis
farmakodinamik.
81
9. KESESUAIAN DOSIS
KSR Sesuai
1-2 tablet, 2-3 kali/hari 3x600 mg 1800 mg/hari
82
10. Drug Related Problem (DRP)
83
PEMBAHASAN
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan
PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) (Permenkes No.72 Tahun 2016).
Peran apoteker sangat penting dalam mencegah munculnya masalah terkait obat
atau Drug Related Problems (DRPs), Pemantauan Terapi Obat (PTO) harus
dilakukan secara berkesinambungan serta dievaluasi secara teratur pada periode
tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat diketahui dan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Pasien yang dilakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) bernama Ny. Sri dengan
nomor rekam medik 685165, berumur 57 tahun, masuk ke ruang ICCU RSUD Al-
Ihsan pada tanggal 19 Agusutus 2019 dengan keluhan terasa sesak nafas dan nyeri
dada. Pasien didiagnosa CHF dan CAD. Pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan jantung. Pemantauan Terapi Obat dilaksanakan pada tanggal 19-23
Agustus 2019.
Adapun obat-obat bat yang diterima pasien selama dirawat di ICCU antara lain:
a. Terapi injeksi
1. Pantoprazole
Pantoprazole adalah obat golongan pronton pump inhibitor yang digunakan
untuk tukak lambung, tukak duodenum, GERD, dan hipersekresi patologis.
Pantoprapzole bekerja dengan cara berkerja mengikat H+ K+ ATPase (pompa
proton) di sel parietal lambung sehingga menghasilkan blockade sekresi asam
lambung. Dosis terapi yang diberikan kedapa pasien adalah 40 mg/hari dan
sesuai dengan dosis pemberian berdasarkan liteatur yaitu 40 mg/hari.
Pantoprazole dapat berinteraksi dengan beberapa obat yang diberikan seperti
dengan digoxin. Pantoprazole meningkatkan toksisitas digoxin. Penggunaan
jangka panjang PPI menyebabkan hipermagnesemia dan meningkatkan risiko
toksisitas digoxin, maka perlu di pantau heart ratenya. Selain itu pantoprazole
berinteraksi juga dengan clopidogre, dengan penggunan secara bersamaan
83
dapat menurunkan efektivitas dari clopidogrel. Hal ini jika dosis pantoprazole
tinggi atau penggunaannya terlalu sering.
2. Digoxin
Digoxin adalah glikosida jantung yang memiliki aktivitas inotropik positif
yang ditandai dengan peningkatan kekuatan kontraksi miokard. Digoxin juga
mengurangi konduktivitas jantung melalui atriovena node. Digoxin juga
memberikan aksi langsung pada otot polos pembuluh darah dan efek tidak
langsung yang dimediasi terutama oleh sistem saraf otonom. Karena adanya
penurunan heart rate pada pasien maka pasien diberikan digoxin secara IV
sebanyak ½ ampul, atau dengan dosis 0.125 mg. Ini sesuai dengan dosis pada
literatur yang menyebutkan bahwa Dosis terapi untuk gagal jantung adalah
0.125-0.25 mg/hari
3. Lasix
Lasix adalah obat dengan kandungan furosemide. Furosemid adalah golongan
diuretic kuat yang bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi terutama Na
dan Cl pada lengkung henle. Pada tanggal 20/082019 pasien mengeluh sesak
dan dada terasa berat. Sesak dapat disebabkan karena CHF sehingga diberikan
Lasix untuk mengeluarkan cairan dengan dosis 3x80 mg atau setara dengan
240 mg/hari. Dosis terapi berdaasarkan untuk CHF 20-80 mg/hari, dapat
ditingkatkan 20-40 mg/hari setiap 6-8 jam, tidak melebihi 600 mg/hari. Jadi
dosis terapi yang diberikan masih sesuai.
b. Terapi Peroral
1. Trizedon
Trizedon merupakan obat yang mengandung trimetazide yang merupakan
agen metabolik anti ishemic (anti angina) yang meningkatkan penggunaan
glukosa myocardial melalui penghambatan metabolik asam lemak. Trizedon
ini diberikan untuk mengurangi nyeri dada yang dirasakan pasien. Dosis yang
diberikan adalah 1x1 tablet/hari. Sedangkan berdasarkan literatur disebutkan
bahwa penggunaannya 2x1 tablet/hari. Jadi daapat dikatakan bahwa dosis
yang diberikan subterapi
84
2. CPG
CPG/Clopidogrel merupakan obat golongan antiplatelet yang bekerja dengan
dengan cara menghambat jalur yang diinduksi adenosine trifosfat (ADP)
untuk agregasi platelet. Dosis yang diberikan adalah 1x75 mg/hari. Ini sesuai
dengan dosis untuk CAD yaitu 75 mg/hari
3. Asam folat
Asam folat adalah obat yang digunakan sebagai supplement untuk hati. Asam
folat sangat penting untuk produksi koenzim dalam banyak sistem
metabolisme seperti sintesis purin dan pirimidin. Dosis yang diberikan adalah
1x1 tablet/hari. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu penggunaan 1 mg/hari
4. Natrium bikarbonat
Natrium bicarbonat/bicnat adalah obat yang digunakan untuk membantu
penyerapan obat dan membantu menurunkan kadar kalium dengan mekanisme
bereaksi dengan ion H+ untuk membentuk air dan karbondioksida sehingga
bertindak sebagai penyangga terhadap asidosis dengan meningkatkan pH
darah. Dosis yang diberikan adalah 3x500 mg atau setara dengan 1500
mg/hari. Hal ini sesuai dengan dosis literatur bahwa penggunaan natrium
bicarbonate 500-1500/hari
5. KSR
KSR adalah obat yang mengandung 600 mg KCl yang di gunakan untuk
mengobati atau mencegah jumlah kalium yang rendah dalam darah. KSR yang
diberikan adalah 3x1 tablet. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa dosis KSR
adalah 1-2 tablet, 2-3 kali/hari. Penggunaan KSR yang mengandung KCl
dapat berinterkasi dengan digoxin, dimana KCl dan digoxin keduanya
meningkatkan serum K+. Sehingga perlu dipantau serum K+.
6. Calos
Calos adalah obat yang mengandung kalsium karbonat yang digunakan untuk
membantu pencegahan dan terapi untuk gangguan metabolisme atau
kekurangan Calcium seperti osteomalasia (kerapuhan tulang), osteoporosis
(kepadatan tulang menurun). Calos bekerja sebagai antasida dengan
85
menetralkan asam lambung sehingga meningkatkan pH lambung dan usus.
Kalsium karbonat menghambat aktivitas proteolitik pepsin jika pH meningkat
>4 dan meningkatkan tonus spinchter esophagus yang lebih rendah. KSR yang
diberikan adalah 3x1 tablet. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa dosis yang
diberikan adalah 500-2000 mg/hari. Penggunaan kalsium karbonat dapat
berinteraksi dengan digoxin dimana kalsium karbonat meningkatkan efek
digoksin secara sinergis farmakodinamik.
7. Atorvastatin
Atorvastatin adalah obat golongan antihiperlipidemia yang bekerja selektif
dan kompetitif menghambat HMG-CoA reductase yang merupakan enzim
yang mengkatalisis konsentrasi HMG-CoA utnuk mevalonate. Penurunan
produksi mevalonate menghasilkan peningkatan kompensasi dalam ekspresi
LDL dan stimulasi katabolisme LDL, akibatnya kadar kolesterol LDL
menurun. Dosis yang diberikan adalah 1x40 mg, sesuai dengan literatur bahwa
dosis untuk pencegahan penyakit kardiovaskular 10-80 mg/hari. Atorvastatin
dapat berinteraksi dengan digoksin, dimana atorvastatin akan meningkatkan
kadar atau efek dari digoxin.
8. Digoxin
Digoxin adalah glikosida jantung yang memiliki aktivitas inotropik positif
yang ditandai dengan peningkatan kekuatan kontraksi miokard. Digoxin juga
mengurangi konduktivitas jantung melalui atriovena node. Digoxin juga
memberikan aksi langsung pada otot polos pembuluh darah dan efek tidak
langsung yang dimediasi terutama oleh sistem saraf otonom. Karena adanya
penurunan heart rate pada pasien maka pasien diberikan digoxin secara PO
sebanyak ½ tablet, atau dengan dosis 0.125 mg. Ini sesuai dengan dosis pada
literatur yang menyebutkan bahwa Dosis terapi untuk gagal jantung adalah
0.125-0.25 mg/hari
9. Aspilet
Aspilet merupakan obat yang mengandung Asam Asetilsalisilat. Obat ini
berfungsi untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala, sakit gigi,
dan nyeri otot yang berkerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin
86
oleh siklooksigenase. Bekerja dengan cara menghambat agregasi platelet,
mempunyai aktivitas antipiretik dan analgetik. Aspilet diberikan karena pasien
pada tanggal 21/08/2019 mengalami kenaikan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan adalah 1x1 tablet, sesuai dengan dosis pada literatur.
Berdasarkan uraian obat yang diterima pasien diatas terdapat 3 macam obat
injeksi dan 9 macam obat peroral yang diterima oleh pasien, walaupun pada
tanggal 20/08/2019 penggunaan obat asam folat dan natrium bicarbonat sudah
dihentikan. Ini dapat dikatakan bahwa obat yang diterima pasien adalah
polifarmasi. Karena obat yang diberikan banyak, maka ada beberapa obat yang
berinteraksi. Interaksi yang terjadi adalah moderat, dan perlu monitoring. Untuk
penatalaksanaanya sebaiknya pemberian obat-obat yang mempunyai interaksi
tidak diberikan dalam waktu atau jam yang sama sehingga dapat menurunkan
reaksi interaksi.
Berdasarkan dosis yang diberikan semua obat sudah sesuai dengan literatur,
kecuali trizedon yang dosisnya kurang. Maka direkomendasikan untuk waktu
pemberian trizedon menjadi dua kali sehari.
Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi oleh pemberian terapi obat ataupun ada
atau tidaknya edukasi yang disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien
terkait penggunaan obat untuk terapi pasien. Pada saat rekonsiliasi obat tgl 19
Agustus 2019 pada keluarga pasien dan pasien dapat berkomunikasi dengan baik
Perkembangan pasien tgl 21 Agustus mulai membaik dengan berkurangnya sesak
nafas. Kemudian pada saat tgl 23 Agustus pasien adanya sesak nafas kembali dan
penurunan tekanan darah kemudian pada tanggal 23 Agustus pasien Ny. Siti
meninggal dunia.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan di Rumah Sakit
Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat, dapat disimpulkan sebagai berikut:
88
5.2 Saran
89
DAFTAR PUSTAKA
90