FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI BAGFARMAPOL PUSDOKKES POLRI
JL. CIPINANG BARU RAYA, PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
PERIODE 07 FEBRUARI – 28 FEBRUARI 2023
Disusun oleh:
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI BAGFARMAPOL PUSDOKKES POLRI
JL. CIPINANG BARU RAYA, PULO GADUNG JAKARTA TIMUR
PERIODE 07 FEBRUARI – 28 FEBRUARI 2023
Disusun Oleh:
Amelia Nursafitri, S.Farm. 2022000007
Gina Agnia Khairunnisa, S.Farm. 2022000035
Hadiman, S.Farm. 2022000036
Heryanto Slamet, S.Farm. 2022000038
Larasati Kurnia Dewi, S.Farm. 2022000048
Siti Khodijah, S.Farm. 2022000075
Disetujui Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Bagfarmapol
Pusdokkes Polri yang telah dilaksanakan mulai tanggal 07 Februari hingga 28
Februari 2023.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak
AKBP. apt. Drs. H. Sunarto, M.Si. selaku Pembimbing PKPA dari Bagfarmapol
Pusdokkes Polri dan Bapak apt. Drs. M. Yamin, M.Farm. selaku pembimbing PKPA
dari Universitas Pancasila, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada kami selama menjalani PKPA dan penyusunan
laporan ini. Terima kasih kami sampaikan pula kepada:
1. Dekan FFUP yaitu Prof. Dr. apt. Syamsudin, M.Biomed.
2. apt. Hesty Utami R, S.Farm., M.Clin.Pharm., P.hD. selaku Kepala Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
3. Segenap dosen dan karyawan FFUP yang telah memberikan tenaga dan ilmu
pengetahuan selama masa perkuliahan.
4. Seluruh Apoteker, staf dan pegawai di Bagfarmapol Pusdokkes Polri atas semua
bimbingan, pengarahan, dan keramahan selama PKPA berlangsung.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa tiada henti.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis selama pelaksanaan PKPA.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kesalahan maupun
kekurangan, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik dari berbagai pihak
yang bertujuan untuk membangun dan memperbaiki laporan ini sehingga menjadi
lebih baik lagi.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
B. TUJUAN ................................................................................................. 3
C. MANFAAT ............................................................................................ 3
A. SEJARAH BAGFARMAPOL.............................................................. 4
1. Visi .......................................................................................................... 6
2. Misi ......................................................................................................... 6
1. Bangunan ............................................................................................... 9
2. Peralatan .............................................................................................. 10
3. Gudang ................................................................................................. 10
iv
v
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 30
2. Personalia ............................................................................................. 32
4. Peralatan .............................................................................................. 35
5. Produksi ............................................................................................... 37
10. Dokumentasi.........................................................................................46
A. KESIMPULAN .................................................................................... 52
B. SARAN ................................................................................................. 52
LAMPIRAN .............................................................................................................. 55
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan praktik kerja lapangan yang
wajib diikuti oleh mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila (PSPA FFUP). Mahasiswa melaksanakan magang atau
praktik kerja untuk memperoleh pengalaman kerja sesuai dengan kompetensi
apoteker. PKPA bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa PSPA untuk menjadi
apoteker yang siap menjalankan profesinya secara profesional sesuai dengan
Standar Kompetensi apoteker dan filosofi asuhan kefarmasian. Standar
kompetensi apoteker dan filosofi asuhan kefarmasian dilaksanakan dengan cara
mengajak seorang calon apoteker untuk terlibat dalam peran dan fungsi apoteker
pada bidang pengadaan, produksi, dan pelayanan kefarmasian (1)
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan atau masyarakat. Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009, kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
diperlukan berbagai upaya kesehatan seperti peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Setiap
kegiatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya
1
2
Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur guna memberikan pengalaman dan ilmu bagi
calon apoteker dalam memasuki dunia kerja. PKPA di Bagfarmapol dilaksanakan
selama 1 bulan pada tanggal 07-28 Februari 2023.
B. TUJUAN
Tujuan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Bagfarmapol
Pusdokkes Polri yaitu sebagai berikut:
1. Memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di
Bagfarmapol Pusdokkes Polri.
2. Mengetahui peran, tugas dan tanggung jawab Apoteker di industri farmasi.
3. Memperoleh pengalaman pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
C. MANFAAT
Manfaat kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Bagfarmapol
Pusdokkes Polri yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa PKPA dapat memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) di Bagfarmapol Pusdokkes Polri.
2. Mahasiswa PKPA dapat mengetahui peran, tugas dan tanggung jawab
Apoteker di industri farmasi.
3. Mahasiswa PKPA dapat memperoleh pengalaman pekerjaan kefarmasian di
industri farmasi.
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
A. SEJARAH BAGFARMAPOL
BAGFARMAPOL merupakan bagian dari organisasi satuan kerja (Satker) Pusat
Kedokteran dan Kesehatan (PUSDOKKES) Polri yang bertugas melaksanakan
kegiatan kefarmasian Kepolisian dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
pelayanan kesehatan dan dukungan operasional Polri. Awal terbentuknya
BAGFARMAPOL adalah dengan diresmikannya Apotek Pusat Polri yang
bertempat di Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati pada tanggal 19 Mei 1966.
Selanjutnya, tanggal 19 Mei dijadikan Hari Lahir BAGFARMAPOL. Keberadaan
apotek tersebut merupakan cikal bakal berdirinya pabrik obat dan laboratorium
kefarmasian di lingkungan Polri. Akhir tahun 1970, dibuka cabang Apotek Pusat
Polri di RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur. Pada bulan Maret 1976 dibangun
gedung di komplek Rumah Sakit tersebut, suatu unit produksi obat melalui Surat
Keputusan (Skep) Kapolri No. Pol: Skep/50/VII/1977. Pada tanggal 1 Juli 1977,
Apotek Pusat dan Unit Produksi Obat secara struktural digabungkan menjadi
Lembaga Farmasi Polri (LAFIPOL). Pada tahun 1980, LAFIPOL berkembang
dengan menambah produksi sediaan obat jenis tablet, kapsul, cairan/sirup, dan
salep/krim. Mengingat LAFIPOL terus berkembang dan memerlukan tempat yang
lebih proporsional, maka tanggal 14 September 1993, LAFIPOL menempati
gedung baru di Jl. Cipinang Baru Raya 3B. Bersama dengan itu, LAFIPOL mulai
mengajukan permohonan sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)
kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM) Depkes
RI.
Pada tahun 1993 sampai tahun 2000, secara bertahap LAFIPOL merenovasi
gedung/bangunan produksi, melengkapi peralatan mesin-mesin produksi,
membuat protap-protap pelaksanaan produksi dan pendukungnya dengan maksud
untuk memenuhi persyaratan CPOB yang diwajibkan oleh Ditjen POM Depkes
4
5
operasional kepolisian.
h. Memproduksi perbekalan farmasi tertentu kualitas terbaik untuk
mendukung pelayanan kesehatan tertentu bagi anggota Polri.
2. Peralatan
a. Peralatan untuk produksi sediaan tablet terdiri dari:
1) Fluidized Bed Dryer (kapasitas 30 kg)
2) Super Mixer (kapasitas 75 kg)
3) Granulator
4) Oven
5) Hardness tester
6) Vacum Cleaner
7) Timbangan 60 kg
8) Timbangan gram
9) Compressor
10) Mesin cetak tablet punch 16 dan 29
11) Mesin film coating
12) Mesin pengayak
13) Tablet stripping
b. Peralatan untuk produksi sediaan kapsul terdiri dari:
1) Manual filling capsule
2) Semi automatic filling capsule
3) Capsule stripping machine
4) Mixer V
c. Peralatan untuk produksi semisolid terdiri dari:
1) Alat pengisi tube (Automatic filling tube machine)
2) Oven
3) Mixer
d. Peralatan untuk produksi liquid terdiri dari:
1) Big capacity mixer
2) Mesin filling otomatis
3) Mixer (6)
3. Gudang
Gudang atau warehouse merupakan sarana pendukung kegiatan produksi di
11
industri farmasi yang berfungsi sebagai penyimpan bahan baku, bahan kemas,
dan produk jadi. Pada setiap wadah yang baru datang, petugas gudang harus
memeriksa:
a. Identitas/kebenaran label-label pada wadah
b. Keutuhan wadah, penutup dan segel
c. Jumlah barang yang diterima serta jumlah wadahnya
d. Adanya kerusakan pada luar wadah
e. Adanya pencemar atau hama pada wadah.
Semua pemeriksaan harus didokumentasikan, kelompokkan barang atau
wadah menurut nomor lot/bets. Di BAGFARMAPOL, gudang terdiri dari
beberapa macam yaitu:
a. Gudang Karantina
Barang yang baru datang harus disimpan dalam sistem karantina yang
telah ditetapkan sesuai dengan persyaratan kondisi penyimpanan bahan.
Setiap lots/bets bahan yang baru datang harus diambil contoh dan
dianalisis atau diperiksa oleh Bagian Wastu.
b. Gudang Bahan Baku
Gudang ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga kebutuhan fisik
maupun kimiawi dari bahan baku terjamin serta terhindar dari kesalahan
pada saat pengambilan, seperti yang telah ditentukan dalam CPOB.
Gudang ini juga berfungsi sebagai gudang karantina dan menyimpan
bahan baku hasil yang lulus dari pengujian.
c. Gudang Bahan Pengemas
Gudang ini untuk menyimpan bahan-bahan pengemas seperti strip,
aluminium foil, box, kardus, lem, perekat dan alat-alat kebersihan
lainnya.
d. Gudang Teknik
Gudang ini digunakan untuk menyimpan suku cadang yang berkaitan
dengan mesin produksi.
12
barang diterima atau ditolak. Barang yang diterima akan diberi label
hijau bertuliskan diterima dan langsung dimasukkan ke gudang sesuai
dengan jenis barang. Sedangkan barang yang ditolak diberi label merah
bertuliskan ditolak, dan dikirim kembali ke pemasok untuk diganti sesuai
dengan spesifikasi yang telah dilampirkan.
b. Penyimpanan
Bahan baku obat yang telah lulus uji sampel akan disimpan di gudang
BBO pada temperatur kamar. Gudang penyimpanan hendaknya diatur
sedemikian rupa untuk memungkinkan pemisahan yang efektif dan
teratur terhadap berbagai bahan yang disimpan serta untuk memudahkan
perputaran persediaan. Bahan baku obat yang disimpan tidak boleh
bersentuhan langsung dengan lantai, sehingga harus disimpan di atas rak
besi atau plate. Penyimpanan bahan baku obat berdasarkan bentuk
sediaan dan alfabet. BBO yang termasuk jenis narkotika/psikotropika,
disimpan dalam lemari khusus yang menempel di dinding.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan gudang dilakukan dengan cara membersihkan lantai dan
ruangan dijaga supaya tetap bersih dan kering. Penyusunan barang dalam
gudang disesuaikan dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out). Penataan FIFO dimaksudkan agar barang yang
pertama masuk dapat digunakan terlebih dahulu daripada barang yang
terakhir masuk. Penyusunan barang juga sesuai dengan abjad dan jenis
sediaan (padat, cair, semi solid dan lain-lain). Sedangkan penyusunan
FEFO digunakan pada barang yang kadaluwarsa terlebih dahulu
sehingga barang yang akan kadaluwarsa diutamakan.
d. Pengeluaran
Pengeluaran bahan baku dari gudang dilakukan berdasarkan formulir
permintaan bahan baku dari bagian produksi. Pengeluaran diatur menurut
sistem FIFO dan FEFO, yaitu barang yang lebih dulu datang atau waktu
kadaluawarsanya pendek akan dikeluarkan lebih dahulu. Gudang tidak
bisa mengeluarkan barang tanpa surat permintaan produksi.
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
2. Ph
Handsinitizer yang telah di buat akan di lakukan pengecekan pH
menggunakan kertas indikator pH dengan dicelupkan ke dalam sampel. Hand
sanitizer memenuhi syarat jika pHnya dalam rentang pH kulit yaitu 4,5-6,5.
Jika nilai pH terlalu asam maka dikhawatirkan akan mengiritasi kulit dan jika
terlalu basa maka akan membuat kulit gatal dan bersisik.
3. Bobot Jenis
Handsinitizer yang telah di buat akan di lakukan pengecekan bobot jenis.
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, kecuali dinyatakan lain.
Penentuan bobot jenis menggunakan menggunakan metode 1 yaitu
menggunakan piknometer dan didasarkan pada perbandingan bobot zat diudara
pada suhu 25°C terhadap bobot air dengan volume yang sama dan suhu yang
sama.
Prosedur pengukuran bobot jenis sebagai berikut:
1. Piknometer yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan.
2. Piknometer tersebut dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer
kosong dan bobot berisi air.
3. Disiapkan hand sinitizer lalu dimasukkan kedalam piknometer.
4. Kelebihan zat uji dibuang dan ditimbang.
Bobot jenis dihitung berdasarkan rumus:
(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
Bobot jenis = (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑖𝑟)−(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
C. PEMAPARAN MATERI
1. Alur Produksi di BAGFARMAPOL
Markas Besar POLRI akan menerima permintaan dari seluruh daerah di
Indonesia yang akan dibuat dalam bentuk RENJA (Rencana Kerja) setiap tahun.
RENJA tersebut memuat beberapa hal yaitu RAB (Rencana Anggaran Belanja)
selama satu tahun kemudian di susun usulan pengadaan berupa spesifikasi bahan.
Bagian perencanaan yaitu BAGREN dan bagian pengadaan yaitu
BAGMATFATKES. Dalam melakukan perencanaan jika anggarannya lebih
dari 200 juta maka akan di lakukan lelang dengan tahapan:
16
3. Kegiatan di BAGFARMAPOL
a. Unit Produksi di BAGFARMAPOL
Unit Produksi Pelayanan Kesehatan (YanKes) di BAGFARMAPOL
mencakup sub unit tablet, kapsul, cairan (liquid), semi solid, stripping,
pengemasan serta pergudangan. Bagian Produksi di BAGFARMAPOL
mempunyai unit-unit antara lain:
1) Sub Unit Tablet
Sub unit tablet melaksanakan semua tahap pembuatan tablet mulai
dari permintaan bahan baku ke gudang sampai dengan pencetakan.
Unit tabletmemproduksi Fineuron 5000, Dolo Fineuron, Fenamic
500, Finalgin, Kafiflam 50, Laficam 20, Spasfinal, Poltaren 25,
Poltaren 50. Namun yang aktif diproduksi hingga sekarang hanya
Fineuron 5000.
2) Sub Unit Kapsul
Sub unit kapsul melaksanakan semua tahap pembuatan kapsul
meliputi permintaan bahan baku ke gudang sampai dengan pengisian
kapsul. Unit kapsul memproduksi Thiamficol 500.
3) Sub Unit Liquid
Sub unit liquid melakukan semua tahap pembuatan sirup meliputi
permintaan bahan baku ke gudang, pencampuran bahan aktif dan
pelarut tambahan, pengisian atau filling ke dalam pengemas primer
dengan memakai bottle printed (botol dengan keterangan obat yang
tercetak di botol tersebut).
4) Sub Unit Semi
Solid Sub unit semi solid melakukan seluruh pembuatan salep,
meliputi permintaan bahan baku ke gudang, pengambilan bahan
baku, penimbangan, pencampuran, pengisian kedalam pengemas
primer dan pemberian nomor bets. Unit semi solid memproduksi:
Femicetin oint, Ficort krim, Chlorficort krim.
5) Sub Unit Pengemasan
22
Kit sidik jari dibuat dalam rangka membantu tugas dan kerja POLRI
untuk memecahkan kasus kriminal serta untuk mempermudah
dokumentasi sidik jari yang sistemnya akan dicanangkan ke arah
komputerisasi. Kit sidik jari dikemas dalam wadah vial, berbentuk
serbuk dan terdapat empat warna, yaitu hitam, putih, abu-abu dan
jingga yang digunakan sesuai dengan tempat pengambilan sidik jari
untuk memberikan kontras warna.
4) Krim Penyamaran Wajah
Dibuat untuk mendukung kegiatan anggota BRIMOB dalam
menjalankan tugasnya dalam melakukan penyamaran, dibuat dalam
berbagai wama disesuaikan dengan daerah penugasan.
c. Sub Bagian Pengawasan Mutu (Wastu)
Pengawasan mutu merupakan bagian essensial dari cara pembuatan obat
yang baik untuk memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sistem
pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin
bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar dengan mutu dan jumlah
yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tepat dan mengikuti
prosedur standar sehingga obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan untuk identitas, kadar, kemurnian, mutu dan
keamanannya.
Setiap tahapan proses dianalisa secara terpisah dan diteliti untuk
memastikan mutu dan stabilitas obat yang diambil dari setiap batch
sebagai contoh pertinggal pada kondisi penyimpanan yang sebenarnya
dalam suhu kamar. Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisis
yang dilakukan dilaboratorium termasuk pengambilan contoh,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan
dan obat jadi. Pengawasan mutu meliputi juga program uji stabilitas yang
mana produk yang diproduksi di BAGFARMAPOL menggunakan uji
stabilitas dipercepat dengan menggunakan climatic chamber dengan
kondisi suhu 40°C/RH 75% selama 3 bulan, pemantauan lingkungan
24
30
31
Tugas utama Kepala Sub Teknis Farmasi Kepolisian atau Pemastian Mutu
di lapangan atau diluar kegiatan produksi adalah deteksi dini, pemeriksaan
dan penelitian terhadap produksi dan peredaran obat-obatan atau makanan
atau minuman atau kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar
Kemenkes serta produksi dan peredaran obat terlarang atau bahan berbahaya
dalam rangka mendukung tugas operasional POLRI. Sedangkan tugas
dilingkungan BAGFARMAPOL adalah memastikan proses manajemen mutu
dapat berjalan dengan baik. Kepala Sub Bagian Pemastian Mutu secara rinci
bertugas memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai dari pembelian
bahan baku, proses pengolahan obat dan distribusi obat jadi, serta meluluskan
produk sesuai dengan prosedur.
Tugas Sub Bagian Pengawasan Mutu adalah menyelenggarakan kegiatan
pengawasan mutu yaitu pemeriksaan terpadu mulai dari pemeriksaan bahan
baku, proses produksi sampai menjadi produk jadi melalui pemeriksaan
laboratorium kimia, pemeriksaan IPC (In Process Control) di area produksi
atas obat-obatan dan bahan baku hasil pengadaan Pusdokkes maupun hasil
produksi dan limbah bagian farmasi kepolisian sedangkan tugas dilapangan
atau diluar kegiatan produksi adalah melaksanakan pemeriksaan dan
penelitian terhadap produksi dan peredaran obat-
obatan/makanan/minuman/kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan
Kemenkes dan atau BPOM dan peredaran obat-obatan terlarang atau
berbahaya dalam rangka mendukung tugas operasional POLRI. Produk jadi
yang akan diluluskan oleh bagian pengawasan mutu harus sesuai spesifikasi,
penandaan, kemasan serta kelengkapan dokumen produksi.
BAGFARMAPOL juga memproduksi berbagai produk farmasi lainnya
untuk mendukung tugas operasional POLRI, misalnya Kit Narkotika dan
Psikotropika, Kit prekursor, Kit sidik jari, krim penyamaran, dan Kit Food
Security Test. Semua sumber dana kegiatan produksi berasal dari alokasi dana
pemerintahan, dimana dalam perencanaan untuk menyelenggarakan produksi
dibuat berdasarkan kebutuhan dan data penyakit di tiap-tiap daerah yang
diajukan POLDA kepada PUSDOKKES, selain itu kegiatan pengadaan
32
2. Personalia
Industri Farmasi harus memiliki personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai. Personalia hendaklah memiliki kesehatan mental dan fisik
yang baik sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Jumlah
personalia didalam kelembagaan BAGFARMAPOL sangat terbatas,
sehingga proses produksi yang dilaksanakan tidak dapat dilakukan secara
bersamaan, tetapi disesuaikan dengan keterbatasan personalia, waktu dan
dana. Dengan struktur yang sederhana tetapi kaya fungsi, maka beberapa
personalia melakukan tugas yang rangkap.
Sesuai persyaratan pada CPOB, posisi Kepala Sub Bagian Produksi,
Kepala Sub Bagian Pengawasan Mutu, dan Kepala Sub Bagian Teknis
Farmasi Kepolisian Industri Pharmasi diduduki oleh seorang Apoteker
terkualifikasi dan berkompeten. Struktur organisasi Bagian Farmasi
Kepolisian menggunakan model struktur tipe D yang di pimpim langsung
oleh Kepala Bagian Farmasi Kepolisian. Kepala bagian tersebut membawahi
bagian administrator (PAMIN) dan bagian teknis (PAUR).
4. Peralatan
Rancangan bangunan dan konstruksi peralatan BAGFARMAPOL sudah
didesain dengan tepat yang ukurannya memadai dan ditempatkan pada tempat
yang sesuai sehingga menghasilkan suatu mutu obat yang baik karena
memudahkan dalam pembersihan dan perawatannya. Mesin-mesin produksi
dan peralatan penunjang dalam proses produksi non betalaktam, produksi
betalaktam serta pengawasan mutu sebagian besar telah memenuhi
persyaratan CPOB. Peralatan produksi di BAGFARMAPOL rutin dilakukan
pengecekan sehingga dapat menghindari hal-hal yang mengganggu selama
produksi. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk dipastikan
tidak bersifat reaktif, aditif, atau absorbtif yang dapat mempengaruhi mutu
dan kualitas produk. Perlatan yang digunakan di Bagfarmapol diantaranya
peralatan untuk produksi sediaan tablet, peralatan untuk produksi sediaan
kapsul, peralatan untuk produksi semisolid dan peralatan untuk produksi
sediaan larutan (liquid). Selain itu, di Bagfarmapol tersedia alat timbang dan
alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan
pengawasan. Perlatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan
mengendalikan dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan
metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari perjanjian tersebut
disimpan sebagai bukti dokumentasi. Peralatan pencucian dan 41
pembersihan dipilih dan digunakan dengan baik dan tepat sehingga tidak
menjadi sumber pencemaran. Peralatan didesain sedemikian rupa agar mudah
dibersihkan, peralatan juga harus dibersihkan sesuai dengan prosedur yang
tertulis serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
Peralatan produksi yang ada di BAGFARMAPOL relatif lengkap, namun
pemanfaatannya kurang optimal. Hal ini dikarenakan jumlah dan jenis produk
36
obat yang dihasilkan setiap tahunnya terbatas dan bervariasi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat POLRI dan ketersediaan dana yang didapatkan.
Validasi yang dilakukan untuk mesin dan peralatan dilakukan secara berkala.
Validasi dilakukan dengan mengamati kebenaran kerja mesin selama proses.
Semua peralatan yang telah digunakan untuk produksi, dibersihkan sesuai
dengan Standar Operating Procedure (SOP) pembersihan peralatan. Peralatan
yang ada di BAGFARMAPOL yaitu :
a. Peralatan untuk produksi sediaan tablet
1) Fluidized Bed Dryer (kapasitas 30 kg)
2) Super Mixer (kapasitas 75 kg)
3) Granulator
4) Oven
5) Hardness tester
6) Vacum Cleaner
7) Timbangan 60 kg
8) Timbangan gram
9) Compressor
10) Mesin cetak tablet punch 16 dan 29
11) Mesin film coating
12) Mesin pengayak
13) Tablet stripping
b. Peralatan untuk produksi sediaan kapsul
1) Manual filling capsule
2) Semi automatic filling capsule
3) Capsule stripping machine
4) Mixer V
c. Peralatan untuk produksi semisolid
1) Alat pengisi tube (Automatic filling tube machine)
2) Oven
3) Mixer
d. Peralatan untuk produksi liquid
37
5. Produksi
Proses produksi di Bagfarmapol dilakukan sesuai perencanaan yang
disusun dalam satu tahun anggaran berdasarkan hasil rekapitulasi
kebutuhan sediaan farmasi dari semua Kepolisian Daerah (Polda) di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Polda di seluruh wilayah akan
mengajukan permintaan kebutuhan sediaan farmasi ke Markas Besar
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri). Setelah disetujui,
Mabes Polri akan mengirimkan permintaan tersebut ke Satuan Kerja
(Satker) Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri).
Pusdokkes akan meneruskan ke Sub-satker Bagian Farmasi Polisi
(Bagfarmapol) untuk dilakukan perencanaan produksi sesuai kebutuhan
setiap daerah. Perencaan produksi yang telah dibuat kemudian diajukan
ke Bagian Material Fasilitas Kesehatan (Bagmatfaskes) Sub-bagian
Perencanaan (Bagren), jika disetuji maka Bagmatfaskes akan melakukan
pembelian bahan baku obat danpengadaan barang yang dibutuhkan dalam
proses produksi. Bahan baku dan barang kebutuhan produksi tersebut
akan diserahkan ke Bagfarmapol untuk digunakan dalam produksi
dengan mengeluarkan Surat Perintah Pengeluaran Material (SPPM).
Bahan baku obat tersebut dikirim dari supplier ke Depo MaterilKesehatan
(Domatkes) kemudian bagian Domatkes mengirim barang tersebut ke
Bagfarmapol. Bagfarmapol menggunakan Bahan Baku Obat (BBO) zat
aktif maupun bahan tambahan yang memenuhi standar spesifikasi yang
ditentukan berdasarkan Farmakope Indonesia dan memiliki 31 sertifikat
analisis (CoA).
Bagfarmapol akan melakukan produksi sesuai perencanaan yang ada.
Hasil produksi akan diserahkan melalui Bagmatfaskes untuk
didistribusikan ke seluruh wilayah yang membutuhkan. Barang atau
38
ketentuan 32 yang dimuat dalam CPOB mengenai tugas dan fungsi QC.
Selain itu, Wastu juga berpedoman pada protap di Bagfarmapol (6).
Seluruh proses produksi di Bagfarmapol dilakukan dan diawasi oleh
personil yang kompeten dan telah mengikuti pelatihan sebelumnya, hal
ini sesuai dengan ketentuan dalam CPOB mengenai ketentuan proses
produksi dan personalia. Penanganan proses produksi dilakukan sesuai
SOP dan terdokumentasi dalam bentuk batch record. Seluruh kegiatan
produksi dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB (5,6).
Bagfarmapol sudah memiliki sertifikat CPOB untuk 10 produk, yaitu
sebagai berikut:
a. Sediaan tablet biasa non Antibiotika
b. Sediaan tablet salut non Antibiotika
c. Sediaan kapsul keras non Antibiotika
d. Sediaan cairan oral non Antibiotika
e. Sediaan salep/krim/gel non Antibiotika
f. Sediaan tablet biasa Antibiotika
g. Sediaan tablet salut Antibiotika
h. Sediaan kapsul keras Antibiotika
i. Sediaan cairan oral antibiotika
j. Sediaan salep/krim/gel antibiotika
Proses produksi di Bagfarmapol dilakukan di ruangan terpisah
berdasarkan bentuk sediaan, hal ini dilakukan untuk meminimalisir
kontaminasi yang akan mempengaruhi kualitas produk. Proses produksi
di Bagfarmapol untuk sediaan liquid, krim, salep, tablet, tablet salut, serta
kapsul selalu dilakukan in process control (IPC) untuk memastikan setiap
alur produksinya sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat menjamin
bahan serta sediaan yang diproduksi sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. IPC dilakukan pada rentang waktu 15 menit saat awal
produksi dan dilanjutkan setiap 30 menit selama proses produksi
berlangsung. Jika dalam IPC didapatkan hasil yang tidak memenuhi
40
Gudang ini berfungsi untuk menyimpan bahan baku yang telah lulus
pengujian. Pengeluaran bahan baku dari gudang dilakukan berdasarkan
formulir permintaan bahan baku dari bagian produksi. Pengeluaran
bahan diatur berdasarkan sistem FIFO dan FEFO.
c. Gudang bahan pengemas
Gudang ini untuk menyimpan bahan-bahan pengemas seperti strip,
aluminium foil, box dan kardus.
d. Gudang teknik
Gudang ini digunakan untuk menyimpan suku cadang yang berkaitan
dengan mesin produksi.
e. Gudang produk ruahan
Gudang ini digunakan untuk produk-produk yang telah selesai
diproduksi namun belum dilakukan pengemasan.
f. Gudang produk jadi
Gudang ini digunakan untuk menyimpan produk jadi yang siap dikirim
ke Domatkes Pusdokkes polri untuk didistribusikan ke polda-polda.
g. Gudang lain-lain
Pemisahan bahan berpotensi menyebabkan kebakaran sudah dilakukan
oleh Bagfarmapol dimana untuk bahan-bahan yang menyebabkan
kebakaran disimpan di dalam gudang api.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai
kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan
telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk
43
rekonsiliasi dan bekerja sama dengan bagian distribusi untuk menarik semua
produk yang beredar sampai ke tingkat konsumen. Penarikan kembali produk
jadi dilakukan apabila ditemukan produk yang tidak memenuhi persyaratan
mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping yang tidak terduga yang
merugikan kesehatan. BAGFARMAPOL belum pernah menangani penarikan
kembali produk karena terjadinya perubahan khasiat obat tetapi keluhan yang
terjadi umumnya mengenai kondisi fisik produk seperti rusaknya kemasan
primer dari suatu obat sebelum masa kadaluarsa akibat penyimpanan yang
tidak sesuai.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan merupakan
bagian yang essensial dari pemastian mutu. Dokumentasi merupakan hal
yang sangat penting unutk memastikan bahwa setiap personil menerima
uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko
salah tafsir dan kekeliruan yang disebabkan oleh komunikasi lisan.
Dokumentasi juga digunakan untuk memudahkan penelusuran kembali jika
terdapat produk yang tidak memenuhi syarat. Dokumentasi yang dilakukan
di pusdokkes bersifat sistematis dimana semua informasi manajemen yang
meliputi prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat telah
didokumentasikan dengan baik. pada setiap lembar batch record yang ada
dicantumkan prosedur dan spesifikasi yang telah divalidasi, dan informasi
yang diperlukan oleh setiap karyawan sehingga akan memberikan hasil yang
sama seperti standar yang telah ditetapkan. Dokumentasi yang dilakukan
pada setiap kegiatan BAGFARMAPOL dimulai dari perencanaan,
spesifikasi, prosedur, pelaksanaan produksi, pengendalian mutu, evaluasi
seluruh rangkaian pembuatan obat dapat memberikan gambaran lengkap dari
setiap bets suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta
penelusuran terhadap bets produk yang bersangkutan jika terjadi masalah.
47
selanjutnya yaitu water softener filter yang berisi resin anionik yang
berfungsi untuk menghilangkan dan/atau menurunkan tingkat kesadahan
air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium yang
menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.
c. Kemudian air akan masuk ke dalam sistem reverse osmosis (RO), suatu
teknik pembuatan air murni, yang diawali dengan penambahan klorin
untuk membunuh kuman yang ada pada air (klorinasi) pada tangki RO 1.
Air akan ditampung dalam break tank dengan kapasitas 1000 L sebagai
penampungan sementara.
d. Air kemudian masuk ke dalam tangki RO 2 untuk menghilangkan kuman
sekali lagi. Setelah itu masuk ke dalam tangki karbon aktif yang akan
dilakukan penyaringan dengan karbon aktif lalu dengan saringan partikel
berukuran 5-10 µm sebanyak 2 kali.
e. Kemudian air akan masuk dalam elektro de-ionisasi (EDI) tank untuk
penyaringan dengan penukar anion dan kation. EDI merupakan
perkembangan dari ion exchange system dimana sebagai pengikat ion (+)
dan (-) digunakan juga elektroda disamping resin. Elektroda ini
dihubungkan dengan arus istrik searah sehingga proses pemurnian air
dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi, sehingga akan
dihasilkan air bebas mineral anion dan kation (aqua demineralisata).
f. Air lalu dipanaskan pada suhu 70oC dan dialirkan ke tangki
penampungan akhir atau double jacket tank.
g. Air akan melalui proses radiasi ultraviolet untuk menghambat
pertumbuhan mikroba sehingga diperoleh aqua DM, yang akan dialirkan
ke ruang produksi untuk proses produksi maupun penunjang.
h. Pada masing-masing ruangan akan dilakukan kontrol terhadap aqua DM
yang dialirkan dengan pengujian mikrobiologi sebagai evaluasi pada
proses pemurnian air.
Berdasarkan hal tersebut, pengolahan air di Bagfarmapol sudah sesuai dengan
ketentuan pada CPOB mengenai pengolahan air sebagai bahan baku dalam
formulasi produk farmasi.
51
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapat selama Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di Bagfarmapol Pusdokkes Polri pada tanggal 07 – 28 Februari 2023, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Industri BAGFARMAPOL merupakan bagian dari organisasi satuan kerja
yang bertugas melaksanakan kegiatan kefarmasian kepolisian dalam
mendukung pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan (non profit) yang hanya
diproduksi dan digunakan untuk internal Polri (Anggota Polri dan PNS Polri
beserta keluarga). Bagfarmapol sudah melaksanakan manajemen dan
kegiatan organisasi berdasarkan protap dan SOP sesuai dengan ketetapan
aspek - aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Aspek CPOB sudah
diimplementasikan dan didokumentasikan dengan baik.
2. Peran Apoteker di BAGFARMAPOL sudah melakukan tugas dan tanggung
jawab dengan baik. Personel kunci di Bagfarmapol seperti kepala produksi,
kepala bagian pengawasan mutu (quality control) dan kepala bagian
pemastian mutu (quality assurance) merupakan Apoteker sesuai dengan
yangdipersyaratkan dalam CPOB.
3. Adanya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dapat memberikan ilmu dan
pengalaman bagi mahasiswa calon apoteker dalam mempersiapkan diri untuk
mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai tenaga profesi apoteker di
industry farmasi.
B. SARAN
Bagfarmapol telah menerapkan peran apoteker maupun aspek-aspek yang
tercantum dalam CPOB sesuai dengan ketentuan, namun disarankan
Bagfarmapoluntuk melakukan pengkajian dan evaluasi ulang terhadap pedoman
52
53
CPOB 2018 serta memperbaiki sarana dan fasilitas penunjang dalam kegeiatan
produksi yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumala, Shirly, dkk. Panduan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri
Farmasi. Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. 2021
2. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111928/permenkes-no-26- tahun-2018
4. Peraturan BPOM. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34
Tahun 2018 Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, BPOM RI.2018
5. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol:
Skep/50/VII/1977, Jakarta.
6. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
54
LAMPIRAN
B. Label Diluluskan
C. Label Ditolak
55
56