FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SEJAHTERA HARAPAN TIGAS
JL. RAYA BOGOR KM 30 RUKO DEPOK MANSION NO. 10
DEPOK, JAWA BARAT
PERIODE 02 NOVEMBER – 30 NOVEMBER 2022
Disusun oleh:
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SEJAHTERA HARAPAN TIGAS
JL. RAYA BOGOR KM 30 RUKO DEPOK MANSION NO. 10
DEPOK, JAWA BARAT
PERIODE 02 NOVEMBER – 30 NOVEMBER 2022
Disusun Oleh:
Disetujui Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan ridho-nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan sekaligus
laporan ini sebagai hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Sejahtera
Harapan Tigas Cimanggis Depok, yang dilaksanakan pada 02 November - 30
November 2022.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
dengan harapan agar calon Apoteker dapat mengimplementasikan ilmu CDOB
(Cara Distribusi Obat yang Baik) dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di bidang distribusi farmasi serta
mendapatkan gambaran secara jelas mengenai pedagang besar farmasi yang
merupakan salah satu tempat pengabdian profesi Apoteker.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker beserta penyusunan laporan
tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak apt. Drs. Toto Supatra selaku pembimbing PKPA dari
PT. Sejahtera Harapan Tigas dan Ibu Dr. apt. Siti Umrah Noor, M.Si. selaku
Dosen Pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk serta saran selama menjalani PKPA.
Dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
ii
5. apt. Oktavianus Anjar, S. Farm. Selaku manajer operasional PT. Sejahtera
Harapan Tigas yang telah membimbing dan mengawasi pelaksanaan Pelatihan
Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Seluruh karyawan PT. Sejahtera Harapan Tigas yang telah memberikan
bantuan dan perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
7. Teman-teman profesi Apoteker angkatan 70, atas segala bantuan dan motivasi
yang telah diberikan
Semoga Tuhan membalas budi baik Bapak, Ibu dan rekan-rekan seprofesi
dengan balasan yang berlipat ganda. Kami masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan ini. Namun kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi rekan sejawat dan seluruh pihak yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................45
A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN .......................... 45
B. LATAR BELAKANG PT. SEJAHTERA HARAPAN TIGAS
………………………………………………………………...45
C. PENERAPAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
(CDOB) DI PT. SEJAHTERA HARAPAN TIGAS ................ 46
1. MANAJEMEN MUTU .......................................................... 46
2. ORGANISASI, MANAJEMEN DAN PERSONALIA ......... 49
3. BANGUNAN DAN PERALATAN ....................................... 52
4. KEGIATAN OPERASIONAL............................................... 56
5. INSPEKSI DIRI DAN AUDIT .............................................. 69
6.KELUHAN, OBAT DAN ATAU BAHAN OBAT
iv
KEMBALIAN, DIDUGA PALSU DAN PENARIKAN
KEMBALI ................................................................................ 70
7. TRANSPORTASI .................................................................. 72
8. FASILITAS DISTRIBUSI BERDASARKAN KONTRAK . 73
9. DOKUMENTASI ................................................................... 74
10. KETENTUAN KHUSUS BAHAN OBAT ............................ 75
11. KETENTUAN KHUSUS PRODUK RANTAI DINGIN
(COLD CHAIN PRODUCT) ................................................ 75
12. KETENTUAN KHUSUS OBAT-OBAT TERTENTU &
PREKURSOR FARMASI ................................................... 78
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 30. Area Gudang 3 (Sediaan Cair)..................................................... 121
Lampiran 31. Area Barang Reject dan Retur ..................................................... 122
Lampiran 32. Kegiatan Inspeksi Diri ................................................................. 123
Lampiran 33. Produk Kembali ........................................................................... 124
Lampiran 34. Alat Transportasi Mobil dan Motor ............................................. 125
Lampiran 35. Jasa Pengiriman ........................................................................... 126
Lampiran 36. Dokumentasi ................................................................................ 127
Lampiran 37. Cold Chain Product .................................................................... 129
Lampiran 38. Kegiatan Kunjungan ke Pemasok ............................................... 130
Lampiran 39. Program Pelatihan Karyawan ...................................................... 131
Lampiran 40. Laporan Keluhan Pelanggan ....................................................... 132
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berkembangnya zaman di era endemi saat ini. Kesehatan menjadi
hal yang sangat diperhatikan. Menurut undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009, definisi kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Sehingga dengan adanya praktik
kefarmasian meliputi pembuatan termasuk dalam pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, distribusi obat, pelayanan obat,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan (1).
Dalam bagian keempat dari Peraturan Pemerintah (PP) No.51 tahun 2009
mengatur tentang pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi antara lain yakni (2):
1. Setiap fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai penganggung jawab (2).
2. Pekerjaan kefarmasian dalam fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi harus memenuhi aspek dan ketentuan Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) yang ditetapkan oleh menteri (2).
3. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker harus menetapkan
Standar Operasional Prosedur (2).
1
2
B. TUJUAN
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Sejahtera Harapan Tigas pada
periode 02-30 November 2022 bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker dalam bidang
distribusi
2. Mempersiapkan calon Apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai
Apoteker yang bertanggung jawab dan profesional khususnya dalam bidang
distribusi
3. Memberikan pengalaman, wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi
calon Apoteker agar siap melakukan pekerjaan kefarmasian di bidang
distribusi
4. Untuk mengetahui dan mempelajari aspek-aspek Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) dan penerapannya dalam bidang industri farmasi.
3
C. MANFAAT
Manfaat dari Praktik Kerja Profesi Apoteker yang diselenggarakan oleh
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang bekerja sama dengan PT.
Sejahtera Harapan Tigas sebagai berikut.
1. Mahasiswa calon Apoteker mampu memahami dan mengetahui fungsi,
tanggung jawab, dan wewenang Apoteker dalam bidang distribusi
2. Mahasiswa calon Apoteker memperoleh pengetahuan dan wawasan
yang lebih luas mengenai pedagang besar farmasi
3. Membentuk calon Apoteker yang bertanggung jawab dan profesional
dalam bidang distribusi
4. Mahasiswa calon Apoteker mengetahui dan memahami penerapan Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dalam bidang distribusi
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN RUANG LINGKUP
A. TINJAUAN UMUM
1. Pedagang Besar Farmasi
a. Definisi Pedagang Besar Farmasi
Berdasarkan Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi, yang mana Pedagang Besar Farmasi disingkat
dengan sebutan PBF adalah perusahan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,penyaluran obat dan/atau
bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan (4).
4
5
c. Sarana
1) PBF harus memiliki kantor dan gudang untuk melaksanakan
kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran Obat
dan/atau Bahan Obat
2) Gudang sebagai tempat penyimpanan Obat dan/atau Bahan
Obat harus dilengkapi dengan peralatan, dan perlengkapan
yang dapat menjamin mutu serta keamanan Obat dan/atau
Bahan obat yang disimpan
3) Memiliki ruang penyimpanan Obat dan/atau Bahan Obat di
gudang yang terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB
4) PBF yang melakukan pengemasan ulang Bahan Obat harus
memiliki ruang pengemasan ulang sesuai persyaratan CDOB
5) PBF yang melakukan pengemasan ulang Bahan Obat harus
memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk
pengujian Bahan Obat yang disalurkan
6) PBF yang menyalurkan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi harus memiliki tempat penyimpanan
Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7) Lokasi gudang PBF dapat berada pada lokasi terpisah dari
10
e. Pelayanan
1) PBF Pusat dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat
kepada:
a) PBF Pusat atau PBF Cabang lain;
b) Fasilitas pelayanan kefarmasian yang meliputi: apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, dan toko
obat; dan/atau lembaga ilmu pengetahuan;
c) Lembaga ilmu pengetahuan
Penyaluran Obat kepada toko obat hanya untuk golongan
obat bebas dan obat bebas terbatas.
2) PBF Pusat dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan Bahan
Obat kepada:
a) Industri farmasi;
b) PBF atau PBF Cabang lain;
c) Apotek;
d) Instalasi farmasi rumah sakit; dan/atau
e) Lembaga ilmu pengetahuan.
3) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF Pusat dan PBF
Cabang dapat menyalurkan Obat dan/atau Bahan Obat kepada
instansi pemerintah yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13
d. Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat
memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan
distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada
keamanan. Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat
dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat/dan bahan
obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/atau fasilitas
distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-
undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu
memasuki rantai distribusi resmi.
21
1) Kualifikasi pemasok
Perlu dilakukan kualifikasi terhadap pemasok karena fasilitas
distribusi harus memperoleh pasokan obat dan/atau bahan obat dari
pemasok yang mempunyai izin. Jika obat dan/atau bahan obat
diperoleh dari fasilitas distribusi lain maka fasilitas distribusi
pemasok tersebut wajib mempunyai izin serta menerapkan CDOB.
Sedangkan jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari industri
maka industri pemasok tersebut wajib mempunyai izin serta
menerapkan CPOB. Kualifikasi yang tepat harus dilakukan sebelum
pengadaan dilaksanakan. Dilakukan pendekatan berbasis risiko
dengan mempertimbangkan: reputasi atau tingkat keandalan serta
keabsahan operasionalnya; obat dan/atau bahan obat tertentu yang
rawan terhadap pemalsuan; penawaran obat dan/atau bahan obat
dalam jumlah besar yang biasanya hanya tersedia dalam jumlah
terbatas; dan harga yang tidak wajar.
2) Kualifikasi pelanggan
Dilakukan kualifikasi pelanggan untuk memastikan bahwa obat
dana/atau bahan obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak
atau berwenang untuk menyerahkan obat ke masyarakat. Bukti
kualifikasi pelanggan harus didokumentasikan dengan baik. Fasilitas
distribusi harus memantau tiap transaksi yang dilakukan dan
melakukan penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pada pola
transaksi obat dan/atau bahan obaat yang beresiko terhadap
penyalahgunaan, serta untuk memastikan kewajiban pelayanan
distribusi obat dan/atau bahan obat kepada masyarakat terpenuhi.
3) Penerimaan
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat
dan/atau bahan obat yang diterima benar; berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak dan tidak mengalami perubahan selama
transportasi, serta harus dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian
antara barang yang diterima dengan pesanan. Obat dan/atau bahan
obat yang memerlukan penyimpanan atau tindak pengamanan
22
8) Pengambilan
Proses pengambilan obat dan/bahan obat harus dilakukan dengan tepat
sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan bahwa obat
dan/ bahan obat yang diambil benar. Obat dan/atau bahan obat yang
diambil harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum
kedaluwarsa dan berdasarkan FEFO. Nomor bets harus selalu dicatat.
Pengecualian dapat diizinkan jika ada kontrol yang memadai untuk
mencegah pendistribusian obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa.
9) Pengemasan
Pengemasan harus sedemikian rupa sehingga kerusakan, kontaminasi
dan pencurian dapat dihindari. Kemasan harus memadai untuk
mempertahankan kondisi penyimpanan selama transportasi dan
kontainer obat harus disegel.
10) Pengiriman
Pengiriman harus ditujukan kepada alamat pelanggan yang tertera pada
dokumen pengiriman dan harus diserahkan langsung kepada penanggung
jawab sarana atau tenaga kefarmasian lain sebagai penerima. Dokumen
untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan dan harus
mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut:
a) Tanggal pengiriman.
b) Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status
dari penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik).
c) Deskripsi obat dan/atau bahan obat, mislanya nama, bentuk sediaan
dan kekuatan (jika perlu).
d) Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
e) Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah container dan
kuantitas per container (jika perlu).
f) Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman.
g) Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat
perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil
ekspedisi yang menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan
25
e. Inspeksi Diri
Pengertian inspeksi adalah suatu evaluasi kesesuaian melalui
pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, pengujian
atau pembandingan. Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka
memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan
untuk bahan tindak lanjut Langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan
dan mencakup semua aspek CDOB, peraturan perundang-undangan,
pedoman, dan prosedur tertulis. Inspeksi diri harus dilakukan dengan
cara yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan
ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal yang dilakukan oleh ahli
independen. Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat dan laporan
kegiatan ini harus berisi semua pengamatan yang dilakukan selama
inspeksi. Jika terdapat penyimpangan yang ditemukan, maka
penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA (Corrective Action
and Preventive Action) yang terdokumentasi untuk ditindak lanjut (6).
g. Transportasi
Obat dan / atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk
mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personel yang terlibat
dalam pengiriman harus dilengkapi dengan peralatan keamanan
tambahan yang sesuai untuk mencegah pencurian dan penyelewengan
lainnya selama transportasi. Pengiriman dilengkapi dengan
dokumentasi yang sesuai untuk mempermudah identifikasi dan
verifikasi kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Kondisi
penyimpanan selama pengiriman harus dipertahankan sesuai dengan
informasi pada kemasan. Jika terjadi kondisi yang tidak diharapkan
selama transportasi segera dilaporkan kepada fasilitas distribusi dan
penerima. Jika kondisi tersebut terkait produk baik itu kemasan, ketidak
sesuaian pesanan atau ketidak sesuaian dokumen pengiriman maka
produk tersebut dibawa kembali dan diserahkan kepada pengirim dan
memberi notifikasi terkait kesalahan dokumen untuk direvisi (6).
Obat dan/atau bahan obat harus dikemas sedemikian rupa dan
dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan untuk mencegah kerusakan
selama transportasi dan diangkut sesuai dengan prosedur. Fasilitas
distribusi harus memiliki tindakan pencegahan yang memadai apabila
terjadi tumpahan, penyalahgunaan, kerusakan dan pencurian, serta
dapat mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. Setiap
pengiriman harus dilakukan pencatatan terkait nomor dokumen, tujuan
pengiriman, nomor kendaraan yang digunakan dan nama pengemudi
yang mampu ditelusuri dalam proses pengiriman (6).
Sistem kontrol suhu yang tervalidasi seperti kontainer dengan
suhu terkontrol dan kendaraan yang memiliki pendingin harus tersedia
untuk memastikan kondisi transportasi yang benar dipertahankan saat
keberangkatan, dalam perjalanan, dan saat diterima. Pelanggan harus
mendapatkan data suhu pada saat serah terima untuk menunjukkan
28
bahwa obat dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu penyimpanan
yang dipersyaratkan selama transportasi. Kerusakan dan masalah lain
yang terjadi selama transportasi harus didokumentasikan dan
dilaporkan ke fasilitas distribusi dan instansi terkait serta dilakukan
penyelidikan (6).
i. Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen
mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari
komunikasi lisan dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah
bets, instruksi, prosedur. Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait
dengan distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan),
prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu.
Dicatat dengan jelas dan rinci merupakan dasar untuk memastikan bahwa
setiap personil melaksanakan kegiatan sesuai uraian tugas sehingga
memperkecil risiko kesalahan. Harus terdapat pengaturan wewenang dan
keamanan terhadap pihak-pihak yang dapat mengakses, mengubah,
menghapus, dan/atau menyetujui/menandatangani dokumen.
Dokumentasi harus disimpan selama minimal 3 (tiga) tahun. Dokumen
yang dibuat harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to
date. Jika suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suata sistem untuk
menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku.
Dokumentasi meliputi dokumen pengadaaaan, dokumen penyimpanan,
dokumen penyaluran dan dokumen transaksi keuangan. Dokumentasi
dilakukan dengan tujuan, yaitu sebagai berikut:
a) Menjamin semua pelaksanaan distribusi berjalan sesuai dengan
panduan mutu dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b) Apabila terjadi penyelewengan sistem, maka dapat ditelusuri dengan
sistem dokumentasi perjalanan distribusi.
c) Untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan untuk
memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi dan
prosedur, maka dokumentasi harus tertulis jelas (6).
30
4) Kualifikasi Pelanggan
Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa penyaluran narkotika ke
fasilitas distribusi lain yang memiliki ijin khusus penyalur narkotika,
instalasi farmasi pemerintah, apotek, klinik dan rumah sakit serta
penyaluran psikotropika atau prekursor farmasi ke fasilitas industri
farmasi, fasilitas distribusi lain, apotek, rumah sakit, klinik, dan
puskesmas yang memiliki wewenang.
5) Pengadaan
Pengadaan narkotika, psikotropika, atau prekursor farmasi harus
berdasarkan surat pesanan (sistem elektronik maupun manual). Surat
pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 jenis narkotika,
sedangkan surat pesanan psikotropika atau prekursor farmasi hanya
dapat digunakan untuk 1 atau beberapa jenis psikotropika atau
prekursor farmasi. Ketentuan surat pesanan secara elektronik yaitu
sebagai berikut:
a) Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan
sistem hanya oleh Apoteker Penanggung Jawab
b) Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan
alamat lengkap dan stempel sarana
c) Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
d) Mencantumkan nama, bentuk, kekuatan sediaan, jumlah, dan isi
kemasan
e) Mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota, dan
tanggal dengan penulisan yang jelas
f) Harus menjamin ketertelusuran produk sekurang-kurangnya 3
tahun terakhir
g) Surat pesanan elektronik harus dapat ditunjukan dan
dipertanggung jawabkan keberannya pada saat pemeriksaan
h) Harus tersedia sistem back up data secara elektronik
i) Sistem pesanan elektronik harus memudahkan dalam evaluasi
dan penarikan data
34
B. TINJAUAN KHUSUS
1. Sejarah PT. Sejahtera Harapan Tigas
2. Profil Perusahaan
PT. Sejahtera Harapan Tigas sebagai penyedia jasa layanan distribusi berfungsi
untuk menyalurkan berbagai macam produk obat dari beberapa prinsipal dan
distributor lainnya. Bangunan PT. Sejahtera Harapan Tigas bertempat di suatu
bangunan ruko depok mansion dengan tiga lantai terdiri dari halaman parkir,
ruang tunggu, tempat penerimaan barang, gudang penyimpanan obat dan ruang
kerja karyawan. Denah Bangunan PT. Sejahtera Harapan Tigas lantai 1, 2 dan
3 dapat dilihat pada Lampiran 10.
Perusahaan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-
nilai inti yaitu komitmen, fokus, tindakan yang menjadi acuan/pedoman bagi
seluruh karyawan. Berikut adalah penjelasan budaya perusahaan:
A. Komitmen : Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
B. Fokus : Memenangkan persaingan dengan menerapkan
informasi teknologi untuk mencapai tujuan bisnis sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
C. Tindakan : Berupaya maksimal dengan Kerjasama tim yang kokoh
dalam melaksanakan operasional yang unggul dan
perbaikan berkesinambungan.
B. Misi Perusahaan
Memberikan pelayanan jasa distribusi produk kesehatan yang sesuai dengan
Cara Distribusi Obat yang Baik dan peraturan lain yang berlaku.
5. Kegiatan Perusahaan
Kegiatan usaha yang dilakukan PT. Sejahtera Harapan Tigas:
1. Mendistribusikan obat-obatan ke berbagai fasilitas kesehatan seperti Apotek
dan Klinik
2. Melakukan pemesanan obat ke distributor
3. Mengatur penagihan piutang.
Tujuan dari kegiatan tersebut untuk mencapai target atau mengejar omset
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan setiap bulannya. Berikut kegiatan proses
pendistribusian obat secara umum di PT. Sejahtera Harapan Tigas:
a. Sebelum mendistribusikan obat, salesman melakukan penawaran obat ke
outlet terlebih dahulu
b. Setelah outlet melakukan pemesanan, surat pesanan tersebut diberikan
kepada salesman
c. Salesman membawa SP (surat pesanan) kepada staf administrasi untuk
dibuatkan faktur. Sebelum faktur diterbitkan diperiksa apakah pada outlet
38
tersebut terdapat piutang diatas 3 bulan, jika ada maka outlet tersebut tidak
bisa memesan obat sebelum melunaskan piutangnya. Jika tidak ada maka staf
administrasi menyiapkan RBK (Rencana Barang Kirim) yang akan diberikan
ke Gudang
d. Staf gudang menyiapkan barang apa saja yang ingin dikirim sesuai RBKyang
telah dibuat (dilihat dari Nomor Batch dan tanggal kadaluwarsanya)
e. Setelah barang sudah disiapkan, staf gudang melapor ke staf administrasi
untuk dilakukan pemotongan stock lewat sistem dan diverifikasi oleh APJ.
Setelah faktur tercetak, faktur diberikan kepada tim pengirim dan obat siap
diantar
f. Tim pengirim mengantarkan obat dan menyerahkan copy faktur dan faktur
pajak kepada pihak outlet
g. Setelah obat selesai diantar, tim pengirim menyerahkan faktur asli ke staf
gudang dan staf gudang melakukan penyerahan faktur yang barangnya sudah
diantar oleh tim pengirim ke APJ
h. Setelah itu, staf administrasi keuangan mengatur penagihan piutang dan akan
ditagih oleh salesman dan tim pengirim
i. Salesman dan tim pengirim melakukan penagihan kepada outlet untuk
melunaskan piutangnya
j. Setelah piutang tertagih, penagih menyetor kepada staf administrasi berupa
transfer atau tunai.
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
WAKTU KEGIATAN
02 November 2022 1. Perkenalan lingkungan dan personel PT.
08.00 – 17.00 WIB Sejahtera Harapan Tigas
2. Melakukan penyiapan pesanan obat dari
pelanggan
3. Materi awal mengenai CDOB oleh Apoteker
Penanggung Jawab
39
40
WAKTU KEGIATAN
16 November 2022 • Presentasi mengenai “Inspeksi diri Keselamatan,
16.00-17.00 WIB
Kesehatan Kerja Lingkungan dan Penanganan
Produk Kadaluarsa”
45
46
penanggung jawab dan disetujui oleh direktur, hal ini bertujuan menjamin mutu
produk tetap terjaga dan tidak terjadi kerusakan yangberarti. Saat ini, jumlah
pemasok yang mendistribusikan barangnya ke PBF PT. Sejahtera Harapan
Tigas sebanyak 20 distributor dengan beberapa principal, sedangkan PT.
Sejahtera Harapan Tigas sudah mendistribusikan barangnya ke outlet yang
berkisar kurang lebih 70 outlet yang terdiri dari klinik, apotek, dan toko obat
yang berdomisili antara lain di Depok, Bogor, Jakarta, Bekasi dan Tanggerang.
Seluruh pemasok dan pelanggan PBF Sejahtera Harapan Tigas telah
memenuhi persyaratan kualifikasi, persyaratan kualifikasi tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 18, dan 19. Secara menyeluruh, kegiatan yang
dilakukan PT. Sejahtera HarapanTigas dari pengadaan sampai pendistribusian
sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan sudah menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
diterapkan dengan cara yang sesuai dengan ruang lingkup dan struktur
organisasi fasilitas distribusi.
a. Kantor
PT. Sejahtera Harapan Tigas menerapkan sistem manajemen
mutu sesuai dengan pedoman CDOB yang meliputi struktur organisasi,
tugas pokok dan fungsi personil. Hal ini dibuktikan dengan sertifikasi
CDOB No. CDOB2621/S/4-2999/04/2021 dan sertifikasi CCP No.
CDOB2621/S/1-1333/11/2022. Sistem manajemen mutu diawali
dengan sumber daya manusia yang telah memenuhi standar kualifikasi
dan kompetensi tertentu sehingga dapat menyusun kebijakan mutu obat
dan Standar Prosedur Operasional. Standar prosedur operasional
merupakan salah satu persyaratan jaminan mutu agar dapat dipastikan
mutu obat dapat dipertahankan selama proses distribusi.
Hal ini menunjukan bahwa telah tersedia sistem mutu terkait
CDOB, Standar Prosedur Operasional yang lebih dikenal dengan
sebutan SOP (Standard Operational Prosedure) termasuk SOP
pengendalian perubahan yang mencakup kewajiban investigasi
terhadap terjadinya ketidaksesuaian proses dan hasil yang sesuai
dengan standar CDOB di PT. Sejahtera Harapan Tigas. Selain itu, juga
tersedia POB terkait contingency plan seperti adanya bencana dan lain
lain.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan di PT. Sejahtera Harapan
Tigas dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional yang
dibuat oleh bagian pemastian mutu kemudian diperiksa oleh apoteker
penanggung jawab dan disetujui oleh direktur PBF. Standar prosedur
operasional ini dibuat dengan tujuan agar setiap kegiatan yang
dilakukan dapat menjamin mutu produk tetap terjaga dan tidak terjadi
kerusakan yang berarti.
b. Gudang
Manajemen mutu di Gudang PT. Sejahtera Harapan Tigas telah sesuai
dengan CDOB yang meliputi struktur organisasi, prosedur, proses,
48
c. Hasil Inspeksi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan di PT. Sejahtera Harapan Tigas
dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional yang dibuat
oleh bagian pemastian mutu kemudian diperiksa oleh apoteker
penanggung jawab dan disetujui oleh direktur PBF. Standar prosedur
operasional ini dibuat dengan tujuan agar setiap kegiatan yang
dilakukan dapat menjamin mutu produk tetap terjaga dan tidak terjadi
kerusakan yang berarti.
Berdasarkan hasil inspeksi, ditemukan beberapa hal yang masih
perlu diperbaiki pada aspek manajemen mutu di PT. Sejahtera Harapan
Tigas sesuai dengan ketentuan CDOB 2020 sebagai berikut.
1) Struktur Organisasi PBF yang belum diperbaharui (Penambahan
personil bagian petugas gudang & administrasi dan salesman)
2) Masih terdapat beberapa referensi yang belum update, digunakan
dalam pembuatan SOP sebagai berikut.
a) Dokumen Pedoman Mutu (PM-001. Rev 01)
b) SOP Pembuatan Protap (Sehati_SOP_01_001)
c) SOP Pengendalian Perubahan (Sehati_SOP_01_002)
d) SOP Pembersihan Gudang (Sehati_SOP_02_003)
e) SOP Penyimpanan Produk Jadi (Sehati_SOP_02_002)
49
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem distribusi obat dan/ bahan obat yang
baik sangat bergantung pada personil yang menjalankannya. PT. Sejahtera
Harapan Tigas memiliki 10 personil, seperti yang tercantum pada struktur
organisasi yang tertera pada lampiran 5. Secara struktural, PT. Sejahtera
Harapan Tigas memiliki garis komando dan garis koordinasi untuk
meningkatkan kegiatan distribusi sehingga dapat berjalan dengan baik.
Jumlah tersebut sudah cukup untuk menjalankan kegiatan pendistribusian di
PT Sejahtera HarapanTigas yang masih dalam skala kecil. Setiap personil
memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing yang
50
c. Gudang
Gudang PT. Sejahtera Harapan Tigas memiliki satu orang petugas
gudang yaitu apt. Afni Mutia, S.Farm. SDM di Gudang PT. Sejahtera
Harapan Tigas hanya terdiri dari Petugas Gudang dan salesman.
Gudang PT. Sejahtera Harapan Tigas telah menerapkan CDOB dengan
baik karena dari aspek organisasi, manajemen, dan personalia secara
garis besar telah sesuai dengan ketentuan CDOB. Tiap personil yang
bertugas tidak dibebani oleh jabatan ganda, memiliki garis koordinasi
yang jelas, dan secara rutin mengikuti pelatihan CDOB serta sosialisasi
standar prosedur operasional. Aspek hygiene dan P3K juga telah
dilaksanakan dengan cukup baik karena tersedia fasilitas mencuci
tangan dan SOP personal hygiene, instruksi dilarang makan, minum,
menyimpan obat dan rokok di gudang serta terdapat obat-obatan di
dalam kotak P3K.
PT. Sejahtera Harapan Tigas memiliki program pelatihan
karyawan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan personil. Program
Pelatihan Karyawan yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada
lampiran 39. Apoteker pada PT. Sejahtera Harapan Tigas yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi telah sesuai dengan ketentuan yang tertera
di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi, yang
menyatakan bahwa suatu PBF harus memiliki Apoteker Penanggung
51
d. Hasil Inspeksi
Personil di PT. Sejahtera Harapan Tigas juga sudah memiliki bekal
pengetahuan mengenai dunia distribusi farmasi, dan setiap personil
telah mendapatkan kualifikasi serta kompetensi sesuai dengan bidang
yang akan dijalaninya. kesesuaian aspek ini dengan CDOB dapat
dibuktikan dengan tersedianya struktur organisasi mencakup
kedudukan penanggung jawab serta uraian tugasnya sesuai
kewenangan yang disyaratkan dalam CDOB, semua personil
memahami peran dan tanggungjawab masing-masing dalam organisasi
terkait penerapan CDOB, penanggungjawab PBF sesuai dengan
ketentuan perundangan, memiliki program pelatihan personel disertai
evaluasi efektifitasnya dan didokumentasikan, hampir setiap personil
pernah mengikuti pelatihan yang sesuai dengan tanggung jawabnya,
serta menerapkan sistem K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh suatu PBF dalam
menetapkan kebutuhan personil diantaranya yaitu dapat dilihat secara
fungsional, dan finansial. Kuantitas pemesanan obat juga sangat
mempengaruhi urgensi dari tersedianya SDM seperti kepala gudang
dan bagian administrasi secara struktural dalam suatu PBF. Hal
tersebut menunjukan bahwa posisi kepala gudang dan bagian
administrasi di PT. Sejahtera Harapan Tigas belum menjadi suatu
keharusan mengingat skala PBF yang masih dalam skala kecil. Hal ini
dapat terlihat dari kuantitas pemesanan obat dari setiap outlet yang
masih belum mencapai jumlah standar pemesanan per hari jika
dibandingkan dengan PBF besar lainnya. Oleh karena itu, PT. Sejahtera
Harapan Tigas hanya menempatkan satu posisi secara struktural pada
bagian gudang yaitu bagian petugas gudang dan administrasi dengan
52
b. Gudang
PT. Sejahtera Harapan Tigas memiliki 3 ruangan gudang yang masing
masingnya berlokasi di lantai yang berbeda. Gudang 1 (Obat Bebas,
Obat Bebas Terbatas dan Obat Keras) dan gudang 2 (Obat-Obat
Tertentu dan prekursor farmasi) berada di lantai 3 sedangkan gudang 1
(sediaan liquid) berada di lantai 1.
Lantai pada setiap gudang memiliki permukaan yang rata, bebas
dari keretakan dan lubang yang terbuka serta langit-langit tidak bocor,
tidak berlubang, dan dalam keadaan bersih. Sarana yang tersedia yaitu
ruang penyimpanan suhu sejuk, serta ruang khusus penyimpanan Obat-
Obat Tertentu, prekursor farmasi, Cold Chain Product, tempat
karantina obat yang sudah expired, rusak, dan toilet. Khusus ruang
penyimpanan Obat-Obat Tertentu dan prekursor farmasi, ruangan
selalu dalam keadaan dikunci setelah digunakan dan kunci ruangan
dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan boleh didelegasikan
dengan menggunakan surat delegasi kepada petugas gudang yang dapat
dipercaya untuk mengelola Obat-Obat Tertentu dan prekursor farmasi.
Area gudang dilengkapi dengan termohygrometer yang telah
dikalibrasi dan bersertifikat kalibrasi untuk mengukur suhu dan
kelembaban ruangan secara valid serta terintegrasi. Sertifikat kalibrasi
dapat dilihat pada lampiran 13. Tersedia APAR (Alat Pemadam
Kebakaran Ringan), AC untuk setiap ruangan penyimpanan termasuk
Cold Chain Product, pest control untuk mengendalikan hama.
Ruangan penyimpanan di gudang dikelompokkan berdasarkan
golongan obat, suhu penyimpanan, dan prinsipal. Pada setiap ruang
penyimpanan dilengkapi formulir inspeksi suhu dan kelembaban yang
dilakukan setiap 2 kali dalam sehari (pagi dan siang) antara jam 09.00
sampai 11.00 WIB dan sore antara jam 13.00 sampai 15.00 WIB. Untuk
menunjang agar suhu dan kelembapan berada di kisaran tersebut,
54
c. Hasil Inspeksi
Salah satu syarat untuk berdirinya sebuah PBF yaitu memiliki area
penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman harus terpisah terlindung
dari kondisi cuaca dan didesain dengan baik serta dilengkapi dengan
peralatan yang memadai. Sesuai dengan CDOB gudang penyimpanan
55
obat yang terpisah seperti penyimpanan obat umum (Obat Bebas, Obat
Bebas Terbatas dan Obat Keras) dan penyimpanan obat Prekusor serta
Obat-Obat Tertentu (OOT).
Bangunan dan peralatan di PBF PT. Sejahtera Harapan Tigas
terpantau bersih (prosedur pembersihan gudang). Setiap gudang
dilengkapi dengan AC, Thermohygrometer, dan alat pest control yang
memberikan perlindungan terhadap masuknya hewan pengerat dan
memiliki program pengendalian hama.
Kesesuaian aspek bangunan dan peralatan di PT. Sejahtera
Harapan Tigas dengan ketentuan CDOB dapat dibuktikan dengan:
1) tersedianya SOP yang mengatur area penerimaan, penyimpanan
dan pengiriman, luas ruang penyimpanan memadai, kebersihan dan
kerapihan bangunan dijaga serta dipelihara sesuai ketentuan SOP
yang tersedia
2) gudang penyimpanan obat dapat menjamin mutu obat (bebas
banjir, penerangan cukup, suhu yang terkondisikan sesuai
persyaratan lain penyimpanan obat), telah dilakukan pemetaan
suhu di gudang penyimpanan, suhu dan kelembaban udara di ruang
penyimpanan dimonitor sesuai dengan yang dipersyaratkan
masing-masing produk menggunakan alat ukur yang terkalibrasi,
mempunyai sistem pengendalian hama (pest control) dan
terdokumentasi, tersedia pallet atau peralatan lain yang menjamin
obat tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
Berdasarkan hasil inspeksi, ditemukan beberapa hal yang masih
perlu diperbaiki pada aspek bangunan dan peralatan di PT. Sejahtera
Harapan Tigas sesuai dengan ketentuan CDOB 2020 sebagai berikut.
1) Belum tersedia SOP yang mengatur program pemeliharaan
peralatan
2) Belum tersedia SOP mengenai Penanganan kegagalan sistem
komputer
3) Beberapa temuan kerusakan peralatan sebagai berikut.
56
4. KEGIATAN OPERASIONAL
a. Kantor
Operasional di Kantor PT. Sejahtera Harapan Tigas dimulai dari
kualifikasi pemasok, kualifikasi pelanggan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, dan pengiriman yang dapat dilihat pada lampiran 35.
1) Kualifikasi Pemasok
Kantor PT. Sejahtera Harapan Tigas melakukan kualifikasi
pemasok obat (supplier) dengan mengacu pada Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020 tentang Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yaitu fasilitas distribusi harus
memperoleh pasokan obat dari dari pemasok yang memiliki izin
seperti industri farmasi yang memiliki izin dan menerapkan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang dibuktikan dengan
sertifikat CPOB berdasarkan bentuk sediaan. Aspek-aspek yang
diperhatikan saat melakukan kualifikasi pemasok telah memenuhi
syarat CDOB yaitu pemilihan pemasok meliputi kualifikasi
persetujuan penunjukan dan harus memiliki persyaratan sebagai
standar dari suatu pemasok minimal kualitas dan ketersediaan.
57
2) Kualifikasi Pelanggan
Kantor PT. Sejahtera Harapan Tigas melakukan kualifikasi
pemasok obat (supplier) dengan mengacu pada Peraturan Badan
58
3) Pengadaan
Pengadaan di PT. Sejahtera Harapan Tigas dilakukan sesuai
dengan data inventory yang terdapat di gudang dan berdasarkan tren
data penjualan atau adanya permintaan khusus dari pelanggan.
Pengadaan obat dilakukan kepada industri farmasi atau distributor
resmi dan terdaftar serta obat yang dipesan harus memiliki nomor
ijin edar yang masih berlaku. Untuk pesanan dilakukan dengan
menggunakan Surat Pesanan (SP) yang dibuat 2 rangkap, lembar
yang asli diberikan kepada pemasok dan salinannya disimpan
sebagai arsip bersama dengan surat jalan/faktur saat penerimaan
barang, serta sebagai acuan pemeriksaan kesesuaian barang yang
diterima. Untuk pesanan obat yang mengandung prekursor dan
obat-obat tertentu menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus dan
terpisah masing-masing. Surat Pesanan (SP) ini diperiksa dan
disetujui oleh Apoteker Penanggung Jawab PT. Sejahtera Harapan
Tigas. Surat pesanan PBF Sejahtera Harapan Tigas dapat dilihat
pada lampiran 21 dan 23 serta faktur pesanan pada lampiran 22 dan
24.
4) Penerimaan
Kantor PT. Sejahtera Harapan Tigas melakukan kegiatan yang
bersifat manajerial sehingga kegiatan penerimaan yang dilakukan
meliputi penerimaan dokumen eksternal yang terdiri dari Surat
Pesanan, faktur, sertifikat kalibrasi data logger, termohygrometer,
dan alarm suhu dari lembaga kalibrasi alat dan sebagainya.
Dokumen-dokumen ini kemudian akan direkapitulasi dan diarsip
oleh masing-masing bidang sesuai dengan ketentuannya.
5) Penyimpanan
Kantor PT. Sejahtera Harapan Tigas menyimpan dokumen
meliputi dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen
internal adalah seluruh dokumen yang diterbitkan secara internal
60
6) Pengiriman
PT. Sejahtera Harapan Tigas melakukan kegiatan pengiriman yang
bersifat manajerial meliputi pengiriman dokumen ke institusi lain
meliputi BPOM dan kelengkapan dokumen yang berhubungan
dengan tagihan penerimaan, pengiriman dan pengadaan obat.
i. Gudang
Operasional di Gudang PT. Sejahtera Harapan Tigas dimulai dari
penerimaan, penyimpanan, Pengambilan, Pengemasan, stock opname,
pengiriman, kualifikasi, validasi, dan kalibrasi, serta pelaporan.
a. Penerimaan
Penerimaan produk dilakukan di area penerimaan. Pada saat
penerimaan produk, lakukan pemeriksaan mengenai nama
pengirim (supplier/pemasok), nomor surat jalan atau nomor faktur,
kesesuaian nomor batch pada dokumen dan fisik barang, tanggal
kadaluarsa, dimana masa kadaluarsa yang dapat diterima minimal
18 bulan sebelum tanggal kadaluarsa, kesesuaian jumlah barang
61
b. Penyimpanan
Penyusunan produk di area gudang disusun berdasarkan prinsipal
seperti PT. Berlico Mulia Farma, PT. Erela, PT. Erlimpex dan lain-
lain. Produk juga disimpan dan dikeluarkan berdasarkan tanggal
kadaluarsa, dimana tanggal yang lebih jauh dari tanggal kadaluarsa
diletakkan di bagian belakang sehinggasaat pengambilan dilakukan
dari produk yang tanggal kadaluarsanya lebih dahulu, sesuai
dengan sistem FEFO (First Expired First Out).
Penyimpangan suhu dilaporkan setiap bulannya oleh
petugas gudang kepada bagian pemastian mutu untuk ditangani dan
dibuatkan CAPA (Corrective Action and Preventive Action). Pest
control yang digunakan adalah alat pengusir tikus yang
menggunakan panjang gelombang suara dengan frekuensi tinggi
yang hanya dapat didengar oleh hewan dan perangkap tikus dengan
umpan. Alat pengusir tikus sudah diletakkan di setiap area gudang
mulai dari gudang 1 sampai 3. Alat perangkap tikus diletakkan di
posisi luargedung dekat dengan dinding bangunan sesuai dengan
pemetaan yang telah dilakukan. Alat perangkap tikus dapat terlihat
pada lampiran 38.
Setiap minggu dilakukan pemeriksaan sesuai dengan daftar
periksa dan jika ditemukan hama maka dilaporkan kepada atasan
serta laporannya diperiksa oleh Apoteker Penanggung Jawab setiap
bulannya. Alat pest controldapat dilihat pada lampiran 14.
63
c) Area Gudang II
Area gudang II berada pada lantai 3, berseberangan dengan
area gudang I, hanya memiliki 1 akses pintu yang
dipergunakan untuk akses masuk dan keluar personel dan
juga barang, yang dapat dilihat pada lampiran 29. Barang
yang disimpan di area gudang II merupakan sediaan
prekursor dan obat-obatan tertentu (OOT) yang berupa
sediaan farmasi padat. Produk dengan kemasan terkecil,
diletakkan pada rak-rak besi dan produk dengan kemasan
besar diletakkan pada pallet plastik. Keduanya diletakkan
dengan adanya jarak antar pallet dan lantai untuk mencegah
terjadinya ketercampurbauran dan kerusakan yang dapat
64
c. Pengambilan
Sistem pengambilan produk pada area gudang PT. Sejahtera
Harapan Tigas menggunakan sistem First Expired First Out
(FEFO) dan sistem First In First Out (FIFO). Namun apabila ada
barang yang baru datang dan memiliki tanggal kadaluwarsa lebih
dahulu, maka barang tersebut akan dikeluarkan lebih dahulu.
Oleh karena itu sistem FEFO akan lebih diutamakan. Barang
yang tercantum pada Surat Pesanan (SP) akan disiapkan oleh
petugas gudang dan diletakkan di area persiapan barang dilantai
65
d. Pengemasan
Setelah barang disiapkan dan faktur dibuatkan, barang diperiksa
kembali untuk memastikan barang yang dikemas telah sesuai
dengan pesanan dan sesuai antara faktur dan fisiknya. Adapun
hal-hal yang perlu diperiksa dalam kesesuaian antara faktur fisik
yang akan dikirim adalah nama dan alamat pelanggan, nama dan
jenis produk, kemasan, nomor batch dan tanggal kadaluarsa,
serta jumlah dan kelengkapan persetujuan dari penanggung
jawab. Barang selanjutnya dikemas dengan menggunakan plastik
ataupun karton sesuai dengan kapasitas dan dipindahkan ke area
pengiriman barang (lantai 1).
e. Stock Opname
Untuk mengendalikan kesesuaian antara jumlah dan spesifikasi
fisik obat di gudang penyimpanan dengan di sistem komputer,
maka dilakukan stock opname. Stock opname adalah perhitungan
fisik persediaan obat untuk dicocokkan dengan catatan dokumen
yang ada di fasilitas distribusi. Hasil akhir stock opname adalah
laporan perbedaan jumlah obat dan penjelasannya.
Prinsip kerja dalam stock opname yaitu menghentikan
pergerakan obat (penerimaan maupun pengiriman), memastikan
semua dokumen terkait pergerakan obat telah selesai dicatat,
melakukan perhitungan fisik obat, membandingkan antara jumlah
fisik obat dengan jumlah di catatan dokumen, menelusuri
perbedaan dan jika terdapat perbedaan maka dicatat perbedaan
antara jumlah fisik obat dengan di catatan dokumen.
Stock opname di Gudang PT. Sejahtera Harapan Tigas
dilakukan pada awal bulan setiap tiga bulan sekali (triwulan).
Apabila terjadi selisih kuantitas, maka Petugas Gudang langsung
66
f. Pengiriman
Pengiriman obat di PT. Sejahtera Harapan Tigas dilakukan dari
setiap gudang ke supplier (retur). Retur obat ke supplier dilakukan
jika terdapat ketidaksesuaian nama obat, jumlah, salah nomor
batch, salah expired date, salah pengemasan, dan/atau obat rusak.
Pengiriman obat untuk pelanggan diserahkan ke pengantar.
Pengantar melakukan pemeriksaan faktur, dan kemasan (karton
atau plastik) yang dipakai untuk pengiriman. Bila pengiriman untuk
lebih dari satu pelanggan, maka akan diatur sesuai dengan jalur
pengiriman. Pada saat penerimaan barang oleh pelanggan sudah
sesuai, faktur yang terdiri dari 3 lembar harus
ditandatangani/paraf, nama jelas, tanggal dan nomor SIPA
penanggung jawab atau SIKTTK yang diberikan wewenang.
Bila pembayaran langsung tunai atau langsung transfer
maka lembar asli (warna putih) dan lembar copy warna merah
dapat diberikan kepada pelanggan dan copy warna kuning dibawa
kembali oleh pengirim obat. Sedangkan untuk pembayaran
tempo, lembar asli (warna putih) dan lembar copy warna kuning
dibawa oleh pengirim barang dan lembar copy berwarna merah
diberikan ke pelanggan. Berdasarkan uraian tahapan pengiriman
obat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengiriman obat di PT.
Sejahtera Harapan Tigas telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan CDOB.
h. Pelaporan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, PBF
yang melakukan penyaluran atau penyerahan narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi wajib membuat pencatatan
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi. Hal-hal yang
didokumentasikan dan dilaporkan oleh PT. Sejahtera Harapan
Tigas sebagai berikut.
a) Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan obat, OOT, dan prekursor
farmasi
b) Jumlah persediaan
c) Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d) Jumlah yang diterima
e) Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran
f) Jumlah yang disalurkan
g) Nomor batch dan kadaluwarsa setiap penerimaan atau
penyaluran
h) Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk
69
c. Hasil Inspeksi
Dalam penyimpanan produk obat yang dikenal sebagai LASA (Look
Alike Sound Alike) belum diletakan secara terpisah.
adanya obat palsu atau obat diduga palsu dan menunggu hasil investigasi
dan arahan dari pihak berwenang tersebut. Diberitahukan juga kepada
industri pembuat tentang adanya obat palsu atau diduga palsu sesuai dengan
hasil investigasi serta dikirimkan sampel obat ke pabrik pembuat untuk
dianalisa dan putuskan hasilnya.
Penarikan kembali (recall) merupakan penarikan produk yang sudah
beredar dipasaran. Recall dapat terjadi karena adanya penurunan mutu yang
signifikan danberpotensi untuk melanggar ketentuan produk berkualitas dari
segi keamanan, mutu, dan efektivitas. Recall dilakukan apabila ada perintah
atau surat penarikan dari pihak berwenang yaitu BPOM atau industri
farmasi pembuat yang memiliki nomor izin edar produk tersebut.
Recall dibagi menjadi dua, yaitu voluntary recall dan mandatory
recall. Voluntary Recall merupakan penarikan kembali yang dilakukan oleh
industri pembuat produk yang berawal dari adanya keluhan kemudian
dilakukan investigasi. Sedangkan Mandatory Recall yaitu penarikan
kembali yang dilakukan atas perintah dari Badan POM, yang terjadi karena
adanya penemuan dari sampling yang dilakukan oleh Badan POM atau
penelitian. Setiap batch yang akan ditarik, harus dapat ditelusuri alur
distribusinya dan dilakukan sampai ke konsumen pengguna obat dengan
jangka waktu tertentu sesuai dengan permintaan dalam surat penarikan.
Selanjutnya dibuatkan laporan untuk produk yang ditarik dan dikembalikan
ke pabrik pembuat dan laporan diperiksa oleh Apoteker Penanggung Jawab.
7. TRANSPORTASI
a. Kantor dan Gudang
Selama proses pengiriman, obat harus diangkut dalam kondisi
penyimpanan yang sesuai dengan kemasan. Alat transportasi yang
digunakan dan personelnya dilengkapi dengan peralatan keamanan
yang sesuai untuk mencegah pencurian dan penyelewengan lainnya
selama transportasi. Pengiriman juga dilengkapi dengan dokumentasi
yang sesuai untuk mempermudah identifikasi dan verifikasi kepatuhan
73
b. Hasil Inspeksi
Belum terdapat SOP mengenai pemeriksaan kendaraan
9. DOKUMENTASI
a. Kantor dan Gudang
Dokumentasi merupakan dokumen tertulis maupun elektronik terkait
distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan),
prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait dengan pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas dan rinci adalah dasar untuk memastikan
bahwa setiap personel melaksanakan kegiatan sesuai uraian tugas
sehingga memperkecil risiko kesalahan. PBF Sejahtera Harapan Tigas
mendokumetasikan secara manual dan elektronik. Dokumentasi secara
manual berupa pengarsipan faktur pembelian, faktur penjualan, surat
pesanan dari pelanggan, laporan pendistribusian obat dan prekursor,
kualifikasi pelanggan dan pemasok.
Dokumentasi secara elektronik dalam sistem komputerisasi di PT.
Sejahtera Harapan Tigas telah menggunakan sistem “V-Medis” yang
meliputi pembuatan faktur dan dokumentasi barang masuk dan keluar.
b. Hasil Inspeksi
a. Belum terdapat SOP mengenai peninjauan sistem elektronik
b. Pada sistem v medist (sistem komputer) masih belum tersedia fitur:
75
b. Gudang
Distribusi CCP merupakan produk yang memerlukan perlakuan khusus
sehingga pengelolaan CCP harus dipastikan sesuai dengan protap dan
CDOB agar proses penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman CCP
dilaksanakan dengan baik, benar, dan sesuai dengan protap yang
berlaku serta tidak menyimpang dari CDOB.
a. Penerimaan
Tahapan penerimaan CCP di Gudang yaitu sebagai berikut.
a) Petugas gudang menerima CCP seperti vaksin berdasarkan
surat pesanan dari supplier kemudian mencocokkan dengan
faktur
76
b. Penyimpanan
Di dalam ruang khusus penyimpanan CCP bersuhu sejuk (suhu 15
-25C) terdapat chiller dan freezer. Chiller digunakan untuk
menyimpan vaksin, antisera, dan alat kesehatan yang harus
disimpan di dalam chiller serta freezer digunakan unuk menyimpan
ice pack dan cool pack.
Chiller dan freezer harus diberi jarak minimal 15 cm
dengan dinding bagian belakang maupun dinding sebelah kiri dan
kanan. Khusus penyimpanan vaksin harus diberikan jarak dan tidak
terlalu padat sehingga sirkulasi udara terjaga dengan jarak antara
kotak vaksin sekiar 1-2 cm.
Untuk memastikan mutu produk terjaga selama
penyimpanan, maka dilakukan monitoring suhu dan kelembaban
pada pagi, siang, dan sore setiap harinya menggunakan
termohygrometer yang terintegrasi dengan alarm suhu yang telah
dikalibrasi kemudian melakukan pencatatan suhu dan kelembaban
di formulir pemantauan suhu dan kelembaban ruangan.
Kesimpulannya secara umum penyimpanan CCP telah memenuhi
persyaratan CDOB.
77
c. Pengiriman
Pengiriman CCP mengikuti protap pengiriman vaksin sebagai
berikut.
a) Petugas gudang menyiapkan CCP seperti vaksin berdasarkan
picking list
b) Admin gudang menerbitkan packing list
c) Berdasarkan packing list kemudian petugas melakukan
pengepakan dan penyusunan ice pack atau cool pack pada
stereoform vaccine carrier
d) Petugas gudang menyiapkan stereofoam vaccine carrier yang
sesuai dengan ukurannya berdasarkan hasil validasi pengiriman
e) Petugas menambahkan sponge pada dinding-dinding untuk
menjaga produk tidak bersentuhan langsung dengan ice pack
atau cool pack
f) Sebelum produk dimasukkan ke dalam steroform atau vaccine
carrier, lebih dahulu masukkan alat pengukur suhu yang
terkalibrasi ke dalam stereoform vaccine carrier untuk
mengetahui kestabilan suhu dengan cara pengkondisian suhu
kurang lebih selama satu jam sampai suhu mencapai sesuai
peruntukkan produknya
g) Kondisi suhu sesuai dengan peruntukkan produknya, kemudian
produk dimasukkan ke dalam stereoform lalu ditutup rapat agar
tidak ada udara yang keluar dengan menggunakan sponge dan
apabila diperlukan, dapat ditambahkan lakban
h) Petugas gudang mencatat suhu yang tertera pada alat pengukur
suhu pada vaccine carrier serta mencap stempel pada packing
list sebagai persyaratan penerimaan, penyimpanan suhu sesaat
sebelum dilakukan pengiriman
i) Admin gudang menerbitkan SP berdasarkan packing list.
78
c. Hasil Inspeksi
Belum terdapat indikator Vaksin Vial Monitor (VVM) sebagai
pemantau vaksin berupa label bergambar yang dilekatkan pada botol
vaksin untuk mencatat paparan panas kumulatif yang berlebihan
sehingga nantinya akan terlihat apakah vaksin tersebut masih layak
dipakai atau tidak.
OOT harus terpisah dari surat pesanan obat lainnya termasuk dalam
faktur.
b. Gudang
Produk obat dengan persyaratan khusus seperti produk prekursor dan
obat-obat tertentu diletakkan digudang khusus yaitu area gudang II
untuk produk sediaan padatan, dan untuk sediaan cairan di area gudang
III, produk prekursor dan obat-obat tertentu dipisahkan rak dan pallet-
nya serta diberikan penandaan produk prekursor dan obat-obat tertentu
yang jelas pada tempatnya. Sedangkan untuk produk kadaluwarsa,
penarikan kembali, produk kembalian dan produk yang akan
dimusnahkan diletakkan pada area barang reject dan retur yang berada
pada lantai 3, berupa lantai yang ditinggikan dan diberi kerangka besi
serta digembok yang bertujuan untuk menghindari terdistribusinya
produk obat yang sudah tidak memenuhi persyaratan.
c. Hasil Inspeksi
-
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilakukan di PT. Sejahtera Harapan Tigas pada tanggal 02 November –
30 November 2022, dapat disimpulkan bahwa:
1. PT. Sejahtera Harapan Tigas merupakan Pedagang Besar Farmasi
yang telah menerapkan pedoman CDOB (Cara Distribusi Obat yang
Baik) 2020 pada semua kegiatan di PBF
2. Mahasiswa memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di bidang distribusi
farmasi khususnya di PT. Sejahtera Harapan Tigas
3. Mahasiswa mengetahui kesesuaian implementasi CDOB di PT.
Sejahtera Harapan Tigas dengan peraturan perundangan yang berlaku
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktik bekerja di bidang
distribusi farmasi
B. SARAN
Implementasi CDOB di PT. Sejahtera Harapan Tigas sudah cukup baik
namun masih terdapat beberapa aspek yang perlu ditingkatkan serta
diperbaiki dalam menerapkan pedoman CDOB melalui hasil inspeksi
sebagai berikut.
a. Beberapa SOP masih perlu dilakukan pembaharuan referensi
b. Beberapa SOP yang masih belum ditambahkan kedalam daftar
dokumen SOP
c. Beberapa SOP yang belum diperbaharui pada dokumen SOP
(Bukti Fisik)
d. Beberapa ketentuan protap yang belum terealisasikan
80
DAFTAR PUSTAKA
81
82
B. Apotek Albiruni
C. Klinik Yadika
93
Lampiran 28. Area Gudang I (Sediaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat
Keras dan Obat Herbal Terstandar)
120
B. Anter aja
127