Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SITANALA


Jl. DR. Sitanala No. 99, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari, Kota
Tangerang, Banten 15121

Disusun oleh:

Anysa Eka Pratiwi 20211004

Bunga Agustina 20211006

Firda Julia Anggraini 20211012

Indah Winarti 20211016

Khaila Shahira Nursidin 20211018

Rika Amelia 20211030

Salma Yasitama 20211031

Vera Selviana 20211036

Zahra Maharani Putri Utomo 20211038

PROGRAM STUDI FARMASI


SMK BINA HUSADA MANDIRI JAKARTA BARAT
2022
LEMBAR PENGASAHAN LAPORAN PKL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SITANALA
Jl. DR. Sitanala No. 99, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari, Kota
Tangerang, Banten 15121

29 Agustus – 30 September Tahun 2022

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pelaksanaan kegiatan
Praktik Kerja Lapanagan

Disetujui oleh:

Pembibing PKL

Kepala Instalasi Farmasi


Pembimbing Sekolah
RSUP Dr. Sitanala Tangerang

Apt. Nurhayati M, S.farm


Apt. Yanto Firdaus Situmorang, S.Farm

Kepala Sekolah SMK Bina Husada Mandiri


Jakarta Barat

Dwi Susanti, SST., M.Kes


NRKS:20023L0890162242198988

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan di Rumah Sakit Pusat Dr. Sitanala Tangerang, yang
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus-30 September 2022.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan kegiatan PKL di RSUP Dr. Sitanala Tangerang.Penulisan dan
penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak,
oleh karena itu dengan kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Dwi Susanti. SST., M.Kes, selaku Kepala Sekolah SMK Bina Husada Mandiri
Jakarta.
2. Apt. Yanto Firdaus Situmorang, S.Farm, selaku Kepala Intalasi Farmasi RSUP
Dr. Sitanala
3. Apt. Okta Asri Naimah, S.Farm, selaku Kapordi Farmasi di SMK Bina Husada
Mandiri Jakarta
4. Apt. Nurhayati, M, S.Farm, selaku Pembimbing PKL yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan PKL dan prnyusunan laporan
ini.
5. Seluruh guru SMK Bina Husada Mandiri Jakarta yang telah memberi kami ilmu,
sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan PKL.
6. Seluruh staff dan karyawan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Sitanala yang telah
menerima kami dengan baik dan mengizinkan kami untuk menimba ilmu serta
memberikan informasi mengenai kegiatan yang berlangsung di masing-masing
bagian instalasi.
7. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan selama pelaksanaan kegiatan PKL di RSUP Dr. Sitanala

ii
Tangerang
Kami menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGASAHAN ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................ 1
1.3 .Manfaat .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................ 3
2.1. Sejarah Rumah Sakit ......................................................... 2
2.2. Visi Misi ............................................................................ 4
2.3. Struktur Organisasi ........................................................... 5
2.4. Pengelolaan Sediaan Farmasi & Perbekalan Kesehatan .. 6
2.4.1. Obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras .................. 6
a. Perencanaan .................................................. 6
b. Pengadaan ..................................................... 7
c. Penerimaan & Pemeriksaan Barang .............. 7
d. Penyimpanan ................................................. 8
e. Pelaporan ....................................................... 8
2.4.2. Psikotropka & Narkotika .................................. 9
a. Perencanaan .................................................. 9
b. Pengadaan ..................................................... 10
c. Penerimaan & Pemeriksaan Barang .............. 10
d. Penyimpanan ................................................. 11
e. Pelaporan ....................................................... 13

iv
2.4.3. Pengelolaan Barang Kadaluarsa & Barang Rusak 14
2.4.4. Pelayanan Resep & Pelayanan Informasi Obat 14
BAB III PEMBAHASAAN .................................................................... 16
3.1. Perencanaan ............................................................... 16
3.2. Pengadaan ................................................................... 17
3.3. Penerimaan ................................................................. 17
3.4. Penyimpanan .............................................................. 20
3.5. Pelayanan Obat ........................................................... 21
3.6 .Pelyanan Informasi Obat ........................................... 26
3.7. Pelaporan .................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ................................................................................ 30
4.1. Kesimpulan................................................................. 30
4.2. Saran ........................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32
LAMPIRAN ..................................................................................................... 33

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Definisi PKL (Praktik Kerja Lapangan) adalah bentuk penyelanggaraan
pendidikan dan pelatihan kejuruan yang diikuti oleh siswa dengan bekerja secara
lnagsung di dunia usaha atau di dunia industri (DU/DI), secara sistematik dan
terarah dengan supervisi yang kompoten di bidangnya dengan tujuan memperoleh
penglaman dan kecakapan penguasaan keahlian di susatu bidang hingga mencapai
suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
Prkatik kerja lapangan merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) yang bisa dikenal juga dengan istilah Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).
Praktik kerja lapangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja profesional di bidangnya. Dimana para siswa diharapakan dapat menerapakan
ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri. Praktik kerja lapangan
merupakan suatu langkah nyata (substansial) untuk membuat sistem pendidiklan
dan pelatihan kejuruan lebih relavan dengan dunia kerja dalam rangka
menghasilkan tamatan yang bermutu.

1.2. Tujuan
Menurut buku pedoman pelaksanaan prakerin (2016), tujuan praktik kerja
lapangan adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab.
2. Memperkenalkan dunia usaha/industri kepada pesrta didik.
3. Memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik dalam
mengaplikasikan kejuruan yang diperoleh dalam menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan di dunia usaha/dunia industri.

1
4. Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif dan dapat
langsung bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan latihan berbasis
kompetensi.
5. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta didik sehingga memiliki daya
saing tenaga kerja dipasar kerja global.
6. Membunuhkembangkan kesadaran peserta didik sebsagai warga negara yang
baik dan bertanggung jawab, sekaligus sebagai warga negara yang produktif.
7. Membunuhkembangkan nilai-nilai yang diterapkan dalam hal kedisiplinan
dalam bekerja.

1.3. Manfaat
Manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi siswa adalah untuk memperoleh
pengamanan di dunia kerja dan menumbuhkan rasa percaya diri. Selain itu, melalui
Praktik Kerja Lapangan siswa dapat melatih dan menunjang skill yang telah
dipelajari di sekolah untuk diterapkan, dapat mengahayati dan mengenal
lingkungan kerja sehingga siswa siap kerja di dunia usaha maupun dunia industri
setelah lulus dari sekolah.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Rumah Sakit


Rumah Sakit Kusta (RSK) Dr. Sitanala adalah rumah sakit seluas 54 hektar
yang berlokasi dikota Tangerang Provinsi Banten, namun perkembangannya saat
ini belum banyak diketahui oleh masyarakat Kota Tangeranag sendiri. Mengingat
perjalanannya, RSK Dr. Sitanala merupakan Rumah Sakit Kusta tertua di Indonesia
yang merupakan pindahan dari Leprosarium Lenteng Agung. Selanjutnya setelah
tanggal 28 Juli 1951 oleh Dapartemen Kesehatan pada waktu itu dirubah namanya
menjadi “Rumah Sakit Sewan” mengingat lokasinya yang terletak di Kampung
Sewan, Karangsari, Neglasari – Tangerang. Dalam perkembangan waktu
selanjutnya Kampung Sewan itu sendiri lebih dikenal dengan daerah Sitanala,
karena tidak lain akan keberadaan RSK Dr. Sitanala.
Diresmikan oleh Ny. Rahmi Hatta selaku Ibu Wakil Presiden RI Pertama
dan untuk menghargai jasa seorang dokter yang pertama kali berkecimpung dalam
mengenai penderita kusta, yaitu Dr. Joseph Batista Sitanala (1889-1958) yang
berasal dari Maluku, maka pada tahun 1962 Rumah Sakit Sewan dirubah namanya
menjadi “Pusat Rehabilitasi Sitanala” oleh menteri kesehatan RI saat itu Prof. Dr.
Satrio, dan pada perkembangan selanjutnya menjadi Rumah Sakit Kusta Dr.
Sitanala Tangerang dengan Kep.Men.Kes.RI Nomer 140, Tahun 1978. Rumah
Sakit Kusta Sitanala merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dilingkungan
Depkes. RI, berada dibawah tanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Bina Pelayanan Medik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 011 Tahun 2012,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala, RSK Dr.
Sitanala merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan kementerian yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian yang memiliki tugas untuk menyelanggarakan upaya penyembuhan,
pemulihan, dan rehabilitasi paripurna di bidang Kusta secara serasi, terpadu dan

3
berkesinambunangan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta
melaksanakan upaya rujukan.
Dalam perkembangannya RSK Dr. Sitanala Tangerang tidak hanya
melayani pasien kusta saja tetapi juga melayani pasien non kusta (umum). Hal ini
diperkuat dengan keluarnya Surat Izin Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
Nomer IR.01.3.2.613 tanggal 17 Februari tentang Izin Prinsip untuk memberikan
Pelayanan Umum dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan medis wilayah
Kota Tangerang dan sekitarnya.
Dalam melaksanakan tugasnya RSK Dr. Sitanala menyelanggarakan
beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pelayanan kusta secara paripurna dari pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Pelaksanaan deteksi dini dan pencegahan kusta.
3. Pelaksanaan rehabilitasi medis, sosial dan karya terhadap penderita kusta.
4. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan.
5. Pelaksanaan pelayanan rujukan.
6. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang kustadan kesehatan lainnya.
7. Pelaksanaan keuangan dan administrasi umum.
RSK Dr. Sitanala Tangerang bersama jajarannya sudah berkomitmen akan
melaksanakan upaya-upaya peningktan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) serta
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Di samping itu juga akan di lakukan upaya
peningkatan dan pengembangan fasilitas serta sarana prasarana, khususnya terkait
dengan sentra pelayanan.

2.2. Visi dan Misi


A. Visi RSUP Dr. Sitanala
Menjadi RSUP terpecaya dalam Pelayanan Kesehatan Kompherensif
Berstandar Nasional.

4
B. Misi RSUP Dr. Sitanala
1. Menyelanggarakan pelayanan yang Prima, Responsif, dan Berorientasi
pada keselamatan pasien.
2. Meningkatan pengguanaan Sistem Teknologi Informasi, IPTEK
kedokteran dan kesehatan secara berkesimbungan.
3. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
4. Mewujudkan RS yang aman, nyaman, dan ramah lingkungan.
5. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang efesien, transparan, dan
akuntanbel.
C. Moto RSUP Dr. Sitanala
“Melayani dengan ramah, sabar, dan kasih sayang”

2.3. Struktur Organisasi


Struktur Organisasi RSUP Dr. Sitanala berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan RI Nomor 77 tahun 2019 :

5
2.4. Pengelolaan Sediaan Farmasi & Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan harus dilaksanakan secara


multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan peroses yang efektif untuk menjamin
kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent. (Permenkes RI, 2016)

Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai meliputi:

1. Pemilihan
2. Perencanaan Kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian

2.4.1. Obat Bebas, Bebas Tebatas, Keras

A. Perencanaan
Perencanaan obat meerupakan upaya penetapan jenis, jumlah, dan
mutu obat sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman
perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia


b. Penetapan prioritas

6
c. Sisa persediaan
d. Data pemakaian periode yang lalu
e. Waktu tunggu pemesanan
f. Rencana pengembangan

B. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran. Kegiatan pengadaan harus melibatkan
tenaga kefarmasian karena untuk memastikan ketersediaan farmasi.

C. Penerimaan dan Pemeriksaan Barang


Penerimaan dan pemeriksaan barang merupakan kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesenan dangan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik.

Pemeriksaan barang yang dilakukan antara lain, obat tidak boleh


diterima jika sudah atau mendekati kadaluwarsa. Nomor bets dan tanggal
kadaluwarsa obat, bahan obat dan alat kesehatan harus dicatat pada saat
penerimaan, untuk mempermudah penelusuran. Selain itu, kesesuaian
jumlah, jenis dan batuk sediaan obat tesebut juga diperiksa dan dilakukan
pemeriksaan berupa data pada Surat Pesanan (SP), faktur serta kondisi fisik
barang tersebut. Jika ditemukan obat, bahan obat, dan alat kesehatan diduga
palsu, bets tersebut harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke instalasi
berwenang, dan ke pemegang izin edar. Pengiriman obat, bahan obat, dan

7
alat kesehatan yang diterima dari sarana transportasi harus diperiksa sebagai
bentuk verifikasi terhadap keutuhan kontainer/sistem penutup, fisik dan
fitur kemasan serta label kemasan. Tetapi jika seluruh obat dan alat
kesehatan yang diantar telah sesuai dengan faktur, kondisi yang baik dan
tidak mendekati kadaluwarsa, maka produk tersebut selanjutnya akan
dibawa ke gudang penyimpanan.

D. Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sesuai
dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan,
ventilasi, dan penggolongan jenis perbekalan. Metode penyimpanan dapat
dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan
First In Fist Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip LASA (Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengasmbilan obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat


emergency untuk kondisi kegawatdarutan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

E. Pelaporan
Pelaporan obat yatu proses kegiatan membuat dan mengirimkan
laporan mengenai penyelenggarakan pengelolaan obat, yaitu tentang
penerimaan dan pemakainnya. Palaporan terdiri dari pelaporan internal dan
ekternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen rumah sakit salah satunya pelaporan obat.
Sedangkan pelaporan ekternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk

8
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi.

Untuk pelaporan obat bebas, obat keras dan obat resep biasanya
akan ditulis dikartu stok dan dilakukan pula melaui aplikasi sistem
komputer. Jika ada sidak dari Balai POM, Balai POM akan mengecek kartu
stok tersebut. Didalam kartu stok terdapat jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran, tanggal, dan tanda tangan. Pengisian kartu stok diisi jika obat
tersebut bertambah atau berkurang ditulis beserta tanggal dan tanda tangan
petugas yang mengambil atau menyimpan obat tersebut.

2.4.2. Psiktropika dan Narkotika

A. Perencanaan
Perencanaan obat merupakan hal penting dalam kegiatan
operasional rumah sakit. Dengan perencanaan ini kita bisa memilih jenis
obat yang akan dijual, jumlahnya hingga harga yang diperlukan. Bagi
pengelola maupun pemilik rumah sakit, penting kiranya untuk mengetahui
metode perencanaan obat tersebut. Perencanaan obat ini dibagi dalam
beberapa jenis metode yakini :

1. Metode epidemiologi yakini perencanaan yang didasarkan pada pola


penyebaran suatu penyakit dan pengobatannya di masyarakat.
2. Metode konsumsi ialah metode kedua yang kerap digunakan. Cara
kerjanya ialah berdasar data pengeluaran barang atau obat dalam sebuah
periode. Kemudian peredarannya ini dibedakan menjadi fast moving
maupun slow moving.
3. Metode kombinasi yang merupakan gabungan dari epidemiologi
maupun metode konsumsi. Intinya pengadaan obat dibuat berdasarkan
pola sebaran penyakit dan ketersediaan obat pada periode sebelumnya.
4. Metode just in time, dimana pada metode ini digunakan untuk obat yang
jarang diresepkan dan memiliki harga mahal dan kadaluarsa pendek.

9
B. Pengadaan Psikotropika dan Narkotika
1. Obat Narkotka harus bersumber dari fasilitas resmi berupa pengadaan
besar farmasi yang memiliki izin khusus menyalurkan narkotika yaitu
PBF Kimia Farma.
2. Obat Psikotropika dan Prekusor bersumber dari fasilitas resmi berupa
pengadaan besar farmasi.
3. Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi harus
besumber dari fasilitas resmi dengan dibuktikan izin fasilitas sesuai
ketentuan perundang-undangan, harus dipilih PBF yang telah memiliki
sertifikat CDOB dan terjamin legalitis, keamanan, mutu dan khasiat
narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi yang akan dipesan.
4. Pengadaan narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi di rumah sakit
harus berdasarkan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Prmintaan
Obat) yang ditanda tangani atau diparaf apoteker penanggung jawab dan
ditandatangani kepala rumah sakit.

C. Penerimaan dan pemeriksaan barang


1. Penerimaan barang
a. Penerimaan narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi harus
berdasarkan faktur pembelian dana atau surat pengirim barang yang
sah, dan untuk rumah sakit Intalasi Farmasi Pemerintah Daerah
harus berdasarkan LPLPO.
b. Fasilitas peleyanan kefarmasian hanya dapat melakukan penerimaan
narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi yang ditujukan untuk
fasilitas pelayanan kefarmasiaan tersebut sebagaimana tertera dalam
surat pesanan.
c. Penrimaan narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi di fasilitas
pelayanan kefarmasiaan harus dilakukan oleh apoteker penanggung
jawab dan untuk rumah sakit yang tidak memiliki APJ penerimaan

10
dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasiaan, tenaga medis atau
kesehatan lain yang ditunjuk oleh kepala rumah sakit.
d. Bila apoteker penanggung jawab berhalang hadir, maka penerimaan
obat didelegasikan kepada tenanga kefarmasiaan yang ditunjuk oleh
apoteker penanggung jawab. Pendelegasikan dilengkapi dengan
surat pendelegasikan penerimaan narkotika, psikotropika dan
prekusor farmasi.

2. Pemeriksaan barang
UU tentang Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Nomer 21 Tahun 2020. Petugas dalam melaksanakan
pemeriksaans ebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:

a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan


pengelolaan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, dan prekusor
farmasi untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh segala
sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan obat, bahan
obat, narkotika, psikotropika dan prekusor fasrmasi.
b. Membuka dan meneliti kemasan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekusor farmasi.
c. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat
keterangan mengenai kegiatan pengelolaan obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi, termasuk
menggandakan atau mengutip keterangan tersebut.
d. Mengambil gambar atau foto seluruh atau sebagian fasilitas dan
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi

D. Penyimpanan
Penyimpanan narkotika, psikotropika, difasilitasi produksi, fasilitas
distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga
keamanan, khasiat, dan mutu narkotika dan psikotropika. Tempat

11
penyimpanan narkotika, psikotropika, dan tempat berupa gudang, ruangan
atau lemari khusus. Tempat penyimpanan narkotika dilarang digunakan
untuk menyimpan barang selain narkotika. Tempat penyimpanan
psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
psikotropika.

1. Gudang khusus sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang
dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan dua buah kunci yang
berbeda.
b. Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi.
c. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji
besi.
d. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin apoteker
penanggung jawab
e. Kunci gudang dikuasi oleh apoteker penanggung jawab dan pegawai
lain yang dikuasakan.
2. Ruang khusus sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat.
b. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji
besi.
c. Mempunyai satu pintu dengan dua buah kunci yang berbeda.
d. Kunci ruang khusus dikuasi oleh apoteker penanggung jawab atau
apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
e. Tidak boleh dimasuk oleh orang lain tanpa izin apoteker
penanggung jawab atau apoteker yang ditunjuk.
3. Lemari khusus sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat.
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah kunci yang

12
berbeda.
c. Harus diletakan dalam ruang khusus disudut gudang, untuk instalasi
farmasi pemerintah.
d. Diletakan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk
apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi
klinik, dan lembaga ilmu pengetahuan.
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab atau
apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

E. Pelaporan obat psikotropika dan narkotika


Pelaporan obat yaitu proses kegiatan membuat dan mengirimkan
laporan mengenai penyelenggaraan penggolongan obat, yaitu tentang
penerimaan dan pemaikainnya. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen rumah sakit salah satunya pelaporan.

Pelaporan pemasukan dan poenyerahan narkotika dan psikotropika


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
hal ditemukan narkotika, psikotropika farmasi yang diduga substandar atau
ilegal termasuk palsu. Fasilitas pelayanan kefarmasian harus melaporkan
kepada badan POM mealaui unit pelaksana teknis terdekat. Laporan
sebagaimana dimaksud pada butir paling sediki mencakup, informasi obat
yaitu nama obat, dosis, komposisi, nomor bets, tanggal produksi dan tanggal
kadaluarsa, nomor izizn edar, foto produk yang menampilkan bentuk
sediaan dan kemasan, pendaftar atau produsen.

Kronologis singkat penemuan obat antara lain waktu kejadian,


kondisi penyimpanan, kondisi kemasan primer atau sekunder, lokasi
temuan, keterangan yang mendasari dugaan sebagai substandard atau ilegal
termasuk palsu.

13
2.4.3. Pengelolaan barang kadaluarsa dan barang rusak

A. Pengertian
Informasi obat yang akan kadaluarsa kepada dokter adalah tindakan
yang dilakukan oleh instalasi farmasi untuk menginformasikan obat yang
akan kadaluarsa yang tersedia di depo maupun gudang farmasi kepada
dokter agar obat tersebut diresepakan atau dipergunakaan terlebih dahulu.

B. Tujuan
1. Menjamin keamanan dan keselamatan pasien melalui pemberian
perbekalan farmasi yang bermutu.
2. Mencegah agar perbekalan farmasi yang ada tidak sampai kadaluarsa
dan menjadi kerugian rumah sakit.

C. Kebijakan
1. Instalasi farmasi wajib mengumumkan tentang perbekalan atau sediaan
farmasi yang akan kadaluarsa kepada seluruh unit terkait.
2. Dokter pengusul obat bertanggung jawab atas obat yang diusulkannya.
Bila yang bersangkutan tidak meresepkannya lagi tanpa alasan medis
sedangkan obat masih tersedia, maka mendapat konsekuensi tidak
dapat mengusulkan obat lagi dalam suatu periode revisi formularium.

2.4.4. Pelayanan resep dan pelayanan informasi obat


A. Pelayanan resep
Alur pelayanan resep meliputi:
1. Skrining resep
2. Penyiapan obat dan peracikan obat
3. Penulisan etiket
4. Pengemasan serta penyerahan obat kepada pasien

14
B. Pelayanan informasi obat
Dalam proses penyerahan obat ada beberapa langkah penting yang
harus dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasiaan, untuk
menjamin terlaksananya penyerahan obat yang benar kepada pasien. Salah
satu langkah itu adalah telaah obat 5 BENAR untuk memastikan bahwa obat
yang disiapkan sudah sesuai dengan resep atau instruksi pengobatan.
Adapun 5 BENAR meliputi:
1. Benar pasien
Obat telah diberikan kepada pasien yang tepat.
2. Benar obat
Obat yang diberikan sudah sesuai dengan resep yang
dituliskan.
3. Benar dosis
Dosis yang diberikan sudah tepat dan sudah sesuai dengan
anjuran yang diperbolehkan.
4. Benar rute pemberian
Rute pemberian obat sudah tepat dalam pemberian oral
(diminum), dioleskan (salep, cream, dll), disuntikan
(injeksi), dimasukan kedalam anus (suppositoria), dll.
5. Benar waktu pemberian obat
Pemberian obat atau frekuensi pemberian obat meliputi obat
minum pagi, siang, atau malam. Diminum sesudah makan,
sebelum makan, atau bersamaan dengan makanan.

15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Perencanan

A. Pengertian
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam
proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit dengan tujuan untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

B. Tujuaan perencanaan
1. Mencegah kekosongan persediaan perbekalan farmasi.
2. Mencegah penumpukan persediaan perbekalan farmasi.
3. Mencegah penyimpanan persediaan farmasi melampaui masa
kadaluarsa.

C. Kebijakaan perencanaan
1. Seluruh perbekalan farmasi yang digunakan di rumah sakit harus
melampaui instalasi farmasi (kebijakan satu pintu).
2. Perbekalan farmasi yang dikelola oleh instalasi farmasi meliputi obat,
bahan baku obat, alat kesehatan abis pakai, regensia film dan kontras
radiologi, gas medik, cairan septik, dan desinfektan.

D. Prosedur perencanaan
1. Setiap bulan kumpulkan data mutasi perbekalan farmasi oleh petugas
penanggung jawab, pelaporan perbekalan farmasi diserahkan kepada
petugas penanggung jawab perencanaan.
2. Hitung pengeluaran selama 4 bulan terakhir oleh petugas penanggung
jawab perencanaan.
3. Data mutasi keluar selama 4 bulan terakhir diserahkan kepada apoteker
bidang perbekalan.

16
4. Apoteker bidang perbekalan menghitung rencana pengadaan perbekalan
farmasi untuk 6 bulan ke depan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Formularium nasional
b. Formularium RSK Dr. Sitanala
c. Sisa stok
d. Usulan perencanaan dari unit-unit
e. Jumlah pemakain (konsumsi) dan kasus-kasus penyakit yang
muncul (epidemiologi)
f. Analisis pareto ABC dan VEN
g. Anggaran tahun sebelumnya

E. Unit terkait perencanaan


1. Direktur pelayanan
2. Bidang medis
3. Instalasi atau unit lain

3.2. Pengadaan

Pengadan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah


direncanakan dan disetujui, melalui pembelian produksi atau pembuatan sediaan
faemasi, sumbangan atau droping atau hibah. RSUP Dr. Sitanala merupakan salah
satu rumah sakit pemerintah dibawah kementerian kesehatan. Dalam pengedaanya
harus disesuaikan dengan e-catalogue yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Anggaran harus disesuaikan dari yang pemerintah berikan.

3.3. Penerimaan

1. Penerimaan obat bebas, bebas terbatas, dan keras


A. Pengertian
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

17
tender, konsinyasi atau sumbangan.

B. Tujuan
Tercapainya penerimaan perbekalan farmasi dari pedagang besar
farmasi atau distributor yang sesuai dengan aturan kefarmasian.

C. Kebijakan
Perbekalan farmasi yang diadakan melalui pembelian setalah dikirim
oleh distributor atau rekan diterima oleh tim penerima barang seesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

D. Prosedur
a. PBF/Distributor mengirim perbekalan farmasi ke gudang farmasi dengan
menyertakan surat pengantar barang (surat jalan) pada jam kerja.
b. Tim penerima barang bersama dengan petugas gudang obat dan alat
medis habis pakai (AMHP) memeriksa barang yang dikrim antara lain
meliputi; nama barang, jenis, jumlah barang, jumlah per kemasan, fisik
barang, mutu, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun.
c. Cocokan dengan lampiran SPK/surat pesanan dan surat pengantar
barang.
d. Petugas gudang dan tim penerima barang menerima perbekalan farmasi,
tanda tangan dan beri nama jelas pada surat pengantar jalan.
e. Ambil tiga lembar surat pengantar sebagai arsip.
f. Tim penerima barang membuat berita acara penerimaan barang dan surat
penyerahan barang ke petugas gudang farmasi.
g. Petugas gudang memberi stempal pada surat pengantar barang.

E. Unit terkait
Tim penerima barang dan jasa.

18
2. Peneriman obat narkotika, dan psikotropika dari pedagangan besar
farmasi/distributor oleh instalasi farmasi
A. Pengertian
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yaitu obat-obatan yang mengandung zat narkotika dan psikotropika yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, malaui pembelian
langsung, tender, konsinyasi, atau sumbangan.
Obat narkotika adalah obat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketrgantungan. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran warna putih dan
tanda palang merah, garis tepi warna hitam.
Obat psikotropika adalah obat yang secara efektif dapat mempengaruhi
susunan saraf pusat dan akan mempengaruhi tingkah laku aktifitas.
B. Tujuan
Tercapainya penerimaan obat-obat yang mengandug narkotika dan
psikotropika dari pedagang besar dari farmasi/distributor yang sesuai dengan
aturan kefarmasian.
C. Kebijakan
Perbekalan farmaasi yang diadakan melaui pembelian setelah dikirim
oleh distributor/rekanan diterima oleh tim penerima barang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
D. Prosedur
1. PBF/Distributor mengirim perbekalan farmasi ke gudang farmasi
dengan menyertakan surat pengantar barang (surat jalan) pada jam kerja.
2. Tim penerima barang bersama dengan petugas gudang farmasi dan
apoteker atau asisten apoteker yang terdaftar dan memiliki surat izin
kerja di RSK Dr. Sitanala memeriksa barang yang dikirim antara lain
meliputi; nama barang, jenis, jumlah barang, jumlah perkemasan, fisik
barang, mutu, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa minimal dua tahun.
3. Cocokan dengan lampiran SPK/surat pesanan dan surat pengantar
barang.

19
4. Petugas gudang farmasi dan tim penerima barang menerima obat
narkotika dan psikotropika, membutuhkan tanda tangan dan memberi
nama jelas.
5. Apoteker dan asisten apoteker yang memeriksa memberi paraf,
membubuhkan nama, serta nomor SIK pada surat pengantar jalan.
6. Ambil tiga lembar surat pengantar sebagai arsip.
7. Tim penerima barang membuat berita acara penerimaan barang dan
surat penyerahan barang ke petugas gudang farmasi.
8. Petugas gudang memberi stempel pada surat pengantar barang.

3.4. Penyimpanan

A. Prosedur
1. Petugas gedung obat maupun petugas gedung AMHP menerima
perbekalan farmasi yang telah memenuhi persyaratan yang diterima dari
PBF atau distributor sesuai dengan prosedur yang berlaku (SPO
penerimaan perbekalan farmasi dari PBF atau distributor oleh instalasi
farmasi).
2. Catat penerimaan perbekalan farmasi ke dalam kartu stok dan diberi paraf.
3. Petugas gedung obat maupun petugas gedung AMHP menempatkan dan
mengatur perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan dan standar
kefarmasian :
a. Memisahkan berdasarkan jenis perbekalan farmasi: obat, alat
kesehatan, bahan baku, reagensia, radio farmaka, gas medis.
b. Mengelompokan berdasarkan bentuk sediaan/pemanfaatannya.
c. Menempatkan perbekalan farmasi sesuai dengan suhu penyimpanan:
 Suhu beku : -20°C - (-10°C)
 Suhu dingin : 2°C - 8°C
 Suhu sejuk : 15°C - 25°C
 Suhu kamar : 25°C - 30°C

4. Perbekalan farmasi yang tidak mempunyai tanggal kadaluarsa


disusun berdasarkan sistem FIFO.

20
5. Perbekalan farmasi yang mempunyao tanggal kadaluarsa disusun
berdasarkan sistem FEFO.
6. Untuk memudahkan pencarian, perbekalan farmasi disusun secara
alfabetis.
7. Obat hight alert ditempatkan terpisah dari obat lainnya dan diberi
label khusus sesuai dengan SPO penyimpanan obat hight alert di
gudang maupun depo farmasi.
8. Perbekalan farmasi dengan bentuk atau bunyi yang mirip/serupa
NORUM(Nama Obat Rupa Mirip) atau LASA(Look Alike Sound
Alike). Tidak diletakan berdekatan dan diberi label sesuai dengan
prosedur penyimpanan obot NORUM di gudang maupun depo
farmasi.
9. Produk nutrisi (susu) disimpan secara terpisah dalam kelompok
nutrisi sesuai dengan aturan penyimpanan yang ditetapkan
produsen.
10. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari khusus
dengan peraturan yang berlaku (SPO penyimpanan narkotika dan
psikotropika).
11. Gas medis disimpan diruang khusus gas medis.
12. Petugas admistrasi memasukan data perbekalan farmasi yang masuk
kedalam sistem informasi manajemen rumah sakit berdasarkan
faktur meliputi: Nama PBF, spesifikasi, nomor faktur, tanggal
terima, nama perbekalan farmasi, jumlah, nomor batch, tanggal
expired date, harga beli dan harga jual.

3.5. Pelayanan obat

1. Peresepan
A. Pengertian
Peresepan adalah suatu proses pengambilan keputusan pengobatan oleh
dokter berupa terapi obat yang diterima pasien dengan memperhatikan
ketepatan pasien, jenis obat, dosis, kekuatan, rute, waktu dan durasi

21
pengobatan.
B. Tujuan
1. Memandu cara peresepan obat yang benar, berdasarkan standar ilmiah
terkini.
2. Mencegah terjadinya kesalahan obat pada tahap peresepan (prescribing
error).
C. Kebijakan
1. Peresepan mengacu pada prinsip 6 langkah pengobatan yang resional
menurut WHO (guide to good prescribing, 1994).
2. Obat yang dipilih untuk diresepkan adalah yang berbasis bukti menurut
ilmu kedokteran sebagai obat yang efektif, aman, nyaman dan hemat
biaya dan tercantum dan formalium.
3. Yang berhak menulis resep adalah staf medis purnawaktu dan dokter
tamu, yang bertugas dan mempunyai surat izin praktik di RSK Dr.
Sitanala.
D. Prosedur
1. Sebelum penulisan resep

1) Menegakkan diagnosis dan prognosis berdasarkan gejala dan klinis data


laboratarium, dan pecitraan yang khas untuk masing-masing penyakit.
2) Menentukan tujuan pengobatan apakah untuk pengobatan
primer/sekunder, simptomatik, kuratif, promotif, rehabilitatif, atau
paliatif.
3) Menentukan pilihan obat berdasarkan tujuan pengobatan dan kondisi
klinis/organ pasien terkait farmakodinamik dan farmakokinetik obat
sesuai formularium RSK Dr. Sitanala Tangerang.
4) Melakukan penyelarasan obat (medication reonciliation) sebelum
menulis resep. Penyelarasan obat adalah membandingkan antara daftar
yang akan diresepkan untuk mencegah duplikasi, terhentinya terapi
suatu obat (omission), atau kesalahan obat lainnya.
5) Memperhatikannya adanya kemungkinan kontraindikasi, interaksi obat,
dan reaksi alergi.

22
6) Menuliskan terapi obat dalam rekam medik untuk obat yang pertama
kali diresepkan, yang rejimennya diubah, atau yang dihentikan. Untuk
terapi obat lanjutan, pada rekam medik dapat dituliskan ”TERAPI
LANJUTKAN” dan pada kardeks (catatan pemberian obat) tetap
dicantumkan nama obat dan rejimennya.
E. Penulisan resep
1) Menulis resep secara manual pada blangko lembar resep/instruksi
pengobatan berkabon dengan kop RSK Dr. Sitanala yang telah dibubuhi
stempel unit pelayanan tempat pasien dirawat/berobat, atau secara
elektronik dalam SIM RS.
2) Menulis dengan tulisan yang jelas dan dapat dibaca, menggunakan
istilah dan singkatan yang lazim sesuai standar singkatan RSK Dr.
Sitanala.
3) Menganali obat-obatan yang masuk dalam daftar Look Alike Sound
Alike (LASA) yang diterbitkan oleh instalasi farmasi, untuk
menghindari kesalahan pembacaan oleh tenaga kesahatan lain.
4) Memastikan bahwa resep sudah memenuhi kelengkapan suatu resep
sebelum dikirim ke farmasi:
 Nama pasien.
 Tanggal lahir.
 Berat badan pasien (untuk pasien anak).
 Nomor rekam medik.
 Nama dokter.
 Tanggal penulisan resep.
 Nama ruang pelayanan.
 Memastikan ada atau tidaknya riwayat alergi dengan mengisi kolom
riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep manual atau
secara elektronik dalam SIM RS.
 Tanda R/ pada setiap sediaan.
 Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama obat generik. Untuk
obat kombinasi ditulis sesuai nama yang tercantum dalam

23
formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat (contoh
injeksi, tablet, kapsul, salep) serta kekeuatannya (contoh, 500 mg; 1
g)
 Jumlah sediaan.
 Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat
dan jumlah bahan obat (untuk bahan padat: mcg, mg, g) dan untuk
cairan: tetes, L, Ml.
 Pecampuran obat jadi dalam suatu sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan
efektif.
 Atauran pakai (frekuensi, dosis, rute pemberiaan) untuk aturan
pakai “jika perlu” atau “pun”, harus dituliskan dosis maksimal
dalam sehari.
 Dalam peresepan obat narkotika mengikuti SPO (Standar Prosedur
Operasional) pelayanan resep narkotika dan psikotropika.
F. Setelah penulisan resep
1) Memeriksa kebenaran obat yang telah diresepkan.
2) Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien tentang efek
terapi yang diharapkan dan efek obat tidak diharapkan yang mungkin
terjadi.
3) Menetapkan parameter respon terhadap obat, memantau secara berkala
untuk mengetahui efektifitas dan kemungkinan efek samping yang
dialami pasien. Jika terdapat efek samping obat, dokter melaporkan
sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional) pemantauan dan
pelaporan efek samping obat.
4) Jika terjadi perubahan resep/intruksi pengobatan yang telah diterima
apoteker atau asisten apoteker, maka dokter dapat mengganti dengan
resep/intruksi pengobatan baru selesai dengan SPO Intruksi Lisan.
5) Memastikan bahwa setiap obat yang diresepkan sesuai dengan yang
tercantum dalam rekam medik.
6) Untuk kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi

24
atau sebab lain, maka dokter menuliskan kembali dalam bentuk
resep/intruksi poengobatan baru.
G. Unit terkait
1) Komite medik
2) SMF (Staf Medis Fungsional)/unit pelayanan
3) Instalasi farmasi
4) Instalasi EDP (Electronic Data Processing)

2. Penyerahan obat
A. Pengertian
Penyerahan obat adalah tata cara urutan yang dilakukan oleh petugas
farmasi dalam melakukan pemeriksaan akhir sebelum penyerahan obat
kepada pasien.
B. Tujuan
Agar obat yang telah disampaikan dan siap diserahkan sesuai dengan
apa yang tertulis dalam resep yang telah diakaji/ditelaah.
C. Kebijakaan
SK Direktur RSK Dr. Sitanala HK.02.04/1/06455/2014 tentang
kebijakan pelayanan farmasi:
Hanya petugas yang berwenang yag boleh memberikan obat, yaitu
dokter, apoteker, asisten apoteker, dan perawat dengan level minimal PK II.
D. Prosedur
1) Panggil nomor anterian resep.
2) Lakukan identifikasi pasien (Nama Pasien dan Tanggal Lahir).
3) Serahkan satu per satu obat.
4) Berikan informasi meliputi:
a. Kegunaan obat
b. Frekuensi dan cara penggunaan obat
c. Jangka waktu pemakaian
d. Cara penyimpanan obat
e. Efek samping yang mungkin timbul

25
f. Serta makanan dan minuman yang harus dihindari
5) Lakukan demonstrasi untuk penggunaan obat dengan benntuk sediaan
farmasi khusus (Inhaler, trubuhaler, insulin, tetes, dll).
6) Mintakan paraf pasien atau keluarga pasien sebagai bukti penerimaan
obat.

3.6. Pelayanan informasi obat


A. Pengertian
Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah salah satu kegiatan
pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker atau asisten
apoteker yang terlatih untuk memberikan informasi dan konsultasi
tentang obat secara akurat, tidak bias, dan faktual kepada dokter,
perawat, tenaga kesehatan lainnya, pasien dan keluarga serta umum
baik di rumah sakit, maupun di luar rumah sakit.
B. Tujuan
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan umum di lingkungan rumah sakit maupun di
luar rumah sakit.
2. Meminimalkan terjadinya kesalahan penggunaan obat.
3. Menunjang terapi obat yang rasional.
C. Kebijakan
1. PIO mengacu pada SK Dirjen pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan NO HK.01.DJ.II.093.
2. PIO dilaksanakan oleh apoteker atau asisten apoteker yang
terlatih.
3. PIO meliputi PIO formal dan informal:
a. PIO formal dilaksanakan di pusat informasi obat instalasi
farmasi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
b. PIO informasi dilaksanakan bersama dengan pelayanan
farmasi klinik yang lain.
4. Sikap kualifikasi tenaga memiliki batas kewenangan masing-

26
masing dalam menjawab pertanyaan tentang obat.
D. Prosedur
1. Apoteker atau Asisten Apoteker (AA) menerima pertanyaan
lewat telepon atau penanya yang datang langsung.
2. Mengidentifikasi penanya : nama, status (dokter, perawat,
apoteker, asisten apoteker, pasien atau keluarga pasien,
umum), asal unit kerta/ruang rawat/poliklinik.
3. Mengidentifikasi pertanyaan apakah akan diterima, ditolak,
atau dirujuk ke unit kerja lain yang sesuai.
4. Menanyakan secara rinci data/informasi terkait pertanyaan.
5. Menanyakan tujuan permintaan informasi (pelayanan,
pendidikan, peneilitian).
6. Menetapkan urgensi pertanyaan.
7. Jika membutuhan waktu untuk penelusuran informasi, maka
meminta nomor telepon penanya dan menyepakati waktu
untuk dihubungi kembali. Melakukan penelusuran secara
sistematis, mulai dari sumber informasi tersier, sekunder, dan
primer jika diperlukan.
8. Memformulasikan jawaban.
9. Menyampaikan jawaban kepada penanya secara verbal atau
tertulis (jika diminta).
10. Melakukan dokumentasi di formulir pelayanan informasi
obat.
11. Jika pertanyaan datang lewat surat, e-mail, faksimili,
pertanyaan dijawab maksimal 2 x 24 jam setelah pertanyaan
diterima.
12. Apoteker penanggung jawab pelayanan informasi obat tiap
awal bulan berikutnya mereka pitulasi pelayanan informasi
obat yang diberikannya.
13. Apoteker koordinator pelayanan farmasi klinik membuat
laporan bulanan paling lambat tanggal 7, bulan berikutnya

27
kepada Kepala Instalasi Farmasi.
E. Unit terkait
1. Depo Farmasi
2. Ruang Rawat
3. Poliklinik

3.7. Pelaporan

A. Pengertiaan
Penggunaan semua perbekalan farmasi di instalasi farmasi dicatat dan
dilaporkan setiap bulannya.
B. Tujuan
1. Memberikan informasi penggunaan dan stok perbekalan farmasi di
instalasi farmasi setiap bulan.
2. Mencegah terjadinya kehilangan atau pencurian.
C. Kebijakan
SK Dirut tentang kebijakan pelayanan farmasi No.HK.02./I-
06455/2014:
Tugas Instlasi Farmasi dalam pengelolaan perbekalan farmasi meliputi
proses pengendaliaan, penghapusan, administrasi, dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
D. Prosedur
1. Setiap ada transaksi petugas gudang farmasi mencatat penerimaan
perbekalan farmasi dan distributor.
2. Petugas gudang farmasi melakukan pencatatan pengeluaran
perbekalan farmasi untuk depo farmasi poli kusta, depo farmasi
rawaj jalan, depo farmasi IGD, serta ruang rawat instalasi lain pada
kartu stok dan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)
Farmasi sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional)
distribusi perbekalan farmasi dari gudang di depo atau unit lain.
3. Setiap hari petugas depo farmasi poli kusta, depo farmasi rawat
jalan, dan depo farmasi IGD melakuka pencatatan penerimaan dari

28
gudang farmasi dan pemakaian perbekalan farmasi dari resep-resep
rawat jalan dan rawat inap pada SIMRS (Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit) farmasi sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
4. Untuk cut off dilakukan setiap tanggal 25 tiap bulannya hingga kartu
stok opname dilakukan tanggal 26 tiap bulannya untuk gudang
farmasi, depo farmasi poli kusta, depo farmasi rawat jalan, dan depo
farmasi IGD.
E. Unit terkait
1. Subbagian Rumah Tangga
2. Bagian Keuangan
3. Satuan Pemeriksa Internal

29
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan setelah pelaksanaan Praktik Kerja


Lapangan (PKL) di RSUP Dr. Sitanala, yaitu sebagai berikut:

1. Sistem perencanaan di RSUP Dr. Sitanala dilakukan dengan


mengumpulkan data mutasi perbekalan farmasi dan data mutasi keluar
selama 6 bulan terakhir oleh petugas yang kemudian diserahkan kepada
apoteker bidang perbekalan.
2. Sistem pengadaan di RSUP Dr. Sitanala harus disesuaikan dengan e-
cantalogue yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Penerimaan perbekalan farmasi di RSUP Dr. Sitanala dilakukan dengan
memeriksa barang yang dikirim meliputi: nama barang, jenis, jumlah
barang, jumlah perkemasan, fisik barang, mutu, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa minimal dua tahun. Kemudian dicocokan dengan surat pesanan
dan diberi tanda tangan dan nama jelas pada surat pengantar jalan. Tiga
lembar surat pengantar dijadikan arsip, diberi stempel, dan dibuat berita
acara penerimaan barang.
4. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi baik obat maupun BMHP (Bahan
Medis Habis Pakai) di setiap depo farmasi RSUP Dr. Sitanala menggunakan
sistem alfabetis, bentuk sediaan, suhu untuk menjaga kestabilan sediaan,
FEFO (First Expired First Out), FIFO (First In First Out), generik atau
paten, high alert serta penyimpanan obat psikotropika dan narkotika yang
diletakkan didalam lemari obat terkunci.
5. Pelayanan obat
Pelayanan obat di RSUP Dr. Sitanala dilakukan dengan memanggil
nomor antrian resep, melakukan identifikasi pasien, menyerahkan satu per

30
satu obat dan diberikan informasi meliputi kegunaan obat, cara penggunaan
obat, waktu pemakaian obat, penyimpanan obat, dan efek samping obat.
6. Pelayanan informasi obat
PIO (Pelayanan Informasi Obat) di RSUP Dr. Sitanala dilakukan
oleh apoteker atau asisten apoteker yang terlatih untuk meminimalkan
terjadinya kesalahan penggunaan obat.
7. Pelaporan
Pelaporan di RSUP Dr. Sitanala meliputi pencatatan pengeluaran
perbekalan farmasi disetiap depo pada kartu stok dan SIMRS (Sistem
Manajemen Rumah Sakit) Farmasi sesuai dengan SPO (Standar Prosedur
Operasional) distribusi perbekalan farmasi dari gudang di depo atau unit
lain.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk instalasi farmasi RSUP Dr. Sitanala,
yaitu:

1. Sebaiknya diadakan penambahan alat untuk mengepres racikan di depo


instalasi rawat inap, agar lebih efektif dalam membuat resep racikan.
2. Sebaiknya kartu stok obat narkotika dan psikotropika di depo rawat jalan
disimpan sesuai dengan rumah obatnya agar tidak keliru saat ingin
memotong kartu stok.
3. Sebaiknya stok obat di instalasi rawat inap disimpan sesuai dengan stok obat
yang tersisa agar tidak tercecer dan mempersulit dalam proses pengerjaan
resep.
4. Sebaiknya dilakukan penambahan SDM (Sumber Daya Manusia) di
instalasi farmasi RSUP Dr. Sitanala agar lebih efektif dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.

31
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Pelaksanaan Prakerin (2016), tentang tujuan Praktik Kerja

Lapangan.

Permenkes RI (2019), Perarturan Mentri Kessehatan RI Nomor 77 Tahun 2019.

Republik Indonesia, 2019, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang Rumah sakit.

Permenkes RI (2016). Perarturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Nomor 72 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.

Republik Indonesia, 2020, Undang-Undang Republik Indonesia.Nomor 21 Tahun

2020. Tentang Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Permenkes RI. (2014;2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Tentang Alur Pelayanan Resep.

SK Direktur RSK Dr. Sitanala HK.02.04/1/06455/2014 Tentang Kebijakan

Pelayanan Farmasi.

SK Dirut No. HK.02.04./I-06455/2014 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Ruang penyimpanan gudang farmasi.

Lampiran 2. Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUP Dr.Sitanala

33
Lampiran 3. Instalasi Farmasi Rawat Inap RSUP Dr.Sitanala

34
Lampiran 4. Penyimpanan Perbekalan Instalasi Farmasi Rawat Inap

35
Lampiran 5. Instalasi Farmasi IGD RSUP Dr.Sitanala

36
Lampiran 6. Instalasi Farmasi Poli Kusta RSUP Dr.Sitanala

37

Anda mungkin juga menyukai